Disusun Oleh :
Mhd. Fakhri Alfayed 1905104010059
Eflina Suriyanti Harahap 1905104010066
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kini kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah tentang pengaruh
lama pengapuran terhadap kadar air, kadar protein, kadar kalsium, daya kembang dan mutu
organoleptik kerupuk rambak kulit sapi pada mata kuliah teknologi pengolahan kulit ternak.
Laporan ini merupakan sarana untuk menginformasikan hasil pembelajaran yang telah
penulis lakukan dan disusun dengan tujuan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
ikut berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas ini di
kemudian hari. Penulis berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN…...…………………………………………………………………...1
BAB IV
PEMBAHASAN………………………………………………………………………...7
BAB V
KESIMPULAN………………………………………………………………………......8
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….......8
5.2 Saran………………………………………………………………………………….....8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….....9
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pengolahan kerupuk kulit
2. Mengetahui kandungan nutrisi kerupuk kulit
1
1.3 Manfaatan
Adapun manfaat dari praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui cara pengolahan kerupuk kulit
2. Mengetahui kandungan nutrisi kerupuk kulit
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gelatin bersifat tidak berwarna, transparan, mampu menyerap air 5-10 kali bobotnya,
membentuk gel pada suhu 35-40°C dan larut dalam air panas, membengkak (swelling) dalam
air dingin, dapat berubah secara reversible dari sol ke gel (Imeson, 1992).
Pemanfaatan kulit ternak seperti sapi sendiri banyak dilakukan untuk kepentingan
manusia sesuai dengan perkembangan zaman. Dari keseluruhan produk sampingan hasil
pemotongan ternak seperti sapi , maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis
yang paling tinggi. Berat kulit sapi, kambing atau kerbau berkisar 7-10 % dari berat tubuh
hewan tersebut. Secara ekonomis pun kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak
(Djojowidagdo, 1999).
Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan
produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Berat kulit pada sapi, kambing
dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit memiliki harga
berkisar 10-15% dari harga ternak (Gazali, 2011).
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas kulit samak adalah factor pengawetan
kulit pada saat terlepas dari tubuh ternak. Supaya kulit mentah dapat disimpan lama, maka kulit
mentah tersebut harus terlebih dahulu diawetkan untuk mencegah (menghindari) kerusakan yang
disebabkan oleh kontaminasi bakteri perusak. Pengawetan kulit pada dasarnya bukan termasuk
penyamakan, namun faktor ini sangat memegang peranan penting sebab dapat mempengaruhi
kualitas kulit samak yang dihasilkan. Apabila cara pengawetan tidak sesuai dengan prosedur,
maka tentu sangat sulit untuk mendapatkan hasil kulit samak yang berkualitas. Dalam hal ini
pengawetan yang tidak benar akan menimbulkan bau yang busuk pada kulit serta permukaan
yang tidak merata. Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme
seperti jamur, bakteri, lalat dan jenis serangga lain pada kulit, sehingga tentunya membutuhkan
perhatian khusus.
Untuk mencegah hidup dan berkembangbiaknya bakteri perusak, ada beberapa cara yang
dapat ditempuh antara lain dengan mengurangi kadar air secara teratur sedemikian rupa,
sehingga kadar air dalam kulit mentah kurang dari batas minimum kadar air yang diperlukan
untuk hidup dan tumbuhnya bakteri perusak. Teknik pengeluaran atau pengurangan kadar air
dapat dilakukan dengan cara dipanasi dengan sinar matahari atau oven ataupun dapat juga
dilakukan dengan menggunakan larutan garam pekat (NaCl) serta kombinasi dari beberapa
teknik tersebut.
Peranan garam bukanlah sebagai pembunuh bakteri, melainkan hanya berfungsi untuk
mengurangi kadar air yang terkandung dalam kulit mentah. Sifat garam yang higroskopis akan
menarik air keluar dari sel-sel penyusun kulit dengan cara menempati ruangan-ruangan yang
sebelumnya ditempati oleh air, sehingga untuk menghasilkan kulit awetan yang baik, seharusnya
kita mencampur bahan-bahan pembunuh mikroorganisme dengan garam yang akan kita pakai
dalam proses pengawetan. Bahan-bahan pembunuh mikroorganisme yang dipakai tidak boleh
bereaksi dengan kulit yang akan kita awetkan.
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pengolaha kerupuk kulit berawal dari pembersihan, perebusan, pengeringan, dan
penggorengan.
2. Pada kulit sapi kandungan yng paling dominan adalah gelatin. Gelatin merupakan
protein alami yang diekstrak dari tulang dan kulit berbagai jenis binatang seperti sapi.
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan yaitu agar pengolahan kulit menjadi kerupuk perlu
dikembangkan lagi juga diharapkan kepada mahasiswa agar mengikuti praktikum dengan
lebih tertib.
8
DAFTAR PUSTAKA