Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vaksin Unggas

Vaksinasi adalah usaha pemberian kekebalan pada makhluk


hidup dengan menggunakan vaksin yang merupakan pertahanan
kedua dalam upaya mengendalikan dan memberantas wabah
penyakit. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan prosedur tertentu. Vaksin digunakan untuk
merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh dan dapat menahan
serangan penyakit [6].

Tujuan vaksinasi adalah untuk merangsang daya tahan tubuh


dengan memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan dicampur
dengan bahan lain. Pengadaan dan penyiapan vaksin yang aman,
kuat dan efektif sangat penting dalam menajemen pengendalian
penyakit pada ternak. Imunisasi hewan dengan vaksin berkualitas
tinggi adalah sarana kontrol utama bagi banyak penyakit hewan.
Vaksin yang digunakan sangat menentukan keberhasilan
pengendalian dan pemberantasan penyakit secara nasional [7].

2.1.1 Vaksin ND-IB

Penyakit yang sering menyerang ayam pedaging adalah


Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bronchitis (IB). Kedua
penyakit tersebut merupakan penyakit ayam yang sangat cepat
menular dan menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan ayam.
ND atau tetelo merupakan penyakit yang sebabkan oleh infeksi virus
ND yang menyerang ayam disegala umur. Penyakit ini biasanya
menyerang ayam pada musim pancaroba. Penyakit ND di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh virus ND tipe Viscerotropik
Velogenic Newcastle Disease (VVND) yang merupakan strain virus

5
ND yang paling berbahaya. Gejala ayam terinfeksi ND terlihat
sekitar 5–6 hari pasca infeksi. Tingkat morbiditas dan mortilitasnya
mencapai 50-100%. [3].

Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit ayam sangat


menular yang disebabkan oleh virus yang memiliki genom RNA utas
tunggal dan dari famili Coronaviridae. Penyakit ini merupakan
penyakit saluran pernapasan ayam yang sangat menular. Virus ini
selain menyerang saluran pernafasan, juga dapat menyerang saluran
reproduksi dan ginjal. Penyakit ini menimbulkan kerugian yang
cukup tinggi bagi usaha peternakan ayam karena penambahan berat
badan dan efisiensi pakan sangat rendah. Masa inkubasi penyakit ini
adalah 18–36 jam [8].

Penyakit ND dilaporkan sebagai penyakit endemis di beberapa


negara sejak tahun 1926. Begitu juga dengan IB yang telah
teridentifikasi dan tersebar di seluruh dunia. Oleh karena itu
diperlukan tindakan pencegahan terhadap kedua penyakit tersebut
salah satunya dengan vaksinasi. Vaksin ayam di Indonesia 93.36%
diperuntukkan untuk pencegahan penyakit ND dan IB. Vaksin ND-
IB merupakan vaksin gabungan untuk mencegah kedua penyakit
tersebut. Pembuatan vaksin ND-IB dilakukan karena kedua penyakit
tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan [9].

2.1.2 Vaksin CRD

CRD adalah penyakit menular pada ayam yang disebabkan


oleh Mycoplasma gallisepticum yang ditandai dengan sekresi hidung
katar dan terdengarnya suara sewaktu bernafas. Tindakan vaksinasi
dapat dilakukan dengan vaksin inaktif (tidak hidup). Vaksinasi
dilaksanakan hanya pada kelompok berbagai tingkat umur dan tak
dapat dihindari kemungkinan terinfeksi. Vaksinasi biasanya untuk
menghindari penurunan produksi telur pada peternak ayam
6
komersial, namun juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tingkat
penyebaran penyakit ini pada breeder. Vaksinasi penting
dilaksanakan sebelum kelompok tersebut terinfeksi dengan M.
gallisepticum. Vaksin inaktif terdiri dari suspensi M.gallisepticum
yang pekat pada emulsi minyak. Perlakuan dengan vaksin inaktif
untuk pertumbuhan ayam pada umur 12-16 minggu cukup dengan
memberikan dosis tunggal dan untuk mencegah turunnya produksi
subkutan, vaksinasi dilakukan dua kali. Bakteri ini efektif untuk
mencegah penyakit pernafasan, tetapi tidak mencegah infeksi [10].

2.2 Prinsip Kromatografi Sentrifugal

Kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan


berdasarkan pada “migration medium” yang berbeda, yaitu
distribusinya terhadap fase diam dan fase gerak. Terdapat 3 hal yang
wajib ada pada teknik ini, yang pertama yaitu harus terdapat medium
perpindahan tempat. Kedua harus terdapat gaya dorong agar spesies
dapat berpisah sepanjang “migration medium“. Ketiga harus terdapat
gaya tolakan selektif. Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan
pemisahan dari bahan kimia yang dipertimbangkan [11].
Kromatografi sentrifugal merupakan proses isolasi yang terjadi
berdasarkan adsorpsi dan partisi. Adsorpsi adalah pemisahan
senyawa kimia yang disebabkan oleh daya serap adsorban terhadap
tiap-tiap komponen kimia. Partisi adalah kelarutan tiap-tiap
komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama, arah
gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen
kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang
menyebabkan terjadi pemisahan [12].

Kromatografi sentrifugal memiliki prinsip sama seperti


kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh
gaya sentrifugal. Kromatografi jenis ini menggunakan rotor yang
dimiringkan dan terdapat dalam ruang tertutup oleh plat kaca kuarsa,
7
sedangkan lapisan penyerapnya berupa plat kaca yang dilapisi oleh
silika gel. Plat tersebut dipasang pada motor listrik dan diputar
dengan kecepatan 800 rpm. Pelarut pengelusi dimasukkan kebagian
tengah pelarut melalui pompa torak sehingga dapat mengalir dan
merambat melalui lapis tipis karena gaya sentrifugal. Untuk
mengetahui jalannya proses elusi dimonitor dengan lampu
ultraviolet. Gas nitrogen dialirkan kedalam ruang plat untuk
mencegah pengembunan pelarut pengelusi dan mencegah oksidasi
sampel. Pemasukan sampel diikuti dengan pengelusian menghasilkan
pita-pita komponen berupa lingkaran sepusat [13].

2.3 Interaksi Sinar UV dengan Molekul Organik

Sinar ultraviolet adalah gelombang elektromagnetik yang


mempunyai frekuensi antara 1015 Hz – 1016 Hz. Sinar ultraviolet
merupakan hasil transisi elektron-elektron pada kulit atom atau
molekul. Sinar ultraviolet tidak tampak dilihat oleh mata telanjang
tetapi sinar ini dapat dideteksi dengan menggunakan pelat-pelat film
tertentu yang peka terhadap gelombang ultraviolet [14]. Sinar
ultraviolet yang dipancarkan kedalam larutan sampel maka elektron-
elektron yang terdapat di dalam sampel akan mendapatkan energi
dari cahaya. Interaksi antara materi dengan molekul organik
menyebabkan eksitasi elektron ke orbital yang lebih tinggi. Besarnya
perpindahan elektron sama dengan energi radiasi yang berinteraksi
dengan molekul. Eksitasi elektron ketingkat energi yang lebih tinggi
tergantung pada senyawa penyerapnya (kromofor penyerap). Proses
ini terjadi dalam dua tahap yaitu [15] :

Tahap 1 : M + hv M*
Tahap 2 : M* M + Panas

8
Gambar 2.1 Diagram Tingkat Energi Elektron

Elektron yang tereksitasi bervariasi, tergantung dari jenis


orbitalnya. Ada empat jenis transisi yang mungkin terjadi yaitu σ ke σ*, n
ke σ*, n ke π*, dan π ke π*. Diagram tingkat energi elektron ditampilkan
pada Gambar 2.1 [16]. Pada saat kondisi tereksitasi dan energinya
habis, maka elektron akan kembali ke keadaan semula dengan melepaskan
sejumlah energi berupa cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang
menghasilkan serapan warna. Senyawa organik mampu mengabsorbsi cahaya
karena mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi [15].

2.4 Viskositas Larutan

Viskositas adalah suatu tahanan untuk mengalir dari sistem


yang mendapat tekanan. Semakin kental suatu cairan, maka semakin
besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada
kecepatan tertentu. Sehingga viskositasnya semakin besar. Faktor
yang mempengaruhi kekentalan suatu cairan atau larutan antara lain
kadar zat yang terlarut serta suhu yang mempengaruhi. Semakin
rendah suhu semakin rendah pula gerakan molekul zat tersebut,
sehingga akan membuat viskositas semakin tinggi. Semakin tinggi
kadar zat yang terlarut maka semakin besar tahanan yang

9
ditimbulkan oleh molekul-molekul zat yang terlarut tersebut.
Viskositas berhubungan dengan besarnya gaya gesekan antar lapis
zat cair itu [17].

2.5 Model Warna RGB

Setiap warna dapat diukur ataupun dideteksi. Dalam ilmu


fisika, warna disusun dari warna dasar. Untuk cahaya, warna dasar
penyusunnya adalah warna merah, hijau dan biru atau lebih dikenal
dengan istilah RGB (Red-Green-Blue). Warna adalah spektrum
tertentu yang terdapat didalam suatu cahaya sempurna (berwarna
putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya
tersebut. Untuk pendeteksian warna dasar menggunakan sensor
TCS230 yang peka terhadap perubahan warna pada warna dasar.
Photodiode pada IC TCS230 disusun secara array 8x8 dengan
konfigurasi 16 photodiode untuk menapis warna merah, 16
photodiode untuk menapis warna hijau, 16 photodiode untuk
menapis warna biru dan 16 photodiode tanpa penapisan [18].
Rentang intensitas nilai RGB pada warna primer ditampilkan pada
Tabel 2.1 [19].

Tabel 2.1 Rentang Intensitas Nilai RGB pada Warna Primer

Sensor warna memiliki susunan photodetector, masing-masing


merah, hijau, atau biru filter. Filter dari setiap warna yang merata
10
diseluruh susunan. Perangkat internal osilator menghasilkan output
gelombang persegi frekuensi yang sebanding dengan intensitas
warna yang dipilih. Model warna RGB adalah model warna
berdasarkan konsep penambahan kuat cahaya primer yaitu Red,
Green, Blue. Dalam suatu ruang yang sama sekali tidak ada cahaya,
maka ruangan tersebut gelap total. Tidak ada signal gelombang
cahaya yang diserap oleh mata atau RGB (0,0,0) [20]. Persentase
RGB yang terkandung dalam warna dasar ditampilkan pada Tabel
2.2 [18].

Tabel 2.2 Persentase RGB Warna Dasar

2.6 Model Warna Hex Triplet

Hex Triplet adalah digit enam tiga-byte heksadesimal yang


digunakan dalam HTML, CSS, SVG, dan aplikasi komputasi lain
untuk mewakili warna. Byte mewakili komponen warna merah, hijau
dan biru. Satu byte mewakili angka pada kisaran 00 sampai FF
(dalam notasi heksadesimal), atau 0 sampai 255 dalam notasi
11
desimal. Hex Triplet dibentuk dengan menggabungkan tiga byte
dalam notasi heksadesimal. Pengkodean digital untuk warna RGB
masing-masing mempunyai arti yaitu bilangan pertama adalah
besarnya komponen cahaya merah, bilangan kedua untuk komponen
cahaya hijau dan bilangan ketiga adalah besaran komponen cahaya
biru. Tabel konversi hexadecimal ditampilkan pada Tabel 2.3 [20].

Tabel 2.3 Konversi Hexadesimal

12

Anda mungkin juga menyukai