OLEH
NOLA AYUNDA PUTRI
1701029
KELAS : S1-VIA
DOSEN PENGAMPU :
Apt. Novia Sinata, S. Farm, M. Si
Asisten Dosen :
1. Dea Ananda
2. Yulinda Anggraini
OBJEK V
PEMERIKSAAN WIDAL (PRINSIP TITER)
I. Tujuan Percobaan
1. Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella thypi dan Salmonella
parathypi dalam serum
2. Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dengan bakteri Salmonella dan membantu
diagnosis demam thypoid
Metode :
a) Uji Widal Lempeng ( Slide Agglutination Test/ SAT)
b) Uji Tabung ( Tube Agglutination Test/ TAT)
V. Cara Kerja
A. Slide Aglutinasi
1. Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran,sejumlah serum
berikut ditambahkan diatas lingkaran slide berdiameter 27 mm : 0,08 ml, 0,04 ml,
0,02ml, 0,01 ml, 0,005 ml.
2. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat
pada lingkaran slide
3. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
4. Dengan perlahan dan seing, guncang dan putar tes slide selama 1 menit hingga
terlihat adanya aglutinasi
5. Hasil yang diperoleh dicocokan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut :
1 :20 1:40 1:80 1:160 1:320
Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi slide dengan teknik tabung.
B. Tube Aglutination
1. Siapkan sebuah rak dengan 10 tabung
2. Tambahkan 1,9 ml saline pada tabung 1 dan 1,0 ml saline pada tiap tabung
lainnya
3. Tambahkan 0,1 ml serum pasien pada tabung 1, campur dengan baik
4. Ambil 1,0 ml dari tabung 1 dan pindahkan padaa tabung 2, lanjutkan pengenceran
secara serial sampai tabung 9, lalu buang 1 ml dari tabung 9
5. Tambahkan 1 tetes suspense antigen yang telah dicampur homogeny pada
masing-masing tabung
6. Jangan mencampur suspense sebelum dipakai
7. Tabung 1 sampai 9 sekarang mengandung serum yang diencerkan dari 1/20
sampai 1/5120
8. Tabung 10 hanya mengandung saline antigen sebagai antigen kontrol
9. Campur sampai homogen dan inkubasi pada suhu berikut, kemudian periksa
adanya aglutinasi
10. Titrasi antigen O pada suhu 50°C selama 4 jam
11. Titrasi antigen H pada suhu 50°C selama 2 jam
VI. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Widal
KEL Kode serum REAGEN Hasil (mg/dL)
1 X O 1:160
H 1:20
2 X AO 1:320
AH 1:160
3 X BO 0
BH 1:160
4 X CO 1:20
CH 1:160
5 Z BO 1:160
BH 1:20
6 Z CO 1:160
CH 1:320
7 Z AO 1:160
AH 1:160
8 Z O 1:160
H 1:160
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah uji pemeriksaan Widal dengan
prinsip Titer. Dimana . Uji widal merupakan prosedur uji serologi untuk mendeteksi
bakteri Salmonella sp enteric yang mengakibatkan typoid. Adapun tujuan dari percobaan
ini adalah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella thypi dan Salmonella
parathypi dalam serum dan untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dengan bakteri
Salmonella dan membantu diagnosis demam thypoid
Demam tifoid atau dikenal dengan tipes adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri jenis Salmonella typhi serta Salmonella paratyphi A, B,
dan C. Penyakit ini masih sering ditemukan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Tes Widal termasuk salah satu bentuk pemeriksaan medis
yang dilakukan untuk memastikan diagnosis demam tifoid.
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi, uji
widal, tes tubex, metode enzymeimmunoessay (EIA), metode enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) dan pemeriksaan sipstik. Namun pada praktikum kali ini
digunakan uji widal dengan metode tabung dan slide. Uji ini didasarkan pada reaksi
aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibodi pada serum penderita demam
typoid. antigen-antibodi, dimana antibody akan bereaksi terhadap antigen tertentu
yang di anggap sebagai benda asing, kemudian akan membentuk aglutinasi
(penggumpalan). Antigen yang digunakan pada uji tes widal berasal dari antigen dalam
tubuh bakteri bakteri salmonella yaitu antigen (O) somatic yang terdapat pada lapisan
luar tubuh salmonella dan antigen (H) merupakan antigen yang terletak pada flagela.
Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada kenaikan titer,dimana titer awal atau yang
biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/80 yaitu 40ul reagen +20 ul serum penderita.
Apabila terjadi aglutinasi (+) maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya
yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan
lagi pada titer berikutnya yaitu 1/320 yait 40ul reagen + 5ul serum penderita. Ini adalah
titer tertinggi. Apabila telah mencapai 1/320 maka dapat difonis menderita demam tifoid.
Namun apabila baru mencapai titer 1/80 untuk pasien yang pernah menderita demam
tifoid maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien yang belum pernah
mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemeriksaan berikutnya pada 5-7 hari,
untuk melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160 untuk pasien
yang pernah mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam ajngka
waktu 5-7 hari untuk melihat kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum pernah
mengalami typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu berlanjut pada titer 1/320.
Hasil positif atau negatif saja tidaklah cukup untuk menggambarkan tes
Widal.Cara yang lebih tepat adalah mengukur titer, yaitu konsentrasi antibodi atau
antigen pada sampel darah.Semakin tinggi angka titernya, semakin besar pula
kemungkinan adanya infeksi S. typhi. Menurut Jawetz pada tahuun 2008 Inpretasi
hasil tes widal sebagai berikut; titer O yang tinggi atau meningkat (≥160)
menandakan adanya infeksi aktif namun jika titer H yang tinggi atau meningkat
(≥160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau. Hasil praktikum
tes widal yang didapatkan dari Serum suspect demam tifoid dengan kode X
memiliki aglutinasi titer antibodi tertinggi 1/160 pada reagen AH, BH dan CH,
sementara pada reagen H hanya mencapai 1/20. Untuk aglutinasi titer antibody
BO,CO,O,AO beturut –turut adalah 0;20;160;320. Dari data yang didapat
disimpulkan serum kode x aglutinasi titer antibodi AH, BH dan CH mencapai
1/160 menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau. Dan titer antibodi
O dan AO mencapai (≥160) menandakan adanya infeksi aktif. Data kode serum x
memiliki agalutinasi (+) titer antibodi yang paling tinggi pada reagen AO dan AH
yaitu 1/320 dan 1/160. Hasil ini menunjukkan bahwa serum suspect bisa saja
terinfeksi salmonella typhi karena titer AH mengikuti titer AO, seperti yang
diketahui antibody O muncul pada hari 6-8 dan antibody H muncul pada hari ke 9-
12. Pada serum suspect demam tifoid dengan kode Z titer antibodi AO:AH dan
O:H memiliki perbandingan yang sama yaitu 1/160 : 1/160. Sedangkan titer
antibody BO dan CO mencapai 1/160 dengan BH dan CH berturut yaitu 1/20 dan
1/320. Dari data serum Z, aglutinasi (+) titer antibody CO dan CH yang paling
tinggi yaitu mencapai 1/160 dan 1/320. Hasil CO dan CH ini bisa saja menandakan
bahwa sebelumnya Z sudah sembuh dari infeksi salmonella typhi karna seprti
diketahui aglutinin masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H
menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Kadar aglutinin O akan menurun secara
perlahan terlebih dahulu diikuti aglutinin Vi dan H. Meskipun begitu tes widal
bukan untuk menentukan penyakit karena tes widal dapat memberikan hasil palsu
negarif atau palsu positif.
Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat
dari jenis strain kuman asal daerah endemis( lokal) memberikan sensitivitas dan
spesitifitas yang lebih tinggi dari pada bila dipakai antigen yang berasal dari strain
kuman asal daerah endodermis (import).
Pada test widal sendiri memiliki beberapa kelemahan yaitu rendahnya sensitivitas
dan spesifitas serta sulitnya melakukan interpretasi hasil, akan tetapi uji widal yang
positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid. Saat ini
walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan
dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakata akan nilai standar aglutinasi.
Beberapa hal yang sering disalah artikan:
Pemeriksan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian
yang salah. Uji widal hanya menunjukkan adanya antibody terhadap bakteri Salmonella.
Pemeriksaan widal yang hilang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil posittf
dianggap masih menderita tifus, hal ini juga pengertian yang salah. Setelah seseorag
menderita tifus dan mendapatakan pengobatan, hasil uji widal tetap postif untuk waktu
yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan
kesembuhan.
Serotipe sangat berbeda antar individu; oleh karena itu, jika sel-sel dari satu
manusia (atau hewan) dimasukkan ke dalam manusia acak lain, sel-sel tersebut sering
ditentukan sebagai bukan-diri karena mereka tidak cocok dengan serotipe-diri. Untuk
alasan ini, transplantasi antara manusia yang tidak identik secara genetis sering
menyebabkan respons imun yang bermasalah pada penerima, yang
menyebabkan penolakan transplantasi . Dalam beberapa situasi efek ini dapat dikurangi
dengan melakukan serotipe baik penerima.
VIII. Kesimpulan
1) Uji widal merupakan prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp
enteric yang mengakibatkan typoid.
2) Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibodi
pada serum penderita demam typoid.
3) Teknik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu uji hapusan (Slide Test) dan uji tabung (Tube Test).
4) Titer antibody ditambahkan dengan reagen S.typhi antigen O dan H, reagen S.typhi A
antigen AO dan AH, reagen S.typhi B antigen BO dan BH, serta reagen S.typhi C antigen
CO dan CH karena penyebab utama demam tifoid selain S.Typhi yaitu S.paratyphi ABC.
5) Data kode serum x memiliki aglutinasi (+) titer antibodi yang paling tinggi pada
reagen AO dan AH yaitu 1/320 dan 1/160. Sementara dari data serum Z, aglutinasi
(+) titer antibody CO dan CH yang paling tinggi yaitu mencapai 1/160 dan 1/320