Anda di halaman 1dari 61

IMUNOSEROLOGI

SMAK PUSKESAD
Imunoserologi
 Imunoserologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berfokus
pada proses identifikasi akan antibodi, yakni protein yang
pembuatannya adalah dari sel darah putih yang bereaksi terhadap
antigen.
 Antigen ini diketahui pula sebagai sebuah jenis protein asing pada
tubuh manusia. Jika melihat dari nama bidang ilmu ini, tentu sudah
dapat ditebak juga bahwa fokusnya adalah lebih kepada sistem
kekebalan tubuh.
Imunoserologi

 Secara umum, imunoserologi adalah ilmu pengetahuan yang


berfokus pada proses identifikasi antibodi, yaitu pembuatan protein
yang terbuat dari sel darah putih dan bereaksi terhadap antigen.
Hal yang berkaitan dengan daya tahan tubuh termasuk ke dalam
imunoserologi. Salah satunya adalah penyakit autoimun.
 Penyakit autoimun adalah suatu kondisi dimana daya tahan tubuh
dapat berubah dan melakukan perlawanan terhadap jaringan
tubuh sendiri. Oleh karena itu, imunoserologi sering disebut sebagai
ilmu kedokteran yang berfokus pada kelainan imonodefisiensi dan
kelainan autoimun. Imunodefisiensi adalah suatu keadaan dimana
sistem daya tahan tubuh dinyatakan tidak aktif.
Imunologi
 Dalam ilmu biomedis, imunologi adalah sebuah cabang yang mencakup
segala aspek tentang sistem kekebalan tubuh atau imun bukan hanya pada
manusia tetapi juga pada seluruh organisme. Sistem kekebalan tersebut dapat
melindungi tubuh seseorang dari berbagai infeksi.
 Pada imunologi, terdapat 3 hal dasar yang dipelajari, yaitu :
1. Imunitas atau reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing.
2. Respon imun atau respon yang terkoordinasi terhadap benda asing.
3. Sistem imun atau reaksi sel dan molekulyang terjadi terhadap benda asing
tersebut.
Serologi
 Serologi adalah sebuah ilmu kesehatan yang diketahui lebih berfokus pada
respon antigen dan antibodi secara in vitro. Tujuan dari ilmu ini adalah supaya
dapat membantu penegakan diagnosa sebuah penyakit infeksi. Dalam
penegakan diagnosa tersebut, maka penting dan wajib untuk menemukan dan
mengisolasi kuman penyebabnya.
 Kasus umum yang sudah sering digunakan pada tes imunoserologi, yaitu:
➢ Penyakit menular seksual
➢ Reumatik
➢ Torch
➢ Hepatitis
➢ HIV
Metode Imunoserologi
 Reaksi Aglutinasi
 Pada reaksi ini biasanya dilaksanakan untuk antigen yang tak larut atau yang
larut namun memiliki ikatan dengan sel atau partikel. Ada suatu agregat yang
dapat terbentuk oleh antigen yang bereaksi dengan antibodi dan aglutinasi
adalah hasil penampakan yang bisa dilihat.
 Reaksi Presipitasi
 Untuk metode kedua ada presipitasi di mana reaksi ini dilaksanakan dengan tujuan
agar kadar antibodi pada serum bisa diketahui. Terjadinya presipitasi adalah
dikarenakan reaksi antara antigen yang larut dengan antibodi dan kemudian
membentuklah kompleks yang bentuknya berupa anyaman.
 Reaksi Fiksasi Komplemen
 Kadar antibodi yang rendah dapat ditentukan oleh reaksi ini. Biasanya, penentuan
hanya untuk kadar antibodi rendah yang nyatanya tak mampu terdeteksi melalui
pengujian presipitasi atau aglutinasi.
 Reaksi Netralisasi
 Reaksi ini juga diketahui sebagai sebuah reaksi antara antibodi dan antigen
dengan tujuan untuk mencegah adanya efek berbahaya seperti keberadaan
eksotoksin virus maupun bakteri. Antitoksin adalah senyawa yang diketahui
mampu membuat toksin menjadi netral dan sel hospeslah yang memroduksi
antibodi spesifik tersebut.
 ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
 Metode ini termasuk yang paling luas dan terdapat 2 cara yang diketahui biasa
dilaksanakan, yakni mendeteksi antigen secara langsung serta tidak langsung
untuk pendeteksian antibodi. Teknik ini adalah yang dianggap paling simpel
dan hasilnya pun terinterpretasi secara jelas dan baik, entah itu negatif atau
positif.
 RIA (Radioimmuno Assay)
 Metode ini kerap digunakan untuk pengukuran konsentrasi antigen maupun
antibodi yang kadarnya rendah. Untuk itulah, metode ini termasuk sangat baik
untuk proses pendeteksian kelainan tubuh dari awal.
 Reaksi Imunofluoresensi
 Metode ini adalah kombinasi antara antibodi dan juga zat warna fluoresein
sehingga akhirnya warna pendaran dapat muncul saat dicek melalui mikroskop
menggunakan sinar UV. Metode ini cukup sensitif, cepat dan bahkan termasuk
spesifik sehingga sangat bisa diandalkan.
 Jenis Pemeriksaan Imunoserologi
 Pada bidang ilmu imunoserologi, ada berbagai jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan
untuk berbagai tujuan dan kepentingan di mana masih ada hubungannya dengan
kesehatan imunitas tubuh.
 Uji ASTO/ASO
 Pengujian atau pemeriksaan ini adalah salah satu jenis pemeriksaan imunoserologi
yang bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara
pemurnian kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara
suspensi latex dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah
aglutinasi yang terjadi dalam waktu 2 menit.
 Untuk reagen, pada jenis pemeriksaan ini menggunakan kontrol (+) di mana di
dalamnya terkandung antibodi ASO, lalu juga kontrol (-) di mana di dalamnya tak
terdapat antibodi ASO. Tak hanya itu, diketahui ada pula reagen latex atau yang
juga diketahui dengan suspensi partikel lateks polysiterin di mana Streptolysin O sudah
melapisinya.
 Uji CRP
 Tujuan dari pelaksanaan jenis pemeriksaan ini adalah untuk memudahkan
pendeteksian ada tidaknya infeksi kerusakan jaringan serta inflamasi. Untuk metode,
pemeriksaan ini menggunakan jenis metode kualitatif.
 Uji RPR
 Pemeriksaan jenis imunoserologi lainnya adalah uji RPR yang penggunaannya
bertujuan untuk menguji flokulasi non treponemal supaya dapat ditentukan adanya
reagen antibodi yang ada pada serum. Pada pemeriksaan ini, metode yang dipakai
diketahui adalah slide test dan memiliki prinsipnya sendiri dalam tata pelaksanaan
dari pemeriksaan ini.
 Uji RF
 Jenis pemeriksaan lainnya lagi adalah uji RF di mana tujuan dari adanya tes ini
adalah khusus untuk mendeteksi Rheumatoid Factor dalam serum dan dilakukan
secara kualitatif. Untuk metodenya, pemeriksaan ini lebih mengkhususkan
penggunaan dengan aglutinasi latex.
 Uji Anti HCV
 Uji atau pemeriksaan jenis lainnya adalah pemeriksaan Anti HCV di mana metode
yang digunakan lebih dengan imunokromatografi. Pada pemeriksana ini, prinsipnya
adalah penggunaan rekombinan HCV protein yang dijadikan sebagai viral antigen.
Reagen yang diketahui adalah buffer HCV/HCV.
 Uji HbsAg
 Pemeriksaan jenis ini sama dengan jenis pemeriksaan yang disebutkan sebelumnya
di mana metode yang digunakan adalah imunikromatografi. Prinsip yang
digunakan adalah adanya reaksi dari serum yang sudah diteteskan ke bantalan
sampel terhadap partikel yang berlapisan anti HBs atau yang juga dikenal dengan
sebutan antibodi.
 Selanjutnya, campuran ini bakal bergerak di sepanjang strip membran dan
kemudian terjadi keterikatan dengan antibodi tertentu. Nantinya kemudian
diketahui bakal timbul garis warna yang dihasilkan.
 Uji Widal
 Jenis pemeriksaan ini juga dikenal dengan istilah pemeriksaan semikuantitatif
dengan metode tabung. Prinsip yang ada pada pemeriksaan ini lebih kepada
reaksi dari antibodi Salmonella paratyphi dan Salmonella typhi dan pada serum
sampel terhadap antigen yang ada di reagen widal. Aglutinasi adalah bentuk
reaksi yang bisa dilihat.
SISTIM IMUN SPESIFIK
 Beberapa istilah pada imunologi
 Antigen : molekul yang bereaksi dg Antibodi/Imunosit Tdk hrs
membangkitkan Respons Imun.
 Imunogen : molekul yg membangkitkan Respons Imun Hapten :
molekul berukuran kecil, tdk Imunogenik ,dpt bereaksi dg Antibodi yg
timbul akibat stimulasi hapten bersangkutan yg terikat molekul carrier.
 Epitop : bagian antigen yg bereaksi dg antibodi Paratop : bagian
antibodi yang bereaksi dg antigen
 Antibodi : molekul yg disintesis oleh sel B/Plasma (Imunoglobulin, bentuk
soluble dari reseptor antigen pd Sel B)
IgM
•Imunoglobulin pertama yang dibentuk dalam respons imun
•BM: 900.000 D
•Bentuk: Pentamer
•Sel B mengekspresi IgM pada permukaan
•Kadar IgM bayi: 10% Dewasa hingga umur 1 tahun
•Fetus umur 12 minggu mulai membentuk IgM
•Merupakan antibodi alamiah:
• Iso-aglutinin
•Gol darah ABO
•Aktifitas biologik:
•Aglutinasi Antigen
•Menurunkan motilitas patogen
•Opsonin
•Mengaktifkan komplemen
IgM
IgA
•Sedikit dalam serum
•Banyak dalam sekret:
•saluran cerna
•saluran nafas
•saluran kemih
•air mata, ludah, keringat, ASI
•BM: 160.000 D
•Aktifitas Biologik:
•menetralisir toksin dan virus
•mencegah kontak toksin/Virus dengan sel sasaran
•Dalam serum:
•aglutinasi kuman
•menurunkan motilitas kuman
•meningkatkan fungsi PMN
•mengaktifkan komplemen
TReg
TGF-b
IgA
IgE
IgD
BM: 200.000 d
 Petanda dari sel B
yang matang FC reseptor pada sel
mast dan Basofil
 Tidak mengikat
komplemen Berperan dalam
 Antibodi terhadap -alergi
makanan, -parasit
autoantigen,
komponen inti
Interaksi antigen-antibodi:

-aglutinasi
-presipitasi
-netralisasi toksin
-aktifasi komplemen
Cow’s Milk Protein
VACCINATION
GENERATION OF
MEMORY
B CELL
ACTIVATION
ANTIGEN
DIFFERENTIATION
SPECIFIC B ANTIGEN
CELL PROCESSING & & AFFINITY
PRESENTATION MATURATION

Cow’s Milk epitope ACTIVATED


ANTIBODY SECRETING
PLASMA CELLS
CD4+ Th-2 CELL IL-4
IL-5,IL-13

MHC Class II B CELL IMMUNOGLOBULINE

T CELL RECEPTOR ANTIGEN


Komplemen

• Dibuat oleh: makrofag, hati, monosit


• Terdiri dari 19 macam protein, bila diaktifkan menjadi
mediator
• Efek Biologis:
1. Meningkatkan permeabilitas kapiler
2. Kemotaksis & opsonisasi
• Kemotaksis: C3a, C5a, C5-6-7
• Opsonisasi: C3b, C4b
3. Sitolitik
• Eosinofil mempunyai reseptor terhadap C3b & IgG,
mengaktifkan ADCC
• C8-9: lisis osmotik

Anda mungkin juga menyukai