Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK DAN INDUSTRI KULIT DAN HASIL IKUTAN TERNAK

PERBANDINGAN KOMPOSISI KULIT SAPI, KAMBING, DAN KUDA

Oleh :

NAMA : AYU GIRI WARDANI

NIM. : B1D020040

KELAS : 5A1

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2022
PENDAHULUAN

Kulit adalah bagian tubuh hewan terluar hasil sampingan dari pemotongan hewan yang
dipisahkan dari tubuh pada saat pengulitan. Kulit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kulit
yang berasal dari ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda dan lain-lain yang dalam istilah asing
disebut hides dan kelompok kulit yang berasal dari ternak kecil seperti kambing, kelinci dan lain-
lain yang dalam bahasa asing disebut skins. Kulit sapi adalah limbah yang berasal dari ternak
sapi yang merupakan bagian terluar dari ternak sapi dengan kandungan protein, lemak dan kitin
lebih besar dari ternak kecil, selain itu kulit juga kaya akan kandungan kolagen, dengan
tingginya kandungan kolagen pada kulit sapi inilah yang membuka peluang untuk menghasilkan
produk gelatin (Anida, 2016).

Kulit adalah salah satu organ yang menyelubungi seluruh permukaan tubuh kecuali selaput
lendir (conjuntiva), kornea mata dan kuku yang memiliki fungsi sebagai alat ekskresi dan
penyaring sinar ultraviolet dan berperan mengatur suhu tubuh (thermostat layer), melindungi
tubuh terhadap pengaruh-pengaruh luar, setiap bangsa ternak berbeda-beda, sesuai dengan
kemampuannya, sehingga tiap macam kulit ternak memiliki ciri khas atau karakteristik sendiri.
Kulit hewan merupakan bahan mentah kulit samak berupa tenunan dari tubuh hewan yang
terbentuk dari sel-sel hidup (Anida, 2016).

Kulit adalah sisa sampingan dari pemotongan ternak yang merupakan lapisan terluar dari
tubuh hewan yang diperoleh setelah hewan tersebut mati dan dikuliti. Kulit yang berasal dari
ternak besar seperti sapi, kuda, dan kerbau dan kecil domba dan kambing memiliki struktur
jaringan yang kuat dan berisi, sehingga dalam penggunaannya dapat dipakai untuk keperluan
pangan dan non pangan. Kulit merupakan salah satu alternatif bahan pangan yang masih
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi antara kulit dengan daging bisa
dikatakan relatif sama.

Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang seiring waktu semakin meningkat
permintaan konsumen bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Hal ini yang
mendorong produsen berinovasi menciptakan produk baru. Salah satu inovasi produk yaitu pada
rambak kulit.
Kulit yang berasal dari hewan muda pada umumnya mempunyai struktur yang halus tetapi
kompak, grainnya (rajah) sangat halus tetapi kurang tahan terhadap pengaruh/perusak dari luar
dibandingkan kulit hewan yang lebih tua. Semakin tua hewannya maka lapisan rajah akan
semakin kuat dan juga semakin kasar. Selain itu biasanya semakin tua hewan, akan semakin
banyak bekas-bekas luka yang disebabkan karena pukulan, penyakit, guratan, cap bakar, parasit
dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN

A. Kulit Sapi
Kulit sapi biasanya dikeringkan dan digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan
organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan
demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya
yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak.
Kulit pedet (anak sapi) mempunyai ciri-ciri yang sama dengan sapi dewasa tetapi
struktur kulitnya keadaannya lebih luas. Pada hewan sapi, faktor umur lebih besar
pengaruhnya terhadap kulit dibandingkan bangsa sapi. Pengaruh bangsa sapi tidak
tampak pada saat pedet sampai umurnya mencapai dewasa. Kulit sapi tipe perah
umumnya mempunyai rajah lebih halus dari pada kulit sapi tipe daging (sapi sembelihan)
pada umur yang sama. Sapi Brahman (Ongole) mempunyai gumba yang sangat
menonjol, gumba ini ternyata menurunkan nilai kulitnya dibandingkan dengan jenis
bangsa yang tidak bergumbal. Di Indonesia, sapi Bali mempunyai struktur kulit yang
padat dan pada umumnya tebal, serta kurang luasnya, sehingga biasanya dimanfaatkan
untuk pembuatan kulit sol sepatu dan kulit-kulit keperluan teknik.
Kulit mempunyai banyak fungsi di antaranya sebagai alat perasa, pelindung
jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhu tubuh, tempat sintesis vitamin D,
alat gerak pada ular, alat pernapasan pada amfibi, dan tempat menyimpan cadangan
energi terutama pada domba dan babi. Fungsi utama kulit adalah melindungi kerusakan
dan infeksi mikrob jaringan yang ada di bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit akan
kehilangan fungsinya, dan menjadi hasil ikutan yang akan segera turun kualitasnya bila
tidak segera disamak atau diawetkan.
Protein kulit sapi terdiri dari protein kolagen, keratin, elastin, albumin, globulin
dan musin. Protein albumin, globulin dan musin larut dalam larutan garam dapur. Protein
kolagen, keratin dan elastin tidak larut dalam air dan pelarut organik. Protein kolagen
inilah yang akan direaksikan menjadi bahan penyamak kulit untuk menghasilkan kulit
samak. Protein kolagen sangat menentukan mutu kulit samak.
B. Kulit Kambing
Kambing merupakan salah satu ternak andalan untuk dikonsumsi dagingnya.
Salah satu bagian yang dapat dimanfaatkan dari ternak ini selain daging yaitu kulitnya.
Kulit hasil dari ternak kambing tidak begitu saja langsung dimanfaatkan akan tetapi harus
melalui proses pengolahan kulit. Tahapan pengolahan kulit yang paling awal yaitu
dengan melakukan pengawetan kulit. Usaha peningkatan nilai jual kulit, tidak hanya
digarami untuk diawetkan akan tetapi kulit dapat diolah menjadi berbagai macam bahan
kulit melalui proses pengolahan kulit.
Secara kimiawi kulit kambing/domba mentah tersusun atas komponen sebagai
berikut : 65 % air, 28-30 % protein fiber, 2-2,5 % protein globular, 2-2,5 % keratin, 2-
10% (kambing) dan 0-0,5 % substansi lain. Selama dalam proses pengolahan kulit, semua
komponen selain protein fiber, dalam hal ini kolagen, dihilangkan. Kulit kambing,
dibandingkan dengan kulit domba, memiliki struktur serat yang sangat padat dan mudah
diamati. Serat padat dari kulit kambing memungkinkan penggunaannya memiliki daya
tahan yang lebih lama dalam industri pembuatan sarung tangan dan sepatu.
Kulit kambing, meskipun diantara bangsa kambing terdapat variasi pada rajah
(brain), bobot dan tebal kulit, klasifikasi yang berlaku adalah tingkat mutu rajahnya yaitu
rajah halus, rajah sedang dan rajah kasar. Hal ini karena dipengaruhi oleh umur hewan
waktu disembelih semakin tua hewan akan semakin kasar rajah kulitnya. Kambing jenis
bangsa Kasmir dan Anggora yang diternakkan untuk produksi rambutnya mempunyai
kulit yang tipis dan meluas serta rajahnya mudah lepas. Kulit demikian sangat rendah
mutu maupun harganya.
C. Kulit Kuda
Kulit kuda merupakan hasil samping produksi ternak yang sangat berguna di
beberapa Negara, terutama karena adanya perdagangan ekspor kulit. Produk kulit yang
baik, dipengaruhi oleh perlakuan pada saat sebelum penyamakan, saat proses
penyamakan dan pada saat pengujian. Perlakuan penyamakan kulit akan memperbaiki
sifat-sifat kulit, antara lain kulit lebih tahan terhadap panas, pengaruh kimia dan aktivitas
mikroorganisme serta meningkatkan kekuatan dan kelenturan kulit samak.
Kulit sebagai salah satu hasil samping dari pemotongan ternak mempunyai nilai
ekonomis tingi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kulit telah
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan manusia, antara lain untuk membuat tas,
dompet, jaket dan produk-produk kerajinan kulit yang lain. Kulit sapi, kerbau, kuda,
domba dan kulit kambing yang selama ini digunakan dalam industri penyamakan kulit
jumlahnya terbatas.
Kulit samak dari kulit kuda dianggap sangat tahan lama dan biasa digunakan
untuk membuat permadani dan untuk penjilidan karpet. Bahan ini sering digunakan untuk
sarung tangan, sepatu bot, dan produk lain yang membutuhkan kulit lembut. Kulit kuda
telah menjadi bahan utama untuk penjilidan buku kulit selama berabad-abad.
PERBANDINGAN KOMPOSISI KULIT SAPI, KAMBING DAN KUDA
1. Kadar Protein
Berdasarkan data jurnal yang ditulis oleh S. Melia, I. Juliyarsi, dan M. Hayatuddin
menyatakan bahwa kadar protein gelatin dari beberapa jenis kulit sapi berkisar antara 23,16%-
31,47%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap kadar protein gelatin. Berdasarkan uji lanjut DMRT, kadar protein kulit sapi
lebih tinggi dibanding kulit kambing dan kuda. Hal ini disebabkan karena kadar kolagen pada
kulit sapi lebih tinggi dibanding kulit lainnya. Sesuai dengan pendapat Arcos et al., (2002),
kolagen pada kulit sapi adalah 43,75%. Sedangkan menurut Sharpouse (1978), kolagen pada
kulit kambing adalah 29%.
Kadar protein kulit sapi juga lebih tinggi dibanding kulit kuda dan kulit kambing.
Semakin tinggi protein yang terdapat pada kulit maka semakin tinggi kadar protein gelatin yang
dihasilkan dari proses hidrolisis protein kolagen. Sedangkan pada kombinasi kulit ternak
memberikan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein.
2. Kadar Lemak
Berdasarkan data dari jurnal yang ditulis oleh S. Melia, I. Juliyarsi, dan M. Hayatuddin
menyatakan bahwa kadar lemak gelatin berkisar antara 0,76%-1,82%. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar lemak.
Namun kadar lemak secara keseluruhan berbeda tidak nyata antara perlakuan A, B, C
dengan D, E dan F, ini disebabkan karena dalam proses pembentukan gelatin, yang mengalami
proses hidrolisis adalah protein, sehingga kadar lemak masing-masingnya tetap. Kadar lemak
pada gelatin yang diperoleh dari beberapa jenis kulit pada semua perlakuan (0,76%1,82%), lebih
rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian, Amiza dan Aishah (2011), kadar lemak
ekstrak gelatin dari kulit ikan cobia yaitu 2,62%. Tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan
penelitian Said, et al. (2011), menghasilkan gelatin dari kulit kambing dengan proses asam (asam
asetat 4%), dengan kadar lemak 0,35%.
3. Kadar Air
Diperoleh hasil kadar air lem kulit (perekat) dari proses hidrolisis limbah kulit trimming
split berkisar antara 12,76% - 15,01% dengan rata-rata 13,82%. Didapatkan hasil kadar air kulit
sapi 12,76%, kadar air kulit kuda 13,70%, dan kadar air kulit kambing 15,01%. Kadar air
tertinggi di peroleh dari perlakuan jenis kulit kambing yaitu 15,01%. Sedangkan kadar air
terendah di dapat pada perlakuan jenis kulit sapi yaitu 12,76%. Rata-rata kadar air lem kulit ini
sesuai dengan kadar air yang umum diperoleh, yaitu 10% - 15% .
4. Total Koloni Bakteri
Total koloni bakteri gelatin berkisar antara 7,82x105 CFU/g– 25,44x105 CFU/g. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total
koloni bakteri gelatin. Tingginya total koloni bakteri pada perlakuan E, yaitu 37,33 x 105 CFU/g,
disebabkan karena kadar air yang tinggi yang terdapat pada gelatin tersebut.
Sehingga air sebagai salah satu media untuk pertumbuhan mikroba, dimanfaatkan oleh
bakteri untuk pertumbuhannya. Hal ini didukung oleh penelitian Hamid (2011), menyatakan
bahwa kadar air pada campuran 50% kulit sapi : 50% kulit kambing, menghasilkan kadar air
tertinggi yaitu 66,84%. Buckle, et al. (2007), menyatakan bahwa mikroba membutuhkan air
untuk pertumbuhannya yang berperan dalam reaksi metabolik dalam sel. Selanjutnya menurut
Sharpouse (1978), kadar air kulit kambing yaitu 64%, sedangkan menurut Nadia (2005), kadar
air kulit sapi berkisar 66,87%.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari data jurnal yang sudah di bandingkan, kadar protein dalam kulit sapi
lebih besar di bandingkan dengan kulit kuda dan kandungan protein di dalam kulit kuda ebih
besar dari pada kandungan protein di kulit kambing, kadar lemak yang terdapat dalam kulit
kambing lebih besar dibandingkan dengan kadar lemak yang ada di dalam kulit kuda dan kadar
lemak dalam kulit sapi lebih sedikit sekitar 2%, kadar air yang dikandung dalam kulit kambing
lebih banyak di bandingkan dengan kulit sapi dan kuda, dan koloni bakteri yang paling banyak
terdapat di kulit kuda yaitu sebesar 13,44 x 150 CFU/g. Dan jenis pakan yang diberikan, ternak
yang dberikan pakan yang bergizi rendah rendah akan menghasilkan kulit yang tipis dan kurang
substansinya, sedangkan hewan yang mendapat pakan yang bergizi lengkap menghasilkan tebal
kulit rata, serta bobotnya rata-rata hampir dua kali lipat dari hewan yang makanannya bergizi
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anida, 2016. Evaluasi berbagai jenis kulit ternak terhadap sifat fisik gelatin. Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Indri Juliyarsi, MP , Dr. Sri Melia, Deni Novia, MP , Prof. drh. Endang Purwati, 2019. Kulit
ilmu, teknologi, dan aplikasi. Makalah Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Rohmad. 2015. Kualitas Kulit Kuda. J. Ternak Tropika. Vol. 11. No. 1: 38-50
S. Melia, I. Juliyarsi, dan M. Hayatuddin. 2014. Karakterisitik Kimia dan Total Koloni Bakteri
Gelatin dari Beberapa Jenis Kulit Ternak. Jurnal Peternakan Indonesia, Vol. 16 (3)
Tourtellotte, P. 1993. Gelatin di dalam Mec Graw Hill Enclopedia of Science and Technology.
McGraw Hill Book Company, New York.
Widati dkk., 2017. Kualitas Gelatin dari Kulit Sapi. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas
Andalas, Padang.

Anda mungkin juga menyukai