Anda di halaman 1dari 11

7

kemudian kuman keluar bersam feses dan juga dari ginjal kuman keluar bersama

urine (B. K. Mandall dkk, 2006)

1. Minggu ketiga

Tahapan ini merupakan stadium penyembuhan dan demam menurun, bila klinis

menunjukkan sembuh tetapi kuman masih ada, dan kuman keluar bersama urine dan

feses. Maka keadaan ini disebabkan convalescent carrier dan berlangsung selama 3-

12 bulan (B. K. Mandall, dkk, 2006).

Komplikasi juga bias terjadi yaitu perforasi usus,miokarditis,manifestasi system

saraf sentral. Pendarahan usus dan perforasi usus terjadi masing-masing pada 1-10% dan

0,5-3% (Richard dan Robert, 2000).

Komplikasi ini biasanya terjadi 1 minggu sesudah penyakit menyerang. Pendarahan

yang biasanya mendahului perforasi di tampakkan oleh penurunan suhu badan dan tekanan

darah serta frekuensi nadi naik.

Komplikasi yang biasa terjadi yaitu :

a. Diare berat, dehidrasi, dan gagal ginjal cenderung terjadi pada pasien berusia lanjut,

pasien immunocompromised, dan pada pasien dengan aklorhidria gaster.

b. Kolitis dengan diare berdarah yang berat

c. Ileitis dengan rasa nyeri yang terlokalisasi diatas fosa iliaka kanan, diagnosis dapat

dikelirukan dengan apenditis.


8

d. Salmonellasis invasive penyakit ini dapat timbul sebagai septicemia atau penyakit

menyerupai tifoid tanpa diare (B. K.Mandel, dkk, 2006).

2.3 Struktur Antigen Salmonella

Genus salmonella lebih kompleks dan genus ini termasuk family Enterobactericeae.

Salmonella adalah flora normal pada tubuh manusia. Salmonella adalah motil, tidak

berspora, tidak berkapsul, batang gram negative. Genus salmonella bergerak dengan

flagella dan terdiri dari beberapa macam yang dapat menyebabkan demam tipoid.sebagian

membentuk (fermentasi) asam saja karena itu untuk klasifikasi salmonella oleh susunan

antigennya (Staf Pengajar FKUI, 1993).

Secara antigenic salmonella dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Antigen somatic atau antigen O

Antigen somatic terdiri dari liposakarida dan apabila disuntikkan ke hewan

percobaan maka akan merangsang pembentukan anti O antibody yang menyebabkan

oponisasi kuman salmonella sehingga mudah difagositir. Bila anti O antibody ini

bereaksi dengan antigen O maka akan terjadi aglutinasi (endapan seperti pasir).

2. Antigen flagella atau antigen H

Antigen ini bersifat termolabil dan dapat dirusak oleh alcohol dan pemanasan asam.

Antigen H bila direaksikan dengan anti H antibody akan terjadi aglutinasi ( endapan

seperti pasir ).
9

3. Antigen vi

Antigen merupakan antigen envelop dan kuman direaksikan dengan anti O antibody

belum terjadi aglutinasi, karena antibody kuman dihalangi oleh antigen atau antigen

vi. Agar reaksi aglutinasi dapat terjadi maka suspense kuman perlu dipanaskan lebih

dahulu dan Vi ini terutama didapatkan kuman yang baru dibiakkan dan di bentuk

koloni smooth atau kultur darah penderita (Handojo I, 2004).

2.4 sumber infeksi

Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang tekontaminasi oleh salmonella.

Sumber-sumber infeksi antara lain :

1. Air yang terkontaminasi tinja.

2. Susu dan hasil susu lainya ( es krim, keju ) misalnya saat pasteurisasi yang tidak

sempurna.

3. Kerang yang terkontaminasi air

4. Telur yang terkontaminasi selama proses pendinginan

5. Daging atau produk daging yaitu dari hewan yang terinfeksi dengan tinja hewan

pengerat atau manusia.

6. Hewan piaraan seperti kura-kura, anjing,dan kucing ( Oswari E, 2009 ).

Tindakan sanitasi dapat dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air

oleh hewan pengerat atau hewan lainnya yang mengeluarkan salmonella. Unggas, daging,
10

telur, harus dimasak. Pembawa bakteri carrier tidak boleh membuat atau menyediakan

makanan, dan mereka harus melakukan tindakan higine.

Beberapa vaksin untuk salmonella telah tersedia. Vaksin verebteral yang

diinaktifkan-panas-fenol memberikan proteksi terbatas dan disertai dengan pengaruh

demam,reaksi local, dan nyeri kepala pada 25% penerima. Penyebaran demam tifoid terjadi

melalui infeksi transplasenta dari ibu bakterimia pada janinnya penyebarannya intra patum

juga mungkin, yang terjadi dengan jalan fekaloral dari ibu pengidap ( Richard dan Robert,

2000).

2.5 Pemeriksaan DemamTtifoid

Diagnosis demam tipoid sukar untuk di tegakkan hanya dasar beberapa gejala kelinis

saja sebab ganbaran klinis penyakit ini amat bervariasi dan umumnya tidak khas untuk

demam tifoid. Atas dasar ini peranan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan

diagnosis demam tifoid amat penting.

Sarana untuk mendiagnosis deman tipoid yaitu :

1. Kultur darah

Yaitu di lakukan dengan kultur khusus untuk identifikasi salmonella tiphi.

Dengan menggunakan BHI OXGALL yang diinkubasi 37oC selama 2x24 jam.

Dan dilanjutkan ke media SS agar atau MCA yang diinkubasi 37oC selama 2x24

Jam. Selanjutnya koloni di tanam ke RBK inkubasi 37oC selama 1x24 jam.

2. Tes widal
11

Yaitu dengan melakukan reaksi antigen salmonella dengan antibody pada serum

tersangka dan diharapkan adannya reaksi aglutinasi.

3. Control (melalui feses dan urine )

Pada tes ini sampel diperlukan sama pada kultur darah.

4. Tes Tubex Salmonella

Merupakan rapid test dengan melihat perbandingan warna dengan metode

kualitatif (Oswari E, 2009).

2.6 uji widal

Uji widal merupakan uji aglutinasi yang menggunakan suspense kuman salmonella

tiphi dan salmonella paratiphi sebagai antigen untuk mendeteksi antibody terhadap

salmonella tiphi dan paratiphi pada serum penderita.

Uji ini dinamai oleh Fernand georges Isidours Widal,seorang dokter dan ahli

bakteriologi dari prancis, lahir di aljazair 9 maret 1862 dan meninggal di paris 14 januari

1929 (jawez. Dkk, 2004).

Adanya antibody salmonella dapat dideteksi biasanya pada minggu pertama demam

biasa pada hari ke 5 dan 6. Tetapi pada pasien yang sudah pernah terinfeksi kuman ini

antibody dapat muncul pada hari 3. Marker untuk diagnose melalui uji widal ini yaitu

antigen O dan H sedangkan antigen Vi biasanya untuk carrier.

Antibody untuk O antigen sangat spesifik untuk tes ini dibandingkan dengan antigen

H,karena dia berada pada tubuh bakteri ini. Antigen ini biasanya bertahan 6 bulansetelah
12

penyembuhan. Sedang antibody untuk H antigen berada pada bagian flagella. Kenaikan

titernya juga lebih lambat dari anti gen O. antigen ini biasanya bertahan setahun setelah

terinfeksi. Antigen ini tidak selalu hadir pada infeksi salmonella. Antigen Vi juga ada pada

inveksi salmonella ini tetapi biasanya meninggi setelah antigen O dan H (kosasih dan

kosasih,2008).

Interpretasi uji widal harus disesuaikan dengan gejala pasien karena hasil positif

dapat terjadi setelah pemberian vaksin atau pada beberapa penyakit seperti lever atau

hypergammaglobulinemia. Pemberian obat juga bisa memberi hasil normal. Sedang hasil

negative dapat muncul setelah pemberian antibiotic (B. K. Mandall, dkk. 2006).

Nilai normal :

O dan H antigen

1. ≤ 1: 160 → Normal, aglutinasi alami pada daerah endemic

2. >1: 160 dan seterusnya → Adanya infeksi salmonella Vi anti gen

3. >1: 10 → Signifikasi klinik (Judith C, 1986)

2.6.1 Prinsip Dasar Uji Widal

Uji widal adalah uji aglutinasi yang memakai sebagai antigen suspense

kuman (tak larut) yang direaksikan dengan antibody spesifik terhadap kuman tersebut yang

ada didalam serum penderita.


13

a. Anti gen dari uji widal

1. Antigen H ( flagella )

Dibuat dari salmonella tiphi yang motil dengan permukaan koloni yang licin.

Kuman di matikan dengan larutan formalin 0,1 %.

2. Antigen O ( somatic )

Dibuat dari strain salmonella tiphi yang tidak motil. Untuk membunuh kuman

dipakai alcohol absolute dan sebagai pengawet di pakai larutan phenol 0,5 %.

Sebelum dipakai konsentrasi alcohol harus diencerkan sampai 12 %

3. Antigen paratiphi A

Dibuat dari strain salmonella paratiphi A untuk membunuh kuman dipakai

formalin 10 % (handojo I, 2004).

4. Antigen paratiphi B

Dibuat dari strai salmonella paratiphi B untuk membunuh kuman dipakai

formalin 10 %.

5. Antigen paratiphi C

Dibuat dari strain salmonella paratiphi C untuk mmembunuh kuman dipakai

formalin 10 % (handojo I, 2004).

b. Bahan pemeriksaan untuk uji widal ialah serum.

1. Persiapan Penderita
14

Untuk uji widal tidak perlu persiapan penderita secara khusus. Darah dapat

diambil sewaktu-waktu dan penderita tidak boleh puasa terlebih dahulu.

2. Pengambilan Bahn Pemeriksaan

Darah diambil secara steril dari vena sebanyak 3cc,dibiarkan beku disuhu

ruangan dan serumnya dipisahkan. Bila tidak segera diperiksa serum disimpan

dalam lemari es dengan suhu 4oC (handojo I,2004).

2.6.2 Metode Pemeriksaan Uji Widal

Pemeriksaan widal dapat dilakukan dengan dua tehnik pemeriksaan

yaitu,slide test (kuantitatif). Dengan slide test ini kita hanya melihat ada tidaknya reaksi

anti gen salmonella dengan antibody salmonella pada serum penderita dan untuk

mengetahui jumlah titer antibody yang terdapat pada serum penderita ( Judith C,1986).

2.6.3 Kelemahan Uji Widal

a. Antigen

Strain salmonella yang dipakai amat berpengaruh pada hasil uji widal. Antigen

yang tebuat dari starin yang bukan berasal dari daerah endemis yang

bersangkutan dapat memberikan hasil negative atau positif palsu. Kemungkinan

terjadinya infeksi silang dengan spesies salmonella yang lain dapat juga

menimbulkan kesalahan.

Saat ini walaupun telah digunakan secara luas diseluruh dunia, manfaatnya masih

diperdebadkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan
15

nilai standart aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standart titer uji widal

seharusnya ditentukan titer dasar (besline titer) pada anak sehat dipopulasi

dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer

antibody O dan H pada anak-anak sehat.

b. Kadar aglutinasi dalam serum

Kadar agglutinin yang amat tinggi menimbulkan fenomena frozen sehingga

menimbulkan kesalahan pada pembacaan hasil pemeriksaan .

c. Cara pembacaan hasil uji widal

Pembacaan dilakukan dengan mata telanjang sehingga amat subjektif dan dapat

memberikan ketidaksesuaian hasil pembacaan (Handojo I, 2004).

2.6.4 Karakteristik Uji Widal

Deteksabilitas seperti halnya uji aglutinasi yang lain daya uji widal tergolong sedang.

Akurasi pada uji kuantitatif dijamin oleh adanya control positif dan control negative.

Sedangkan presisinya kurang baik, berdasarkan ketidaksesuaian antarapembaca cukup

besar dan ketidak sesuaian antar laboratorium bervariasi, antar 7-29%.

Metode ini hanya membutuhkan waktu inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, yaitu

pada metode kuantitatif dengan waktu 5 menit saja. Biaya pemeriksaan uji widal cukup

murah dan terjangkau (Handojo I,2004).


16

a. O e. H

b. AO f. AH

c. BO g. BH

d. CO h. CH

Cara Kerja :

a. Letakkan satu tetes (50 µl) sampel masing-masing pada slide dan satu

tetes control negative dan positif

b. Tambahkan 1 tetes antigen dari reagen widal

c. Campur hingga homogen

d. Goyang selama ± 5 menit

e. Lihat aglutinasi yang terjadi

f. Apabila salah satubantigen positif lakukan pengenceran

Pengenceran :

a. Serum 50 µl pengenceran 40 x

b. Serum 20 µl pengenceran 80 x

c. Serum 10 µl pengenceran 160 x

d. Serum 5 µl pengenceran 320 x

e. Dst
17

3.7 Nilai Normal

O dan H antigen

1. ≤ 1: 160 → Normal, aglutinasi alami pada daerah endemic

2. > 1: 160 → Adanya infeksi salmonella

Anda mungkin juga menyukai