IMUNOSEROLOGI II
”ELISA”
OLEH;
B. PROSEDUR KERJA
a. Preparasi Sampel
Serum: Simpanlah sampel serum pada suhu ruangan selama 10-20
Menit, kemudian sentrifugasi dengan kecepatan 2000-3000 rpm selama 20
Menit.
b. Preparasi Reagen
1) Keluarkan reagen dari dos KIT, kemudian simpanlah reagen pada suhu
ruangan
2) Standard: Standar yang akan dianalisis diduplo dengan larutan standar
sebagai berikut:
c. Prosedur Kerja
1) Tambahkan 50μl larutan standar pada well-plate
2) Tambahkan 40μl sampel pada well sampel, kemudian 10μl antibody
anti-IL-8, 50μl streptavidin-HRP (Tidak ditambahkan pada well blank).
Mix dan inkubasi selama 60 menit pada suhu 37°C
3) Cucilah well-plate dengan wash buffer, aspirasi selama 5 kali dan
keringkan dengan tisue
4) Tambahkan 50μl substrate solution A pada tiap well dan tambahkan
substrate solution B pada tiap well. Tutup well dengan seal kemudian
inkubasi selama 10 menit dengan suhu 37°C dalam kondisi gelap
5) Tambahkan 50μl Stop Solution pada tiap well, perubahan warna biru
menjadi kuning akan Nampak pada well
6) Ukurlah optical density (OD value) pada well sesegera mungkin,
dengan 450 nm setelah 30 menit penambahan stop solution
Gambar 1. Standar dan sampel pada well plate
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hasil pembacaan ELISA
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum menganalisis dan mengaplikasikan ELISA. ELISA
(Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben
taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai
laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik
pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang
cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan
Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di
dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter
label).
Umumnya ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu competitive
assay yang menggunakan konjugat antigen–enzim atau konjugat antobodi–
enzim, dan non-competitive assay yang menggunakan dua antibodi. Pada
ELISA non-competitive assay, antibodi kedua akan dikonjugasikan dengan
enzim sebagai indikator. Teknik kedua ini sering kali disebut sebagai
"Sandwich" ELISA.
Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah satu di antaranya adalah
kemungkinan yang besar terjadinya hasil false positive karena adanya reaksi
silang antara antigen yang satu dengan antigen lain. Hasil berupa false negative
dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu
pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah
antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi.
Terdapat beberapa jenis teknik ELISA, yaitu Indirect ELISA, Direct
ELISA, ELISA Sandwich, ELISA Multiplex dan 2 ELISA Biotin Streptavidin.
Dalam penggunaan sehari-hari ELISA bisa digunakan unruk melabel suatu
antigen atau mengetahui antibody yang ada dalam tubuh. Apabila kita ingin
mengetahui antigen apa yang ada di dalam tubuh, maka yang diendapkan
adalah antibodynya, begitu pula sebaliknya.
Pada praktikum ini menggunakan uji ELISA Sandwich. Uji ELISA
Sandwich adalah Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibody primer
spesifik untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibody sekunder
tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan.
Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct,
hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak perlu
dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus dapat
berinteraksi dengan antibody primer spesifik dan antibody sekunder spesifik
tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan
pada antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi)
atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada
ELISA sandwich, antibody primer seringkali disebut sebagai antibody
penangkap, sedangkan antibody sekunder seringkali disebut sebagai antibody
penangkap, sedagkan antibody sekunder seringkali disebut sebagai antibody
deteksi.
Untuk melakukan teknik "Sandwich" ELISA ini, diperlukan beberapa
tahap yang meliputi:
1. Well dilapisi atau ditempeli antigen.
2. Sampel (antibodi) yang ingin diuji ditambahkan.
3. Ditambahkan antibodi kedua yang dikonjugasikan dengan enzim tertentu
seperti peroksidase alkali. Antibodi kedua ini akan menempel pada
antibodi sampel sebelumnya.
4. Dimasukkan substrat enzim yang dapat menimbulkan warna tertentu saat
bereaksi.
5. Intensitas warna campuran diukur dengan spektrofotometer yang disebut
ELISA reader hingga mendapatkan hasil berupa densitas optis (OD).
Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang digunakan, didapatkan
nilai cut-off untuk menentukan hasil positif-negatif suatu sampel. Hasil
OD yang berada di bawah nilai cut-off merupakan hasil negatif, dan
demikian juga sebaliknya.
Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada
tingkat sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan
harus dapat berinteraksi dengan dua jenis antibody, yaitu antibody penangkap
dan antibody detector, kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan
mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan
pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk
protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng,
menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi.
Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki
kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen
yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibody yang dapat
berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya
harus berbeda).
Fungsi dari test ELISA yaitu bukan hanya untuk mengetahui
keberadaan suatu antigen dengan antibodi tetapi juga untuk mengukur kadar
antigen atau antibodi tersebut dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur jumlah dari cahaya
yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen-antibodi 3 yang
terjadi pada well mcroplate dan setelah pemberian substrat, enzim yang terikat
pada antibody ke dua pada kompleks antigen-antibodi yang terbentuk akan
memberikan perubahan warna pada cairan tersebut, sehingga akan memberikan
optical density yang berbeda. Optical density dapat dinyatakan meningkat atau
menurun berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan
menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan untuk
mengestimasi kadar protein tersebut.
Kemudian praktikum ini menggunakan serum darah. Di dalam plasma
darah ada 3 fraksi protein yaitu: - Albumin; Globulin dan Fibrinogen. Serum
darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.
Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein.
Penggunaan pengukuran status protein ini didasarkan pada asumsi bahwa
penurunan serum protein disebabkan oleh penurunan produksi dalam hati.
Penentuan serum protein dalam tubuh meliputi: albumin, transferrin,
prealbumin (yang dikenal juga dengan trasthyeritin dan thyroxine-binding
prealbumin-TBPA), retinol binding protein (RBP), insulin-Like growth factor-
1 dan fibronectin.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan tersebut dapat di simpulkan bahwa uji
ELISA menggunakan uji jenis ELISA Sandwich dengan prinsip adalah teknik
yang menggabungkan spesifisitas antibodi dengan sensitivitas uji enzim secara
sederhana, dengan menggunakan antibodi atau antigen yang digabungkan ke
suatu enzim yang mudah diuji. Dari praktikum diatas memperoleh hasil yaitu:
S1 = 2,17 . 6101 ng/mL
S2 = 200 . 4374 ng/mL
S3 = 2,7 . 6101 ng/mL
B. SARAN
Disarankan agar praktikan selalu menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) yang lengkap pada saat melakukan praktikum, dan lebih teliti pada saat
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Mufidah, dkk. (2015). Pengembangan Metode Elisa Dan Teknik Deteksi Cepat
Dengan Imunostik Terhadap Antibodi Anti Aeromonas Hydrophila Pada
Ikan Mas (Cyprinid Carpio). Vol. 10, No. 4. Hal (554).
Muflikhah dan Artama, (2017). An Evaluation Study Of Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay (Elisa) Using Recombinant Protein Gra1 For
Detection Of Igg Antibodies Againts Toxoplasma Gondii Infections.
Vol. 6, No. 5. Hal (106).
Rachmawati, dkk (2018). Penggunaan Antigen Mycoplasma Gallisepticum
Freeze-Thawing Dalam Teknik Enzyme-Linked Immunosorbent Assay.
Vol. 36, No. 2. Hal (152).
Rohima dan Nurminabari, (2018). Identifikasi Protein Hewani Pada Produk
Bumbu Instan Dengan Metode Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent
Assay). Vol. 5, No. 3. Hal (169).
LAMPIRAN