Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

“PEMERIKSAAN WIDAL (PRINSIP TITER)”

OLEH
NOLA AYUNDA PUTRI
1701029

KELAS : S1-VIA

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Novia Sinata, S. Farm, M. Si

Asisten Dosen :
1. Dea Ananda
2. Yulinda Anggraini

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020

OBJEK V
PEMERIKSAAN WIDAL (PRINSIP TITER)

I. Tujuan Percobaan
1. Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella thypi dan Salmonella
parathypi dalam serum
2. Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dengan bakteri Salmonella dan membantu
diagnosis demam thypoid

II. Prinsip Percobaan


Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam meng-aglutinasi antigen Salmonella O
(antigen somatic) dan Salmonella H (antigen flagella). Titer antibodi ditunjukkan dengan
pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi

III. Tinjauan Pustaka


Demam tifoid ialah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan (lebih dari satu minggu),
gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran.
S. typhi ialah bakteri gram negatif, berflagela, bersifat anaerobik fakultatif, tidak
berspora, berkemampuan untuk invasi, hidup dan berkembang biak di dalam sel kariotik.
Di samping itu mempunyai beberapa antigen: antigen O, antigen H, antigen Vi dan Outer
Membrane Protein terutama porin OMP.
Adapun jenis antigen :
1. Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur
kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100°C
selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
2. Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga
dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas
suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.
3. Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari
fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam
pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk
mengetahui adanya karier.9
4. OuterMembrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan
sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin.
Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP
F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM <
6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C.
Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat
sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas.
Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang sangat spesifik yaitu
antigen protein 50 kDa/52 kDa.
Pemeriksaan widal ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphii (reagen). Uji ini
merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling sering diminati terutama
dinegara dimana penyakit ini endermis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test)
hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adannya aglutinasi.
Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin. Aglutinasi merupakan
reaksi serologi klasik yang dihasilkan gumpalan suspense sel oleh sebuah antibodi
spesifik yang secara tidak langsung menyerang spesifik antigen. Beberapa uji telah
digunakan secara luas untuk mendeteksi antibodi yang menyerang penyakit yang
dihasilkan mikroorganisme pada serum dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi
adalah penyatuan antigen-antibodi terjadi seperti pada presipitas dan tergantung pada
kekuatan ion,pH, dan suhu. Fase kedua yaitu pembentukan kisi-kisi tergantung pada
penanggulangan gaya tolak elektrostatik partikel-partikel.
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih
digunakan secara luas, khususnya dinegara berkembang termasuk Indonesia. Uji Widal
ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan waktu inkubasi semalam dan
uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja. Umumnya
sekarang lebih banyak digunakan uji Widal cara meluncurkan, karena merupakan uji
serologis yang cepat dan mudah dalam melaksanakannya. Sensitivitas dan terutama
spesifisitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa
peneliti uji Widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemi (lokal) memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang secara bermakna
lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
endemis(impor).
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah
bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang
digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat
ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Uji reaksi widal menggunakan suspense bakteri Salmonella typhii dan Salmonella
parathypii dengan perlakuan antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi
antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita demam thypoid.
Antibodi IgM somatic O menunjukkan awal dan mempresentasikan respon serologi
awal pada penderita demam thypoid akut,dimana antibodi IgG flagella H biasanya
berkembang lebih lambat tetapi tetap memanjang.
Salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk menegakkan diagnose demam
typhoid adalah pemeriksaan widal. Widal atau uji widal adalah prosedur uji serologi
utnuk mendeteksi bakteri Salmonella enteric yang mengakibatkan penyakit thypoid.
Untuk menentukan seseorang menderita demam typoid atau bukan, tetap harus
didasarkan atau gejala-gejala yang sesuai dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat
dikatakan sebagai penunjang diagnose jika seseorang tanpa gejala dengan uji widal
positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan,kebocoran
usus,infeksi selaput, renjatan brokopnemia dan kelainan di otak. Terdapat gejala
penyakit tifus segera dilakukan dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat
fatal,sampai pada kematian. Tanda-tanda dan gejala PA (Paratyphoid fever A)
menunjukkan tidak spesifitas,jenis penyakit ini sulit untuk di diagnose secara akurat.
Meskipun diagnosis definitife tetapi, dapat dibuat isoalasi SPA (serovar Parathypii A
(SPA) ), dari specimen klinis seperti darah,sum-sum tulang,urin atau tinja atau dengan
menunjukkan meningkatkannya titer O (somatic), H (flagelata),dan A (flagelata),ditandai
dengan aglutinasi antibodi dalam sampel serum yang berpasangan .
Salmonella pada umumnya harus di identifikasikan dengan analisa antigen seperti
Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O dan antigen H,tetapi
beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen ini dapat menggangu
aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan virulensi. Bagian paling luar dari
dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah antigen O, yang terdiri dari satuan-
satuan lipolisakarida yang berulang, sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan
bentuk koloni yang seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika
kehilangan antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak, kedua
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella .
Antigen merupakan suatu substansi yang dapat merangsang hewan atau manusia
untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengan cara spesifik. Antibodi
merupakan suatu substansi yang dihasilkan sebagai jawaban (respon) terhadap antigen
yang reaksi spesifik terhadap antigen tersebut. Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan
bereaksi dengan antigennya atau dengan antigen lain yang mempunyai persamaan dekat
dengan antigen pertama. Antibodi yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut
antibodi humoral dan beberapa diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat
dengan mata (visible). Antibodi spesifik dibentuk didalam sel tertentu yang bereaksi
secara spesifik dan langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai
antigen seluler .
IV. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan :
a) Pipet serologi
b) Slide
c) Tabung
d) Tes tube kecil 75x12 mm
e) Reiged Febrile test slide
f) Serum
g) Kontrol positif

Metode :
a) Uji Widal Lempeng ( Slide Agglutination Test/ SAT)
b) Uji Tabung ( Tube Agglutination Test/ TAT)

V. Cara Kerja
A. Slide Aglutinasi
1. Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran,sejumlah serum
berikut ditambahkan diatas lingkaran slide berdiameter 27 mm : 0,08 ml, 0,04 ml,
0,02ml, 0,01 ml, 0,005 ml.
2. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat
pada lingkaran slide
3. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
4. Dengan perlahan dan seing, guncang dan putar tes slide selama 1 menit hingga
terlihat adanya aglutinasi
5. Hasil yang diperoleh dicocokan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut :
1 :20 1:40 1:80 1:160 1:320
Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi slide dengan teknik tabung.
B. Tube Aglutination
1. Siapkan sebuah rak dengan 10 tabung
2. Tambahkan 1,9 ml saline pada tabung 1 dan 1,0 ml saline pada tiap tabung
lainnya
3. Tambahkan 0,1 ml serum pasien pada tabung 1, campur dengan baik
4. Ambil 1,0 ml dari tabung 1 dan pindahkan padaa tabung 2, lanjutkan pengenceran
secara serial sampai tabung 9, lalu buang 1 ml dari tabung 9
5. Tambahkan 1 tetes suspense antigen yang telah dicampur homogeny pada
masing-masing tabung
6. Jangan mencampur suspense sebelum dipakai
7. Tabung 1 sampai 9 sekarang mengandung serum yang diencerkan dari 1/20
sampai 1/5120
8. Tabung 10 hanya mengandung saline antigen sebagai antigen kontrol
9. Campur sampai homogen dan inkubasi pada suhu berikut, kemudian periksa
adanya aglutinasi
10. Titrasi antigen O pada suhu 50°C selama 4 jam
11. Titrasi antigen H pada suhu 50°C selama 2 jam
VI. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Widal
KEL Kode serum REAGEN Hasil (mg/dL)
1 X O 1:160
H 1:20
2 X AO 1:320
AH 1:160
3 X BO 0
BH 1:160
4 X CO 1:20
CH 1:160
5 Z BO 1:160
BH 1:20
6 Z CO 1:160
CH 1:320
7 Z AO 1:160
AH 1:160
8 Z O 1:160
H 1:160

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah uji pemeriksaan Widal dengan
prinsip Titer. Dimana . Uji widal merupakan prosedur uji serologi untuk mendeteksi
bakteri Salmonella sp enteric yang mengakibatkan typoid. Adapun tujuan dari percobaan
ini adalah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella thypi dan Salmonella
parathypi dalam serum dan untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dengan bakteri
Salmonella dan membantu diagnosis demam thypoid
Demam tifoid atau dikenal dengan tipes adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri jenis Salmonella typhi  serta  Salmonella paratyphi  A, B,
dan C. Penyakit ini masih sering ditemukan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Tes Widal termasuk salah satu bentuk pemeriksaan medis
yang dilakukan untuk memastikan diagnosis demam tifoid.
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi, uji
widal, tes tubex, metode enzymeimmunoessay (EIA), metode enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) dan pemeriksaan sipstik. Namun pada praktikum kali ini
digunakan uji widal dengan metode tabung dan slide. Uji ini didasarkan pada reaksi
aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibodi pada serum penderita demam
typoid. antigen-antibodi, dimana antibody akan bereaksi terhadap antigen tertentu
yang di anggap sebagai benda asing, kemudian akan membentuk aglutinasi
(penggumpalan). Antigen yang digunakan pada uji tes widal berasal dari antigen dalam
tubuh bakteri bakteri salmonella yaitu antigen (O) somatic yang terdapat pada lapisan
luar tubuh salmonella dan antigen (H) merupakan antigen yang terletak pada flagela.

Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada kenaikan titer,dimana titer awal atau yang
biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/80 yaitu 40ul reagen +20 ul serum penderita.
Apabila terjadi aglutinasi (+) maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya
yaitu 1/160 yaitu 40ul reagen + 10ul penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan
lagi pada titer berikutnya yaitu 1/320 yait 40ul reagen + 5ul serum penderita. Ini adalah
titer tertinggi. Apabila telah mencapai 1/320 maka dapat difonis menderita demam tifoid.
Namun apabila baru mencapai titer 1/80 untuk pasien yang pernah menderita demam
tifoid maka ini merupakan titer normal, tetapi untuk pasien yang belum pernah
mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemeriksaan berikutnya pada 5-7 hari,
untuk melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160 untuk pasien
yang pernah mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam ajngka
waktu 5-7 hari untuk melihat kenaikan titernya, namun untuk pasien yang belum pernah
mengalami typoid maka sudah dapat dikatakan (+) typoid. Lalu berlanjut pada titer 1/320.

Hasil positif atau negatif saja tidaklah cukup untuk menggambarkan tes
Widal.Cara yang lebih tepat adalah mengukur titer, yaitu konsentrasi antibodi atau
antigen pada sampel darah.Semakin tinggi angka titernya, semakin besar pula
kemungkinan adanya infeksi S. typhi. Menurut Jawetz pada tahuun 2008 Inpretasi
hasil tes widal sebagai berikut; titer O yang tinggi atau meningkat (≥160)
menandakan adanya infeksi aktif namun jika titer H yang tinggi atau meningkat
(≥160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau. Hasil praktikum
tes widal yang didapatkan dari Serum suspect demam tifoid dengan kode X
memiliki aglutinasi titer antibodi tertinggi 1/160 pada reagen AH, BH dan CH,
sementara pada reagen H hanya mencapai 1/20. Untuk aglutinasi titer antibody
BO,CO,O,AO beturut –turut adalah 0;20;160;320. Dari data yang didapat
disimpulkan serum kode x aglutinasi titer antibodi AH, BH dan CH mencapai
1/160 menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau. Dan titer antibodi
O dan AO mencapai (≥160) menandakan adanya infeksi aktif. Data kode serum x
memiliki agalutinasi (+) titer antibodi yang paling tinggi pada reagen AO dan AH
yaitu 1/320 dan 1/160. Hasil ini menunjukkan bahwa serum suspect bisa saja
terinfeksi salmonella typhi karena titer AH mengikuti titer AO, seperti yang
diketahui antibody O muncul pada hari 6-8 dan antibody H muncul pada hari ke 9-
12. Pada serum suspect demam tifoid dengan kode Z titer antibodi AO:AH dan
O:H memiliki perbandingan yang sama yaitu 1/160 : 1/160. Sedangkan titer
antibody BO dan CO mencapai 1/160 dengan BH dan CH berturut yaitu 1/20 dan
1/320. Dari data serum Z, aglutinasi (+) titer antibody CO dan CH yang paling
tinggi yaitu mencapai 1/160 dan 1/320. Hasil CO dan CH ini bisa saja menandakan
bahwa sebelumnya Z sudah sembuh dari infeksi salmonella typhi karna seprti
diketahui aglutinin masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H
menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Kadar aglutinin O akan menurun secara
perlahan terlebih dahulu diikuti aglutinin Vi dan H. Meskipun begitu tes widal
bukan untuk menentukan penyakit karena tes widal dapat memberikan hasil palsu
negarif atau palsu positif.
Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat
dari jenis strain kuman asal daerah endemis( lokal) memberikan sensitivitas dan
spesitifitas yang lebih tinggi dari pada bila dipakai antigen yang berasal dari strain
kuman asal daerah endodermis (import).
Pada test  widal sendiri memiliki beberapa kelemahan yaitu rendahnya sensitivitas
dan spesifitas serta sulitnya melakukan interpretasi hasil, akan tetapi uji widal yang
positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid. Saat ini
walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan
dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakata akan nilai standar aglutinasi.
Beberapa hal yang sering disalah artikan: 
Pemeriksan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian
yang salah. Uji widal hanya menunjukkan adanya antibody terhadap bakteri Salmonella.
Pemeriksaan widal yang hilang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil posittf
dianggap masih menderita tifus, hal ini juga pengertian yang salah. Setelah seseorag
menderita tifus dan mendapatakan pengobatan, hasil uji widal tetap postif untuk waktu
yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan
kesembuhan. 
Serotipe sangat berbeda antar individu; oleh karena itu, jika sel-sel dari satu
manusia (atau hewan) dimasukkan ke dalam manusia acak lain, sel-sel tersebut sering
ditentukan sebagai bukan-diri karena mereka tidak cocok dengan serotipe-diri. Untuk
alasan ini, transplantasi antara manusia yang tidak identik secara genetis sering
menyebabkan respons imun yang bermasalah pada penerima, yang
menyebabkan penolakan transplantasi . Dalam beberapa situasi efek ini dapat dikurangi
dengan melakukan serotipe baik penerima.
VIII. Kesimpulan
1) Uji widal merupakan prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp
enteric yang mengakibatkan typoid.
2) Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibodi
pada serum penderita demam typoid.
3) Teknik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu uji hapusan (Slide Test) dan uji tabung (Tube Test).
4) Titer antibody ditambahkan dengan reagen S.typhi antigen O dan H, reagen S.typhi A
antigen AO dan AH, reagen S.typhi B antigen BO dan BH, serta reagen S.typhi C antigen
CO dan CH karena penyebab utama demam tifoid selain S.Typhi yaitu S.paratyphi ABC.
5) Data kode serum x memiliki aglutinasi (+) titer antibodi yang paling tinggi pada
reagen AO dan AH yaitu 1/320 dan 1/160. Sementara dari data serum Z, aglutinasi
(+) titer antibody CO dan CH yang paling tinggi yaitu mencapai 1/160 dan 1/320

IX. Daftar Pustaka


o David, B.D. Renato. 1990. Microbiology 4th. London : Tippicoll Company.
o Hardjoeno dkk. 2003.Interpretasi hasil test diagnostic.Makassar.Lephas
o Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran . EGC ; Jakarta
o Olopenia, L.A and A.L King. 1999. Widal Aglutination Test-100 Years Later : Still
Plaqued by Controversi. Howard University, Wangshington
o Soemarno,2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klini. Akademi Analisis Kesehatan
Yogyakata Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; Yogyakarta
o Soenarjo, 1989. Dasar-Dasar Imuno Bioreproduksi pada H ewan. Fakultas Peternakan
Unsoed ; Purwekerto

Anda mungkin juga menyukai