Dosen Pengampu :
Dicky Tri Utama, S.Pt., Ph.D
Andry Pratama, S.Pt., M.P
Disusun Oleh:
Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sifat Fisik
dan Kimia Kulit Mentah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari
Pak Dicky Tri Utama,S.Pt,Ph.D. dan Pak Andry Pratama,S.Pt,M.P. pada mata
kuliah Teknologi Hasil Ternak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan memberikan
wawasan mengenai Sifat Fisik dan Kimia Kulit Mentah bagi pembaca dan juga
penulis.
Kelompok 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kulit adalah organ makhluk hidup terbesar yang berfungsi untuk menutupi
seluruh badan. Kulit mentah atau leather & hide adalah bagian yang dihasilkan
dari makhluk hidup yang bisa dimanfaatkan menjadi produk hasil peternakan
yang bernilai tinggi apabila sudah menjalani proses pickle, wet blue, crust, &
leather. Kualitas leather, dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia. Berikut ada
beberapa hal yang mempengaruhi kualitas leather, seperti umur, jenis ternak
dan jenis kelamin. Ternak terbaik yang memiliki kualitas kulit yang bagus ialah
domba, biasanya digunakan untuk bisnis garment karena kulit domba memiliki
kelebihan seperti kulit yang sangat tebal dan supel serta berisi.
Kulit memiliki beberapa sifat yang terbagi menjadi 2, yaitu sifat fisik dan
sifat kimia. Sifat fisik merupakan kekuatan atau ketahanan kulit kepada
pengaruh dari luar, seperti suhu, kelembaban dan lainnya. Contohnya seperti
kulit ular yang memanjang serta bersisik, kulit babi yang berbentuk bundar dan
bulu domba yang memiliki bulu pada kulitnya. Ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi sifat fisik, yaitu struktur jaringan dari kolagen seperti diameter
fibril, ketebalan kulit dan lainnya. serta komposisi kulit yang terdiri dari
kolagen, lemak, air, dan protein globular. Sifat kimia kulit mentah terdiri dari
lipid, karbohidrat, mineral, enzim, dan vitamin.
2
BAB II
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
3
menjadi bagian atas sepatu berkualitas tinggi, sehingga kulit sapi jantan hanya
dapat dibuat dengan sol yang keras dan tebal dengan serat yang sangat padat.
Kerusakan pada kulit mentah dapat diklasfikasikan dalam dua gologan,
yaitu:
a. Kerusakan Antemortem, yaitu kerusakan yang terjadi pada hewan hidup.
Kerusakan Antemortem dapat disebabkan oleh:
- Sifat-sifat alami kulit hewan
Beberapa sifat buruk alami kulit hewan dapat disebabkan oleh faktor
alam dan sifat kuliit hewan itu sendiri. Contoh kulit domba memiliki sifat
alami yang lebih buruk daripada kulit sapi atau kambing.
Kulit dengan struktur serat yang seragam, utuh (tidak putus atau
patah), padat, dan ketebalannya kira-kira sama. Ciri-ciri tersebut sangat
bervariasi antar jenis bangsa ternak, selain itu ciri-ciri tersebut juga
tergantung pada perbedaan musim, pakan, dan umur ternak/binatang.
- Sebab-sebab mekanik
Kerusakan mekanik dapat terjadi saat hewan masih hidup atau saat
hewan telah disembelih dan dikuliti. Kerusakan selama hewan masih
hidup, seperti luka bakar, tidak dapat diperbaiki. banyak kulit rusak
dengan cara ini. Cap bakar dilakukan untuk identifikasi atau mengobati
akan menyebabkan kulit menjadi keras dan tidak dapat digunakan atau
menyulitkan penyamak.
- Parasit
Parasit sangat merugikan industri kulit dan penyamakan kulit. Ada
banyak cara untuk menghilangkannya, masing-masing dengan
karakteristiknya sendiri. Parasit yang biasa ditemukan pada kulit seperti
kutu dan tungau, larva lalat rumput, tungau mangga, gigitan serangga,
cacing kulit (nematoda)
4
- Penanganan yang buruk pada waktu penyembelihan
Dalam hal ini, factor dalam penyembelihan sangat penting.
Kerusakan akibat kelalaian dalam penyembelihan dan pengulitan sangat
berpengaruh terhadap kualitas kulit. Pada saat pemotongan, jika
pendarahan tidak sempurna, sebagian darah akan disimpan di kapiler
kulit. Darah yang tersisa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri dan berkembang biak. Bakteri berkembang biak lebih cepat
sehingga kerusakan terjadi di sepanjang pembuluh darah. Selain itu, akan
muncul gumpalan darah di permukaan, sehingga terlihat semakin parah
(munculnya bercak).
- Pengulitan yang tidak baik
Jika pengulitan awal tidak dilakukan dengan benar, bentuk kulit akan
aneh atau tidak beraturan dan mungkin asimetris. Umumnya, seorang
pengulit yang terlatih akan menguliti hewan yang disembelih menurut
rencana atau pola tertentu yang simetris dan seragam. Penyamak
umumnya menginginkan kulit sapi yang lebar, bebas noda, dan ini dapat
dicapai jika sayatan kulit dibuat dengan benar, rapi dan hati-hati, dan juga
menggunakan pisau yang sesuai.
- Pengawetan yang tidak sempurna
Pengawetan adalah menjaga kualitas kulit tetap baik saat dilepaskan
dari hewan sampai kulit dimasukkan ke dalam proses penyimpanan. Ada
beberapa cara termudah untuk mengawetkan kulit mentah, terutama di
daerah tropis, di mana mereka diregangkan dan dijemur. Namun, jika
prosesnya tidak dilakukan dengan benar, itu akan menghancurkan
lapisan kulitnya. Penundaan waktu pengeringan menciptakan peluang
untuk pertumbuhan mikroba, terutama jika rusak, kondisi yang tidak
dapat diperbaiki.
- Mikroorganisme
Kulit menagndung protein yang merupakan lingkungan yang baik
bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri penyebab
pembusukan kulit. Dalam hal ini, bakteri mengeluarkan cairan
5
pencernaan (digestive juices) ke dalam kulit. Bahan aktifnya disebut
enzim. Bakteri hidup menyerap kembali substrat yang terdekomposisi
sebagai makanan dan enzim tetap berada di kulit. Jadi jika semua bakteri
yang ada dihilangkan atau dibunuh, enzim tetap ada dan masih bekerja
untuk melakukan pencernaan, sehingga pembusukan tetap berlanjut.
- Serangga
Kerusakan akibat serangga sering terjadi selama pengangkutan dan
penyimpanan di gudang, terutama jika gudang tidak terawat dengan baik
dan kotor.
6
2.4. Sifat Fisik Kulit Mentah
Sifat kulit adalah indikasi ketahanan kulit terhadap faktor-faktor eksternal
seperti faktor mekanik, suhu, dan kelembapan. Sifat fisik yang paling
menentukan kualitas suatu produk kulit di antaranya kemuluran, kekuatan
tarik, dan kekuatan sobek. Hal ini disebabkan kulit jadi memerlukan kulit yang
memiliki kekuatan tarik dan kekuatan sobek yang tinggi. Kekuatan sobek dapat
ditingkatkan melalui proses retanning, yakni penambahan bahan penyamak
sehingga menghasilkan kulit padat dengan kekuatan sobek yang lebih tinggi
(Aryani, dkk., 2014).
Secara fisik, kulit mentah umumnya berbulu dan memiliki warna yang
sama dengan warna hewan aslinya. Kulit mentah juga berbau anyir, tidak
seperti kulit hasil samakan yang baunya seperti campuran bahan kimia. Ciri-
ciri kulit mentah berdasarkan fisik yaitu keras dan kaku jika kering, bisa
dijadikan gelatin jika dilakukan pemanasan dengan suhu tinggi, mudah busuk
akibat bakteri dan rusak akibat serangga, dan bisa diolah menjadi makanan
kerupuk kulit (Juliyarsi, dkk., 2019).
Sifat kulit merupakan sifat yang dapat diamati melalui indra penglihatan,
terbagi menjadi dua, yakni sifat fisik secara makroskopis dan mikroskopis.
Secara makroskopis, kulit terbagi menjadi beberapa topografi agar
menghasilkan kualitas kulit yang homogen. Kulit terbagi menjadi 3 daerah,
yakni (1) croupon (punggung), (2) kepala dan leher, serta (3) kaki, perut, dan
ekor. Kualitas kulit yang paling baik dan paling banyak diminati banyak orang
adalah bagian croupon karena bagian croupon menghasilkan kulit dengan
ketebalan yang sama serta struktur kepadatan kolagennya seragam. Sementara
itu, bagian perut memiliki beberapa bagian yang keriput, juga bagian kepala
dan leher tidak seragam karena kepadatan dan struktur kolagennya tidak
merata.
Secara mikroskopis dan berdasarkan susunan jaringan tubuh, kulit hewan
terbagi menjadi tiga bagian, yakni lapisan epidermis, dermis (corium), dan
hipodermis (subcutis). Epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang disusun
atas beberapa lapisan dan merupakan lapisan epitel. Lapisan epidermis dari luar
7
ke dalam tersusun dari stratum corneum, stratum indicum, stratum grabulosum,
dan stratum germinativum. Lapisan epidermis tidak memiliki pembuluh darah.
Dermis (corium) merupakan bagian tenunan dari lapisan kulit yang
dibutuhkan pada produksi kulit samak sehingga dalam penyamakan, kulit yang
digunakan hanyalah bagian dermis. Oleh karena itu, dermis atau corium berasal
dari bahasa latin yang memiliki arti “kulit asli”. Dermis tersusun atas tiga
tenunan pengikat, yakni kolagen, reticular, dan elastin. Adapun pada dermis
terdapat pembuluh darah, urat syaraf, kelenjar-kelenjar, dan folikel rambut.
Dermis dibagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan rajah (palillary layer) dan
lapisan reticular.
- Lapisan rajah adalah lapisan yang paling kecil dan sangat tipis dari seluruh
kulit. Tenunan lapisan ini halus dan kecil serta susunannya kompak. Lapisan
rajah (papillary) diperoleh dari lubang-lubang bekas rambut dan ini berbeda
tergantung spesies hewannya.
- Lapisan reticular merupakan lapisan yang terdiri dari anyaman serabut
kolagen dan merupakan berkas-bakers kolagen yang lurus atau berkelok-
kelok. Lapisan kulit reticular meliputi sekitar 45-50% seluruh ketebalan
kulit.
Hipodermis merupakan bagian terdalam dari dermis. Hipodermis adalah
tenunan pengikat yang longgar dan mengubungkan dermis dengan bagian-
bagian tubuh lainnya. Sebagian besar hipodermis tersusun dari serabut-serabut
kolagen dan elastin yang terletak parallel terhadap permukaan kulit. Susunan
serabut-serabut ini longgar dan terdapat tenunan lemak.
8
proses guna memertahankan keadaan kulit sama dalam jangka waktu yang
panjang sehingga tahan selama proses penyimpanan (Juliyarsi et al., 2019).
Sifat kimia kulit yakni kadar zat kimia dari serat, globular, lemak,
karbohidrat, serta mineral yang ada pada kulit. Kulit mentah segar tersusun dari
kompenen air sebanyak 65 %, lemak 1,5%, serta mineral 0,5%. Komposisi
kimia tersebut tidaklah tetap namun berbeda dipengaruhi oleh umur hewan,
tipe kolagen, jenis kelamin, spesies, jenis pakan, sistem pemeliharaan dan
proses perlakuan.Air merupakan kompenen penyusun kulit terbesar dengan
kadar yang beragam antara 60-70%. Selain faktor jenis kulit, kandungan air
pada tiap bagian kulit pun tidak sama. Daerah croupon mengandung sedikit air.
Selanjutnya bagian lain secara berturut-turut adalag leher dan perut. Kadar
lemak berbanding terbalik dengan kadar air. Jika kadar airnya rendah maka
kadar lemaknya tinggi. Hal ini menyebabkan kulit mentah segar mudah rusak
sehingga diperlukan proses pengawetan.
Protein adalah zat kimia penting yang terdapat pada kulit. Kadar protein
dalam kulit berkisar 80% dari total bahan kering. Berdasarkan strukturnya,
protein dibagi menjadi dua meliputi protein fibrous (fibrillar) dan protein
globular (Muin, 2014). Protein fibrous memiliki bentuk serabut serta tidak bisa
larut pada pelarut encer, untuk susunan molekulnya terdiri dari rantai molekul
Panjang serta sejajar dengan rantai utama, bentuknya bukan kristal, serta
apabila rantai ditarik dapat kembali ke kondisi awal. Protein fibrilar yaitu
tulang rawan, myosin otot, kuku, myosin otot, kolagen pada kulit, fibrin pada
gumpalan darah, serta kolagen kulit. Protein globular yakni memiliki bentuk
bulat sepeti bola dan terdapat pada beberapa produk peternakan yaitu susu,
telur dan daging. Sifat dari protein ini mudah larut dalam darah dan larutan
asam, mudah berubah pada suhu dibawah suhu kamar serta mudah
terdenaturasi . Protein ini terdiri dari mucin, albumin dan globulin.
Umur dapat mempengaruhi kadar kolagen dalam kulit hewan, semakin
bertambahnya usia ternak maka protein kolagennya semakin bertambah dan
serabut kolagennya semakain merekat. Produk yang berasal dari kolagen
9
sangat dipengaruhi oleh usia ternak maka dari itu jika keseragaman produk
menjadi pertimbangan maka usia ternak harus diperhatikan.
Terdapat pula enzim yang ditemui pada kulit yakni enzim cathepsin.
Enzim cathepsin bisa menyebabkan proses autolisis jika kulit mentah disimpan
pada kelembaban dan suhu yang tinggi (Muin, 2014). Selain itu ada enzim dopa
oxidase. Adanya sinar ultra violet menyebabkan senyawa tirosin dalam tubuh
berubah menjadi senyawa dopa dan selanjutnya senyawa dipa akan teroksidasi
karena pengaruh enzim dopa oxidae. Hasilnya adalah senyawa melanin yaitu
butiran zat berwarna pada kulit.
Selain zat kimia tersebut terdapat enzim pada kulit sapi. Enzim tersebut
adalah enzim cathepsin dan enzim dopa oxidae. Enzim cathepsin bisa
mengakibatkan terjadiny autolisis jika kulit mentah disimpan pada kelembaban
dan suhu yang tinggi. Sedangkan enzim oxidae bekrja jika terdapat sinar
Ultraviolet (UV). Sinar tersebut akan mengakibatkan senyawa tirosin berubah
menjadi senyawa dopa (deoxyphenilalanin). Kemudian deoxyphenilalanin
akan teroksidasi akibat adanya pengaruhenxim dopa oxidae. Hasil akhir dari
proses tersebut yakni senyawa melanin yang berupa zat berwarna pada kulit.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Kulit mentah secara umum memiliki sifat yang mudah membusuk karena
kulit mentah memiliki bau amis. Kulit mentah masih terdapat daging yang
masih terbawa dan kulit mentah masih bersifat basah, hal ini dapat
mengundang lalat lalu terjadilah proses pembusukan. Kulit hewan dibagi tiga
lapis yaitu lapisan epidermis yang merupakan bagian paling tipis dan tidak
mengandung kalogen, lapisan dermis adalah bagian pokok yang diperlukan
dalam pembuatan gelatin, lapisan subkutis yaitu lapisan paling bawah.
Sifat fisik kulit yang paling menentukan kualitas suatu produk kulit di
antaranya kemuluran, kekuatan tarik, dan kekuatan sobek. Hal ini disebabkan
kulit jadi memerlukan kulit yang memiliki kekuatan tarik dan kekuatan sobek
yang tinggi. Kekuatan sobek dapat ditingkatkan melalui proses retanning,
yakni penambahan bahan penyamak sehingga menghasilkan kulit padat dengan
kekuatan sobek yang lebih tinggi. Secara fisik, kulit mentah umumnya berbulu
dan memiliki warna yang sama dengan warna hewan aslinya. Ciri-ciri kulit
mentah berdasarkan fisik yaitu keras dan kaku jika kering, bisa dijadikan
gelatin jika dilakukan pemanasan dengan suhu tinggi, mudah busuk akibat
bakteri dan rusak akibat serangga, dan bisa diolah menjadi makanan kerupuk
kulit. Sifat fisik kulit dapat diamati melalui indra pengamatan yaitu secara
makroskopis dan mikroskopis.
Sifat kimia kulit yaitu kadar zat kimia dari serat, globular, lemak,
karbohidrat, serta mineral yang ada pada kulit. Kulit mentah segar tersusun dari
kompenen air sebanyak 65 %, lemak 1,5%, serta mineral 0,5%. Komposisi
kimia dipengaruhi oleh umur hewan, tipe kalogen, jenis kelamin, spesies, jenis
pakan, sistem pemeliharaan dan proses perlakuan. Air merupakan komponen
penyusun kulit terbesar dengan kadar antara 60-70%. Kadar lemak berbanding
terbalik dengan kadar air. Jika kadar airnya rendah maka kadar lemaknya
tinggi. Hal ini menyebabkan kulit mentah segar mudah rusak sehingga
11
diperlukan proses pengawetan. Protein adalah zat kimia penting yang terdapat
pada kulit. Kadar protein dalam kulit berkisar 80% dari total bahan kering.
Berdasarkan strukturnya, protein dibagi menjadi dua meliputi protein fibrous
(fibrillar) dan protein globular. Terdapat pula enzim yang ditemui pada kulit
yakni enzim cathepsin. Enzim cathepsin bisa menyebabkan proses autolisis
jika kulit mentah disimpan pada kelembaban dan suhu yang tinggi
12
DAFTAR PUSTAKA
Juliyarsi, dkk. (2019). Kulit: Ilmu, Teknologi, dan Aplikasi. Padang: Universitas
Andalas.
13
LAMPIRAN
14
Lampiran Pertemuan Kelompok
15