Anda di halaman 1dari 23

TOXOPLASMOSIS

TINGKAT 2B

Siti Ainun Zariyah P07234017077


Tegar Alji Nugraha P07234017078
Tria Wahyuningsih P07234017079
Wilda Afriliyana P07234017080
DEFINISI

 Toksoplasmosis adalah penyakit menular zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyebabnya
adalah Toxoplasma gondii (parasite yang dapat dapat menginfeksi semua jenis hewan berdarah panas, termasuk
manusia)
 Hospes definitif : Kucing liar (dapat mengalami infeksi sistemik maupun infeksi usus)
Hospes perantara : hewan lain dan manusia (dapat menyebabkan infeksi sistemik berupa pembenukan kista
jaringan)
 Toxoplasma gondii adalah organisme mikroskopis yang panjangnya sekitar adalah organisme mikroskopis yang
panjangnya sekitar 3-5 micron dan merupakan parasite obligat intraseluler. Termasuk parasite protozoa satu sel,
dengan spesifitas hospes yang sangat rendah, sehingga dapat menginfeksi semua jenis hewan berdarah panas
termask unggas dan manusia.
 Infeksi bersifat subklinis namun dapat menjadi berat pada hewan atau manusia yang immunocompromised.
GEJALA

 Infeksi toksoplasma bersifat persisten dalam bentuk kista selama siklus hidupnya.
 Gejala klinis umumnya pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai
demam.
 Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit,
gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.
 Wujud klinis paling serng pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis). Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti
penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat
timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan
perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali
mengakibatkan kematian.
 Dalam keadaan sehat umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala apa-apa atau menyerupai sakit influenza biasanya
disertai pembesaran kelenjar getah bening regional yang nyeri. Gejala yang berat mungkin terjadi seperti kerusakan otak
dan mata yang terutama terjadi pada penderita kekurangan daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS atau penyakit keganasan
PENULARAN

 Hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari
sejak terinfeksi.
 toxoplasma ditertularkan dari berbagai cara antara lainya sebagai berikut:
1. Tertelannya ookista infektif yang berasal dari kucing.
2. Tertelanya kista jaringan atau kelompok takizoid yang terdapat didalam daging mentah atau pun yang dimasak kurang
sempurna.
3. Melalui placenta.
4. Kecelakan dilaboratorium karena terkontaminasi melalui luka.
5. Penyuntikan merozid secara tidak sengaja.
6. Tranfusi leukosit penderita toxoplasma
PENCEGAHAN

Pencegahan yang perlu dilakukan ketika terjadinya toksoplasmosis kongenital :


1. Cuci tangan dan peralatan yang digunakan untuk memotong-motong daging.
2. Tinja kucing yang ditimbun dalam tanah dibuang ke toilet atau disiram dengan air yang mendidih
3. Wanita hamil dengan seronegative dan individu dengan imunisupresi dianjurkan untuk menghindari kontak
dengan tinja kucing.
4. Tutup makanan agar tidak terhindar lalat atau lipas, karena lalat merupakan vektor mekanik ookista T.Gondii.
PENGOBATAN

 Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala
yang berat atau berkelanjutan.
 Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa
memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan
sulfadiazin setelah umur kehamilan di atas 16 minggu.
PEMERIKSAAN

1. Mikroskopis patologi anatomi


Toxoplasma gondii dapat ditemukan di dalam jaringan melalui biopsi atau nekropsi/ bedah jenasah. Pemeriksaan ini
terutama dimanfaatkan pada penderita dengan imunosupresi atau penderita toksoplasmosis dengan AIDS, dimana
sintesis antibodi pada sistem imun terganggu sehingga antibody rendah produksinya. Infeksi Toxoplasmosis gondii dapat
ditentukan diagnosisnya dengan cepat dengan membuat apusan lesi jaringan pada gelas objek. Sesudah dikeringkan 10-
30 menit lamanya, hapusan jaringan difiksasi dalam metil alcohol dan dilakukan pewarnaan Romanowskey. Parasit yang
mengalami degenerasi tidak jarang dijumpai pada lesi jaringan, berbentuk lonjong dengan sitoplasma yang kurang jelas
pewarnaannya dibandingkan dengan pewarnaan inti.
PEMERIKSAAN

2. Pemeriksaan PCR (Polymerace Chain Reaction)


Pemeriksaan ini menggunakan DNA parasite yang berada pada jaringan sampel, cairan serebrospinal, darah, dan cairan
ketuban dapat digunakan untuk menentukan infeksi. Genome yang diuji adalah gen B1 dan gen SAG1 sebagai gen
antigen permukaan dan gen ribosom T. gondii.
PEMERIKSAAN
3. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi umumnya dilakukan untuk menbantu menegakkan diagnosis toksoplasmosis. Suatu sampel
serum yang positif hanya menunjukkan bahwa hospes pernah terinfeksi Toxoplasma gondii di masa lalu. Banyak jenis
pemeriksaan serologi telah digunakan untuk mendeteksi antibodi-antibodi terhadap Toxoplasma gondii, akan tetapi
metode ini tidak dapat dilakukan jika penderita berada dalam keadaan imunodefisiensi, misalnya jika ia juga menderita
AIDS.
 Terdapat beberapa metode pemeriksaan serologi diantaranya ialah:
a. Sabin-Feldman dye test
b. Agglutination Test
c. Toxoplasma Serological Profile (TSP)
d. Metode ELISA
PEMERIKSAAN

Sabin-Feldman dye test


Uji serologi ini sangat sensitif dan spesifik tanpa menunjukkan adanya hasil yang semu atau palsu (false results) pada
manusia. Salah satu standar assay yang dipakai adalah Sabin-Feldman dye test yang didasarkan pada kemampuan
komplemen-memperbaiki (complement-fixing) antibody IgG atau IgM pada serum pasien untuk memproduksi
perubahan dalam permeabilitas hidup T. gondii dan dapat masuk untuk mewarnai parasite.
Interpretasi hasilnya:
1. IgG (-) dan IgM (+)
2. IgG (-) dan IgM (-)
3. IgG (+) dan IgM (+)
4. IgG (+) dan IgM (-)
PEMERIKSAAN

Agglutination Test
uji serologi ini mudah dikerjakan, tetapi biasanya tidak dapat mendeteksi adanya antibodi selama fase toksoplasmosis
akut. Test ini menggunakan antigen yang berasal dari takizoit yang sudah dimatikan dan serum di uji terlebih dahulu
dan dicampur dengan 2-merkaptoetanol untuk menghilangkan aglutinin yang tidak spesifik.
PEMERIKSAAN

Toxoplasma Serological Profile (TSP)


TSP meliputi Sabin-Feldman Dye Test (DT), double sandwich IgM ELISA, IgA ELISA, IgE ELISA, dan Ac/HS test. TSP
secara klinis dapat membantu menerapkan toksoplasmosis limfadenitis, miokarditis, chorioretinitis, dan
toksoplasmosis di masa kehamilan. TSP lebih baik hasilnya dibandingkan jika dilakukan uji serologi dengan satu jenis
antibodi saja misalnya uji IgG atau Uji IgM.
PEMERIKSAAN

METODE ELISA
• ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) adalah salah satu metode yang sensitive untuk mendeteksi antibody,
antigen, hormone maupun bahan toksik. Ciri utama teknik ini ialah pemakaian indicator enzim untuk reaksi
imunologi. Model ELISA dikembangkan kebanyakan berdasarkan pada kegunaan praktis di setiap laboratorium yang
disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk mendeteksi antigen, antibody, hormone, antibiotic, toksin
interleukin dan lain-lain.
• Prinsip teknik ELISA ini berbasis pada reaksi antigen antibody yang terbaca secara kualitatif melalui perubahan
warna yang ada karena kerja enzim dan substrat serta dapat diukur secara kuantitatif fotometrik dalam bentuk
numerical absorbance, sehingga hasil tes ELISA ini merupakan pengukuran yang objektif karena dapat berbentuk
numeric dibandingkan dengan hasil tes aglutinasi yang berupa visible way/hasil pengamatan mata dari mata
pengamatnya dan merupakan gold standar untuk pemeriksaan serologi.
PEMERIKSAAN

ELISA
 Beberapa model ELISA yang banyak digunakan di laboratorium antara lain:
1. direct ELISA
2. Indirect ELISA
3. Sandwich ELISA
4. Capture ELISA
5. Competitive ELISA
6. Cell ELISA
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Toxoplasmosis Metode ELISA


 Pemeriksaan ELISA ini bertujuan untuk menguji antigen dengan antibody yang telah dikenal yang dilabel dengan
enzim (Ab-E) atau sebaliknya, yaitu menguji antibody dengan antigen yang telah dikenal. Komplek antigen-antibodi
yang terbentuk dipisahkan dari antigen dan antibody yang bebas, kemudian diinkubasi, dengan subtstart
kromatogenik yang tidak berwarna. Substrat ini kemudian menjadi berwarna dihidrolisis oleh enzim. Intensitas
warna dapat dukur dan merupakan parameter untuk antigen yang diuji.
 Terdapat 2 macam metode ELISA yaitu metode kompetitif dan indirek.
PEMERIKSAAN
PemeriksaanToxoplasmosis IgG
Alat :
1. Serum sampel
2. Microwell strip
3. Pipet multichannel dengan ujung disposable dan palungan bentuk V disposable sebagai temapt reagen.
4. Pipet mikro dengan tip/ujung disposable.
5. Vortek
6. Sarung tangan, jas lab, dan masker
7. Adhesive slip
8. Absorbent pad
9. Certificate of analysis
10. Incubator (heating blok) diatur pada suhu 37℃
11. Alat pencuci digunakan Micro-ELISA washer
12. Alat pembaca fotometrik digunakan ELISA reader (stripreader) merk Imunnomini NJ-2300 dengan filter yang mempunyai panjang gelombang 450
nanometer
13. Alat pencetak (printer) hasil
Bahan :
1. Microwell strips
2. Enzyme conjugate
3. Sample siluent warna hijau, 22 ml.
4. Serum kalibrasi
5. Serum control positif (tutup ungu, 150 µl/vial)
6. Serum control negative
7. Wash buffer concentrate (20x, botol 50 ml)
8. Substrat
Prosedur Pemeriksaan IgG ELISA
 Persiapkan Antigen

 Cara Kerja Pemeriksaan

a) Pengenceran 1:40 dari serum sampel, serum control negative, serum control positif, dan serum kalibrator dengan menambhakan 5 µl dari serum tersebut
pada 200 µl sample diluent. Campur dengan baik.
b) Pipet masing-masing 100 µl serum control negative, serum control positif, dan serum kalibrasi ke dalam sumur-sumur Micro-ELISA strip. Pipet 100 µl masing-
masing serum sampel yang telah diencerkan ke dalam sumur-sumur berikutnya.
c) Inkubasi pada suhu 37℃ selama 30 menit., Pencucian dengan wash buffer sebanyak 4 kali dan cuci dengan aquadest sekali.
d) Pipet ke dalam masing-masing sumur yang digunakan sebanyak 100 µl enzyme conjugate dan tutup dengan penutup yang disediakan. Inkubasi pada suhu 37℃
selama 30 menit.
e) Cuci dengan wash buffer sebanyak 4 kali dan cuci aquadest sekali, lalu tambahkan larutan buffer substrate TMB reagent pada masing-masing well sebanyak
100 µl, kocok selama 10 detik.
f) Tutup plate dengan cover hitam dan inkubasi pada suhu 37℃ selama 15 menit.
g) Reaksi dihentikan dengan penambahan larutan penghenti yaitu asam klorida (HCl 1N) pada masing-masing well sebanyak 100 µl. kocok selama 30 detik.
Sangatlah penting untuk mengamati terjadinya perubahan warna biru menjadi kuning secara lengkap karena merupakan suatu hasil pemriksaan yang bersifat
kualitatif.
h) Baca OD (Optical Density) dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm.
i) Print hasil pembacaan dan pembuatan kurva standar sebagai dasar pembacaan hasil semikuantitatif antibody IgG T. gondii yaitu kurva antara serum kalibrasi
dengan cut-off. Optical density dari sampel dapat diekspresikan melalui kurva ini dan menghasilkan titer yang dinyatakan dalam pengenceran serum
Intepretasi Hasil Pemeriksaan Toxolisa IgG ELISA
1. Nilai standar cut off kalibrator pada pemeriksaan telah ditetapkan pada 32 IU/ml oleh World’s Health Organization
Third International Standard for Anti Toxoplasma in human serum dengan kode TOXM.
2. Dikatakan hasil negative apabila konsentrasi antibody IgG T. gondii kurang dari 32 IU/ml.
3. Dikatakan hasil equivocal apabila konsentrasi antibody IgG T. gondii 32 IU/ml adalah ekuivokal dan sampel harus
dites ulang.
4. Dikatakan hasil positif bila konsentrasi antibody IgG T. gondii ≥32 IU/ml.
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Toxoplasmosis IgM

 Bahan dan Alat Pemeriksaan Toxolisa IgM ELISA


1. Reagen kit
2. Microplate reader yang mampu membaca absobansi pada Panjang gelombang 450 atau 620 nm
3. Incubator suhu 37°C
4. Pipet ukuran 10 hingga 1000 µl
5. Vortex tube mixer
6. Timer
7. Tabung disposable
8. Air aquades murni
Prosedur Pemeriksaan IgM ELISA
 Preparasi reagen

 Pengumpulan sampel dan penyimpanan


 Preparasi sampel
 Preparasi Plate

1. Persiapkan semua reagen, standar, dan sampel sesuai petunjuk


2. Hilangkan strip microplate berlebih dari plat frame, kembalikan ke kantong foil yang berisi paket pengering, segel dan
kembali disimpan suhu 4°C.
3. Tambahkan 100 μL kontrol dan sampel yang dilarutkan ke dalam sumur. Tinggalkan satu sumur untuk substrat blank.
4. Tutupi sumur dengan foil yang disediakan dalam kit dan kemudian diinkubasi selama 1 jam pada 37 ° C.
5. lalu keluarkan foil, aspirasi isi dari sumur dan cuci masing-masing sumur tiga kali dengan 300 μL larutan pembersih.
6. Tambahkan 100 µL Toxoplasma gondii HRP Konjugat ke semua sumur kecuali untuk sumur blank, lalu tutup dengan foil
dan inkubasi selama 1 jam pada suhu kamar. Jangan biarkan cahaya matahari langsung, setelah itu ulangi langkah 5.
7. Tambahkan 100 μL TMB Substrate Solution ke semua sumur dan inkubasi selama 15 menit tepat pada suhu kamar di
keadaan gelap.
8. Tambahkan 100 μL Stop Solution ke semua sumur dalam urutan yang sama.
9. Sampel yang sangat positif dapat menyebabkan presipitat gelap chromogen. Presipitat ini memiliki pengaruh saat membaca
kerapatan optik. Predilusi sampel dengan PBS misalnya 1: 1 disarankan. Kemudian encerkan sampel 1: 100 dengan IgM Sample
Diluent dan perbanyak hasil dalam Standar Unit 2.
10. Ukur absorbansi Ukur absorbansi spesimen pada 450 nm dalam 30 menit penambahan larutan penghenti. Pembacaan panjang
gelombang ganda menggunakan 620 nm sebagai referensi panjang gelombang direkomendasikan.
Intepretasi Hasil Pemeriksaan Toxolisa IgM ELISA
Sampel dianggap memberi sinyal positif jika absorbansi nilainya lebih besar dari 10% dari nilai cut-off. Sampel dengan
nilai absorbansi kurang dari 10% di atas atau di bawah nilai kontrol cut-off harus dianggap tidak meyakinkan (zona
abu-abu) yaitu tidak positif atau negatif. Disarankan untuk mengulang uji menggunakan sampel segar. Jika hasil tes
kedua lagi kurang dari 10% di atas atau di bawah nilai kontrol Cut-off sampel harus dianggap negatif. Sampel dianggap
negatif jika nilai absorbaninya lebih rendah dari 10% di bawah cut-off.

Anda mungkin juga menyukai