Anda di halaman 1dari 109

Prinsip Dasar

Pemeriksaan Imunologi
Oleh:
Diah Ayu Kusuma
Moderator:
dr. Indah Susanti W
Konsep Dasar
Reaksi Antigen – Antibodi
 Tahap awal:
Ab + Ag  Ab : Ag
Berdisosiasi:
Ab : Ag  Ab + Ag
Equilibrium
Ab + Ag  Ab : Ag
Konsep Dasar
 Afinitas antibodi – antigen : ukuran dari
kekuatan ikatan antara antibodi dan
antigen dalam bentuk komplek imun

 Makin besar afinitas makin banyak


antibodi dan antigen yang akan terikat
dalam kompleks saat keseimbangan
Konsep Dasar
Ikatan antigen dan antibodi
dipengaruhi:(Roitt et al)
a. Ikatan hidrogen
b. Daya elektrostatik
c. Ikatan van der Waals
d. Ikatan hidrofobik
Karakteristik Imunoasai
Validitas Imunoasai
Kepraktisan Imunoasai
Biaya Pemeriksaan
Landasan untuk memilih Imunoasai
Bahan Pemeriksaan
Komponen terpenting

1. Spesifisitas dari antibodi


2. Valensi dari antibodi
3. Aviditas dari antibodi
4. Ukuran kuantitas antibodi
Jenis – jenis Imunoasai
I.Teknik Imunoasai
Tak Berlabel
I.Uji Presipitasi
1. Uji Presipitasi Lempeng (Slide)
Aplikasi klinis : Uji VDRL Mikro
2. Uji Presipitasi Tabung/Tube Tes
Aplikasi klinis : Penentuan Ig dengan
nephelometer dan uji VDRL Makro
3. Uji Presipitasi Tabung Kapiler
Aplikasi klinis : Penentuan CRP dan
Lancefield grouping
4.Uji Presipitasi Cincin
Aplikasi kilinis : Penentuan antibodi
terhadap albumin telur (egg albumin)

5.Uji Difusi Agar


1. Difusi Tunggal
Aplikasi Klinis : Penetuan beberapa Antigen dan
Antibodi
2. Difusi Ganda
a. Difusi Ganda Sederhana (simple)
Aplikasi klinis : Penentuan antibodi
terhadap jamur
b. Difusi Ganda Majemuk (multiple)
Aplikasi klinis : Banyak digunakan pada
Ilmu Kedokteran Klinis
6.Imunoelektroforesis : Gabungan dari elektroforesis
dan imudifusi.
Aplikasi klinis : Untuk deteksi adanya penyakit
defisiensi (afibrinogenemia) dan penentuan jenis
imunoglobulin seperti pada penyakit Multiple
mieloma/Macroglobulinemia

7.Imunodifusi Radial (RID)


Aplikasi klinis : Penentuan kadar imunoglobulin
kelas tertentu (IgM, IgG, IgA) dan penentuan HBS
antigen, antibodi terhadap parasit dsb.
8.Counterimmunoelektrophoresis
Aplikasi klinis : Untuk deteksi HBs antigen
dan antibodi

9.Elektroimunodifusi (EID)
Aplikasi klinis : Penentuan Imunoglobulin
(IgG, IgM, IgA) terutama untuk penentuan IgA
sekretori dalam saliva
2.Uji Aglutinasi

Prinsip dasar
Uji Aglutinasi
1.Uji Aglutinasi Lempeng (slide)
Aplikasi klinis : Uji Widal Lempeng (deteksi
antibodi terhadap S, typhi/S. paratyphi

2.Uji Aglutinasi Tabung


Aplikasi klinis : Uji Widal (uji tabung), uji weil Felix,
Strepcoccus MG agglutination test,Q fever agglutinins,
uji aglutinasi pertusis, uji aglutinasi fungi, idetifikasi
bakteri.
3.Uji Hambatan Aglutinasi
Aplikasi klinis : Uji konfirmasi dari RPHA
(reverse Passive Hemaglutination Test) untuk
penentuan HBs antigen.
4.Aglutinasi Tak Langsung
a.Aglutinasi Pasif
Aplikasi klinis : Uji Aglutinasi Lateks, uji
kehamilan, penentuan faktor rematoid
b.Incomplete Antibody
Aplikasi klinis : Uji Rose-Waaler untuk deteksi
faktor rematoid
3.Uji Hemaglutinasi

Jenis uji Hemaglutinasi :


• Uji hemaglutinasi slide dan tabung
• Uji hemagutinasi langsung
• Uji hemaglutinasi pasif
• Uji hambatan hemaglutinasi
• Uji hambatan hemadsorpsi
• Uji hemagregasi
• Uji hemaglutinasi campuran
4.Immune Lysis dan
Fiksasi Komplemen

Prinsip Dasar
1.Uji Fiksasi Komplemen
Aplikasi klinis : Imunoasai untuk sifilis (uji
Wasserman), Deteksi antibodi terhadap
Mycoplasma pneumoniae, Bordetella pertusis
dan N. gonorrhoeae, deteksi antibodi terhadap
virus, deteksi antibodi terhadap fungi
(blastomycosis, coccidiomycosis) dan deteksi
antibodi terhadap parasit (toxoplasmosis)

2.Uji hambatan Fiksasi Komplemen


Aplikasi klinis : untuk kedokteran hewan
5.Uji Netralisasi
1.Netralisasi Toksin
a.Uji Proteksi Hewan
Aplikasi klinis : Penentuan
toksin antidifteri dan penentuan toksin
antitetanus

b. Uji Antistreptolisin O
Aplikasi klisnis : pada penakit
demam rematik dan glomerulonefritis
2.Netralisasi Virus
a.Uji in vivo
b.Uji in ovo
c.Uji reduktion test
d.Uji perbenihan jaringan
e.Plaque reduction test
f.Uji hambatan metabolik
II.IMUNOASAI
BERLABEL
1.Berlabel Fluoresens
1.Uji Imunofluoresens/Imunoasai fluorosens (IFA)
a. Uji Imunofluoresens Langsung
Aplikasi klinis : Penentuan beberapa kuman seperti basil
TB, penentuan beberapa virus (herpes virus), penentuan
parasit (protzoa dan cacing)

b. Uji Imunofluoresens Tak Langsung


Aplikasi klinis : Uji Anti nuklear antibody (ANA),
penentuan IgG terhadap basil TB dan penentuan antibodi
terhadap Toxoplasma gondii
c. Uji Imunofluoresens dengan fiksasi komplemen
Aplikasi klinis : penentuan komples
imunpada biopsi ginjal penderita dengan
glomerulonefritis

d. Uji Hambatan Imunofluoresens


Aplikasi klinis : penentuan antibodi
terhadap kuman dan parasit
2.Berlabel Radioisotop

1.Radioimmunoassay (RIA)
2.Immunoradiometric Assay (IRMA)
1.Jenis – jenis pemeriksaan RIA
a.RIA Kompetitif
b.Ig M Capture R.I.A
Aplikasi klinis : Penentuan berbagai bahan
dalam kadar kecil di dalam serum (alfa
fetoprotein, CRP, beberapa hormon). IgM
capture RIA dipakai untuk pentuan IgM
spesifikterhadap virus poilomyelitis.
Keuntungan dari RIA
 Timbulnya background staining dapat diabaikan
(mendekati nol) yang berarti sensitivitasnya
sepenuhnya dari deteksi radioisotopik dapat dipenuhi

 Disintegrasi radioaktif tak dipengaruhi oleh perubahan


fisikokimiawi seperti pH, konsentrasi, suhu dll
2.Immunoradiometric Assay
(IRMA)
a.IRMA yang menggunakan antigen pada fase padat
b.IRMA dua sisi
Keuntungannya : Sensitivitas yang tinggi dan
rentangan bagian kurva baku yang dapat dmanfaatkan
cukup luas
Aplikasi klinis : penentuan secara kuantitatif
berbagai macam bahan
c.IRMA tidak langsung
Aplikasi klinis : Bakteriologi, mikologik, virologik,
parasitologik, IgE spesifik terhadap alergen
Kelemahan RIA dan IRMA
 Membutuhkan peralatan canggih dan mahal
 Membutuhkan tenaga yang terlatih
 Waktu paruh reagen amat pendek (1,5-2 bulan)
 Perlu tindakan khusus untuk melindungi petugas
laboratorium maupun pegawai pabrik pembuat
reagen yang berlabel radioisotop
 Membutuhkan tempat pembuangan yang khusus
untuk reagen yang telah dipakai.
3. Luminescent
Immunoassay (LIA)

Fluoresent Immunoassay (IFA) Luminescent Immunoassay (LIA)

 Label : Fluorosens  Luminescent


 Energi : Cahaya  Reaksi kimiawi
4.Berlabel Enzim
Enzim Immunoassay (EIA)
1.EIA Homogen
a) EMIT ( Enzyme multilied Immunoassay Technique)
b) SLFIA (Imunoasai Fluoresens Berlabel Substrat)
c) PGLIA (Prosthetic Group Labeled Immunoassay)
d) EIA Homogen Berlabel Kofaktor
e) EIA Homogen Berlabel Inhibitor
f) CEDIA (Cloned Enzyme Donor Immunoassay)
2.EIA Heterogen/ELIZA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay)

Prinsip dasar dan jenis teknik ELISA :


a.Elisa Kompetitif untuk penentuan antigen
b.Elisa Titrasi untuk penentuan antigen
c.Solid phase Anti Ig M ELISA untuk penentuan
antibodi (IgM)
a.ELISA Kompetitif

 Prinsip dasar
 Aplikasi klinis :
 Penentuan berbagai hormon secara
kuantitatif seperti T4, T3, TSH, insulin,
cortisol dll
 Penentuan protein tertentu (CRP, TBK, AFP)
 Penentuan kadar beberapa obat seperti
digoxin
b.ELISA Titrasi

 Prinsip dasar
c.Solid Phase anti Ig M ELISA

 Prinsip dasar
Antihuman Ig M diikatkan pada fase padat lalu
ditambahkan serum yang akan diperiksa,
sehingga semua Ig M dalam serum tersebut
akan diikat oleh antihuman Ig M yang
terdapat pada fase padat.
 Aplikasi klinis
Penentuan IgM anti HBs antigen
d.Double antibody sandwich
ELISA

 Prinsip dasar

 Aplikasi klinis :
Penentuan Ig E total, HBs antigen, PAM dan beberapa hormon
dengan molekul besar.
e.Inhibition ELISA

 Prinsip dasar
f.Uji ELISA dengan kompleks enzim-
antienzim (PAP)

 Prinsip dasar
g.Uji ELISA dengan Ab chimera

 Prinsip dasar sama dengan double sandwich


ELISA hanya saja ab kedua yang dipakai
chimera
h.Uji ELISA dengan Ab Bispesifik

 Prinsip dasar sama dengan double sandwich


ELISA hanya saja ab keduanya merupakan Ab
monoklonal yang bispesifik dengan marka
enzim.
i.ELISA Tak Langsung

 Prinsip dasar
Aplikasi klinis
 Penentuan antiboddi bakteriologis seperti S. Typhi, T.
Pallidum, N. Gonorrhoeae, M. Tuberculosis, E. Coli
 Penentuan antibodi mikologis seperti candida, aspergillus
 Penentuan antibodi virologis seperti Influensa, Rubella,
Mumps, HBs antigen, Varicella, Herpes Simplex
 Penentuan antibodi parasitologis seperti Malaria,
Toxoplasma, Schistosoma dan Amoeba
 B-Cell epitope mapping
j.Double Antibodi Sandwich Anti globulin
ELISA (Indirect Sandwich ELISA)

 Prinsip dasar hampir sama dengan double antibody


sandwich ELISA, hanya pada double antibody sandwich
antiglobulin ELISA, antibodi kedua tak berlabel dan ada
tahap pemberian antihuman globulin yang berlabel
enzim
k.Indirect Inhibition ELISA

 Prinsip dasar
Merupakan gabungan dari inhibition ELISA
dan ELISA tak langsung,pada tahap awal mirip
inhibition ELISA dan tahap akhir mirip ELISA
tak langsung.
CENTRIFUGE
ELISA
PENCUCI STATFAX
INKUBATOR
VIDAS
MINI VIDAS
Komponen terpenting

1. Spesifisitas dari antibodi


Ikatan antigen-antibodi spesifik seperti
kunci dan anak kunci, namun tidak
mutlak.
Antibodi yang amat spesifik adalah
antibodi yang punya binding site yang
hanya dapat ikat antigen dengan struktur
molekul unik.
Komponen terpenting
2. Valensi dari antibodi
: jumlah binding site yang potensial dari
antibodi terhadap antigen yang spesifik
3. Aviditas dari antibodi
: Besarnya kemampuan antibodi untuk
mengikat antigen
Aviditas merupakan refleksi dari afinitas dan
jumlah binding sites (valensi)
Komponen terpenting
4. Ukuran kuantitas antibodi
Untuk menentukan derajat imunitas, kadar
antibodi atau bahan lain dalam serum harus
dapat diukur dan dinyatakan dalam satu satuan
atau unit tertentu
a) Kualitatif
b) Semi Kuantitatif
c) Kuantitatif
Kembali
Karakteristik Imunoasai
Ikatan van der waals
Gaya antar molekul : gaya yang beraksi di antara
molekul, yang menyebabkan molekul-molekul dapat
berinteraksi
Mengadakan tarik menarik satu sama lain dalam
berbagai derajat kekuatan
Gaya tarik-menarik atau gaya tolak menolak antar
molekul yang tidak memiliki ikatan hidrogen disebut
gaya van de waals
Ikatan van der waals adalah ikatan antarmolekul yang
ditimbulkan oleh gaya van der waals
Ikatan van der waals
Bentuk-bentuk ikatan van der waals berdasarkan
kepolaran partikelnya
Ikatan antarmolekul yang memiliki dipol
Ikatan antara molekul yang memiliki dipol dengan
molekul yang tidak memiliki dipol (dipol sementara)
Ikatan antar molekul yang tidak memiliki dipol (gaya
dispersi london)

http://www.docstoc.com/docs/56904689/Ikatan-van-der-
Waals

kembali
Karakteristik Imunoasai
Validitas Imunoasai
Kepraktisan Imunoasai
Biaya Pemeriksaan
Landasan untuk memilih Imunoasai
Bahan Pemeriksaan
Validitas imunoasai

Kembali
VaLIDITAS INTERNA
1. Detektabilitas
Kemampuan untuk mendeteksi adanya suatu analit
(antigen atau antibodi) yang akan ditentukan
Makin kecil kadar bahan yang masih dapat
dilacak,makin baik detektabilitasnya.
VaLIDITAS INTERNA
2. Akurasi
 Besar kemampuan dari suatu uji laboratoris untuk
memberikan hasil yang tepat
 Dinyatakan dalam besarnya derajat persesuaian antara
hasil rerata dari penentuan yang dilakukan berulang
kali dan nilai yang besarnya
 Menyangkut spesifisitas dan presisi
 Dipengaruhi oleh:
a) Spesifisitas reagen yang dipakai
b) Cara pelaksanaan imunoasai
c) Penggunaan standar yang baik
VaLIDITAS INTERNA
3. Reprodusibilitas/Presisi
imunoasai harus ditunjang dengan reprodusibilitas
dan presisi yang memadai, apabila tidak maka tidak
akan memiliki arti klinis yang penting sebab hasil
pemeriksaan yang satu sukar dibandingkan dengan
yang lain, terutama dalam mengikuti hasil suatu
pengobatan
VaLIDITAS EKSTERNA
 Diperoleh apabila imunoasai tersebut dinilai
keandalanya di klinis yaitu dalam menujang suatu
diagnosis (nilai diagnostik) atau dalam memantau hasil
pengobatan (nilai pemantauan)
1) Nilai Diagnostik
nilai diagnostik meliputi beberapa unsur dalam tabel
2) Nilai Pemantauan
Berperan dalam:
a) Menentukan kesembuhan penyakit
b) Menentukan kekambuhan penyakit
kembali
TABEL KARAKTERISTIK
IMUNOASAI
KARAKTERIST RUMUS KETERANGAN
IK UJI
SEROLOGIK
Sensitivitas DX TP . DX: diagnostik
TP + FN TP: true positive
Spesifisitas DX TN . TN: true negative
TN + FP FP: false positive
Efisiensi DX TP + TN FN: false negative
N N: jumlah individu
NRN DX TN . NRN: nilai ramal
TN + FN negatif
NRP DX TP . NRP: nilai ramal
TP + FP positif
NRP in function of (Pr) (Sens) . Sens: sensitivitas
Prevalence (Pr) (Sens) + (1 – Pr) (1 – Spes) Spes: spesifisitas
Pr: Prevalensi
KEPRAKTISAN IMUNOASAI
Dipengaruhi beberapa faktor:
a) Penyediaan dan stabilitas dari reagen
b) Cara dan waktu pelaksanaan
c) Peralatan yang dipakai
d) Cara pengambilan bahan pemeriksaan (invasivitas)
e) Bahaya yang ditimbulkan pada kesehatan pelaksana tes

kembali
LANDASAN UNTUK MEMILIH
IMUNOASAI
Apakah uji tersebut untuk uji konfirmatif atau untuk
uji penyaring.
Bila untuk konfirmatif maka mutlak diperlukan
spesifisitas tinggi
Bila untuk uji penyaring maka faktor penentu
pemilihan tes adalah sifat penyakit yang akan
ditentukan diagnosisnya ... . . . .
LANDASAN UNTUK MEMILIH
IMUNOASAI
a) Bila penyakit merupakan penyakit menular,
mempunyai prognosis baik bila diobati secara
adekuat dan tidak menimbulkan efek psikologis
maupun ekonomis berat apabila ada kesalahan
diagnosis, maka diutamakan sensitivitas dari uji
tersebut

b) Bila penyakit tidak menular tetapi menimbulkan


prognosis yang jelek dan menimbulkan efek
psikologis maupun ekonomis berat apabila ada
kesalahan diagnosis, maka diutamakan spesifisitas
dari uji tersebut
c) Penyakit menular dan mempunyai efek psikologis
dan ekonomis yang berat bila ada kesalahan
diagnosis maka perlu dilakukan uji penyaring yang
sangat sensitif dan semua hasilnya harus
dikonfirmasi dengan uji konfirmatif yang sangat
spesifik
* pertimbangkan masalah kepraktisan dan biaya

kembali
BAHAN PEMERIKSAAN
Sebagian besar : serum
Lainnya: plasma, LCS, ludah, air susu, urine,tinja,
cairan pericard, pleura, sekret lain

Untuk serum/plasma :
pH harus dibuat 7,4 sebelum layak dipakai
bila tidak segera diperiksa dapat disimpan
-200C ( 6 – 12 bulan)
40C (2-5hari)
BAHAN PEMERIKSAAN
Untuk beberapa penyakit infeksi, antigen yang dipakai
untuk imunoasai sebaiknya dibuat sendiri dari berbagai
galur kuman yang ada di daerah endemik/epidemik
sehingga lebih spesifik
sebaiknya dipakai kumpulan dari beberapa macam
galur kuman yang ada di daerah tersebut agar
spektrumnya lebih luas

kembali
Faktor yang mendasari imunoasai tak
berlabel
IMUNOASAI TAK BERLABEL
Faktor dasar yang mempengaruhi:
a. Sifat dari antigen
b. Elektrolit dan pH
c. Waktu dan suhu
d. Perbandingan (ratio) antigen dan antibodi
e. Mekanisme daya tahan tidak spesifik
Sifat dari antigen
Antibodi dalam imunoasai tak berlabel biasanya diberi
nama sesuai dengan cara yang paling sensitif untuk
menentukan antibodi tersebut, misal: aglutinin, lysin,
presipitin dan lain-lain.
Reaksi antara antigen-antibodi dapat dipertunjukkan
dengan berbagai teknik yang terutama tergantung pada
sifat dan struktur antigen yang dipakai
Elektrolit dan ph
Di dalam imunoasai, elektrolit dapat disajikan oleh
suspensi antigen atau antibodi biasanya dalam bentuk
NaCl atau serum
Untuk memperoleh reaksi antigen dan antibodi yang
optimal dibutuhkan pH tertentu yang biasanya berbeda
untuk berbagai macam imunoasai
Waktu dan suhu
Sebagian besar reaksi antigen-antibodi terjadi dalam 2 tingkat
sebagai berikut:
1. Ikatan spesifik antara antibodi dengan antiben atau hapten
yang sesuai
2. Terjadinya reaksi yang dapat dilihat sebagai hasil dari
ikatan tersebut, misalnya presipitasi, aglutinasi, lisis dan
lain-lain
Kedua tingkat ini tak selalu berlangsung secara beruntun
tetapi sering overlapping dan setiap tingkat membutuhkan
waktu dan suhu tertentu di samping kadar elektrolit yang
tertentu pula
Perbandingan antigen-antibodi
Bila suatu suspensi sel bakteri diinkubasi dengan
antiseranya, pada pengenceran tinggi biasanya akan
negatif, namun kadang juga dapat terjadi sebaliknya
Aglutinasi baru terjadi bila rasio antara antigen-
antibodi seimbang, sehingga terjadi ikatan berantai
untuk membentuk latice (hasil reaksi yang dapat
dilihat)  disebut zona ekivalen
Perbandingan antigen-antibodi
Pengenceran serum tinggi  kadar antibodi rendah 
kelebihan antigen  rasio antigen-antibodi tidak
seimbang ( disebut zona pasca/ post zone)
Pengenceran serum rendah  kelebihan antibodi 
rasio tak seimbang ( disebut zona pra / prozone)
MEKANISME DAYA TAHAN TIDAK
SPESIFIK
Dari bahan yang normal/abnormal dalam sekret/cairan tubuh/serum
1. Produk sampingan dari flora normal yang masuk ke dalam cairan
tubuh/serum
2. Bahan mikrobisidal yang normal terdapat pada cairan tubuh, sekret dari
kelenjar dan serum seperti HCl lambung, komplemen, asam lemak
rantai panjang, lisosim, properdin dan betalisin
3. Bahan mikrobisidal yang abnormal dan dihasilkan oleh jaringan yang
rusak karena infeksi seperti lisosim, sel fagositin, heme dan
mesohemin\
4. Interferon yang dikeluarkan limfosit T pada infeksi dengan virus
UJI PRESIPITASI LEMPENG

Uji laboratoris ini mudah kering,


sehingga hanya dapat dikerjakan pada
sistem yang dapat membentuk
presispitasi dalam waktu cepat (<5menit)
UJI PRESIPITASI TABUNG

Antigen dicampur dengan antibodi (dalam serum)


dalam suatu tabung Kahn dan diinkubasi pada suhu
tertentu dan waktu tertentu. Umumnya dipakai 1ml
larutan antigen yang dicampur dengan serum
penderita dalam jumlah sama
UJI PRESIPITASI TABUNG KAPILER

Tabung Kapiler diisi dengan larutan antigen lalu diisi


dengan serum dalam jumlah yang sama.
Usahakan agar supaya tidak terdapat gelembung
udara di antara (perbatasan) antigen dan serum.
UJI PRESIPITASI CINCIN

Larutan antigen dimasukkan dalam tabung, lalu


ditkamarambahkan serum (dengan antibodi) dengan amat
hati-hati, sehingga kedua reagen tersebut tidak
tercampur. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama
waktu tertentu, akan terjadi cincin presipitasi pada
perbatasan
UJI DIFUSI TUNGGAL

Serum (Ab) dicampur dengan agar cair, lalu dimasukkan


ke dalam tabung reaksi dan dibiarkan beku. Larutan Ag
ditambahkan pada agar yang padat dan dibiarkan
berdifusi ke dalam agar, akan terbentuk suatu garis atau
daerah presipitasi
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan presipitasi
bila suatu antigen yang larut bereaksi dengan
antibodinya, maka akan terjadi presipitasi.

Keterangan aglutinasi
aglutinasi adalah reaksi antara antibodi dengan
antigen seluler atau antigen pada permukaan sel

Kembali presipitasi
Kembali aglutinasi
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr lisis imun
aglutinasi baru terjadi bila ditambahkan anti
imunoglobulin, bila sebagai gantinya anti
imunoglobulin tersebut ditambahkan komplemen,
maka komplemen tersebut akan menyebabkan
kebocoran pada dinding sel dan sel melepaskan isinya,
proses inilah yg dinamakan lisis imun.

kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr RIA
Bahan yang mengandung antigen yang akan
ditentukan dicampur dengan antibodi spesifik
terhadap antigen tersebut dan sejumlah tertentu
antigen yang sama tetapi diberi radiolabel sehingga
terjadi kompetisi antara antigen yang akan ditentukan
kadarnya dan antigen yang yang diberi radio label dan
tidak terikat pada antibodi dipisahkan dari campuran,
maka jumlah antigen berlabel yang terikat pada
antibodi dapat ditentukan dengan suatu
radiationcounter.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa kompetitif
antigen yang diberi label dicampur dengan bahan
pemeriksaan yang juga mengandung antigen yang
sama dan akan ditentukan, sehingga terjadi kompetisi
dalam mengikat sejumlah yang terbatas antibodi
spesifik yang terikat pada fase padat. Antigen yang
terikat kemudian dipisahkan dari yang bebas dan
aktifitas enzimnya ditentukan dengan penambahan
substrat

kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa titrasi
prinsip dasar hampir sAma dengan elisa kompetitif,
perbedaannya adalah penambahan antigen yang
berlabel dan antigen yang akan ditentukan tidak
dilakukan bersamaan. Pada elisa titrasi antigen yang
akan ditentukan dtambahkan dahulu pada antibody
spesifik yang terikat pada fase padat. Stelah waktu
inkubasi, bagian yang tak terikat dibuang dan dicuci,
lalu ditambahkan sejumlah tertentu antigen yang
berlabel.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr double antibodi sandwich elisa
bahan pemeriksaan yang mengandung antigen
direaksikan dengan antibodi spesifik pertama yang
terikat pada fase padat. Selanjutnya ditambahkan
antibodi spesifik kedua yang berlabel enzim, akhirnya
ditambahkan substrat pada enzim tsbt.

kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr inhibition elisa
antigen yang akan ditentukan ditambahkan pada
antibodi spesifik terhadap antigen tersebut yang telah
diberi label dan dalam jumlah yang berlebihan,
sehingga sebagian akan mengikat antigen dalam
sample dan sisanya berada dalam keadaan bebas. Bila
campuran tersebut kemudian ditambahkan pada
antigen yang sama tetapi telah terikat pada fase padat,
maka sisa konjugat yang masih bebas akan terikat
pada antigen tersebut.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr kompleks enzim-antienzim
antibodi pertama diikatkan pada fase padat, seperti
pada double ab sandwich elisa. Bahan pemeriksaan
yang mengandung ag direaksikan dengan ab pelapis
(pertama). Setelah pencucian ditambahkan ab kedua.
Setelah inkubasi dan pencucian ditambahkan ab
penghubung yaitu ab spesifik terhadap ab kedua,
dalam keadaan berlebihan sehingga dapat mengikat
ab kedua dengan tangan yang satu dan kompleks
enzim anti enzim dengan tangan yang lain.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa tak langsung
serum dengan antibodi yang akan ditentukan
direaksikan dengan antigen yang terikat pada fase
padat. Selanjutnya dtambahakan substrat. Aktivitas
dari enzim yang terikat berbanding lurus dengan
kadar antibodi yang terdapat dalam bahan
pemeriksaan.

kembali
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
 Kualitatif
hanya dinyatakan ada atau tidak adanya suatu
bahan/antibodi dalam serum dengan melihat
adanya perubahan dari bahan yang diperiksa
misal:
ada presipitasi pada uji VDRL mikro
adanya perubahan warna pada penentuan HBs
antigen secara ELISA
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
 Semi Kuantitatif
kadar dari antibodi atau bahan lain dalam serum
ditentukan dengan cara pengenceran serum secara
progresif. Kuantitas dari antibodi dalam hal ini
dinyatakan dalam bentuk titer. Titer adalah harga
kebalikan dari pengenceran serum yang terbesar yang
masih memberi reaksi positif
misalnya serum diencerkan 2 kali, 4 kali, 8 kali, 16
kali, 32 kali, 64 kali
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
 Kuantitatif
umumnya ditentukan dengan menggunakan beberapa
(biasanya 5) sera baku yang telah diketahui kadar dari
bahan yang akan ditentukan,misalnya antibodi dibuat
dan kurva baku
Untuk melihat akurasi dari kurva baku tesebut dipakai
serum kontrol yang mempunyai rentangan kadar
tertentu. Kurva baku ini dapat dipakai untuk
menentukan dari suatu bahan di dalam spesimen yang
diperiksa

ali

Anda mungkin juga menyukai