Anda di halaman 1dari 4

HEMAGLUTINASI INHIBISI DAN WIDAL TEST

Latar belakang
Gold standar dalam menetukan penyebab penyakit infeksi dalam diagnosis
laboratorium mikrobiologi adalah metode isolasi dan identifikasi. Meskipun demikian,
prosedur ini tidak selamanya dapat dilakukan, karena beberapa mikroorganime sulit
untuk tumbuh pada medium sintetis. Pada beberapa kondisi, pemeriksaan langsung pada
spesimen dapat dilakukan, tetapi mikroorganisme harus berada dalam jumlah tertentu
untuk dapat terlihat secara mikroskopis.
Organisme yang berbeda spesies tidak hanya berbeda secara morfologi dan
fisiologi, tetapi berbeda dalam bentuk proteinnya. Perbedaan protein pada sel bakteri
berpengaruh terhadap antibody yang distimulasi yang disebut antigen. Struktur antigen
bakteri yang unik dan berbeda dapat digunakan sebagai alat identifikasi.
Mikroorganisme yang mirip reaksi fisiologisnya dapat berbeda hanya melalui
antigennya.
Metode untuk mendeteksi antigen spesifik pada mikroorganisme disebut
serological typing (uji serologis). Metode ini terdiri dari suspense organisme yang
disebut antiserum yang terdiri dari beberapa antibody yang spesifik terhadap antigen
yang dikenal. Jika antigen ditemukan, maka antibody dalam serum akan bereaksi
dengan antigen menimbulkan kompleks reaksi yang dapat diamati seperti agglutinasi.
Penerapan uji serologis di laboratorium memperluas jangkauan diagnosis serta
menuntun ke arah usaha pengobatan. Beberapa diantaranya sangat penting dan luas
penggunaannya dalam diagnosis penyakit.
Selama dan setelah masa infeksi, sistem imun dirangsang dan diinduksi untuk
memproduksi antibodi spesifik untuk melawan mikroorganisme yang masuk. Hal
tersebut memungkinkan untuk mendeteksi infeksi menggunakan metode serologi.
Terdapat dua aspek untuk diingat pada pemeriksaan serologi yaitu golongan antibodi
dan jumlahnya. Penentuan antibodi spesifik kdang dibutuhkan untuk menunjukkan fase
infeksi. Antibodi dapat diperiksa secara kuantitatif atau kualitatif bergantung pada tipe
infeksi. Pada kondisi tertentu, baik pembedaan kelas antibodi dan kuantitas antibodi
tidak dibutuhkan pada pemeriksaan serologis.
Beberapa teknik telah dikembangkan dalam pemeriksaan serologis, meliputi
aglutinasi, imunodifusi, antibodi imunofluorescent, enzyme immunoassay dan
immunobloting. Semua teknik tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pengamatan
reaksi antigen antibodi.
Salah satu pengujian yang banyak dilakukan adalah uji aglutinasi. Uji ini mudah
dilaksanakan, sederhana dalam penafsirannya dan merupakan metode pilihan yang
dianjurkan bila dapat disediakan antigen seluler yang diperlukan. Pada prinsipnya,
pengujian bergantung pada kemampuan serum pasien untuk mengalutinasi antigen
bakteri. Reaksi antibody-antigen ini akan membentuk gumpalan yang terlihat oleh mata
telanjang. Gumpalan ini berupa partikel yang persatukan oleh antibody.
Titer agglutinin dalam serum normal bervariasi, maka suatu uji aglutinasi
terhadap bahan pemeriksaan sedikit atau tidak mempunyai arti samasekali. Hasil
pengujian memiliki arti diagnostik jika dapat dibuktikan adanya peningkatan titer
selama masa sakit. hal ini dibuktikan dengan membandigkan titer dari dua atau lebih
pengujian sampel serum yang diambul untuk pemeriksaan serologi, misal satu sampel
masa akut dan satu sampel dari masa penyembuhan.
Prinsip serologi terkait aglutinasi adalah widal test dan hemaglutinasi inhibisi
(HI). Widal test digunakan dalam diagnosis demam tifoid sedangkan HI digunakan
dalam diagnosis dengue. Pada widal test mendeteksi infeksi Salmonella thypi melalui
Antigen H dan O. meskipun demikian, widal tes memiliki beberapa kekurangan
diantaranya dapat menimbulkan positif palsu pada pasien yang pernah terkena infeksi
ini, sehingga dianjurkan tes kultur atau tes menggunakan Imunochromatographic test.
Uji HI mengukur kadar IgM dan IgG melalui prinsip adanya kemampuan antibodi
antidengue menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa. Uji ini digunakan sebagai
gold standar infeksi dengue. Untuk menghilangkan inhibitor non spesifik aglutinasi,
maka serum diberikan aseton atau kaolin sebelum pengujian kemudian dilakukan
adsorpsi sel darah merah. Pemeriksaan HI, dapat digunakan untuk mengukur antibodi,
tetapi tidak dapat membedakan antara IgM dan IgG. Nilai akhir adalah pengenceran
tertinggi serum yang menghambat aglutinasi dari antigen virus. Perubahan empat kali
lipat atau lebih besar pada pasangan titer serum HI dianggap sebagai infeksi awal.
Berkembangnya teknologi lebih mempermudah pemeriksaan penyakit infeksi.
Immunochromatographic test (ICT) umumnya digunakan dalam bentuk uji strip. Prinsip
ICT adalah mendeteksi antigen yang dikeluarkan patogen dan selanjutnya akan terjadi
reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose acetat, dimana komplek
tersebut diberi monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel zat warna (colloidal gold)
sebagai penanda, sehingga muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil
positif.
Prosedur Widal test
Kit pemeriksaan widal Mikrotiter plate
Slide Aglutinasi Mikropipet
Saline

Tes Aglutinasi pada Slide


1. Tetes sejumlah serum pada lingkatan slide aglutinasi menggunakan pipet.
Lakukan hal tersebut untuk setiap seri pengenceran 0.08 ml; 0,04 ml; 0.002 ml;
0,01ml; 0,005 ml
2. Tambahkan satu tetes antigen pada lingkaran .
3. Goyangkan kaca aglutinasi dengan hati-hati dengan gerakan berputar selama 2
menit hingga tercampur merata.
4. Diamkan sebentar kemudian amati apakah terjadi aglutinasi.

Tes agglutinasi pada microtiter


1. Label mikrotiter plate pada sumur 1-8
2. Masukkan 190 µl saline pada sumur 1
3. Masukkan 100 µl saline pada sumur 2-8
4. Masukkan 10 µl serum sampel pada sumur 1
5. Transfer 100 µl larutan campuran dari sumur 1 ke sumur 2
6. Transfer 100 µl dari sumur 2 ke sumur 3. Lakukan hal yang sama hingga sumur
7.
7. Buang 100 µl larutan pada sumur 7
8. masukkan 10 µl laurtan antigen ke sumur 1-8

Tes Hemaglutinasi inhibisi:


1. Microtiter plate 5. Serum
2. Mikropipet 6. Antigen dengue
3. Incubator 7. Eritrosit angsa
4. Kaolin

Prosedur
1. Ekstrak sampel serum menggunakan kaolin untuk menghilangkan penghambat
nonspesifik
2. Absorb sampel dengan eritrosit angsa untuk menghilangkan agglutinin
3. Buat pengenceran dua kali lipat sampel mulai dari 1/10 hingga 1/10240
4. Masukkan sampel yang sudah diencerkan pada kolom microtiter plate nomor 1-11.
kolom no 12 diisi dengan serum dilusi 1:1 dan digunakan sebagai kontol.
5. Tambahkan 25 mikron antigen dengue pada setiap well. Inkubasi pada suhu 4oC
selama semalam
6. Tambahkan 25 mikron eritrosit angsa yang disuspensi pada VAD (pH 6.2). inkubasi
plate pada 36OC selama 45 menit.
7. Hasil positif ditunjukkan dengan akumulasi eritrosit pada bagian bawah kolom.

Immunocromatografi Test (ICT)


1. Mikropipet
2. Buffer
3. Serum

Prosedur
1. Campurkan buffer dengan serum pasien
2. Masukkan 5μ serum pada sample pad
3. Diamkan selama 15 menit
4. Amati garis yang terbentuk pada C, T

Interpretasi Hasil
Negatif : Hanya terlihat garis kontrol “C” pada tes
Positif : Terlihat Garis kontrol “C” dan garis “T“ pada Tes
Invalid : Tidak terlihat garis Kontrol “C” pada tes

DAFTAR PUSTAKA
Jawtz E. Melnick JL, Adelberg EA. 1989Review of medical microbiology. 18 th ed. Los
altos: lange medical publication.
Lenette EH. Balows A, Hausler WJ, Shadomy HJ. 1995. Manual of clinical
microbiology. 4th ed. American society for microbiology. Washington.
Wiradharma, 1999, Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue, J Kedokter Trisakti,
Mei-Agustus 1999, Vol.18, No.2.
Benson, 2001, Microbiological Applications Lab Manual 8th ed, The McGraw−Hill
Companies
Irianto, 2007, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2, Yrama Widya,
Bandung

Anda mungkin juga menyukai