Anda di halaman 1dari 33

AGLUTINASI PRESENT BY

KELOMPOK 2
PEMBAHASAN

PENGERTIAN

JENIS
Macam Macam
Penjelasan Tentang
Aglutinasi

Aglutinasi

AGLUTINASI PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Apa Saja
Yang Menggunakan
Pengertian, Prinsip, Jenis, Prinsip Aglutinasi
Pemeriksaan, Kesipulan

PRINSIP Penutup
Kesimpulan
Prinsip Terjadinya
Aglutinasi
PENGERTIAN

Aglutinasi dalam kedokteran dan zoologi adalah penggumpalan


dalam suatu cairan akibat pemberian suatu bahan ke dalamnya. Kata
aglutinasi berasal dari bahasa Latin agglutinare, yang berarti "untuk
menempel pada".
Dua orang ahli bakteri, Herbert Edward Durham dan Max von
Gruber, menemukan aglutinasi spesifik pada tahun 1896.
Penggumpalan ini diberi nama reaksi Gruber-Durham. Gruber
kemudian memperkenalkan istilah agglutinin (dari bahasa Latin) untuk
senyawa apapun yang menyebabkan aglutinasi sel.
PRINSIP
Reaksi aglutinasi dapat terjadi
antara antigen yang terlarut
(soluble) dengan antibodi yang tidak
terlarut (insoluble) atau sebaliknya.
Antigen atau antibodi dapat dibuat
menjadi tidak terlarut dengan cara
mengikatkannya pada permukaan
carier seperti partikel latex
(Koivunen and Krogsrud, 2006).
Penggumpalan terjadi jika molekul
antigen memiliki berbagai macam
epitop yang menyebabkan ikatan
silang
JENIS AGLUTINASI

Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis


1 2 3 4 5
LANGSUNG TIDAK PASIF HAMBATAN KO -
Direct
LASNGUNG TERBALIK Agglutination AGLUTINASI
agglutination Indirect Reverse Passive Inhibition Co Agglutination
Agglutination Agglutination
JENIS AGLUTINASI

1. Aglutinasi langsung (Direct agglutination)


Antigen yang digunakan adalah antigen yang dalam bentuk aslinya
berupa partikel, misalnya suspensi bakteri.
2. Aglutinasi tidak langsung (Indirect agglutination)
Antigen dilekatkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel
(partikel inert), seperti: latex, gelatin, silikat dll., agar hasil reaksi dapat
terlihat dengan mata.
3. Aglutinasi pasif terbalik (reverse passive agglutination)
Antibodi dilekatkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel
(partikel inert), seperti: latex, gelatin, silikat dll., agar hasil reaksi dapat
terlihat dengan mata
JENIS AGLUTINASI

4. Hambatan aglutinasi (agglutination inhibition)


Serum atau cairan yang akan diperiksa direaksikan terlebih
dahulu dengan antibodi spesifik, bila terdapat antigen pada serum,
akan membentuk reaksi antigen-antibodi. Bila partikel latex yang
dilapisi antigen ditambahkan, maka aglutinasi tidak terjadi, berarti
hasil tes positif
Apabila dalm serum atau cairan yang diperiksa tidak terdapat
antigen, maka antibodi yang bebas dapat bereaksi dengan antigen
melekat pada permukaan partikel dan menimbulkan aglutinasi (hasil
negatif).
JENIS AGLUTINASI

5. Ko-aglutinasi (coagglutination)
Sama seperti aglutinasi pasif, bedanya pada partikel “inert”
yang dipakai. Partikel “inert” memakai bakteria, kebanyakan
menggunakan Staphylococcus aureus, karena memiliki protein di
permukaan luarnya yang dinamakan protein A yang secara natural
mampu mengadsorbsi Fc (fragmen crystallizable) dari molekul antibodi
JENIS PEMERIKSAAN

TES ASTO
Streptolisisn O diproduksi
TES CRP bakteri Streptococcus β-
C-Reactive Protein hemolitik.
(CRP)

TES WIDAL
2 TES HCG 4
Uji antibodi bakteri Human Chorionic
Salmonella typhi Gonadotrophin (HCG)

1 3
JENIS PEMERIKSAAN

TES TPHA
TES RF Treponema pallidum TES GOLONGAN
diagnosis rheumatoid Hemagglutination DARAH
arthritis Assay (TPHA) Add some brief about
TES RPR the heading

5 uji aglutinasi non 7


treponema

6 8
Tes Widal

Uji Widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri


yang mengakibatkan penyakit Tifoid. Uji ini akan memperlihatkan
reaksi antibodi bakteri Salmonella typhi terhadap antigen somatik
“O” dan flagella “H” di dalam darah (Madigan et al., 2009). Reagen
pemeriksaan ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu reagen yang
mengandung antigen somatik “O” dan mengandung antigen flagella
“H”. Reagen yang mengandung antigen O diberi pewarna biru
sedangkan reagen yang mengandung antigen H diberi pewarna
merah.
Tes Widal

Prinsip pemeriksaan ini adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila


serum penderita dicampur dengan suspensi antigen S. typhi (Olopoenia
and King, 2000).
Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara
antigen dan antibodi. Dengan cara mengencerkan serum, maka titer
antibodi dalam serum dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang
masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam
serum.
Tes Widal

Uji kualitatif
Reagen : Antigen O, H, AH dan BH
Cara kerja
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
• Pipet satu tetes serum (20µ) keadaan lingkaran yang terdapat dalam slide aglutiasi dengan kode O,H,AH,
dan BH
• Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuai dengan kode slide, begitu pula pada CN dan CP
• Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk berbeda dan lebarkan kemudian goyang-goyangkan
selama satu menit
• Amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi Hasil
• Positif : Bila terjadi aglutinasi
• Negative : Bila tidak terjadi aglutinasi
Tes Widal

Penentuan semi kuantitatif


1. Memipet masing-masing 0,08ml; 0,04; 0,02ml; 0,01; dan 0,005ml serum yang tidak diencerkan pada kaca
benda
2. Menambahkan masing-masing serum dengan 1 tetes suspensi antigen, lalu aduk selama 1 menit dan amati
hasilnnya
3. Menentukan hasill akhir titernya
Titer antibodi ekuivalen dengan pengenceeran:
Volume serum Ekuivalen pengenceran
0,08 ml 1 : 20
0,04 ml 1 : 40
0,02 ml 1 : 80
0,01 ml 1 : 160
0,005 ml 1 : 320
Tes CRP

C-Reactive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang ada dalam serum
normal. Protein tersebut akan meningkat secara signifikan jika terjadi
kerusakan jaringan, infeksi bakteri dan virus, inflamasi, dan malignant
neoplasia (Vaishnavi, 1996). Konsentrasi CRP pada serum normal biasanya
kurang dari 12 mg/L
Pemeriksaan CRP dilakukan dengan menguji suspensi partikel lateks
yang dilapisi antibodi anti-CRP manusia melawan serum yang tidak
diketahui (Yamamoto, 1993). Kehadiran aglutinasi mengindikasikan
adanya peningkatan kadar CRP ke tingkat klinis yang signifikan. Reagen
latex CRP sudah distandardisasi untuk mendeteksi CRP serum diatas atau
setara dengan 6 μg/ml yang dianggap konsentrasi terendah signifikansi
klinis.
Tes CRP

Prinsip : aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan yang
dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi, aglutinasi terlihat
dalam waktu 2 menit
Alat Pemeriksaan : kaca obyek, transferpet + tip, pengaduk
Bahan : serum
Reagen : Latex (suspensi polysterin latex)
Cara Kerja : masukkan 50 mikroL serum dalam test slide, tambahkan satu tetes
suspensi, campurkan suspensi dengan cara digoyang. Putar test slide selama dua
menit lihat aglutinasi yang terjadi.
Interpretasi Hasil : hasil positif = aglitunasi kasar ; positif lemah = aglutinasi halus ;
hasil negatif = tidak ada aglutinasi
Tes HCG

Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) adalah hormon glikoprotein


yang disekresikan oleh plasenta yang sedang berkembang tidak lama
setelah fertilisasi (Burtis et al., 1999). Kehadiran awal HCG dalam urin
telah membuat HCG dipilih menjadi penanda untuk deteksi kehamilan
Pemeriksaan HCG ini berdasarkan reaksi aglutinasi yang terjadi
antara partikel lateks yang dilapisi antibodi anti-HCG dengan HCG
yang terkandung dalam sampel (Batzer, 1980)
Tes HCG

Metode Aglutinasi Langsung


a. Teteskan setetes urin diatas pernukaan kaca objek
b. Teteskan setetes reagen antigen HCG
c. Aduk dengan batang pengaduk sampai merata.
d. Goyangkan kaca objek dengan gerakan memutar
e. Amati terbentuknya gumpalan dalamwaktu yang tidak melebihi 3 menit.
Interpretasi hasil :
Positif : Ada gumpalan/aglutinasi
Negatif: Tidak ada gumpalan/aglutinasi
Tes HCG

Metode aglutinasi tidak langsung


a. Teteskan setetes urine pada permukaaan gelas permukaan
b. Berturut-turut teteskan 1 tetes anti B HCG antibody dan 1 tetes antigen HCG
yang dilekatkan pada lateks
c. Aduk dengan batang pengaduk sampai merata
d. Goyangkan permukaan gelas dengan gerakan memutar
e. Amati adanya gumpalan yang terjadi dalam waktu yang tidak melebihi 3 menit.
Interpretasi hasil :
Positif : Tidak terjadi gumpalan/aglutinasi
Negatif : terjadi gumpalan/aglutinasi
Tes ASTO

Streptolisisn O merupakan salah satu eksotoksin hemolitik yang


diproduksi oleh bakteri Streptococcus β- hemolitik. Kehadiran Streptolisin O
dapat menstimulasi pembentukan antibodi ASO pada serum manusia.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah partikel lateks yang dilapisi
Streptolisin O akan teraglutinasi ketika dicampurkan dengan sampel yang
mengandung ASO. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk aglutinasi selama
dua menit. Aglutinasi mengindikasi tingkat ASO dalam sampel lebih dari
atau sama dengan 200 IU/ml sedangkan tidak adanya aglutinasi
mengindikasi tingkat ASO dalam sampel kurang dari 200 IU/ml (Davidson
and Henry, 1969) .
Tes ASTO

Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi ASO ; kontrol (–) = tidak


mengandung antibodi ASO ; reagen latex = suspensi partikel latex
polysiterin yang dilapisi Streptolysin O
Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan 50
mikroL serum pasien ke dalam lubang slide. Kocok reagen latex,
kemudian teteskan ke dalam lubang dengan penetes yang disediakan.
campur tetesan menggunakan alat disposable untuk memastikan seluruh
lubang test tercampur. putar test slide, selama 2 menit lihat aglutinasi
yang terjadi.
Tes RF

Penentuan RF adalah uji laboratorium yang paling umum


digunakan tidak hanya untuk diagnosis rheumatoid arthritis tetapi juga
membantu dalam prognosis penyakit dan dalam pemantauan respon
terapi.
Reagen lateks RF adalah suspensi dari partikel polistiren dan IgG
manusia. Ketika reagen lateks dicampurkan dengan serum yang
mengandung rheumatoid factor maka akan terjadi reaksi aglutinasi yang
dapat terlihat jelas. Aglutinasi hanya dapat terjadi jika dalam serum
terdapat RF dengan konsentrasi lebih dari 10 IU/ml (Klein, 1976).
Tes RF

Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi RF ; kontrol (–) = bebas


antibodi RF ; latex = suspensi latex polyesterin dilapisi fraksi FC
termodifikasi dari IgG dalam buffer stabil.
Cara Kerja : reagen dan serum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan
50 mikroL serum pasien ke dalam lubang slide. Kocok reagen latex,
kemudian teteskan ke dalam lubang dengan penetes yang disediakan.
campur tetesan menggunakan alat disposable untuk memastikan seluruh
lubang test tercampur. putar test slide, selama 2 menit lihat aglutinasi
yang terjadi.
Tes RPR

Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram Negatif Treponema
pallidum (Larse et al., 1990). Mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan
jantung serta dapat melepaskan beberapa fragmen jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan
sistem imun tubuh menghasilkan reagin. Reagin adalah kelompok antibodi yang dapat mengenali
beberapa komponen jaringan rusak dari pasien yang terinfeksi oleh T. pallidum (Schimid, 1994).
Uji RPR adalah uji aglutinasi non treponema untuk mendeteksi keberadaan reagin dalam
serum manusia. Pemeriksaan ini berdasarkan pada reaksi aglutinasi yang terjadi antara partikel
karbon yang dilapisi kompleks lipid dengan reagin yang berada dalam sampel pasien yang
terkena sifilis (Larse et al., 1990).
Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar, teteskan 50 mikroL serum pasien ke
dalam lubang slide. tambahkan 1 tetes reagen antigen pada test spesimen, putar pada 100
Rpm selama 8 menit.
Tes TPHA

Reaksi Hemaglutinasi secara imunologis antara eritrosit avian yang dilapisi


oleh antigen Treponema pallidum (Nichols strain) pada reagen dengan antibodi
spesifik terhadap Treponema pallidum pada sampel serum/plasma pasien.
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan suatu
pemeriksaan serologi untuk sifilis. Untuk skirining penyakit sipilis biasanya
menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil reaktif kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah
adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini,
maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah
pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat
membuat hasil tes ini menjadi positif.
Tes TPHA

Metode Kualitatif
Pengenceran Sampel (1:20)
• Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan pada suhu ruang
• Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
• Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan mikropipet ke dalam satu
sumur mikroplate.
• Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan mikropipet ke dalam
sumur tersebut.
• Campuran dihomogenkan
• NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap digunakan tanpa
memerlukan pengenceran
Tes TPHA

Test
1. Mikroplate (6 buah sumur uji) disiapkan
2. Pada sumur 1 dan 2 masing-masing ditambahkan 25 µL sampel yang telah diencerkan
(1:20)
3. Pada sumur 3 dan 4 ditambahkan 25 µL control positif dan pada sumur 5 dan 6
ditambahkan 25 µL control negative.
4. Pada sumur 1,3 dan 5 ditambahkan 75 µL reagen Test Cell dan pada sumur 2,4 dan 6
ditambahkan 75 µL reagen Control Cell serta dihomogenkan. Campuran ini disebut
pengenceran 1:80.
5. Kemudian diinkubasi pada suhu 15-300 C selama 45-60 menit tanpa adanya getaran.
6. Hasil/reaksi yang terjadi diamati dan diinterpretasikan
7. Apabila hasil yang diperoleh positif maka dilanjutkan pada metode semi kuantitatif.
Tes TPHA

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kualitatif


1. Reaksi positif ditunjukkan dengan hemaglutinasi sel
2. Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel pada
dasar sumur seperti titik.
Tes TPHA

Metode Semi Kuantitatif


Pengenceran Sampel (1:20)
1. Semua komponen pemeriksaan disiapkan dan dikondisikan pada suhu ruang.
2. Mikroplate diletakkan pada meja yang datar dan kering
3. Reagen Diluent dimasukkan sebanyak 190 µL dengan mikropipet ke dalam satu
sumur mikroplate
4. Sampel serum/plasma ditambahkan sebanyak 10 µL dengan mikropipet ke
dalam sumur tersebut
5. Campuran dihomogenkan
6. NB : Kontrol positif dan negatif telah disediakan untuk siap digunakan tanpa
memerlukan pengenceran
Tes Golongan Darah

Uji ini berdasarkan prinsip aglutinasi. Antigen yang terdapat didalam


sel darah merah akan menggumpal ketika direaksikan dengan antibodi
yang sesuai.
Cara kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diletakkan jarum pada autoclick, pastikan autoclick berada pada
keadaan siap menusuk
3. Dilakukan antisepsis dengan kapas alcohol pada jari tengah/ jari manis
pasien, lalu tusuk dengan autoclick
4. Tetesan darah pertama dihapus dengan tissue, lalu tetesan berikutnya
ditampung diatas object glass
Tes Golongan Darah

5.Buat sebanyak 4 tetesan pada object glass


6.Diteteskan anti – A disamping tetesan darah yang pertama, diteteskan anti – B
disamping tetesan darah yang kedua, diteteskan anti – AB disamping tetesan darah
yang ketiga, diteteskan anti – D disamping tetesan darah yang keempat.
7.Dihomogenkan darah dan anti – A menggunakan stick dengan arah memutar
membentuk lingkaran, lalu dibersihkan stick dengan tissue, dan lakukan untuk ketiga
tetesan darah dengan pereaksinya dengan cara yang sama.
8.Digoyangkan secara perlahan object glass selama kurang lebih 2 menit. Apakah
hasilnya aglutinasi atau non – aglutinasi
9.Hasil dicatat.
PENUTUP

Kesimpulan
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai