Anda di halaman 1dari 10

RESUME PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

DISUSUN OLEH

NAMA : Reklivson Andre Kuswanto


NIM : B1D020210
KELAS : C1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA IV UJI HA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beberapa virus tertentu mampu mengaglutinasi eritrosit.
Kemampuan ini sebagai contoh dari aktivitas biologic dan aktivitas ini
dapat dihambat oleh antibody tertentu. Sisi partikel virus yang spesifik
dapat berinteraksi dengan reseptor mukoprotein pada sel darah merah dan
permukaan sel lain. Intraksi dari sisi resptor dan virion membuat aglutinasi
sel darah merah tampak. Uji hemaglutinasi lambat dengan pelat mikro
merupakan salah satu cara yang banyak dipergunakan untuk mengetahui
jumlah titer vaksin. Titer virus adalah pengecenran tertinggi dari virus
yang masih mampu mengaglutinasi eritrosit. Pada uji hemaglutinasi
lambat dapat diamati bentuk hemaglutinasi eritrosit pada dasar tabung. Uji
positif ditandai dengan terbentuknya endapan seperti bunga (aglutinasi)
sedangkan hasil negatif ditunjukkan dengan endapan eritrosit di dasar
tabung.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum


1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk menguji antigen virus .
2. Untuk mempelajari penggumpalan pada eritrosit oleh virus.
1.2.2. Kegunaan praktikum
1. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang cara kerja
antigen virus.
2. Dapat wawasan lebih luas tentang virus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HEMAGLUTINASI
Hemaglutinasi adalah proses terbentuknya agregat sel eritrosit oleh
partikel hemagglutinin virus. Proses penggumpalan (aglutinasi) terjadi
karena adanya ikatan antara protein luar virus hemagglutinin dengan
resptor permukaan. Organisme tertentu mampu mengaglutinasi eritrosit
ungags. Organisme yang melakukan hemaglutinasi salah satunya adalah
virus Orthomyxoviridae, virus influenza termasuk virus Orthomyxoviridae
yang memiliki molekul glikoprotein pada amplop yang disebut
hemagglutinin yang mengikat rerseptor sialic acid pada sel.
Hemaglutinin berperan di awal infeksi yang sangat menentukan
kemampuan attachment virus ke permukaan sel inang. HA bersifat
imunogenik karena mampu menginduksi antibody protektif dan
menghambat virus ke permukaan sel inang sehingga mampu mencegah
infeksi. Virus ini juga akan berikatan dengan eritrosit, menyebabkan
hemaglutinasi dan merupakan dasar untuk menentukan tingkat virus yang
ada dalam sample. Aktivitas ini diperankan oleh protein HA yang
merupakan molekul glikoprotein. Karakteristik hemagglutinin dapat
ditemukan pada antigen virus influenza, Orthomyxoviruses,
paramyxoviruses dan abroviruses-togaviruses. Pada virus influenza
keberadaan hemagglutinin memungkinkan virus terikat pada asam sialic di
permukaan protein host. Ikatan tersebut selanjutnya akan memfasilitasi
infeksi pada host dan berkontribusi pada virulensi virus.
Prinsip metodenya adalah mencampurkan satu sampai dua tetes virus
dengan suspense eritrosit. Hemoglutinasi biasanya akan tampak dalam
waktu satu menit pada uji cepat. Proses hemaglutinasi sendiri berlangsung
apabila virus dapat mengikat dua eritrosit secara simultan sehingga
terbentuk semacam jembatan silang. Hal ini mengharuskan jumlah virus
dan eritrosit yang ekuivalen.
2.2. PENYAKIT NEWCASTLE

Dikenal ada Sembilan serotipe paramyxovirus ungags, tetapi hanya


paramyxovirus ungags 1, virus penyakit Newcastle, berkaitan dengan
penyakit yang telah diketahui jelas. Newcastle merupakan infeksi yang
sangat menular pada banyak spesies ungags. Penyakit ini pertama kali
diamati di Jawa 1926, pada musim gugur tahun itu virus menyebar ke
Inggris, dan pertama kali diamati di Newcastle, karena itu diberi nama
demikian. Kemudian diamati di banyak bagian dunia, penyakit Newcastle
menyebabkan epidemi yang dahsyat pada ungags di banyak negara.
Penyakit ini merupakan ancaman serius bagi peternakan ayam dan kalkun
di negara bebas dari galur virus yang virulen, dan bilamana galur
virulennya endemis, penyakit Newcastle merupakan kerugian ekonomi
yang utama. Penyakit akut yang disebabkan oleh virus penyakit Newcastle
juga ditemukan pada merpati, terutama di Eropa.

Karena gejalanya ridak spesifik, diagnosis harus dipastikan dengan isolasi


virus dan serologi. Virus dapat diisolasi dari limpa, otak, atau paru-paru
melalui inokulasi allantois dari telur berembrio umur 10 hari, virus
dibedakan dari virus lainnya dengan uji pengambatan-jerapan darah dan
pengambatan-hemaglutinasi. Penentuan virulensi sangat diperlukan untuk
isolate lapangan. Sebagai tambahan atas indeks kerusakan saraf dan rataan
waktu kematian dari embrio ayam, juga dipakai pembentukan plak dalam
keadaan ada atau tidak adanya tripsin pada sel ayam. Uji penghambatan-
hemaglutinasi digunakan dalam diagnosis dan pemantauan penyakit
Newcastle krosnis di negara tempat bentuk penyakit ini merupakan
endemis.
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Mei 2020. Bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi Dan Bioteknologi Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.

3.2. Materi Praktikum


3.2.1. Alat :
 Mikro plate
 Mikro pipet
 Tip
3.2.2 Bahan :
 Larutan PBS
 Eritrosit (darah ayam)0,5%
 Vaksin ND (Newcastle Disease)

3.3. Metode Praktikum


1. Isi lubang no 1-6 pelat mikro dengan larutan PBS 0,05 ml
2. Lubang pertama dimasukkan suspense vaksin ND 0,005 ml dengan
pipet mikro
3. Campurkan dengan baik menggunakan pipet
4. Pindahkan 0,05 ml campuran dari lubang pertama ke lubang kedua,
campur merata dan dari lubang kedua dipindahkan ke lubang
ketiga dan seterusnya sampai lubang ke 5. Dari lubang ke 5 tidak
dipindahkan ke lubang 6, tetapi dibuang
5. Masukkan eritrosit ayam 0,5% sebanyak 0,05 ml ke lubang 1-6
6. Tunggu sampai lubang ke 6 terjadi endapan eritrosit, amati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
Untuk uji Hemaglutinasi lambat teramati reaksi hemaglutinasi pada
pelat mikro rata-rata hanya sampai pelat yang pertama. Titer virus yang

diperoleh adalah = 2¹ = 2 unit HA, yang berarti di dalam 0,05 ml

suspense vaksin ND terdapat virus 2 unit HA


4.2. PEMBAHASAN
Pada hasil pengamatn di atas teramati reaksi hemaglutinasi pada
pelat mikro rata-rata hanya sampai pelat pertama, pada normalnya akan
terjadi reaksi hemaglutinasi pada pelat mikro rata-rata sampai pelat yang
ketiga dan keempat. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa kondisi
seperti kesehatan ayam, jumlah virus yang menginfeksi dan perbedaan
waktu infeksi. Proses hemaglutinasi ini terjadi akibat aktivitas
hemaglutinin yang terdapat pada amplop virus tersebut.
Aktivitas hemaglutinasi berlangsung maksimal selama satu jam
karena dipengaruhi oleh kerja enzim neuraminidase yang merusak ikatan
pada reseptor eritrosit dengan hemaglutinin dari virus famili
Paramyxoviridae. Pengamatan nilai titer antibodi dari serum sampel
berdasarkan hasil pengenceran terbesar yang masih sanggup menghambat
aglutinasi eritrosit oleh antigen.
BAB V
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yag dapat diambil pada praktikum ini sebagai
berikut. Hemaglutinasi adalah proses terbentuknya agregat sel eritrosit
oleh partikel hemagglutinin virus. Proses penggumpalan (aglutinasi)
terjadi karena adanya ikatan antara protein luar virus hemagglutinin
dengan resptor permukaan. Reaksi hemaglutinasi terjadi dipengaruhi oleh
beberapa kondisi seperti kesehatan ayam, jumlah virus yang menginfeksi
dan perbedaan waktu infeksi.
3.2. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya mahasiswa dapat
mengikuti praktikum dengan baik. Selain itu sebelum melakukan
praktikum mahasiswa sebaiknya sudah menguasai bahan-bahan materi
yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya.
Bimbingan dari asisten juga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, L Hardi. 2011. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Jakarta : IAARD Press

Fenner, Frank J,dkk. 2012. Veterinary Virology. Semarang : IKIP Semarang Press
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai