Daftar isi
IMUNOKROMATOGRAFI
A. Pengertian
Daftar Pustaka
IMUNOKROMATOGRAFI
A. Pengertian
Imunokromatografi ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran samping (lateral flow test)
atau dengan singkat disebut uji strip (strip test) tergolong dalam kelompok imuno ASSAY
berlabel sampel seperti imunofluerens (IF) dan imuno enzim (EIA).
Imunokromatografi assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji
aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957
singes dan piots untuk penyakit Arthritisrheumatoid.
Disamping itu imunokromatografi assay (ICA) merupakan uji laboratorium yang
handal sehingga amat dibutuhkan dinegara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay
tidak membuktikan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk membacanya
cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata telanjang sehingga jauh
lebih pratktis.
HbsAg
Plano test
Narkoba
Pemeriksaan dengue
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HCV
Pemeriksaan Anti HbsAg
DEMAM TIPOID
1. Antigen o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman.
Bagian ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid.
a. Region I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan
polimer dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk
pengelompokan serologis.
b. Region II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan
sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.
c. Region III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang merupakan
bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada
membran permukaan sel.
2. Antigen H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
3. Antigen Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh
penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim
tersebut agglutinin.
4. Outer membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian dari didin
sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi
sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang
mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma, dan
berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
5. Heat hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang
terus berubah, terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam usahanya
mempertahankan hidupnya.
Sarana laboratorium untuk membantu menegakan diagnosis demam tifoid dalam garis
besarnya dapat digolongkan dalam tiga komponen, yaitu :
1. Isolasi kuman menyebabkan S. typhi, dari specimen klinis, seperti darah, sum-sum
tulang, urin, tinja dan cairan duodenum.
2. Imunoasay untuk malacak kenaikan kadar antibody terhadap antigen.S typhi
menentukan adanya antigen spesifik dari S. typhi.
3. Uji polymerase chain reaction (pcr) untuk melacak DNA spesifik dari S.typhi.
Di buat dari S. typhi yang motil dengan permukaan koloni yang licin.
Kuman dimatikan dengan larutan formalin 0,1%
c. Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A. untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
Dibuat dari strain S.paratyphi B. untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu
dengan larutan salin normal steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3
dari Mc. Forland (3 unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari
beberapa strain atau faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada
beberapa antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan faga
salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan spesifik serta sering
memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya untuk satu provinsi dipakai satu
jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain salmonella yang ditemukan diprovinsi yang
bersangkutan. Untuk menurangi hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain
daripada antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai spectrum yang
lebih luas.
TES LBORATORIUM
PRA ANALITIK
a antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi dalam serum sampel akan bereaksi dengan antigen
yang terdapat dalam reagen widal. Reaksi dengan adanya aglutinasi.
ecara antigenis salmonella typosa di bagi menjadi: antigen somatic atau antigen O, antigen flageller atau
antigen H, dan antigen Vi. Kegunaan pemeriksaan widal adalah mencari ada tidaknya zat anti
dan mengukur titer zat anti trehadap kuman salmonella Sp dalam serum penderita tersangka.
Typus abdominalis, antigen yang digunakan adalah suspense kuman salmonella Sp dan
proteus Sp yang telah dimatikan dan diolah menjadi antigen O (antigen somatik) dan antigen
H (antigen flagella). Jika salmonella masuk kedalam tubuh maka anti O lebih cepat muncul
dan membeeri respon dari pada anti H, dan anti O lebi cepat hilang dari pada anti H.
dan bahan:
1. Serum
2. Reagen Widal
3. Rotator atau batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Slide
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
PRA ANALITIK
1. Sampel serum
2. Reagen widal
3. NaCl 0,9%
4. Tabung Reaksi
5. Klinipet 100 ul + tips
6. Pipet 1 ml
7. Rak tabung
ANALITIK
Cara Kerja :
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
PRA ANALITIK
Alat
Bahan
a. Serum
b. Specimen control
c. Reagen coklat
d. Reagen biru
ANALITIK
Cara kerja
1. Masukan 50 ul reagen coklat pada sumur 1 untuk control (-) sumur 2 untuk control
(+) sumusr 3 unutk sampel
2. Tekan control (-) pada sumur 1, control (+) pada sumur 2 dan sampel serum pada
sumur 3
3. Kocok selama 2 menit
4. Tambakan reagen biru pada masing-masing sumur sebanyak 100 ul
5. Homogenkan dengan cara sedot sumur 10 X
6. Kocok dengan rotentor selama 2 menit
7. Tungu selama 2 jam untuk mengendap (bias di bantu dengan menggunakan magnet)
8. Amati warna yang terjadi
PASCA ANALITIK
Iterpretasi Hasil
Warna alkan terbentuk biru, sampel coklat, hasil di bandingkan dengan skala warna yang
tersedia.
Sifiis
B. IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT SIFILIS
Immunoassay untuk sifilis memegang peranan yang penting dalam diagnosis
laboratories dari penyakit sifilis ,sebab perjalanan penyakit lama dan sampai dewasa ini T.
pallidum belum berhasil untuk dibenihkan pada suatu media perbenihan . sedangkan
pemeriksaan secara langsung (mikroskopis) hanya dapat dikerjakan pada bahan yang diambil
dari lesi lues (ulcus durum,condylomata lata,dan reseola) yang seringkali hanya muncul
dalam waktu yang relative singkat dan sering member hasil yang negative semu.
Suatu infeksi dengan suatu kuman,umumnya akan membangkitkan pembentukan
antibody pada tubuh penderita.Demikian juga halnya pada infeksi dengan T.pallidum .
pembentukan antibody pada penderita sifilis baru terjadi setelah agak lama penderita
menderita penyakit tersebut,yaitu dimulai pada akhir stadium pertama atau permulaan
stadium kedua.
Hal ini terutama disebabkan oleh karena kuman ini diliputi oleh suatu selaput mucoid
yang menyebabkan kuman ini menjadi kebal terhadap fagositosis. Baru setelah kuman ini
agak lama berada dalam tubuh atau telah menyebar ke kelenjar lemfe regional(akhir stadium
pertama), pembentukan antibody humoral yang nyata mulai terjadi.
Dari segi imunoassai ,suatu infeksi dengan T .pallida.yang dikenal sebagai penyebab
dari sifilis akan menimbulkan 2 jenis antibody sebagai berikut :
1. Antibody nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi
yang lain. Antibody ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar ke kelenjar limfe
regional dan menyebabkan kerusakan jaringan. Antibody ini memberikan reaksi
silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain seperti misalnya dengan antigen
lipoid dari ekstrak otot jantung.
2. Antibody treponemal yang bereaksi dengan T.pallida. dan closelyrelatedstrains.
Dalam golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody,yaitu:
Group treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki
oleh semua Treponema.
Antibody treponemal yang spesifik,yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari
T.Pallidum.
Macam Imunoassai untuk sifilis
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka imunoassai untuk sifilis dapat dibagi
menjadi 3 golongan besar,yaitu :
1. USS yang menggunakan regain sebagai antibody dan lipoid sebagai antigen.
Termasuk di sini yaitu:
Sensitifitas dari immunoassai untuk sifilis tidaklah sama dalam setiap stadium dari
sifilis seperti tampak dalam table berikut;
Sensitifitas pelbagai immunoassai untuk sifilis pada pelbagai stadium dari penyakit
sifilis(Olansky,1971)
TES LABORATORIUM
1. PEMERIKSAAN VDRL
PRA ANALITIK
1. Slide
2. Clinipet
3. Batang pengaduk
4. Centrifuge
5. Tips
6. Tissue
7. Reagen VDRL
8. Serum
ANALITIK
Cara kerja:
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
2. PEMERIKSAAN VDRL
PRA ANALITIK
ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Intrepetasi hasil:
3. PEMERIKSAAN TPHA
PRA ANALITIK
1. Tabung reaksi
2. Clinipet 10 ul,50 ul,dan 100 ul
3. Tips kuning
4. Diluents
5. Control cells
6. Control reaktif
7. Control non reaktif
8. Serum sampel
ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Interpretasi hasil :
PRA ANALITIK
ANALITIK
Cara Kerja :
PASCA ANALITIK
Interprestasi Hasil :
PRA ANALITIK
a. Serum sampel
b. NaCl 0,9%
c. Slide putih dengan 7 lingkaran (pakai 2 slide putih)
d. Klinipet 50ul
e. Tips kuning
ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Reaktif (positif +) jika terbentuk agregat besar ditengah dan dipinggir lingkaran.
Weak (positif ± lemah)jika agregatnya halus pada pinggir lingkaran
Non reaktif(negative -)jika tidak terbentuk agregat
Penulisan hasil
Amati lingkaran yang terjadi aglutinasi dengan memperhatikan titernya:
Lingkaran Titer
1 ½
2 ¼
3 1/
8
4 1/
16
5 1/
32
6 1/
64
7 1/
128
Tulis hasil dengan menentukan lingkaran paling akhir yang menunjukkan adanya aglutinasi.
IMUNOASSAY
UNTUK PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN INFEKSI JASAD RENIK
DEMAM REMATIK
Factor rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker (1940), dan Rose et.al
(1948), sebagai immunoglobulin dalam sera penderita dengan arthritis trematoid yang dapat
mengaglutinasi sel darah merah domba yang di lapisi IgG kelinci.
Factor rematoid adalah suatu antibody (IgG,atau IgA) yang ditunjukan terhadap IgG
(anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak lanjut daroi penyakit arthritis rematoid;
biasanya setelah penderita penyakit lebih dari stengah tahun.
Pathogenesis dari penyakit arthritis rematoid, dan mekanisme pembentukan factor
rematoid masih belum diketahui dengan tepat (masih merupakan hipotensis).
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit radang sendi yang di timbulkan oleh suatu
kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang kelainan imunopatologisnya
disebabkan oleh kegagalan dalam koordinasi dari beberapa fungsi imunitas mediasi seluler
(cell mediated immunity) terhadap suatu antigen di dalam sendi(intra-arthicular) yang berasal
dari luar. Antigen penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan tepat, dan oleh
karena itu sering di sebut antigen x.
Akhir-akhir ini sering-sering dikemukakan bahwa ada hubungan yang positif, antara
arthritis rematoid dan infeksi dengan virus Epstein-Barr(EBV). Antigen x yang masuk
kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel imunokompeten dari sinovia sendi sehingga
merangsang pembentukan anti bodi terhadap antigen x tersebut. Antibody yang dibentuk
dalam beberapa sendi ini terutama dari kelas lgG walaupun kelas dari Ab yang lain juga
terbentuk.
Pada beberapa penderita dengan arthritis rematoid, secara genetic, didapatkan adanya
kelainan dari sel liimfosit T-Suppressor-nya sehingga tidak dapat menekan sel limposit T-
Helper. Dengan akibat timbulnya rangsangan yang berlebihan pada sel plasma sehingga
terjadi pembentukan antibody yang berlebihan pula. Dalam jangkka waktu yang lama hal ini
akan menyebabkan gangguan glikosilsi lgG sehingga terbentuk lgG yang abnormal, dan
menimbulkan pembentukan otoantibodi yang dikenal sebagai factor rematoid (lgG,lgA, lgE,
lgM, dan anti lgG)lgG yang abnormal tersebu akan difagositosis oleh magrofag atau APC
yang lain. Didalam APC ,lgG tersebut akan diproses namun pada orang normal tidak
menimbulkan respon imun sebab bahan yang berasal dari tubuh sendiri tidak dapat
membangkitkan molekul kostimulatoris B7 pada permukaan APC sehingga tidak dapat
terikat pada molekul CD28. Pada penderita rematoid arthritis,oleh karena HLA-nya terjadi
peningkatan kadar molekul kostimulatoris B7-1 dan B7-2, sehingga dapat mengikat molekul
CD-28 dan menimbulkan respon imun CD4 Th 2 yang menghasilkan otoantibodi ,yaitu anti-
lgG atau factor rematoid.
Umumnya factor rematoid baru terbentuk setelah penderita menderita penyakit lebih
dari 6 bulan , tetapi dapat pula terjadi lebih awal atau sesudah waktu yang lama. Dalam tahap
selanjunya antibody tersebut (terutama lgG) akan mengadakan ikatan dengan antigen x dalam
bentuk kompleks imun lgG. Kompleks imun ya ng terjadi akan mengaktifkan komplomen
dan menimbulkan kemotaksin yang menarik leukosit polimorfonukleat (PMN) ke tempat
proses.PMN ini akan menadakan fagositosis kompleks imun tersebut, dan mengalami
kerusakan atau mati dengan akibat pengeluaran enzim lysozim yang dapat merusak tulang
rawan sendi.
Pengendapan kompleks imun disertai komplomen pada dinding sendi juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa jaringan sinovia sendi
(sel dendritik abnormal) yang mengalami artrutis rematoid mengeluarkan enzim collagenase
dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkaan kerusakn tulang rawan sendi
yang tak dapat pulih lagi(irreversible).
TES LABORATORIUM
PRA ANALITIK
1. Centrifuge
2. Slide test
3. Pipet tetes
4. Batang pengaduk
5. Serum
6. Reagen latex
7. Control positif
8. Control negative
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
PRA ANALITIK
ANALITIK
Cara Kerja
5. Campur dengan gerakan memurat beberapa detik hingga campuran tersebut menyebar
keseluruh tubuh arah lingkaran
6. Putar perlahan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang terjadi
PASC ANALITIK
Interpretasi Hasil
PRA ANALITIK
1. Slide
2. Pipet tetes
3. RA latex
4. Serum
5. Batang pengaduk
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
PRA ANALITIK
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Batang pengaduk
5. Klinipet 100 ul
6. Tips kuning
7. RA latex
8. Buffer Glisine
9. Serum
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Untuk mendapatkan konsentrasi RF, Kalikan titer dengan factor konfersi yaitu 8 IU/ml.
HEPATITIS
A. IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT INFEKSI HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang memberikan
lemah badan, mual ,kencing, seperti air the disusul dengan mata dan badan menjadi kuning.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai bentuk yang klasik seperti ini. Ada hepatitis
yang tidak nyata (inapparent hepatitis), ada yang tanpa ikterik,ada bentuk yang
jiank(bening)dan ada yang ganas (fulminan). Hepatitis dapat disebabkan oleh virus
(penyebab terbanyak), bakteri (salmonella typhy), obat-obatan racun(hepatotoksik)dan
alcohol.
Kini telah dikenal beberapa virus penyebab peradangan hati yaitu : virus hepatitis A
(VHA), Virus hepatitis B(VHB),virus hepatitis C(VHC,non A non B),virus hepatitis D(VHD),Virus
hepatitis E(VHE)dan virus hepatitis G(VHG).
Hepatitis virus yang banyak dikenal oleh para klinisi adalah hepatitis A,B,dan C oleh
karena itu akan dibahas lebih rinci dari aspek serologi.
Hepatitis A merupakan penyakit hepatitis akut yang sering dijumpai pada beberapa
usia muda. Penularan penyakit ini terjadi secara oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar(oral-faecal)
Penyakit ini umumnya member gejala klinis yang akut,dan jelas namun hamper
semuanya akan sembuh tanpa bekas.
Virus hepatitis A merupakan virus RNA yang tergolong dalam virus picorna. Virus
hepatitis A merupakan partikel dengan diameter 27 nm, berbentuk okosahedral dan tidak
berbungkus. RNA dari virus ini diliputi oleh kapsid yang terdiri dari polipeptida virus : VPI
sampai dengan VP4.
Dibawah mikroskop electron tampak “penuh”atau “kosong”. Lipid bukan merupakan
komponen integral dari virus Hepatitis A yang stabil dengan pengelohan eter, asam dan
panas (560C selama 30 menit). Infektifitanya dapat dipertahankan selama bertahun-tahun
pada suhu 200C.
HAV mengandung 3 polipeptida utama dengan berat molekul 34.000,25.000 dan
23.000 sama seperti yang dimiliki oleh virus Entero.
Imunopatogenesis
Infeksi dari virus Hepatitis A terjadi secara oral-faecal dengan waktu inkubasi 2-6
minggu. Virus hepatitis A sudah dapat ditemukan dalam tinja penderita yang terinfeksi sejak
masa inkubasi, dan baru menghilang pada minggu ketiga setelah sakit.
Dari mukosa usus virus tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah ,namun stadium
viremia ini hanya berlangsung selama kurun waktu yang amat pendek. Selanjutnya virus
tersebut akan menginfeksi sel hepar,dan menyebabkan beberapa gejala klinis dari Hepatitis
A.Hampir semua penderita dengan Hepatitis A akan sembuh sempurna tanpa komplikasi
yang berarti.
Masuknya virus Hepatitis ini kedalam tubuh penderita akan merangsang beberapa
sel imunokompeten dari tubuh untuk membentuk antibody.
Antibody yang pertama dibuat ,dan amat patogmonik untuk Hepatitis A aialah lgM
anti-HAV. Titer dari lgM anti-HAV akan terus meningkat, dan mencapai puncaknya satu
minggu setelah timbulnya gejala penyakit, kemudian titer akan turun secara perlahan-lahan
dan mencapai negative setelah minggu kedelapan ,dan diganti oleh lgG anti-HAV.
LgG anti-HAV mulai timbul setelah fase akut dari Hepatitis A lewat. Titernya
umumnya meningkat dalam 3-6 bulan setelah infeksi, dan mencapai puncaknya 1-2 bulan
setelah timbulnya gejala penyakit. Antibody ini bertahan lama sampai bertahun-tahun,
bahkan sampai seumur hidup.
Dari segi diagnostic adanya lgG anti-HAV tidak memegang peranan yang berartiuntuk
menyatakan adanya penyakit yang akut, namun mempunyai arti yang penting sebagai
petunjuk timbulnya kekebalan.
b. Virus Hepatitis B
Hepatitis virus B merupakan radang hati yang disebabkan oleh infeksi dengan virus
Hepatitis B(VHB atau HBV) , yaitu suatu virus hepadna. Marka serologic pertama ditemukan
pada penduduk asli Australia oleh Blumberg dan kawan-kawan pada tahun 1965 dan disebut
sebagai Australian antigen (Au Ag).
Pada tahun 1968, prince kemudian melaporkan adanya hepatitis B surface antigen
(HBsAg) pada penderita serum hepatitis yang akhirnya dikenal sebagai virus hepatitis B yang
identik dengan Australian antigen. Ada beberapa macam subtype HBsAg yaitu: adw ,ayw,
adr dan ayz yang amat penting untuk epidemologi penyakit. Hepatitis B masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Perubahan serologi pada VHB di mulai dengan timbulnya HBsAg / H beAg / HBV-DNA
dalam darah/serum yang sering mendahului peningkatan aktvitas transaminase, kemudian
berturut-turut disusul dengan timbulnya lgM anti HBc dan anti HBs. Perubahan biokimiawi
maupun serologic adanya infeksi VHB, umumnya akan kembali normal dalam 6 bulan.
Dikatakan kronis bila perubahan biokimiawi dan serologic menetap >6 bulan.
Virus Hepatitis B (VHB) yang dikenal sebagai partikel Dane (diameter 42nm),
termasuk dalam family Hepadana. Virus ini hanya dapat menimbulkan infeksi pada manusia
dan Champanse saja.
Dalam darah individu yang terinfeksi dengan VHB terhadap partikel Dane dan dua
buah partikel berbentuk lain, yang satu berbentuk tubular dan yang lain berbentuk bulat
dengan diameter 22nm.
Partikel Dane terdiri beberapa bagian yang amsing-masing memiliki antigenitas
tersendiri.
Bagian paling luar yang merupakan selubung dikenal sebagai Hepatitis B surface
antigen (HBaAg). Bagian sebelah dalamnya yang merupakan inti atau core dari virus
mengandung hepatitis core antigen (HBcAg), dan Hepatitis Be antigen (HBeAg), partially
double stranded DNA, DNApolimerase (DNA-p) dan suatu aktifitas polymerase.
Imunopatogenesis
Penularan VHB dapat terjadi melalui 2 pola,yaitu pola vertical dan pola horizontal.
Pada pola vertival infeksi terjadi dari ibi hamil dengan HBsAg positif pada anak yang
dilahirkannya pada saat persalinan (penularan perinatal).
Masuknya VHB kedalam tubuh anak biasanya terjadi melalui abrasi kulit bayi akibat
trauma kehamilan atau dapat juga melalui air ketuban yang masuk dalam mulut anak.
Pada pola horizontal infeksi VHB dapat melalui luka dikulit atau selaput lender,
misalnya melalui suntikan, trnsfusi darah, alat operasi ,tusuk jarum, pembuatan
tattoo,tindik,luka pada selaput lender mulut, hidung, saluran pencernaan makanan bagian
bawah ,mata atau genitalia (hubungan intim).
VHB dapat ditemukan pada beberapa cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan amnion,
keringat,secret vagina dan air mata.
Setelah VHB masuk ke dalam tubuh penderita yang tidak memiliki kekebalan
terhadap VHB, poly-human serum albumin receptor (PAR) yang terdapat pada permukaan
HBsAg akan mengikat poly-human serum albumin (poly HSA) yang disebut oleh hepatosit.
Dalam tahap selanjutnya poly-HAS yang sudah diikat oleh PAR dari VHB dari suatu kutubnya
akan diikat oleh PAR yang terdapat dipermukaan hepatosit pada kutubnya yang lain. Setelah
itu VHB masuk ke dalam sitosol dari hepatosit.
Didalam sitosol dari hepatositt ,protein VHB yang diproduksi oleh sel hepatosit yang
terinfeksi akan dipecah menjadi peptide yang akan diambil oleh reticulum endoplasma,
yaitu tempat molekul MHC kelas 1 dibuat, dan mengikat serta mengangkut fragmen peptide
tersebut ke permukaan hepatosit.
Bila ada limposit T CD8 yang lewat maka kompleks antigen-MHC kelas 1 akan
dianggap oleh reseptor yang ada dipermukaan limposit CD8 dan menimbulkan signal pada
sel limposit tersebut sehingga sel tersebut menjadi aktif, dan melepaskan sitokin yang dapat
menghancurkan seluruh sel yang terinfeksi beserta isinya. Beberapa sel hepatosit yang rusak
tersebut akan melepaskan enzimnya sehingga kadar SGOT,SGPT, bilirubin dan gamma-GT
dalam serum meningkat.
Waktu inkubasi VHB terentang antara 6 minggu sampai 6 bulan. Bila seseorang
individu mengalami infeksi VHB maka ada tiga kemungkinan utama yang dapat terjadi, yaitu:
Hepatitis akut (20% dengan gejala hepataitis akut yang nyata dan 80% berjalan
subklinis)
Hepatitis menahun
Pengidap VHB sehat
HBsAg biasanya positif selama beberapa gejala klinis dari penyakit masih ada, dan
baru menghilang beberapa minggu (1-12 minggu) kemudian HBsAg yang menetap lebih dari
6 bulan merupakan petunjuk dari infeksi HBV yang menahun atau penderita akan menjadi
VHB (carrier) yang sehat.
Pada orang dewasa sekitar 10% akan menjadi pengidap menahun,sebaiknya pada
golongan anak,85-95% akan menjadi pengidap menahun. Dari pengidap VHB yang
menahun, 67% akan berrkembang menjadi serosis hati,dan sebagian besar menjadi kanker
hati.
Hepatitis C adalah hepatitis viral yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (vhc=hcv),
dan tergolong dalam kelompok hepatitis non-A ,non-B(NANB). Hepatitis viral inoi sering
terjadi setelah transfuse darah atau pemberian komponen darah sehingga pada masa yang
lalu hepatitis C ini disebut sebagai post transfusion NANB hepatitis.
Dibeberapa daerah didapatkan hepatitis non-A non-B yang tidak mempunyai riwayat
transfuse, dan disebut sebagai hepatitis sporadic atauu acquired community. Dari penelitian
selanjutnya ternyata 40-50% dari penderita hepatitis ini menunjukkan antibody anti-HCV
yang positif.
Pada umunya hepatitis C member gejala klinis yang relative ringan bahkan sering
tanpa gejala namun mempunyai kecenderungan untuk menjadi menahun atau serosis hati
yang lebih besar bila dibandingkan dengan hepatitis viral yang lain.
Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan genom berantai tunggal, dengan
polaritas positif, diameter 30-60nm, dan panjang sekitar 10kb. VCH merupakan virus yang
peka terhadap pelarut organic seeperti kloroform, terbungkus oleh envelop lipid dan
termasuk dalam family antara flavivirus dan pestivirus. Genom VHC terdiri dari sekitar 9413
nukleotida dan mengkode sekitar 3010 asam amino.
Menurut beberapa peneliti terdapat enam genotip strain VHC. Di Indonesia genotip yang
sering dijumpai adalah subtype 1b, dan subtype 1 baru yang tidak didapatkan di Negara lain.
Genotipe VHC yang sering dijumpai di Surabaya adalah subtype 1b, subtype 1 baru, 2a dan
subtype baru dari tipe 3.
Genom VHC terdiri dari 3 bagian utama sebagai berikut :
1. Region non-coding ,terdiri dari 340 nukleotida dan belum banyak diketahui
funggsinya,
2. Region structural, terdiri dari region nukleokapsid atau core (c), dan region
envelope(surface=s),dan
3. Region non structural (NS), terdiri dari NS 1-NS5 dan sebagian fungsi NS 2-NS5 tiddak
diketahui.
Imunopatogenesis
Masa inkubasi dari Hepatitis C berkisar antara 2-20 minggu dengan puncaknya
antara 6-12 minggu dan rerata sekitar 7-8 minggu.
Respon imun yang terjadi setel;ah masuknya VHC kedalam hepatosit, sama dengan
respons imun penyakit yang lain, yaitu respons imun terhadap jasad renik intraseluler dalam
sitosol dari sel yang terinfeksi. Antigen dari virus yang dibuat di dalam sitosol hepatosit akan
merangsang MHC kelas 1 untuk membuat polipeptida yang mengangkut antigen tersebut ke
permukaan sel untukdiikat oleh reseptor ddari limposit T CD8 sehingga sel ini teraktivasi.
Limposit TCD8 yang teraktivitas tersebut akan mengeluarkan sitokin yang
menghancurkan sel hepar, dan virus yang berada didepannya. Akibatnya akan terjadi
peningkatan kadar ALT dalam serum penderita yang sering kali disertai oleh viremia.
Beberapa menduga bahwa VHC dapat merusak sel hati secara lansung (directly cytopathic)
sebab ada kaitan antara beratnya kerusakan sel hati dengan banyaknya virus.
Pola fluktuasi ALT serum pada hepatitis C khas periode peningkatan ALT di selingi
oleh periode ALT yang normal atau mendekati normal. VHC atau beberapa bagian virus yang
berada ekstraseluler dapat ditangkap oleh beberapa reseptor pada permukaan limfosit B,
dimasukan kedalam vokuol, dan diproses, lalu dipaparkan pada permukaan limfosit B dan
ditangkap oleh reseptor limfosit T CD4 Th2. Sel CD4 Th2 yang teraktivitasi akan mengalami
transformasi blas menjadi sel plasma yang mensekresi antibody spesifik terhadap antigen
VHC. Serenkonversi sel plasma yang mensekresi antibody spesifik terhadap antigen VHC.
Serekonversi biasanya terjadi 11-12 minggu setelah infeksi, behkan dengan uji anti-HCV
generasi II, antibody tersebut dapat dilacak 7-8 minggu setelah infeksi. Namun pada
beberapa kasus, antibody tersebut baru timbul setelah infeksi berjalan setelah 6-12 bulan.
Antibody pertama yang biasa timbul adalah antibody terhadap core, dan biasanya
dapat dilacak sesaat sebelum atau bersamaan dengan peningkatan ALT serum.
Antibody terhadap NS 3 biasanya timbul bersamaan atau sesaat setelah antibodi
terhadap protein core, namun kadang kala (anti-C33c) dapat juga timbul sebelum anti-core,
dapatdideteks.
Anti –C 100-3 (NS4) baru timbul 10-15 minggu setelah peninghktan ALT. Hepatitis
Cdikatakan menjadi menahun bila kenaikan kadar ALT serum dan anti-HCV positif terjadi
lebih dari 6 bulan atau 1 tahun’
Factor yang berperan dalam perubahan hepatitis C akut menuju menahun yaitu
tingginya kadar ALT, sifat polifaksin, usia lanjut dan gangguan imunologis.
TES LABORATORIUM
1. Pemeriksaan HbsAg
PRA ANALITIK
1. Tabung reaksi
2. Serum
3. Strip HBsAg atau strip ACON
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
H
B
S
A
G
T
2. PEMERIKSAAN ANTI HCV
PRA ANALITIK
1. Pipet tetes
2. Strip Anti HCV
3. Tabung reaksi
4. Serum sampel
5. Reagen HCV / buffer HCV
ANALITIK
Cara kerja :
Interpretasi Hasil :
PRA ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
PRA ANALITIK
Alat
b. Cara autometik
Bahan
ANALITIK
Cara kerja:
b. Cara autometik
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Sampel dengan absorbansi dibawah gray zone (nilai cut off-10%)dinyatakan sebagai
negative. Sampel didaerah gray zone , tes harus diulangi, tanda +/- akan tercetak dikertas.
Hasil diatas gray zone dinyatakan positif
HIV / AIDS
1. RNA VIRUS
2. Termasuk kelompok retroviridae
3. Terdapat 2 jenis : HIV 1 dan HIV II
4. Core berbentuk silindris
5. Memiliki envelop
6. Memiliki enzim reverse Transcriptase, enzim-Integrase, protease dan RNAase.
7. Memiliki Sembilan macam gen dan tiga regulatory gen
TES LABORATORIUM
1. Pemeriksaan HIV
PRA ANALITIK
1. Pipet tetes
2. Strip HIV
3. Tabung reaksi
4. Serum
5. Reagen HIV/Buffer HIV
ANALITIK
Cara Kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Intesitas dari warna merah garis daerah test (T) akan berubah tergantung dari konsentrasi
antibody HIV yang ada pada sampel. Oleh k]arena itu adanya beberapa bayangan merah
didaerah test dapat diperiksa positif.
PRA ANALITIK
nsip dasar uji ELISA-Ag HIV adalah double antibody sandwich antiglobulin (indirect sandwich) ELISA.
han
a. Sampel
b. Butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia
c. IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci
d. Goat antrabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase
e. PBS-T
f. O-phenylenediamine dihydrochloride
g. Sulfuric acid
h. Klinipet dan tipsnya
i. Incubator
j. Timer
ANALITIK
Prosedur kerja
1. Sampel (200 ul) dicampur dengan butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV
manusia, dan diinkubasikan selama semalam pada suhu ruangan.
2. Setelah tahap pencucian, ditambahkan IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci, dan
diinkubasi selama 4 jam pada suhu 40 C.
3. Setelah dicuci, untuk memisahkan bagian yang terikat dari yang bebas, di tambahkan
goat antirabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase, dan diinkubasi selama 2 jam
pada suhu 240 C.
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Kadar antigen dalam sampel ditentukan dengan mengeluarkan absorban padakurva baku yang
dibuat dari berbagai serum standar yang mengandung antigen gp 24dengan konsentrasi yang
diketahui
Catatan
Kelemahan tes
Tes ini tidak mampu untuk menentukan antigen bila terdapat titer antibodi terhadap p 24 yang
tinggi sehingga membentuk kompleks imun.
Karakteristik tes
Menurut schochetman (1990), daya lacak uji ELISA-Ag HIV terentang antara 50-100pg/ml
antigen p 24 yang bebas (tak terikat Ab).
DEMAM BERDARAH
DENGUE
1. Kapsid (C)
2. Membrane (M),dan
3. 7 protein nonstructural ,yaitu NS 1,NS 2a, NS 2b, NS3, NS 4a, NS 4b, dan NS 5
Antibody pertama yang dibentuk adalah neutralizing antibody yang dimulai sejak hari
kelima dari penyakit.
Titer antibody ini mengikat amat cepat, lalu menurun secara lambat dalam waktu yang lama,
dan biasanya bertahan seumur hidup.
Neutralizing antibody ini merupakan antibody yang spessifik.
2. Non-neutralizing antibody
TES LABORATORIUM
1. PEMERIKSAAN DENGUE
PRA ANALITIK
1. Tabung reaksi
2. Tees acon
3. Serum
ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
Positif (+) : terrdapat2 garis warna pada daerah control dan test
Negative (-) : hanya terbentuk satu garus pada daerah control
Invalid : tidak terbentuk garis warna
Pembacaan Hasil :
MMMM
GGGG
CCCC
MMMM
GGGG
CCCC
Keterangan :
Garis M = lgM
Garis G = lgG
Garis C = control
Dinyatakan Batal bila tidak tampak garis control
NARKOBA
A. IMUNOASSAY UNTUK PEMERIKSAAN NARKOBA
Narkoba atau Narkotika dan obat terlarang lainnya, saat ini penggunaannya menjadi masalah
medis, hokum, social dan ekonomi di Negara maju maupun Negara berkembang.
Penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat Menurut UU RI Nomor 5
Tahun 1997 yang termasuk kelompok Psikotropika adalah Amfetamin dan derivatnya yaitu
MA (Methamfetamin) dan MDMA (Methylene-Dioxyy-Meth-Amvetamin). LSD ( Lysergic
Acid Diethylamide), obat tidur, anti depresi dan anti psikosis.
Dalam UU RI Nomor 22 tahun 1997,Narkotika meliputi golongan Opiat(Morfin,
Heroin),golongan Kanabis(Ganja, Marijuana, Hahis) dan golongan
koka(Kokain/Coke/Crack).
Heroin (Diacetyl Morphine) atau putau adalah analgesic dan narkotik golongan 1, biasanya
digunakan dengan cara suntikan,dihirup atau melalui oral.
Ganja atau Marijuana/Hashis yang metabolitnya dalam urin sebagai THC (Tetra Hidro
Cannabinol) atau 11-nor-Ä- tetrahydrocannabinol-9-carboxylic acid (asam karboksilat yang
berkonjugasi yang berkonjugasi dengan asam Glukoronat), merupakan jenis narkoba dari
kelompok halusinogeen dan narkoba golongan 1. Umumnya ganja digunakan melalui rokok.
Kokain (ecgonine methyl ster-benzoylecgonine) adalah stimulat jenis narkotika golingan 1.
Kokain dikomsumsi melalui suntikan, dihirup dan dimasukkan dalam rokok.
Amfetamin dan derivatnya yaitu MA (dikenal sebagai shabu-shabu)dan MDMA (sebagai
ekstansi/inex) termasuk golongan psiko-stimulansia. MDMA biasanya dikomsumsi melalui
oral sedangkan MA digunakan secara suntikan, dihirup dan dicampur dengan tembakau
rokok kemudian dihisap.
Melalui sirkulasi darah, zat narkoba akan dibawa ke otak, hati, ginjal, dan organ lainnya,
kemudian mengalami metabolism serta melalui ginjal dieksresi dan dikeluarkan melalui urin.
Efek dari zat narkoba dapat mempengaruhi susunan saraf pusat dan merusak organ-organ
dalam tubuh.
Heroin, Ginjal, Kokain, dan A, fetamin tidak digunakan dalam ilmu kedokteran melainkan
sebagai designed substrance yaitu sengaja dibuat untuk tujuan bersenang-senang.
Golongan Opiat dan Amfetamin masih dapat dideteksi dalam urin 1 sampai 4 hari setelah
penggunaan obat. Golongan kokain dalam 1 sampai 3 hati. THC masih dapat dideteksi dalam
urin 2-7 hari setelah penggunaan obat. Bahkan dalam urin pecandu berat, THC masih dapat
dideteksi 46-77 hari setelah penggunaan obat.
Zat narkoba dapat dideteksi dalam darah atau serum,urin dan cairan tubuh.
TES LABORATORIUM
PRA ANALITIK
Cara kerja:
PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
TES KEHAMILAN
B. TES LABORATORIUM
PRA ANALITIK
1. Tabung reaksi
2. Test strip
3. Urine
ANALITIK
Cara kerja :
PASCA ANALITIK
Iterpretasi Hasil :
Positif : jika ada dua garis pada daerah control dan test
Negatif : jika terdapat satu garis pada daerah control
Pemeriksaan HCG
PRA ANALITTIK
Metode : langsung
Prinsip : HCG yang terdapat dalam urine bereaksi dengan anti HCG yang terikat pada partikel latex.
Reaksi ini ditunjukan dengan adanya aglutinasi pada partikel latex.
Alat dan Bahan
1. Slide
2. Klinipet
3. Urine
4. kontrol positif
5. kontrol negatif
6. Reagen latex
7. Batang pengaduk
ANALITIK
Cara kerja
PASCA ANALITIK
Interpretasi hasil :
Darah adalah suatu suspensi yang terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Antigen (aglutinogen)
olongan darah rerikat pada sel darah merah sedangkan antibodi (aglutinin) terdapat salam
plasma darah. Sifat golongan drah adalah diturunkan, terikat somatic kromosom dan bersifat
abadi (kebakaan).
Baik antigen maupun antibodi dari golobgab darah terdapat dalam darah kita dalam bentuk
ketidak sesuaian. Pada golongan darah system ABO dibagi menjadi 4 golongan darah yaitu
A, B, AB dan O. golongan A terdapat antigen A dan anti B; golongan B terdapat antigen B
dan anti A; golongan AB terdapat antigen AB dan tidak terdapat antibody ; golongan O tidak
terdapat antigen dan terdapt anti-A dan anti-B.
TES LABORATORIUM
PRA ANALITIK
a. Objek gelas
b. Blood lancet
c. Darah kapiler dan darah vena
d. Serum anti A
e. Serum anti B
f. Serum anti AB
ANALITIK
Prosedur kerja
PASCA ANALITIK
Pembacaan hasil
----------golongan darah B.
-------------Golongan darah O.
DAFTAR PUSTAKA
Handojo, Indo. 2004. Imunoassay Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar :
Hasanuddin University Press.
http://www.indpretest.com/IVD_tests_kits_pic/Medical_diagnostics_samples/IVD_HCT_test
s
Manaba Faizin. 2001. Buku Ajar Patologi Umum. Edisi IV .Makassar