Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM SEROLOGI & IMUNOLOGI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI & IMUNOLOGI

(PENENTUAN TES WIDAL)

DISUSUN OLEH :

HARI/TANGGAL : KAMIS/18 MARET 2021


NAMA : Nabela
NIM : 61608100818045
DOSEN PEMBIMBING : Apt., Sri Hainil, S.Ci., M.Farm
ASISTEN DOSEN : MEGA WIJAYA
YURIKA ZELFINDA

LABORATORIUM SEROLOGI & IMUNOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2021
PEMERIKSAAN TES WIDAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit endemis dan masih menjadi permsalahan kesehatan di Indonesia
adalah Demam Tifoid (DT) atau Tifoid Abdominalis. Angka kejadian kasus Demam Tifoid
masih tinggi di Indonesia dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Penyakit akibat infeksi
Salmonella typhi dan paratyphi ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak karena
penularannya melalui makanan dan minuman yang telah tercemar bakteri ini. Sanitasi
lingkungan dan pengolahan sampah yang buruk juga menjadi faktor resikonya (Menkes RI,
2006, Pegues dan Miller, 2013).

Pada tahun 2002, terdapat 22.000.000 kasus demam tifoid dengan 200.000 kematian di
seluruh dunia. Asia Tenggara dan selatan-tengah memiliki angka insidens tertinggi yaitu
>100 kasus per 100.000 populasi per tahun (Pegues dan Miller, 2013).

Di Indonesia, menurut data Menkes tahun 2006, angka kesakitan akibat demam tifoid
cenderung meningkat dengan rata-rata 500 per 100.000 penduduk dengan kematian 0,6
sampai 5 persen (Menkes RI, 2006). Berdasarkan data sistem rumah sakit (SIRS) tahun 2013,
terjadi 9.747 kasus demam tifoid dan paratifoid pada anak balita (Datin Menkes RI, 2015).

Penegakan diagnosis pada demam Tifoid dapat dilakukan dengan melakukan Tes Widal.
Tes widal merupakan uji serologi, yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dengan antibodi.
Tujuan tes ini dan juga titernya. Salmonella typhi telah lama diketahui memiliki 3 antigen
yaitu antigen O, H dan Vi (Menkes RI, 2006).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum tes Widal ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dasar pemilihan dan pengambilan spesimen untuk Tes widal.
2. Untuk memahami langkah-langkah tes widal.
3. Agar mampu melakukan interpretasi hasil terhadap tes widal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur
dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan pada tes widal ini
berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan
jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang
masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan
waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal
peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam
prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran.
Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut
beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila
dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun
begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan
antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan
antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk dipakai
di laboratorium yang tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan
diagnosis Demam tifoid.

Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
· Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.


Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan
100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
· Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi
dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga
dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu
60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.
· Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman


dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1
jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk
mengetahui adanya karier.

· Outer Membrane Protein (OMP)

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein
nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP
D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan
BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C.
Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif
terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas.

Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai
sarana penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan
kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang
mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin
dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang
luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah
endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer
terhadap antibodi O S.typhi.

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
· Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
· Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer.
Jika ada, maka dinyatakan (+).
· Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.

Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas,


stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat
mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat
(daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat
negative palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.
Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:
1. Carrier tifoid
2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi
antibody pada host.
3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya
Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:
1. Imunisasi dengan antigen Salmonella
2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid
3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain
BAB III
METODOLOGI

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Pipet serologi
2. Slide
3. Tabung
4. Tes tube kecil 75x12 mm
5. Reiged Febrile test slide
6. Serum
7. Kontrol positif

II. Metode
1. Uji Widal Lempeng ( Slide Agglutination Test/ SAT)
2. Uji Tabung ( Tube Agglutination Test/ TAT)

III. Cara Kerja

A.Slide Aglutinasi
1. Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran,sejumlah
serum berikut ditambahkan diatas lingkaran slide berdiameter 27 mm : 0,08 ml,
0,04 ml,0,02ml, 0,01 ml, 0,005 ml.
2. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat
pada lingkaran slide
3. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
4. Dengan perlahan dan seing, guncang dan putar tes slide selama 1 menit hingga
terlihat adanya aglutinasi
5. Hasil yang diperoleh dicocokan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut
1 :20 1:40 1:80 1:160 1:320
Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi slide dengan teknik tabung.

B.Tube Aglutination
1. Siapkan sebuah rak dengan 10 tabung
2. Tambahkan 1,9 ml saline pada tabung 1 dan 1,0 ml saline pada tiap tabung
lainnya
3. Tambahkan 0,1 ml serum pasien pada tabung 1, campur dengan baik
4. Ambil 1,0 ml dari tabung 1 dan pindahkan padaa tabung 2, lanjutkan
pengenceran secara serial sampai tabung 9, lalu buang 1 ml dari tabung 9
5. Tambahkan 1 tetes suspense antigen yang telah dicampur homogeny pada
masing-masing tabung
6. Jangan mencampur suspense sebelum dipakai
7. Tabung 1 sampai 9 sekarang mengandung serum yang diencerkan dari 1/20
sampai 1/5120
8. Tabung 10 hanya mengandung saline antigen sebagai antigen kontrol
9. Campur sampai homogen dan inkubasi pada suhu berikut, kemudian periksa
adanya aglutinasi
10. Titrasi antigen O pada suhu 50°C selama 4 jam
11. Titrasi antigen H pada suhu 50°C selama 2 jam
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kualitatif Uji Widal

KELOMPOK O H AH BH

1 - + + +

2 + + + -

3 + + + -

4 - - + -

Interpretasi Hasil :

 Positif (+) : Bila terjadi aglutinasi


 Negatif (⎼) : Bila tidak terjadi aglutinasi

Hasil Pengamatan :

 Antigen Salmonella thypii O : Negatif (-), tidak terjadi aglutinasi


 Antigen Salmonella thypii H : Negatif (-), tidak terjadi aglutinasi

 Antigen Salmonella parathypii AH : Positif (+), terjadi aglutinasi


 Antigen Salmonellapara thypii BH : Negatif (-), tidak terjadi

aglutinasi Karena didapatkan hasil yang positif makan kami melanjutkan

pemeriksaan secara kuantitatif.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kuantitatif Uji Widal


KELOMPO 1/80 1/160 1/320 1/640 Hasil Akhir

1 + + - - 1/160

2 + + + - 1/320

3 + + - - 1/160

4 + + + + 1/640

Interpretasi Hasil :

 Positif (+) : Bila terjadi aglutinasi

 Negatif (⎼) : Bila tidak terjadi aglutinasi

Hasil Pengamatan :
Dari pemeriksaan yang kami lakukan, kami mendapatkan adanya aglutinasi dari titer

serum 20 µl hingga titer serum 2,5 µl

4.2 Pembahasan
Hasil pemeriksaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa setelah titer serum yang
masing-masing terdiri atas 2,5 µl, 5 µl, 10 µl, 20 µl di tetesi dengan reagen Salmonella
typhii, terbentuk gumpalan pada semua titer serum karena tejadi reaksi antara antigen dengan
antibodi. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil positif karena setelah ditetesi dengan
reagen terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari reaksi tersebut, hal ini dapat berarti bahwa
serum tersebut terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhii.

Namun hasil yang sesungguhnya dari laboratorium didapatkan hasil positif (antigen
yang dapat dideteksi) hanya sampai titer 10 µl (1/160).
Disini kami akan sedikit membahas mengenai faktor yang dapat mempengaruhi mengapa
hasil pada setiap kelompok dapat berbeda dan mengapa pada kelompok kami bisa
didapatkan hasil positif pada semua titer yang kami gunakan (tes kuantitatif).
Salah satu penyakit endemis dan masih menjadi permsalahan kesehatan di Indonesia
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan

Salah satu penyakit endemis dan masih menjadi permsalahan kesehatan di Indonesia
adalah Demam Tifoid (DT). Penyakit akibat infeksi Salmonella typhi dan paratyphi ini bisa
terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak karena penularannya melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar bakteri ini. Sanitasi lingkungan dan pengolahan sampah yang
buruk juga menjadi faktor resikonya.
Pemeriksaan widal merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi
demam tifoid. Tes widal dapat dilakukan secara konvensional (tube test) dan pemeriksaan
widal secara cepat (rapid test).
Hasil pemeriksaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa setelah titer serum
(masing-masing terdiri atas 2,5 µl, 5 µl, 10 µl, 20 µl) di tetesi dengan reagen Salmonella
typhii, terbentuk gumpalan pada semua titer serum karena tejadi reaksi antara antigen
dengan antibodi. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil positif karena setelah ditetesi
dengan reagen terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari reaksi tersebut, hal ini dapat berarti
bahwa serum tersebut terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhii. Namun hasil yang
sesungguhnya dari laboratorium didapatkan hasil positif (antigen yang dapat dideteksi)
hanya sampai titer 10 µl (1/160).

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum pelaksanaan praktikum dilakukan, lebih mempersiapkan


diri serta alat dan bahan disediakan lebih dahulu agar para praktikan yang dirumah tidak
terlalu lama menunggu.
DAFTAR PUSTAKA

Datin Menkes RI. 2015. InfoDatin: Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia

Menteri Kesehatan RI. 2006. KMK RI Nomor 364 Tentang Pedoman Penendalian Demam

Tifoid.

Pegues, David A, dan Samuel I. Miller. 2013. Salmonelosis. Dalam: (eds) alih bahasa;
Brahm

U. Pendit, dkk. (eds) Harrison: Gastroenteropatologi & Hepatologi. Jakarta: EGC.

Tim Mikrobiologi FK UNRAM. 2015. Panduan Praktikum Mikrobiologi : Tes Widal.

Mataram; FK UNRAM

Anda mungkin juga menyukai