Pemeriksaan Imunologi
Oleh:
Diah Ayu Kusuma
Moderator:
dr. Indah Susanti W
Konsep Dasar
Reaksi Antigen – Antibodi
Tahap awal:
Ab + Ag Ab : Ag
Berdisosiasi:
Ab : Ag Ab + Ag
Equilibrium
Ab + Ag Ab : Ag
Konsep Dasar
Afinitas antibodi – antigen : ukuran dari
kekuatan ikatan antara antibodi dan
antigen dalam bentuk komplek imun
9.Elektroimunodifusi (EID)
Aplikasi klinis : Penentuan Imunoglobulin
(IgG, IgM, IgA) terutama untuk penentuan IgA
sekretori dalam saliva
2.Uji Aglutinasi
Prinsip dasar
Uji Aglutinasi
1.Uji Aglutinasi Lempeng (slide)
Aplikasi klinis : Uji Widal Lempeng (deteksi
antibodi terhadap S, typhi/S. paratyphi
Prinsip Dasar
1.Uji Fiksasi Komplemen
Aplikasi klinis : Imunoasai untuk sifilis (uji
Wasserman), Deteksi antibodi terhadap
Mycoplasma pneumoniae, Bordetella pertusis
dan N. gonorrhoeae, deteksi antibodi terhadap
virus, deteksi antibodi terhadap fungi
(blastomycosis, coccidiomycosis) dan deteksi
antibodi terhadap parasit (toxoplasmosis)
b. Uji Antistreptolisin O
Aplikasi klisnis : pada penakit
demam rematik dan glomerulonefritis
2.Netralisasi Virus
a.Uji in vivo
b.Uji in ovo
c.Uji reduktion test
d.Uji perbenihan jaringan
e.Plaque reduction test
f.Uji hambatan metabolik
II.IMUNOASAI
BERLABEL
1.Berlabel Fluoresens
1.Uji Imunofluoresens/Imunoasai fluorosens (IFA)
a. Uji Imunofluoresens Langsung
Aplikasi klinis : Penentuan beberapa kuman seperti basil
TB, penentuan beberapa virus (herpes virus), penentuan
parasit (protzoa dan cacing)
1.Radioimmunoassay (RIA)
2.Immunoradiometric Assay (IRMA)
1.Jenis – jenis pemeriksaan RIA
a.RIA Kompetitif
b.Ig M Capture R.I.A
Aplikasi klinis : Penentuan berbagai bahan
dalam kadar kecil di dalam serum (alfa
fetoprotein, CRP, beberapa hormon). IgM
capture RIA dipakai untuk pentuan IgM
spesifikterhadap virus poilomyelitis.
Keuntungan dari RIA
Timbulnya background staining dapat diabaikan
(mendekati nol) yang berarti sensitivitasnya
sepenuhnya dari deteksi radioisotopik dapat dipenuhi
Prinsip dasar
Aplikasi klinis :
Penentuan berbagai hormon secara
kuantitatif seperti T4, T3, TSH, insulin,
cortisol dll
Penentuan protein tertentu (CRP, TBK, AFP)
Penentuan kadar beberapa obat seperti
digoxin
b.ELISA Titrasi
Prinsip dasar
c.Solid Phase anti Ig M ELISA
Prinsip dasar
Antihuman Ig M diikatkan pada fase padat lalu
ditambahkan serum yang akan diperiksa,
sehingga semua Ig M dalam serum tersebut
akan diikat oleh antihuman Ig M yang
terdapat pada fase padat.
Aplikasi klinis
Penentuan IgM anti HBs antigen
d.Double antibody sandwich
ELISA
Prinsip dasar
Aplikasi klinis :
Penentuan Ig E total, HBs antigen, PAM dan beberapa hormon
dengan molekul besar.
e.Inhibition ELISA
Prinsip dasar
f.Uji ELISA dengan kompleks enzim-
antienzim (PAP)
Prinsip dasar
g.Uji ELISA dengan Ab chimera
Prinsip dasar
Aplikasi klinis
Penentuan antiboddi bakteriologis seperti S. Typhi, T.
Pallidum, N. Gonorrhoeae, M. Tuberculosis, E. Coli
Penentuan antibodi mikologis seperti candida, aspergillus
Penentuan antibodi virologis seperti Influensa, Rubella,
Mumps, HBs antigen, Varicella, Herpes Simplex
Penentuan antibodi parasitologis seperti Malaria,
Toxoplasma, Schistosoma dan Amoeba
B-Cell epitope mapping
j.Double Antibodi Sandwich Anti globulin
ELISA (Indirect Sandwich ELISA)
Prinsip dasar
Merupakan gabungan dari inhibition ELISA
dan ELISA tak langsung,pada tahap awal mirip
inhibition ELISA dan tahap akhir mirip ELISA
tak langsung.
CENTRIFUGE
ELISA
PENCUCI STATFAX
INKUBATOR
VIDAS
MINI VIDAS
Komponen terpenting
http://www.docstoc.com/docs/56904689/Ikatan-van-der-
Waals
kembali
Karakteristik Imunoasai
Validitas Imunoasai
Kepraktisan Imunoasai
Biaya Pemeriksaan
Landasan untuk memilih Imunoasai
Bahan Pemeriksaan
Validitas imunoasai
Kembali
VaLIDITAS INTERNA
1. Detektabilitas
Kemampuan untuk mendeteksi adanya suatu analit
(antigen atau antibodi) yang akan ditentukan
Makin kecil kadar bahan yang masih dapat
dilacak,makin baik detektabilitasnya.
VaLIDITAS INTERNA
2. Akurasi
Besar kemampuan dari suatu uji laboratoris untuk
memberikan hasil yang tepat
Dinyatakan dalam besarnya derajat persesuaian antara
hasil rerata dari penentuan yang dilakukan berulang
kali dan nilai yang besarnya
Menyangkut spesifisitas dan presisi
Dipengaruhi oleh:
a) Spesifisitas reagen yang dipakai
b) Cara pelaksanaan imunoasai
c) Penggunaan standar yang baik
VaLIDITAS INTERNA
3. Reprodusibilitas/Presisi
imunoasai harus ditunjang dengan reprodusibilitas
dan presisi yang memadai, apabila tidak maka tidak
akan memiliki arti klinis yang penting sebab hasil
pemeriksaan yang satu sukar dibandingkan dengan
yang lain, terutama dalam mengikuti hasil suatu
pengobatan
VaLIDITAS EKSTERNA
Diperoleh apabila imunoasai tersebut dinilai
keandalanya di klinis yaitu dalam menujang suatu
diagnosis (nilai diagnostik) atau dalam memantau hasil
pengobatan (nilai pemantauan)
1) Nilai Diagnostik
nilai diagnostik meliputi beberapa unsur dalam tabel
2) Nilai Pemantauan
Berperan dalam:
a) Menentukan kesembuhan penyakit
b) Menentukan kekambuhan penyakit
kembali
TABEL KARAKTERISTIK
IMUNOASAI
KARAKTERIST RUMUS KETERANGAN
IK UJI
SEROLOGIK
Sensitivitas DX TP . DX: diagnostik
TP + FN TP: true positive
Spesifisitas DX TN . TN: true negative
TN + FP FP: false positive
Efisiensi DX TP + TN FN: false negative
N N: jumlah individu
NRN DX TN . NRN: nilai ramal
TN + FN negatif
NRP DX TP . NRP: nilai ramal
TP + FP positif
NRP in function of (Pr) (Sens) . Sens: sensitivitas
Prevalence (Pr) (Sens) + (1 – Pr) (1 – Spes) Spes: spesifisitas
Pr: Prevalensi
KEPRAKTISAN IMUNOASAI
Dipengaruhi beberapa faktor:
a) Penyediaan dan stabilitas dari reagen
b) Cara dan waktu pelaksanaan
c) Peralatan yang dipakai
d) Cara pengambilan bahan pemeriksaan (invasivitas)
e) Bahaya yang ditimbulkan pada kesehatan pelaksana tes
kembali
LANDASAN UNTUK MEMILIH
IMUNOASAI
Apakah uji tersebut untuk uji konfirmatif atau untuk
uji penyaring.
Bila untuk konfirmatif maka mutlak diperlukan
spesifisitas tinggi
Bila untuk uji penyaring maka faktor penentu
pemilihan tes adalah sifat penyakit yang akan
ditentukan diagnosisnya ... . . . .
LANDASAN UNTUK MEMILIH
IMUNOASAI
a) Bila penyakit merupakan penyakit menular,
mempunyai prognosis baik bila diobati secara
adekuat dan tidak menimbulkan efek psikologis
maupun ekonomis berat apabila ada kesalahan
diagnosis, maka diutamakan sensitivitas dari uji
tersebut
kembali
BAHAN PEMERIKSAAN
Sebagian besar : serum
Lainnya: plasma, LCS, ludah, air susu, urine,tinja,
cairan pericard, pleura, sekret lain
Untuk serum/plasma :
pH harus dibuat 7,4 sebelum layak dipakai
bila tidak segera diperiksa dapat disimpan
-200C ( 6 – 12 bulan)
40C (2-5hari)
BAHAN PEMERIKSAAN
Untuk beberapa penyakit infeksi, antigen yang dipakai
untuk imunoasai sebaiknya dibuat sendiri dari berbagai
galur kuman yang ada di daerah endemik/epidemik
sehingga lebih spesifik
sebaiknya dipakai kumpulan dari beberapa macam
galur kuman yang ada di daerah tersebut agar
spektrumnya lebih luas
kembali
Faktor yang mendasari imunoasai tak
berlabel
IMUNOASAI TAK BERLABEL
Faktor dasar yang mempengaruhi:
a. Sifat dari antigen
b. Elektrolit dan pH
c. Waktu dan suhu
d. Perbandingan (ratio) antigen dan antibodi
e. Mekanisme daya tahan tidak spesifik
Sifat dari antigen
Antibodi dalam imunoasai tak berlabel biasanya diberi
nama sesuai dengan cara yang paling sensitif untuk
menentukan antibodi tersebut, misal: aglutinin, lysin,
presipitin dan lain-lain.
Reaksi antara antigen-antibodi dapat dipertunjukkan
dengan berbagai teknik yang terutama tergantung pada
sifat dan struktur antigen yang dipakai
Elektrolit dan ph
Di dalam imunoasai, elektrolit dapat disajikan oleh
suspensi antigen atau antibodi biasanya dalam bentuk
NaCl atau serum
Untuk memperoleh reaksi antigen dan antibodi yang
optimal dibutuhkan pH tertentu yang biasanya berbeda
untuk berbagai macam imunoasai
Waktu dan suhu
Sebagian besar reaksi antigen-antibodi terjadi dalam 2 tingkat
sebagai berikut:
1. Ikatan spesifik antara antibodi dengan antiben atau hapten
yang sesuai
2. Terjadinya reaksi yang dapat dilihat sebagai hasil dari
ikatan tersebut, misalnya presipitasi, aglutinasi, lisis dan
lain-lain
Kedua tingkat ini tak selalu berlangsung secara beruntun
tetapi sering overlapping dan setiap tingkat membutuhkan
waktu dan suhu tertentu di samping kadar elektrolit yang
tertentu pula
Perbandingan antigen-antibodi
Bila suatu suspensi sel bakteri diinkubasi dengan
antiseranya, pada pengenceran tinggi biasanya akan
negatif, namun kadang juga dapat terjadi sebaliknya
Aglutinasi baru terjadi bila rasio antara antigen-
antibodi seimbang, sehingga terjadi ikatan berantai
untuk membentuk latice (hasil reaksi yang dapat
dilihat) disebut zona ekivalen
Perbandingan antigen-antibodi
Pengenceran serum tinggi kadar antibodi rendah
kelebihan antigen rasio antigen-antibodi tidak
seimbang ( disebut zona pasca/ post zone)
Pengenceran serum rendah kelebihan antibodi
rasio tak seimbang ( disebut zona pra / prozone)
MEKANISME DAYA TAHAN TIDAK
SPESIFIK
Dari bahan yang normal/abnormal dalam sekret/cairan tubuh/serum
1. Produk sampingan dari flora normal yang masuk ke dalam cairan
tubuh/serum
2. Bahan mikrobisidal yang normal terdapat pada cairan tubuh, sekret dari
kelenjar dan serum seperti HCl lambung, komplemen, asam lemak
rantai panjang, lisosim, properdin dan betalisin
3. Bahan mikrobisidal yang abnormal dan dihasilkan oleh jaringan yang
rusak karena infeksi seperti lisosim, sel fagositin, heme dan
mesohemin\
4. Interferon yang dikeluarkan limfosit T pada infeksi dengan virus
UJI PRESIPITASI LEMPENG
Keterangan aglutinasi
aglutinasi adalah reaksi antara antibodi dengan
antigen seluler atau antigen pada permukaan sel
Kembali presipitasi
Kembali aglutinasi
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr lisis imun
aglutinasi baru terjadi bila ditambahkan anti
imunoglobulin, bila sebagai gantinya anti
imunoglobulin tersebut ditambahkan komplemen,
maka komplemen tersebut akan menyebabkan
kebocoran pada dinding sel dan sel melepaskan isinya,
proses inilah yg dinamakan lisis imun.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr RIA
Bahan yang mengandung antigen yang akan
ditentukan dicampur dengan antibodi spesifik
terhadap antigen tersebut dan sejumlah tertentu
antigen yang sama tetapi diberi radiolabel sehingga
terjadi kompetisi antara antigen yang akan ditentukan
kadarnya dan antigen yang yang diberi radio label dan
tidak terikat pada antibodi dipisahkan dari campuran,
maka jumlah antigen berlabel yang terikat pada
antibodi dapat ditentukan dengan suatu
radiationcounter.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa kompetitif
antigen yang diberi label dicampur dengan bahan
pemeriksaan yang juga mengandung antigen yang
sama dan akan ditentukan, sehingga terjadi kompetisi
dalam mengikat sejumlah yang terbatas antibodi
spesifik yang terikat pada fase padat. Antigen yang
terikat kemudian dipisahkan dari yang bebas dan
aktifitas enzimnya ditentukan dengan penambahan
substrat
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa titrasi
prinsip dasar hampir sAma dengan elisa kompetitif,
perbedaannya adalah penambahan antigen yang
berlabel dan antigen yang akan ditentukan tidak
dilakukan bersamaan. Pada elisa titrasi antigen yang
akan ditentukan dtambahkan dahulu pada antibody
spesifik yang terikat pada fase padat. Stelah waktu
inkubasi, bagian yang tak terikat dibuang dan dicuci,
lalu ditambahkan sejumlah tertentu antigen yang
berlabel.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr double antibodi sandwich elisa
bahan pemeriksaan yang mengandung antigen
direaksikan dengan antibodi spesifik pertama yang
terikat pada fase padat. Selanjutnya ditambahkan
antibodi spesifik kedua yang berlabel enzim, akhirnya
ditambahkan substrat pada enzim tsbt.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr inhibition elisa
antigen yang akan ditentukan ditambahkan pada
antibodi spesifik terhadap antigen tersebut yang telah
diberi label dan dalam jumlah yang berlebihan,
sehingga sebagian akan mengikat antigen dalam
sample dan sisanya berada dalam keadaan bebas. Bila
campuran tersebut kemudian ditambahkan pada
antigen yang sama tetapi telah terikat pada fase padat,
maka sisa konjugat yang masih bebas akan terikat
pada antigen tersebut.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr kompleks enzim-antienzim
antibodi pertama diikatkan pada fase padat, seperti
pada double ab sandwich elisa. Bahan pemeriksaan
yang mengandung ag direaksikan dengan ab pelapis
(pertama). Setelah pencucian ditambahkan ab kedua.
Setelah inkubasi dan pencucian ditambahkan ab
penghubung yaitu ab spesifik terhadap ab kedua,
dalam keadaan berlebihan sehingga dapat mengikat
ab kedua dengan tangan yang satu dan kompleks
enzim anti enzim dengan tangan yang lain.
kembali
KETERANGAN GAMBAR
Keterangan gbr elisa tak langsung
serum dengan antibodi yang akan ditentukan
direaksikan dengan antigen yang terikat pada fase
padat. Selanjutnya dtambahakan substrat. Aktivitas
dari enzim yang terikat berbanding lurus dengan
kadar antibodi yang terdapat dalam bahan
pemeriksaan.
kembali
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
Kualitatif
hanya dinyatakan ada atau tidak adanya suatu
bahan/antibodi dalam serum dengan melihat
adanya perubahan dari bahan yang diperiksa
misal:
ada presipitasi pada uji VDRL mikro
adanya perubahan warna pada penentuan HBs
antigen secara ELISA
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
Semi Kuantitatif
kadar dari antibodi atau bahan lain dalam serum
ditentukan dengan cara pengenceran serum secara
progresif. Kuantitas dari antibodi dalam hal ini
dinyatakan dalam bentuk titer. Titer adalah harga
kebalikan dari pengenceran serum yang terbesar yang
masih memberi reaksi positif
misalnya serum diencerkan 2 kali, 4 kali, 8 kali, 16
kali, 32 kali, 64 kali
UKURAN KUANTITAS
ANTIBODI
Kuantitatif
umumnya ditentukan dengan menggunakan beberapa
(biasanya 5) sera baku yang telah diketahui kadar dari
bahan yang akan ditentukan,misalnya antibodi dibuat
dan kurva baku
Untuk melihat akurasi dari kurva baku tesebut dipakai
serum kontrol yang mempunyai rentangan kadar
tertentu. Kurva baku ini dapat dipakai untuk
menentukan dari suatu bahan di dalam spesimen yang
diperiksa
ali