TINGKAT 2B
Toksoplasmosis adalah penyakit menular zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyebabnya
adalah Toxoplasma gondii (parasite yang dapat dapat menginfeksi semua jenis hewan berdarah panas, termasuk
manusia)
Hospes definitif : Kucing liar (dapat mengalami infeksi sistemik maupun infeksi usus)
Hospes perantara : hewan lain dan manusia (dapat menyebabkan infeksi sistemik berupa pembenukan kista
jaringan)
Toxoplasma gondii adalah organisme mikroskopis yang panjangnya sekitar adalah organisme mikroskopis yang
panjangnya sekitar 3-5 micron dan merupakan parasite obligat intraseluler. Termasuk parasite protozoa satu sel,
dengan spesifitas hospes yang sangat rendah, sehingga dapat menginfeksi semua jenis hewan berdarah panas
termask unggas dan manusia.
Infeksi bersifat subklinis namun dapat menjadi berat pada hewan atau manusia yang immunocompromised.
GEJALA
Infeksi toksoplasma bersifat persisten dalam bentuk kista selama siklus hidupnya.
Gejala klinis umumnya pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai
demam.
Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit,
gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.
Wujud klinis paling serng pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis). Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti
penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat
timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan
perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali
mengakibatkan kematian.
Dalam keadaan sehat umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala apa-apa atau menyerupai sakit influenza biasanya
disertai pembesaran kelenjar getah bening regional yang nyeri. Gejala yang berat mungkin terjadi seperti kerusakan otak
dan mata yang terutama terjadi pada penderita kekurangan daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS atau penyakit keganasan
PENULARAN
Hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari
sejak terinfeksi.
toxoplasma ditertularkan dari berbagai cara antara lainya sebagai berikut:
1. Tertelannya ookista infektif yang berasal dari kucing.
2. Tertelanya kista jaringan atau kelompok takizoid yang terdapat didalam daging mentah atau pun yang dimasak kurang
sempurna.
3. Melalui placenta.
4. Kecelakan dilaboratorium karena terkontaminasi melalui luka.
5. Penyuntikan merozid secara tidak sengaja.
6. Tranfusi leukosit penderita toxoplasma
PENCEGAHAN
Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala
yang berat atau berkelanjutan.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa
memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan
sulfadiazin setelah umur kehamilan di atas 16 minggu.
PEMERIKSAAN
Agglutination Test
uji serologi ini mudah dikerjakan, tetapi biasanya tidak dapat mendeteksi adanya antibodi selama fase toksoplasmosis
akut. Test ini menggunakan antigen yang berasal dari takizoit yang sudah dimatikan dan serum di uji terlebih dahulu
dan dicampur dengan 2-merkaptoetanol untuk menghilangkan aglutinin yang tidak spesifik.
PEMERIKSAAN
METODE ELISA
• ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) adalah salah satu metode yang sensitive untuk mendeteksi antibody,
antigen, hormone maupun bahan toksik. Ciri utama teknik ini ialah pemakaian indicator enzim untuk reaksi
imunologi. Model ELISA dikembangkan kebanyakan berdasarkan pada kegunaan praktis di setiap laboratorium yang
disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk mendeteksi antigen, antibody, hormone, antibiotic, toksin
interleukin dan lain-lain.
• Prinsip teknik ELISA ini berbasis pada reaksi antigen antibody yang terbaca secara kualitatif melalui perubahan
warna yang ada karena kerja enzim dan substrat serta dapat diukur secara kuantitatif fotometrik dalam bentuk
numerical absorbance, sehingga hasil tes ELISA ini merupakan pengukuran yang objektif karena dapat berbentuk
numeric dibandingkan dengan hasil tes aglutinasi yang berupa visible way/hasil pengamatan mata dari mata
pengamatnya dan merupakan gold standar untuk pemeriksaan serologi.
PEMERIKSAAN
ELISA
Beberapa model ELISA yang banyak digunakan di laboratorium antara lain:
1. direct ELISA
2. Indirect ELISA
3. Sandwich ELISA
4. Capture ELISA
5. Competitive ELISA
6. Cell ELISA
PEMERIKSAAN
a) Pengenceran 1:40 dari serum sampel, serum control negative, serum control positif, dan serum kalibrator dengan menambhakan 5 µl dari serum tersebut
pada 200 µl sample diluent. Campur dengan baik.
b) Pipet masing-masing 100 µl serum control negative, serum control positif, dan serum kalibrasi ke dalam sumur-sumur Micro-ELISA strip. Pipet 100 µl masing-
masing serum sampel yang telah diencerkan ke dalam sumur-sumur berikutnya.
c) Inkubasi pada suhu 37℃ selama 30 menit., Pencucian dengan wash buffer sebanyak 4 kali dan cuci dengan aquadest sekali.
d) Pipet ke dalam masing-masing sumur yang digunakan sebanyak 100 µl enzyme conjugate dan tutup dengan penutup yang disediakan. Inkubasi pada suhu 37℃
selama 30 menit.
e) Cuci dengan wash buffer sebanyak 4 kali dan cuci aquadest sekali, lalu tambahkan larutan buffer substrate TMB reagent pada masing-masing well sebanyak
100 µl, kocok selama 10 detik.
f) Tutup plate dengan cover hitam dan inkubasi pada suhu 37℃ selama 15 menit.
g) Reaksi dihentikan dengan penambahan larutan penghenti yaitu asam klorida (HCl 1N) pada masing-masing well sebanyak 100 µl. kocok selama 30 detik.
Sangatlah penting untuk mengamati terjadinya perubahan warna biru menjadi kuning secara lengkap karena merupakan suatu hasil pemriksaan yang bersifat
kualitatif.
h) Baca OD (Optical Density) dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm.
i) Print hasil pembacaan dan pembuatan kurva standar sebagai dasar pembacaan hasil semikuantitatif antibody IgG T. gondii yaitu kurva antara serum kalibrasi
dengan cut-off. Optical density dari sampel dapat diekspresikan melalui kurva ini dan menghasilkan titer yang dinyatakan dalam pengenceran serum
Intepretasi Hasil Pemeriksaan Toxolisa IgG ELISA
1. Nilai standar cut off kalibrator pada pemeriksaan telah ditetapkan pada 32 IU/ml oleh World’s Health Organization
Third International Standard for Anti Toxoplasma in human serum dengan kode TOXM.
2. Dikatakan hasil negative apabila konsentrasi antibody IgG T. gondii kurang dari 32 IU/ml.
3. Dikatakan hasil equivocal apabila konsentrasi antibody IgG T. gondii 32 IU/ml adalah ekuivokal dan sampel harus
dites ulang.
4. Dikatakan hasil positif bila konsentrasi antibody IgG T. gondii ≥32 IU/ml.
PEMERIKSAAN