Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

KIMIA KLINIK DAN DIAGNOSTIK


“SOAL DAN JAWABAN PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI”
(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik dan Diagnostik)

OLEH:

NAMA : AHMAD FAHMI NUR


NIM : O1A118099
KELAS :B
DOSEN : Apt. MUHAMMAD ILYAS YUSUF. S. Farm., M. Imun.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

1. Jelaskan perbedaan dan persamaan dari uji imunologi dan uji serologi !
Jawaban :
Perbedaan keduanya, Uji imunologi didisain untuk mendeteksi adanya antibody
yang terdapat didalam tubuh dengan berikatan terhadap antigennya sedangkan uji
serologi merupakan uji yang bersifat spesifik karena merupakan reaksi antigen
penyebab penyakit dan antibody (Murwani, S. 2015).
Persamaan keduanya, uji imunologi dan uji serologis saling berkaitan satu sama lain
uji serologi menggunakan pemaham imunologi sebagai penentuan diagnosisnya.
Sehingga ada ilmu yang disebut sebagai imunoserologi yang merupakan
pengembangan dari imunokromatografi, dimana uji ini melihat indentifikasi
terhadap dan antigen atau antibody namun lebih spesifik diantara keduanya
(Marliana, N. dan Widhyasih, R, M. 2018).
2. Jelaskan prinsip ikatan Antigen dengan Antibodi dalam metode pemeriksaan
Serologi!
Jawaban :
interaksi antigen-antibodi secara invitro yang merupakan dasar prinsip pemeriksaan
serologi dapat dibagi menjadi dua katagori yaitu :
1) interaksi antigen-antibodi primer, adalah permulaan reaksi dan merupakan
pengikatan antigen dengan antibodi tingkat molekuler. Reaksi ini tidak terlihat
dengan mata belaka tetapi memerlukan suatu indikator, misalnya dengan
melabel antigen atau antibodi dengan berbagai zat seperti radioisotop (RIA),
enzim (ELISA) dan lain lain. Teknik tersebut bermanfaat untuk penetapan
antigen dan antibodi berkadar rendah.
2) interaksi antigen-antibodi sekunder. Interaksi ini dapat mengakibatkan
presipitasi atau aglutinasi. Reaksi dapat berlangsung secara direk (langsung)
atau melalui perantara komplemen. Apabila antigen terlarut direaksikan dengan
antibodi spesifik akan terbentuk kompleks Ag-Ab yang besar sehingga
kompleks mengendap dan terjadi presipitasi. Bila antigen terikat pada suatu
partikel, misalnya lateks, bakteri, eritrosit maupun partikel lain, maka interaksi
Ag-Ab tersebut menyebabkan terjadinya gumpalan atau aglutinasi. Hal ini
merupakan dasar berbagai jenis teknik uji invitro, seperti teknik imunodifusi,
aglutinasi lateks, hemaglutinasi, uji fiksasi komplemen, turbidimetri,
nefelometri.

Keterangan :

1. Ikatan hidrogen: ikatan dengan perantaraan H antara bentuk-bentuk hidrofil : -OH2,


-NH2, -COOH.
2. Ikatan ionik : antara muatan negatif dan positif
3. Interaksi hidrofobik : asam amino yang hidrofobik/ non polar cenderung akan
bersatu membentuk kelompok dalam lingkungan berair
4. Tenaga Van der Waals: ditentukan oleh kekuatan-kekuatan tarik antara lapisan
elektron yang meliputi 2 susunan molekul (Marliana, N. dan Widhyasih, R, M.
2018).
3. Uraikan pentingnya spesifitas Antibodi dalam metode serologi !
Jawaban :
Nilai spesifisitas dalam metode serologi dimana antibodi akan berikatan kuat
dengan suatu antigen khusus dan juga akan berikatan dengan antigen lain yang
memiliki struktur mirip. Sebaliknya antibodi yang memiliki afinitas rendah terhadap
suatu antigen mungkin akan berinteraksi kurang kuat terhadap antigen lain yang
strukturnya mirip dan bila reaksi silang ini tidak terjadi maka antibodi poliklonal
tersebut akan tampak bersifat khusus. Sehingga spesifitas sangat penting dalam
metode serologi karena serologi bersifat spesifik terhadap antigen dan antibodinya
(Samarang.dkk. 2015).
Spesifitas dalam metode serologi yang berhubungan dengan imunoglobulin
dapat ditingkatkan dengan menghilangkan protein serum yang tidak diinginkan.
Penelitian ini menggunakan ammonium sulfat 100% berdasarkan kadar jenuhnya.
Konsentrasi 100% dianggap lebih dari cukup untuk dapat memisahkan protein
sekaligus tetap mempertahankan aktivitas protein yang dimiliki oleh serum. Apabila
kemurnian suatu protein bertambah maka konsentrasinya akan berkurang. Ketika
suatu larutan garam dengan konsentrasi tinggi dan mengandung banyak ion seperti
ion amonium (NH4 +)dan ion sulfat (SO4 2-) ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung protein, maka larutan tersebut akan bersaing dengan protein untuk
mengikat molekul air. Air akan berpindah dan berikatan dengan garam, sehingga
kelarutan protein akan berkurang, menyebabkan pengendapan protein. Protein yang
mengendap mempunyai afinitas yang lebih baik terhadap molekul protein lain
daripada dengan molekul air. Kebanyakan antibodi akan mengendap pada kondisi
50% jenuh. Kelemahan dari pengendapan dengan menggunakan amonium sulfat ini
adalah protein yang diinginkan, misalnya antibodi, tidak didapatkan dalam keadaan
murni dan masih terkontaminasi oleh protein-protein dengan berat molekul tinggi
lainnya. Oleh karena itu, pengendapan dengan sulfat tidak dapat digunakan sebagai
metode tunggal, tetapi harus dikombinasikan dengan metode lain agar diperoleh
antibodi yang murni (Bunyamin, M. dkk. 2015).
4. Jelaskan manfaat validasi internal dan validasi eksternal dalam uji serologi !
Jawaban :
Suatu analisis dibutuhkan adanya validasi dengan tujuan sebagai parameter untuk
melihat hasil yang sesuai pada tahapan, prosedur bahkan bahan yang digunakan
selama proses analisis nantinya. Dalam uji serologi validasi yang digunakan adalah
validasi internal dan validasi eksternal.
a. Validasi internal
- Sensitivitas analisis, untuk melihat kemampuan suatu bahan dalam
mendeteksi suatu bahan.
- Akurasi, untuk melihat kemampuan tes untuk memberikan hasil yang tepat.
Akurasi menyangkut faktor spesifitas dan presisi. Akurasi yang tinggi
menunjukan hasil yang tepat.
- Presisi, untuk melihat hasil dari pengulangan tes dalam suatu seri
pemeriksaan (whiti-run), antara seri pemeriksaan (between-run), antara
analisis.
b. Validasi eksternal
- Sensitivitas diagnostic, adalah kemampuan tes untuk menunjukan individu
mana yang menderita sakit dari seluruh populasi yang benar-benar sakit.
- Spesifitas diagnostic, adalah kemampuan tes untuk menunjukan individu
mana yang tidak menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit.
- Nilai prediksi positif, adalah proporsi pasien yang tesnya positif dan betul
menderita sakit.
- Nilai prediksi negatif, adalah proporsi pasien yang tesnya negatif dan tidak
menderita sakit.
- Efisiensi diagnostic, pemeriksaan harus dilakukan seefisien mungkin untuk
mendapatkan hasil yang akurat (Feto, B dan Kedir, U. 2008).
5. Perbedaan Ab monoklonal dan Ab poliklonal dalam uji serologi !
Jawaban :
Antibodi poliklonal adalah reagen yang ideal dalam uji diagnostik dan reaksi
hemaglutinasi karena kemampuannya untuk mengenali epitop yang berbeda dari
molekul target. Penggunaan terbaik antibodi poliklonal adalah untuk mendeteksi
antigen yang tidak diketahui. Antibodi poliklonal digunakan sebagai antibodi
sekunder dalam deteksi imun (mis. ELISA, western blotting, microarray assays,
immunohistochemistry, flow cytometry). Peran mereka adalah untuk mengikat
epitop yang berbeda dan memperkuat sinyal, yang mengarah ke deteksi yang lebih
baik. Sedangkan Antibodi monoklonal, sebaliknya, memberikan sumber antibodi
yang tidak terbatas yang homogen dan, sekali ditandai, dapat di prediksi dalam
perilakunya. Antibodi monoklonal sering digunakan sebagai antibodi primer pada
deteksi imun karena kemampuannya mengikat secara spesifik pada epitop tunggal
antigen. Melalui penggunaan aplikasi klinis, beberapa kelemahan menggunakan
masing-masing jenis antibodi telah dibatalkan. Perusahaan dapat memurnikan
antibodi poliklonal untuk membatasi tingkat reaktivitas silang dalam pengujian
mereka. Kombinasi antibodi monoklonal mengarah pada penangkapan beberapa
epitop dan memperluas spesifisitasnya (Marliana, N. dan Widhyasih, R, M. 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Bunyamin, M. dkk. 2015. Produksi Serum Rabbit Anti-Catfish Terhadap Penyakit Motile
Aeromonas Septicemia (Mas) Pada Ikan Patin Siam (Pangasius Hypophthalmus).
Jurnal Mina Sains. Vol 1(1).

Feto, B dan Kedir, U. 2008. Lecture Notes Medical Laboratory Technology Students :
Serology. Ethiopia: EPHTI.

Marliana, N. dan Widhyasih, R, M. 2018. Imunoserologi. Pusat Pendidikan Sumber Daya


Manusia Kesehatan: Jakarta.

Murwani, S. 2015. Dasar Dasar Mikrobiologi Veteriner. UB Press: Malang.

Samarang.dkk. 2015. Deteksi Antigen Ekskretori-Sekretori Schistosoma Japonicum


Dengan Metode Elisa Pada Penderita Schsistosomiasis Di Napu Sulawesi Tengah.
Media Litbangkes. Vol 25 (1). Hal 65-70.

Anda mungkin juga menyukai