Anda di halaman 1dari 46

IMUNOASAI

MATA KULIAH
IMUNOSEROLOGI II
Imunoasai Tak Berlabel

1. UJI PRESIPTASI
2. UJI AGLUTINASI
3. UJI HEMAGLUTINASI
4. LISIS IMUN DAN UJI FIKSASI
KOMPLEMEN
5. UJI NETRALISASI
Faktor yg mempengaruhi Imunoasai Tak Berlabel

1. Sifat dari antigen

2. Elektrolit dan pH

3. Waktu dan Suhu

4. Perbandingan (ratio) antigen dan antibodi

5. Mekanisme daya tahan tidak spesifik


I. UJI PRESIPITASI

Ag yang larut
Antibodi

Presipitasi adalah bila Ag + Ab dalam


bentuk larutan menghasilkan suatu agregasi
yang terlihat dengan mata

Gambar Prinsip dasar uji presipitasi PRESIPITASI


Reaksi Presipitasi
Interaksi antara antigen larut dengan antibodi
IgG atau IgM dan mengakibatkan terjadinya
reaksi presipitasi
Reaksi presipitasi adalah suatu reaksi yang
menghasilkan pembentukan “lattice”
(presipitat / agregat)
“Lattice” terbentuk apabila antara antigen dan
antibodi yang bereaksi dalam proporsi yang
optimal, kelebihan jumlah salah satu
komponen maka “lattice” tidak terbentuk
Macam uji prisipitasi
1. Uji Presipitasi Lempeng (slide)
Dikerjakan pada sistem yg dapat membentuk
presipitasi dalam waktu yg cepat (< 5 menit)
Aplikasi klinis : Uji VDRL Mikro
cara kerja :
serum yg mengandung antibod ditambah
antigen rotasi (dengan rotator) hasil positip
akan terbentuk presipitat
2. Uji presipitasi tabung/tube test

 Antigen dicampur dengan antibodi (dalam serum)


pd suhu tertentu dan waktu tertentu.
 Umumnya dipakai 1 ml larutan antigen dengan
serum penderita dalam jumlah yg sama.
 Reaksi yg timbul dapat bervariasi dari tidak ada
perubahan sampai derajat kekeruhan tertentu.
 Aplikasi klinis : penentuan Ig dengannephelometer
uji VDRL Makro
2. Uji presipitasi tabung

Ag.

Inkubasi

Serum dengan Ab Presipitasi


3. Uji Presipitasi Cincin

 larutan antigen dimasukkan dalam tabung 17 x 55 mm


 lalu ditambahkan serum ( yg mgdg antibodi) dengan
hati-hati sehingga kedua reagen tersebut tidak
tercampur
 inkubasi pada suhu kamar selama waktu tertentu
 Akan terbentuk cincin presipitat pd perbatasan
 Aplikasi klinis : penentuan antibodi terhadap albumin
telur
Uji Presipitasi Cincin
4. Uji Presipitasi Tabung Kapiler

 tabung kapiler diisi dengan larutan antigen lalu diisi


serum dalam jumlah yg sama
 usahkan supaya tidak terdapat gelembung udara di
antara (perbatasan) antigen dan serum
 aplikasi klinis :
- penentuan C Reactive Protein
- diferensiasi dari Streptococcus hemolitycus
Teknik Imunodifusi
 Presipitat kompleks antigen-antibodi dapat
juga ditentukan dengan bantuan suatu
medium berupa agar, dan metode yg dipakai
adalah imunodifusi
 Prinsip kerja: antigen & antibodi akan
berdifusi di dalam lapisan agar, dan setelah
terbentuk presipitat akan terlihat secara
visual berupa pita presipitin
 Reaksi imunodifusi diklasifikasikan
berdasarkan arah dari difusi antara antigen
dan antibodi
1.Sebelumnya dibuat kurva baku dengan konsentrasi antigen
yang diketahui
2.Antigen yang dicari di-plot ke dalam kurva baku
3.Banyak digunakan untuk mengukur konsentrasi IgG (sebagai
antigen digunakan anti-IgG
Di sumuran tengah dapat juga diisi dengan antibodi dan deret
sumuran luar dengan antigen
Contoh pemakaian metode Ouchterlony untuk penentuan
antigen fungal seperti: Aspergillus, Blastomyces, Coccidioides
dan Candida
II. Aglutinasi
aglutinasi adalah reaksi antara antibodi
dengan antigen seluler atau antigen
pada permukaan sel. Aglutinatnya
merupakan agregasi dari banyak sel
Gambar Prinsip dasar reaksi aglutinasi
Ag. pada permukaan sel
Aglutinasi

Ab.

Tak larut
Jenis Uji Aglutinasi yang sering dipakai
1. Uji aglutinasi slide

+ -
2. Uji aglutinasi tabung
Susp.
Ag

Inkubasi

Aglutinasi

Serum ( Ab )
Uji aglutinasi tabung

Tbg Kahn ( 85 x 10 mm)


Serum yg diperiksa di masukkan tbg dilakukan
pengenceran serial, lalu ditambahkan suspensi antigen
Setelah waktu dan suhu ttt diamati adanya aglutinasi
Uji aglutinasi ini terjadi 4 macam bentuk aglutinasi
a. Halus,granuler, agak padat dan mengumpal
b. Kasar, flokulasi dan agak lepas
c. Kompak d dsr tbg yg akan pecah bila gumpalan
dikocok
d. Beberapa lapisan dan pecah menjadi gumpalan halus
bila di kocok
Kontrol harus disertakan 2 tabung :
a. Hanya mgdg At dan pelarut saja (tdk ada
aglutinasi)
b. Mengandung At, pelarut dan antisera positip (harus
ada aglutinasi)

• aplikasi klinis :
a. Uji Weil Felix
b. Uji aglutinasi fungi
c. Identifikasi bakteri dll
3. Ujin Hambatan aglutinasi

Untuk menentukan antigen larut yg tidak diketahui


dicampur dengan aglutinin(Ab) yg diketahui dan
keduanya saling bereaksi bila ditambahkan antigen
spesifik thd aglutinin, aqglutinin tsb tidak dapat lg
mengaglutinasi.
Sebaliknya bila antigen larut tidak sesuai dgn
aglutinin yg dicampur tdk akan terjadi ikatan
antigen-aglutinin shg aglutinin yg bebas tsb masih
mampu menyebabkan aglutinasi
Reagen antibodi
ditambahkan pada sampel
pasien
Bila terdapat antigen, akan
membentuk reaksi antigen
–antibodi.Bila partikel
latex yg dilapisi antigen
ditambahkan, maka
aglutinasi tidak terjadi,
berarti hasil tes positif
Pada hasil tes negatif (serum pasien tidak terdapat antigen), penambahan
partikel latex yang dilapisi antigen memberikan reaksi aglutinasi (+)
4. Aglutinasi tak langsung (indirect agglutination)

a. Aglutinasi Pasif
bila suatu At larut yg diikatkan pd partikel yg besar
/sel, dicampur dg Ab thd At tsb maka terjadi
aglutinasi
Aplikasi Klinis : uji aglutinasi lateks
uji kehamilan
penentuan faktor rematoid
Aglutinasi Pasif
b. Incomplete Antibodi
incomplete antibodi dapat bereaksi dg suatu At
pd permukaan sel tanpa menimbulkan aglutinasi
untuk dapat menimbulkan aglutinasi, komplek
tersebut direaksikan dg antibodi thd Incomplete
Antibodi tsb ( anti-imunoglobulin)

Aplikasi klinis :
- Uji Rose Waaler u deteksi faktor rematoid
III. HEMAGLUTINASI
Jika reaksi aglutinasi melibatkan sel darah merah,
dinamakan hemaglutinasi

Contoh hemaglutinasi yang terkenal adalah


penentuan golongan darah ABO

Kit Hemaglutinasi banyak digunakan untuk


mendeteksi antibodi anti-virus, misalnya: hepatitis
A, hepatitis B, hepatitis C, HIV I dan II
Macam uji Hemaglutinasi

1. Uji Hemaglutinasi slide dan tabung


2. Uji Hemaglutinasi slide langsung
3. Uji Hemaglutinasi pasif
4. Uji Hemaglutinasi hemaglutinasi
5. Uji Hemaglutinasi hemadsorbsi
6. Uji Hemagregasi
7. Uji Hemaglutinasi campuran
Prinsip dasar dari hemaglutinasi

Hampir sama dengan uji aglutinasi, hanya sebagai


kompen selnya dipakai SDM domba
Aplikasi klinis : transfusi (bank darah)
4. LISIS IMUN & FIKSASI
KOMPLEMEN
Komplemen dalam plasma sebanyak 3
mg/ml dalam bentuk inaktif
Jika bertemu dengan kompleks Ag-Ab
komplemen menjadi aktif (melalui
jalur klasik), dan menghasilkan
berbagai kaskade aktivasi, misalnya
lisis dari sel target
A.

Komplemen Komplemen
Tak ada
C C Lisis
Serum Terikat
dgn. Ab
Sensitized SDM Uji Positif
B.
Komplemen Komplemen

Serum
C C Lisis
tanpa Ab Bebas
Uji Negatif
Aplikasi klinis :
Imuasai untuk sifilis (uji Wasserman)
Deteksi antibodi terhadap mycoplasma
pneumoniae, bordetella, pertusis dan N
gonorhoeae
Deteksi antibodi terhadap virus
Deteksi antibodi terhadap parasit
5. Neutralization test (Tes netralisasi)

Di dalam reaksi netralisasi, efek toksik dari


eksotoksin bakterial atau viral dieliminasi
oleh antibodi spesifik atau toxoid
Virus umumnya dapat menyebabkan
hemaglutinasi jika ditambah dengan sel
darah merah.
Jika terdapat antibodi terhadap virus
tersebut, maka hemaglutinasi tidak terjadi.
Antibodi tersebut menetralisasi virus,
sehingga tidak terjadi hemaglutinasi
Neutralization test (Tes netralisasi)
Di dalam reaksi netralisasi, efek toksik
dari eksotoksin bakterial atau viral
dieliminasi oleh antibodi spesifik atau
toxoid
Virus umumnya dapat menyebabkan
hemaglutinasi jika ditambah dengan sel
darah merah.
Jika terdapat antibodi terhadap virus
tersebut, maka hemaglutinasi tidak
terjadi. Antibodi tersebut menetralisasi
virus, sehingga tidak terjadi
hemaglutinasi
Flokulasi

Adalah proses penggumpalan


partikel-partikel halus yang tidak
dapat diendapkan secara garavitasi
menjadi partikel yang lebih besar
sehingga bisa diendapkan dengan
jalan menambahkan bahan
koagulasi
Aplikasi klinis

DIAGNOSA SIFILIS
 METODE VDRL ( Veneral Disease Research of
Laboratories)
 PRINSIF PEMERIKSAAN
Adanya antibody pada serum pasien akan bereaksi
dengan antigen yang menempel pada eritrosit ayam
kalkun atau domba membentuk flokulasi ( gumpalan)
atau aglutinasi
CARA KERJA

1.       Kualitatif
a.       Siapkan alat dan bahan yad dibutuhkan
b.      Ke dalam lingkaran slide dipipet 50 ul serum
c.      Tambahkan 50 ul atau 1 tetes antigen (reagen VDRL )
d.      Homogenkan dengan batang pengaduk
e.      Putar pada rotator kecepatan 100 rpm selama 4-8
menit
f.        Amati ada tidaknya flokulasi
 
2.       Kuantitatif

Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


b.  Lakukan pengenceran berseri pada slide dengan cara 50 ul serum + 50 ul saline
dihomogenkan kemudian hari campuran tersebut dipipet 50 ul dan diletakkan pada
lingkaran ke dua pada slide yang sama kemudian tambahkan 50 ul salin dan
homogenkan kembali lalu lakukan hal yang sam seperti pada lingkaran pertama
sampai lingkaran terakhir dima pada pengenceran terakhir hasil pengenceran
dibuang sebanyak 50 ul. Maka hasil pengenceran adalah 1/2 , 1/4 , 1/8, 1/16, 1/32,
1/64, 1/128.
c.       Kepada masing-masing pengenceran tambahkan 1 tetes ( 50 ul ) antigen
VDRL ( reagen)
d.      Kemudian dihomogenkan dan diputar dengan rotator kecepatan 100 rpm
selam 5-8 menit
e.      Amati ada tidaknya flokulasi setiap pengenceran dan tentukan titer
pemeriksaannya ( yaitu pengenceran trerakhir yang masih menunjukkan flokulasi )
 
INTERPRETASI HASIL
Kualitatif
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif,
reaktif lemah atau reaktif
a.       REAKTIF               :  Bila tampak gumpalan sedang
atau besar
b.      REAKTIF LEMAH:   Bila tampak gumpalan kecil-
kecil
c.       NON REAKTIF     :  Bila tidak tampak flokulasi/
gumpalan
 
2.       Kuantitatif
Tentukan titernya ( amati pngenceran trakhir yang masih
menunjukkan flokulasi ) misalnya 1/64
Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.  Apabila specimen yang diterima adalah


cairan otak maka specimen tersebut harus
disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm
salam 5-10 menit
2.  Apabila serumnya lipemik baiknya
disentrifuge pada kecepatan tinggi yaitu
10000 rpm selama 10 menit
3.  Serum yang lipemik dan lisis tidak boleh
diperiksa
 

Anda mungkin juga menyukai