Anda di halaman 1dari 14

Bagian Patologi Klinik Makassar, 23 Januari 2018

Universitas Muslim Indonesia

PAPER
TES AGLUTINASI

Oleh :

Nama : Siti Fadhilah Hazhiyah


Stambuk : 11020150079

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
TES AGLUTINASI

PENDAHULUAN
Imunoasai adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat
imunitas atau kadar antibodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum
seseorang. Imunoasai dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut jenisnya, yaitu
imunoasai tak berlabel dan imunoasai berlabel. Imunoasai tak berlabel terdiri dari
beberapa teknik, yaitu : uji presipitasi, uji aglutinasi, uji hemaglutinasi, lisis imun
dan fiksasi komplemen, serta uji netralisasi. Sedangkan imunoasai berlabel juga
terdiri dari beberapa teknik yaitu : asai berlabel fluoresens (Fluorescent
Immunoassay atau FIA), asai berlabel radioisotop (Radioimmunoassay atau RIA),
asai berlabel luminescent (Luminescent Immunoassay atau LIA), asai berlabel
enzim (Enzyme Immunoassay atau EIA), Immunochromatographic Assay atau
ICA dan uji imunoperoksidase.

Tes Aglutinasi

 Teknik ini merupakan metoda klasik dalam penetapan antibody atau


antigen
 Ag bentuk partikel direaksikan dengan Ab spesifik membentuk Aglutinasi
 Reaksi 2 tahap :
 Antibodi degan salah satu antigen binding site (Fab) bereaksi dgn
Ag
 Fab yg lainnya berikatan dgn Ag lain yg sudah berikatan dgn Ab
gumpalan (lattice)
 Faktor yang mempengaruhi: Muatan listrik protein,molaritas
medium,vaksositas media,dan fenomena prozone
 Jumlah antigen & antibodi hrs seimbang
 Penerapannya: Widal, golongan darah, dan kehamilan.

Merupakan salah satu uji serologi (ilmu yang mempelajari prosedur-


prosedur diagnostik dan eksperimental yang berhubungan dengan imunologi dan
menyangkut reaksi-reaksi serum) yang digunakan untuk mendiagnosa suatu
penyakit. Uji aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menambahkan antibodi yang
homolog pada antigen yang dapat berupa sel ataupun partikel lateks yang telah
diserapi antigen yang dapat larut. Penambahan antibodi pada pertikel lateks ini
dapat menyebabkan terjadinya proses aglutinasi atau penggumpalan, sehingga
menyebabkan terbentuknya agregat sel-sel yang kasat mata. Proses penggumpalan
ini disebabkan karena antibodi berlaku sebagai jembatan untuk membentuk
jaringan kisi-kisi antibodi dan antigen partikulat sehingga membentuk gumpalan.

David (1990) menyatakan bahwa sel-sel dalam suspensi seperti bakteri


atau sel-sel darah merah biasanya mengaglutinasi ketika dicampur dengan
antiserumnya. Aglutinasi menyediakan metode yang berurutan untuk
mengidentifikasi variasi bakteri, jamur, dan tipe sel darah merah. Menurut Pelczar
and Chan (2005). Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki inang
vertebrata menimbulkan respon kekebalan yang membawa kepada terbentuknya
kekebalan padatan. Respon ini mengakibatkan pembe ntukan antibodi spesifik
yang beredar dalam aliran darah (imunitas humoral) atau merangsang peningkatan
jumlah sel-sel reaksi khusus yang disebut limfosit.

Uji aglutinasi ini tidak hanya dapat digunakan untuk diagnosis penyakit
menular tertentu yang reaksi aglutinasi antigen-antigennya yang telah diketahui
oleh serum penderita, tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui
mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui. Hal ini dapat diketahui karena
kemampuan spesifik serum yang telah diketahui untuk menggumpalkan suspensi
sel-sel yang yang belum diketahui tersebut, sehingga mikroorganisme atau bakteri
yang belum diketahui tersebut dapat diidentifikasi.

Uji aglutinasi terhadap bakteri dapat dilakukan dalam tabung-tabung


reaksi kecil atau sebuah kaca objek. Kebanyakan uji bakteri dilakukan dengan
pengenceran antiserum secara serial di dalam tabung yang kedalamnya
ditambahkan antigen dalan jumlah yang konstan. Setelah diinkubasi, pengamatan
dapat dilakukan secara visual, kemudian ditentukan titernya. Titer antiserum
adalah suatu nilai nisbi dan berbanding terbalik dengan pengenceran tertinggi
yang memiliki gumpalan sel dan antibodi. Titer yang lebih tinggi menunjukkan
adanya konsentrasi antibodi yang lebih tinggi pula.
Macam-macam Uji Aglutinasi :

a. Aglutinasi Direk

· Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang berupa partikel atau sel

· contoh pemerIKSaan: reaksi Widal(deteksi antibodi


terhadap S.tiphy),penyakit hemolitik, tes rheumatoid faktor (IgM dan IgG), tes
syphilis dan tes kehamilan.

 Jika reaksi aglutinasi melibatkan sel darah merah, dinamakan


hemaglutinasi

 Contoh hemaglutinasi yang terkenal adalah penentuan golongan darah


ABO . Hemaglutinasi banyak digunakan untuk mendeteksi antibodi anti-
virus, misalnya: hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, HIV I dan II

Interpretasi:

Gumpalan (Positif)

Tidak ada gumpalan (Negatif)


b. Aglutinasi Indirek

· Untuk menetapkan antibodi terhadap Ag yang larut dengan melekatkan


dengan antigen ini terlebih dahulu pada suatu partikel yang di sebut ”carrier”.

· Partikel yang digunakan dalam teknik ini adalah lateks, eritrosit, karbon
dan lain-lain

· Faktor yang mempengaruh: afinitas konjugat antigen terhadap carrier,


waktu inkubasi dengan serum penderita dan interaksi yang terjadi pada
lingkungan mikro (pH dan konsentrasi protein). Aglutinasi pasif banyak
digunakan untuk pemeriksaan: faktor rhematoid, antibodi anti-nuclear, antibodi
terhadap antigen streptococcus grup A, antibodi terhadap Trichinella spiralis dan
terhadap Treponium pallidum, antibodi terhadap berbagai virus seperti: CMV,
Rubella, Varicella-zoster, HIV-1 dan HIV-2. Interpretasi:

Tidak ada gumpalan (positif)

Ada Gumpalan (Negatif)


c. Hambatan aglutinasi (Aglutination Inhibition)

· Modifikasi teknik aglutinasi untuk mendeteksi antigen yang larut

Reaksi hambatan aglutinasi didasarkan pada kompetisi antara”particulate” dengan


antigen larut terhadap “combining site” antibodi yang terbatas

Reaksi jenis ini melibatkan hapten yang membentuk kompleks dengan protein,
yang selanjutnya dilekatkan pada “carrier

· Cara kerja:

1. serum atau cairan yang akan diperiksa direaksikan terlebih dahulu dengan
antibodi spesifik.

2. direaksikan dengan Ag yang dilekatkan pada suatu partikel.

3. Dilihat ada tidaknya aglutinasi


Interpretasi:

1. Ag yang ada pada serum atau cairan yang diperiksa, mengikat Ab spesifik
sehingga Ab tidak mampu lagi bereaksi dengan Ag pada permukaan partikel Uji
positif(+)/tidak terjadi aglutinasi

2. Apabila dalam serum atau cairan yang diperiksa tidak tedapat Ag, maka
antibodi yang bebas dapat bereaksi dengan Ag melekat pada permukaan
partikel Uji negatif(-)/terjadi aglutinasi

· Contoh Pemeriksaan: uji kehamilan,penetapan FDP,mendeteks


berbagai virus seperti rubella, influenza ,parainfluenza, dan mumps

d. Koaglutiasi

· Sama seperti aglutinasi pasif, bedanya pada partikel “inert” yang dipakai.

· Partikel “inert” memakai bakteria, kebanyakan menggunakan Staphylococcus


aureus, karena memiliki protein di permukaan luarnya yang dinamakan protein A
yang secara natural mampu mengadsorbsi Fc (fragmen crystallizable) dari
molekul antibody. Fc portion dari molekul antibodi melekat pada protein A di
permukaan Staphylococcus aureus. Jika ditambahkan antigen (larut) dari pasien
akan membentuk aglutinasi.
· Metode ini banyak diaplikasikan untuk identifikasi antigen dari Streptococci,
Neisseria meningitidis, N. gonorrhoeae, Vibrio cholera 0139 dan Haemophylus
influenza

e. Aglutinasi Pasif Terbalik

· Untuk menyatakan Ag yang larut dalam serum atau partikel lain.

· Ab spesifik terhadap Ag bersangkutan dilekatkan pada permukaan


carrier,baik eritrosit maupun partikel lain.

Reaksi Aglutinasi

fiksasi komplemen

· Reaksi fiksasi komplemen dapat menentukan kadar antibodi yang rendah


yang tidak dapat dideteksi dengan cara uji presipitasi ataupun aglutinasi.
· Melekat pada permukaan sel pathogen dan berperan dalam penghancuran
dengan aktifitas lisis sistem komplemen

Tahap :

1. Pengikatan sejumlah komplemen oleh kompleks Ag – Ab

2. Penghancuran Eritrosit yg telah dilapisi hemolisin(sebagai indicator) oleh


komplemen yang tersisa

Interpretasi

o sel darah merah ditambahkan dengan anti-red-cell-antibody, sel darah merah


akan lisis ketika ditambahkan komplemen maka tes negative(-)

o Serum mengandung antibodi maka complemen akan menfiksasi ikatan antigen


dan antibodi sehingga ketika ditambahkan anti-red-cell antibodi tidak
menghasilkan hemolysis maka Tes positif(+)

· Contoh pemeriksaan :

- Sifilis

- Jamur (Blastomyces, Coccicioides, & Histoplasma)

- Virus Herpes

- Virus Rubella

- Tripanosoma

- Schistisoma

Salah satu contoh dari tes aglutinasi adalah tes widal. Berikut pelaksanaan dari tes
widal :
TES LBORATORIUM

Pemeriksaan Widal (kualitatif)


 PRA ANALITIK

Judul : Pemeriksaan Widal

Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya antibody spesifik terhadap antigen


salmonella SP dalam serum.

Metode : Slide

Prinsip : Adanya antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi


dalam serum sampel akan bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagen
widal. Reaksi dengan adanya aglutinasi.

Dasar teori : Secara antigenis salmonella typosa di bagi menjadi: antigen somatic
atau antigen O, antigen flageller atau antigen H, dan antigen Vi. Kegunaan
pemeriksaan widal adalah mencari ada tidaknya zat anti dan mengukur titer zat
anti trehadap kuman salmonella Sp dalam serum penderita tersangka. Typus
abdominalis, antigen yang digunakan adalah suspense kuman salmonella Sp dan
proteus Sp yang telah dimatikan dan diolah menjadi antigen O (antigen somatik)
dan antigen H (antigen flagella). Jika salmonella masuk kedalam tubuh maka anti
O lebih cepat muncul dan membeeri respon dari pada anti H, dan anti O lebi cepat
hilang dari pada anti H.

Persiapan/alat dan bahan:

1. Serum
2. Reagen Widal
3. Rotator atau batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Slide
 ANALITIK

Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Pipet satu tets serum (20µ) keadaan lingkaran yang terdapat dalam slide
dengan kode O,H,HA dan CP dan CN
3. Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuia dengan kode
slide, begitu pula pada CN dan Cp
4. Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk berbeda dan lebarkan
kemudian goyang-goyangkan selama satu menit
5. Amati reaksi yang terjadi.

 PASCA ANALITIK

Interpretasi Hasil :

Posotif : Bila terjadi aglutinasi

Negative : Bila tidak terjadi aglutinasi

Pemeriksaan Widal (Semikuantitaif)

 PRA ANALITIK

Judul : pemeriksaan widal

Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya antibody spesoifik terhadap antigen


salmonella Sp dalam serum

Metode : Tabung

Prinsip : Adanya antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi dalam


serum sampel akan bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagen widal.
Reaksi dilihat dengan adanya aglutinasi
Alat Dan Bahan :

1. Sampel serum
2. Reagen widal
3. NaCl 0,9%
4. Tabung Reaksi
5. Klinipet 100 ul + tips
6. Pipet 1 ml
7. Rak tabung

 ANALITIK

Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan


2. Susun 8 tabung reaksi di atas tabung untuk satu baris
3. Tabung pertama diisi NaCl 0,9% 1 ml
4. Tabung kedua sampai pada tabung kedelapan diisi masing-masing 1 ml
NaCl 0,9%
5. Pipet 100 ul serum dimasukan kedalam tabung pertama dan homogenkan
6. Pindahkan 1 ml isi tabung pertama kedalam tabung kedua dan seterusnya
sampai tabung ke tujuh
7. Buang 1 ml isi tabung ketujuh
8. Tambahkan 1 tetes reagen widal yang positif pada masing-masing tabung,
sedangakan tabung kedelapan ditambakan 1 tetes control positif
9. Inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar
10. Amati hasil reaksi.
 PASCA ANALITIK

Interpretasi Hasil

Positif : terjadi aglutinasi

Negative : tidak terjadi aglutinasi

Referensi:

1. Handojo, Indo. 2004. Imunoassay Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi.


Surabaya: Airlangga University .
2. Handoyo I. Pengantar Imunoasai Dasar. Airlangga University Press,
Surabaya : 2003.
3. Hardi S, Soeharyo, Karnadi E. The diagnostic value of the widal test in
typhoid fever patients. Dalam : Nelwan RHH, penyunting. Typhoid fever :
profil, diagnosis and treatment in the 1990’s. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
1992
4. Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Cet 5.
Makassar : Hasanuddin University.
5. Kresno SB. Diagnosis dan prosedur laboratorium; edisi ke-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 1991.
6. Maryani, dkk. 2011.Buku Praktikum Serologi. Surakarta: Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai