PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul
kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi
antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah
hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik
(eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan
dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B
menghasilkan molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada
membran plasma untuk berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen
merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul
immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu.
Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang
sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun
sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar
sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang
memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas.
Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut
imunogenitas.
2. Tujuan penulisan
a. Agar mahasiswa mampu memahami tentang presipitasi
b. Agar mahasiswa mampu memahami tentang widal test
c. Sebagai referensi bagi mahasiswa agar menambah wawasan
3. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan dengan
menambah bahan-bahan dar internet.
4. Rumusan masalah
a. Apa itu demam resipitasi?
b. Apa itu tes uji widal?
c. Bagaimana cara tes widal?
BAB II
ISI
4. Reaksi presipitasi
Pembentukkan presipitat terjadi apabila konsentrasi Ag dan Ab seimbang
(zona ekivalen = ZE)
— Konsentrasi Ag berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut kembali
disebut postzone effect
— Konsentrasi Ab berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap larut
disebut prozone effect
5. Macam-macam uji presipitasi
Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada
pengujian ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung
pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran. Terdapat beberapa cara
pengujian pada metode presipitasi, yakni:
a. Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau
antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi
(tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat
timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
Contohnya uji widal cara tabung.
b. Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah
mencapai ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan
presipitasi berbentuk cincin.
c. Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi
perlahan dari arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan
derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi
terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan
menunjukkan:
-bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji)
-bercabang, antigen berhubungan sebagian
-bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan
Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum,
sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul pada setiap
reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas.
Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar
gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang
dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis
antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi.
Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-
masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Presipitasi adalah hasil kombinasi antara antigen terlarut dengan
antibodi terlarut menghasilkan suatu komplek yang terlihat. Proses presipitasi
pertama kali ditemukan oleh Kraus tahun 1897 saat kultur bakteri enterik
membentuk presipitat bila dicampur dengan antibodi spesifik.
Uji Widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini
masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk
Indonesia.
2. Saran
a. Agar makalah ini dapat lebih di kembangkan lagi
b. Untuk kedepannya agar ditemukan tes-tes lain untuk mendeteksi demam
Typhoid.
DAFTAR PUSTAKA
http://bersamaanalis.blogspot.co.id/2015/05/laporanpemerikasaan-widal.html
http://christina-wijaya.blogspot.co.id/p/demam-thypoid.html
http://ujipresipitasi-jennypeda-analis2012.blogspot.co.id/
https://id.scribd.com/doc/35990316/LAPORAN-RESMI-IMUNOLOGI
http://nikeriy.blogspot.co.id/2010/07/askep-typoid.html
https://aisabiologi.wordpress.com/2013/03/21/sistem-imun/