Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang

ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit TB paru bila

tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti : Pleuritis,

Efusi Pleura, Empiema, Laryngitis dan TB usus.

Tuberkulosis adalah penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis

sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi

terbanyak di paru-paru, biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif

Mansjoer, 2004). Kuman ini mempunyai berbagai jenis spesies sesuai dengan

tempat kuman tersebut ditemukan. Penyebab tuberkulosis terbanyak pada

manusia adalah tipe humane, sedangkan tipe bovine secara alami bersifat

parasit terhadap sapi atau infeksi pada manusia terjadi melalui makanan, susu

dan produk yang tercemar (Dharmojono, 2001 :136).

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia sejauh ini terus bertambah, Asia

termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.

Setiap 30 detik ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyait ini.

Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia,

diantaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima

penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di

Indonesia angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau
8 % dari korban meninggal di seluruh dunia. Jumlah penderita TB di Indonesia

merupakan ketiga besar di dunia setelah India dan China.

Tuberkulosis paru dapat bersifat akut dan mungkin menjadi kronik yang dapat

menyebabkan anemia.Sel darah merah berfungsi mengangkut O2 ke jaringan dan

mengembalikan (CO2) dari jaringan ke paru, untuk mencapai hal ini sel darah

merah mengandung protein spesial yaitu hemoglobin. Tiap sel darah merah

mengandung 640 juta molekul hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang

ditemukan dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri

atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Tujuan pemeriksaan hemoglobin

antara lain untuk memantau kadar hemoglobin dalam sel darah merah, untuk

membantu mendiagnosis anemia, serta untuk menentukan defisit cairan tubuh

akibat peningkatan kadar hemoglobin (Kee, 2007).

Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan metode sahli dan fotoelektrik,

cara yang banyak dipakai di laboratorium klinik adalah yang dikenal dengan

metode sahli . Kesalahan yang mungkin terjadi dengan menggunakan metode

ini berkisar 2%. Nilai normal kadar hemoglobin adalah : Wanita 11-16 gr/dl,

pria 13-18 gr/dl, bayi 14-23 gr/dl (Buku panduan praktikum hematologi).

Berdasarkan penelitian Gafar Nurani (2017), tentang “Gambaran Kadar Hemoglobin

DarahPada Penderita Tb Paru Di Puskesmas PoasiaKota Kendari” memperlihatkan hasil penelitian

bahwa kadar hemoglobin darah pada penderita TB Paru di Puskesmas Poasia Kota Kendari

sebanyak 9 (30,0%) orang memiliki kadar Hemoglobin normal dan 21 (70,0%) orang memiliki

kadar Hemoglobin tidak normal (anemia).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Kadar Hemoglobin Pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Raden

Mataher Jambi “
1.2 Rumusan masalah

1. Tuberkulosis kronik dapat mengakibatkan penurunan kadar

hemoglobin (Hb)

2. Bagaimana gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada penderita

tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Jambi “

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada penderita TB Paru

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada penderita TB Paru di Rumah Sakit

Umum Daerah Raden Mataher Jambi

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kadar

hemoglobin pada penderita tuberkulosis paru diRumah Sakit Umum Daerah

Raden Mataher Jambi “

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang akan dibahas hanya membatasi

pada pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) pada penderita tuberkulosis

paru diRumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Jambi.Sampel dalam penelitian
berjumlah 30 orang pasien tuberkulosis paru.penelitian akan dilaksanakan pada bulan April

2018di Laboraturium Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Jambi.Kadar

hemoglobin diperiksa menggunakan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberulosis. Penyakit ini dinamakan tuberkulosis karena

terbentuk nodul yang khas yakni tubercle (Bahar, A., 1990 : 715).

2.1.1 Sejarah

Penyakit tuberkulosis sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum Masehi.

Hal ini terbukti dari adanya sisa-sisa penyakit yang didapatkan pada mummi

dari zaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini dalam Pen

Tsao yakni medika China yang sudah berumur 5000 tahun (Bahar, A., 1990 :

715). Bakteri penyebab tuberkulosis untukpertama kali ditunjukkan oleh

Robert Koch pada tahun 1882. Karena itu bakteri tuberkulosis sering disebut

bakteri Koch atau Mycobacterium tuberculosis. Kemudian Erlich membuktikan

bahwa bakteri tuberkulosis adalah gram positif dan bersifat tahan asam,

sehingga ketika diberikan pewarnaan Ziechl Nielsen akan berwarna merah

(Dharmojono, 2001 : 135).

Sejak tahun 1995, Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru telah

dilaksanakan dengan srategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse

chemotherapy) yang direkomendasi oleh WHO. Seiring dengan pembentukan

Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS TBC),

maka Pemberantasan Penyait Tuberkulosis Paru berubah menjadi Program

Penanggulangan Tuberkulosis (TBC).


2.1.2 Sifat Kuman

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan

dingin, dan dapat tahan hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Sifat lain

kuman ini adalah hidup dalam suasana aerob (Bahar, A., 1990 : 715).

Komposisi sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik (Bahar, A., 1990 : 715). Basil tuberkulosis

ini mampu tumbuh dalam biakan sederhana yang mengandung garam

mineral, glukosa atau gliserol sebagai sumber karbon, dengan asam amino

atau protein hydrolysate sebagai sumber nitrogen (Soedarto, 1990 : 17).

Bakteri tuberkulosis paru akan mati oleh pemanasan 100 oC selama 5-10

menit atau dalam proses pemanasan sesuatu sampai pada suhu sedang

selama watu tertentu (pasteurisasi), umumnya dengan suhu 60 oC selama 30

menit (Dharmojono, 2001 : 135)

2.1.3 Penularan dan Patogenesis

Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai pada dua bentuk, yaitu :

(Bahar, A., 1990 : 715).

1. Tuberkulosis Primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalm udara. Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang bai dan kelembaban. Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai

berbulan-bulan.

Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka partikel ini

akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru, kebanyakan partikel ini

akan mati atau dibersinkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea-

bronkial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman ini juga dapat

masuk melalui luka pada kulit atau mukosa, tetapi hal ini sangan jarang

terjadi.

Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak

dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru

akan membentuk sarang tuberkulosis. Pneumonia kecil disebut sarang

primer. Sarang primer ini dapat terjadi dimana saja pada bagian paru-paru.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening hilus

(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus

(limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis

regional + kompleks primer.

Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :

a. Sembuh tanpa meninggalkan cacat

b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik

c. Berkomplikasi dan menyebar secara :

- Parkontinuitatum, yaitu menyebar ke sekitarnya

- Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru-paru

yang di sampingnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum

atau ludah sehingga menyebar ke usus


- Secara limfogen, yaitu ke organ tubuh lainnya

- Secara hematogen, yaitu ke organ tubuh lainnya.

2. Tuberkulosis Post Primer

Tuberulosis post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi

di daerah atas paru-paru. Sarang ini mula-mula berbentuk pneumonia

kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu

granuloma yang terdiri dari sel-sel histosit dan sel-sel Datia-Langerhans

(sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan

bermacam-macam jaringan ikat.

Virulensi dan imunitas penderita, sarang dini dapat menjadi :

a. Direabsorpsi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

b. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan

sebutan jaringan fibrosis

c. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang meng-

hancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami

nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan

keju dibatukkan keluar maka akan terjadi kavitas. Kavitas ini mula-mula

berdinding tipis, kemuadian menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas

dakam jumlah besar, sehingga menjadi sklerotik.

2.1.4 Gejala-gejala klinis

Gejala-gejala klinis (Bahar, A., 717-718) adalah sebagai berikut :

Keluhan yang dirasakan oleh penderita tuberkulosis dapat bermacam-

macam atau tanpa keluhan sama sekali. Keluhan terbanyak berupa :


a. Demam

Serangan demam yang pertama dapat sembuh kembali, panas badan

dapat mencapai 40-41oC menyerupai demam influenza, dan penderita

seakan tidak terbebas dari serangan ini. Keadaan seperti ini sangat

dipengaruhi dengan daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya

infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk

Batuk yang berlangsung lama yaitu lebih dari 4 minggu harus

dicurigai, kemungkinan tuberkulosis paru-paru. Pada tuberkulosis paru

batuk biasanya mulai ringan, akan tetapi makin lama main hebat.

c. Sesak Nafas

Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak nafas. Hal ini hanya

akan ditemukan pada penyait yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri Dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah ke pluera, sehingga

menimbulkan plueritis.

e. Maleise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun. Gejala maleise sering

ditemukan berupa : anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan

menurun, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala maleise ini

makin lama makin berat dan timbul secara tidak teratur.

2.2 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan senyawa protein yang terdapat pada sel darah merah. Setiap monomer

hemoglobin terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya mempunyai berat molekul

64.450 Dalton. Darah mengandung 12,6 sampai dengan 18,4 gram/dL hemoglobin, tergantung

pada jenis kelamin dan umur suatu individu ( Soewoto, H.Dr., dkk. 2001 )

2.2.1 Fungsi hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh

dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh.

Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen

didalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI 1989 adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-pparu kemudian dibawa keseluruh jaringan-jaringan

tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke

paru-paru untuk di buang

4. Untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui

dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal

berarti kekurangan darah yang disebut anemia

2.2.2 Pembentukan Hemoglobin


Proses pembentukan hemoglobin sampai menjadi lengkap melalui tiga

tahapan, yaitu : pembentukan haem globin dan penggabungan heme dan

globin.

Pembentukan heme terutama terjadi di mitokondria, prosesnya bermula

dari penggabungan glisin dan suksinil Ko-A di dlam organ hematopoetik

membentuk asam amino ketoadipat dan kemudian amino levulinat

dihasilkan di bawah pengaruh ALA sintase yang merupakan enzim pengatur

kecepatan produksi heme. Molekul ALA berkondensasi membentuk

porfobilinogen. Molekul porfobilinogen bergabung membentuk komponen

porfirin dan uroporfirinogen. Uroporfirinogen merupakan prekursor seri

porfirin yang kemudian diubah menjadi bentuk koproporfirinogen yang

kemudian melalui protoporfirinogen menjadi protorpofirin yang mengikat

besi menjadi heme. (Hoffbrand, 1996 : 8)

Suksinil Glisin

Asam δ-aminolevulinat

Porfobilinogen

Uroporfirin III Uroporfirinogen III Uroporfirinogen I Uroporfirin I

Koproporfirin III Koproporfirinogen III Kopropofirinogen I Koproporfirin I

Protoporfirin IX
Besi
Hem
Globin
Hemoglobin
Globin
Hematin
Besi
Biliverdin
Bilirubin

Bilirubin Terkonjugasi

Urobilinogen dst Urobilin dst

Gambar 2. Katabolisme Hemoglobin (Baron, 1995 : 141)

Globin dibentuk dari rantai polipeptida di ribosom yang diatur oleh DNA.

Sifat yang ditentukan oleh DNA akan diteruskan oleh messenger RNA

melalui membran inti ke dalam ribosom yang terdapat dalam sitoplasma. Di

dalam sitoplasma asam amino diikat oleh transfer RNA yang kemudian

menyusun diri membentuk rantai polipeptida. Rantai polipeptida yang

terbentuk akan menjadi molekul globin yang kemudian akan bergabung

dengan molekul heme menjadi hemoglobin. (Hoffbrand, 1996 :8)

2.2.3 Hubungan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan tuberkulosis

Tuberulosis paru adalah infeksi menahun yang umumnya menimbulkan

tanda-tanda dan gejala yang bervariasi pada masing-masing penderita.

Penyebaran kuman tuberulosis dapat melalui lesi yang meluas. Aliran limfe

(limfogen), melalui aliran darah (hematogen) yang dapat menimbulkan lesi

tuberkulosis diberbagai organ, antara lain : pluera, selaput otak, ginjal dan

tulang. (Junaedi, P. A. S., 1992 : 212)

Tuberkulosis paru merupakan penyait radang kronis, keadaan ini biasanya

dapat mengakibatkan terjadinya anemia. (Hoffbrand, 1996 : 41)

Hemoglobin merupakan protein yang terkandung dalam sel darah merah

yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dan

mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. (Hoffbrand,

1996 : 8)
Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan-jaringan melalui 2

jalan, yaitu secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia yang

berkaitan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (Hbo 2). Hubungan

yang berkaitan dengan transpor oksihemoglobin yaitu satu gram

hemoglobin dapat meningkat 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi

hemoglobin rata-rata dalam darah pria dewasa berkisar sekitar 15 gram per

100 ml, maka 100 ml darah dapat mengangkut (15 X 1,34 = 20,1) 20,1

mloksigen kalau darah jenuh sekali. Akan tetapi apabila darah yang

teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler paru-paru ini mendapatkan sedikit

tambahan darah vena campuran dari sirkulasi bronkial. Proses pengenceran

ini menjadi penyebab sehingga darah meninggalkan paru-paru hanya jenuh

97% dan 19,5% volume diangkut ke jaringan. (Prince, A. A., 1995 : 656)

2.1.6 Metode pemeriksaan kadar hemoglobin

Macam-macam metode untuk pemeriksaan hemoglobin (Hb) :

I. Cara Tallquist

Cara ini menentukan kadar Hb tidak teliti, kesalahan kira – kira 50 %. Cara ini

hanya mendapat kesan kadar Hb saja. Kecuali bila tidak ada hemoglobinometer, cara

ini dapat dipakai. Sebagai dasar diambil ialah 100 % = 15,8 gram Hb per 100 ml

darah. Tallquist mempergunakan suatu skala warna dala m suatu baku, mulai dari

merah muda (10 %). Di tengah - tengahnya ada lubang, di mana tempat darah yang

akan dibandingkan dapat dilihat. Jadi darah dibandingkan secara langsung.

II. Cara Sahli


Terutama untuk klinik rutin, cara Sahli paling banyak dipakai di Indonesia. Walaupun

cara ini tidak tepat 100 % akan tetapi masih dianggap cukup baik untuk mengetahui

apakah seseorang kekurangan Hb (darah). Kesalahan biasanya terdapat kira - kira 10

%. Kelemahan cara Sahli ini, ialah berdasarkan kenyataan bahwa hematin - asam itu

bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobinometer itu sukar ditera

(distandar kan). Selain daripada tersebut di atas, tidak semua macam hemoglobin dapat

diubah menjadi hematin, misalnya Karboxyhemoglobin, Methahemoglobin, dan

Sulfhemoglobin.

Alat untuk menetapkan Hb berdasarkan pembentukan hematin asam ini dinamakan

Hemoglobinometer atau Hemometer. Alat ini ada bermacam-macam merek misalnya

buatan Erka, Hellige Asistent, Clay - Adams, dan lain - lain. Tiap - tiap alat mempunyai

perlengkapan sendiri, satu sama lain tidak dapat ditukarkan. Karena tiap Hemometer

mempunyai tabung pengencer yang berlainan, intensitas warna berlainan. Tiap

Hemometer Sahli terdiri dari :

1. a) Alat pembanding warna (batang standar) yang terdapat dalam alat tersebut. Batang

standar ini tahan terhadap cuaca dan sukar memucat.

2. b) Tabung pengencer terbuat dari kaca, ada yang persegi dan ada yang bulat. Tiap

tabung mempunyai garis tanda pada kedua belah sisinya. Satu menyatakan kadar Hb

dalam persen (%) dan satu lagi menyatakan kadar Hb dalam gram per 100 ml darah.

3. c) Pipet darah mempunyai garis tanda 20, artinya bila darah dhiisap sampai angka ini

maka volume darah 20 cm = 0,02 ml.17

4. d) Pipet pengencer darah, ialah pipet polos untuk mencampurkan darah dengan air

suling. Penyebutan kadar Hemoglobin Kadar Hb dapat dinyatakan sebagai persen (%)

dan gram persen (g%).


5. Tetapi lebih baik penyebutan kadar Hb dengan g% yaitu jumlah gram Hb per 100 ml

darah. Karena dengan cara persen tidak ada keseragaman pendapat dalam memberikan

nilai - nilai normal.

6. Kadar Hb 100 % misalnya tidak sama pada tiap - tiap orang berkisar antara 14 - 18

gram Hb/100 ml darah pada laki - laki dewasa dan 12 – 16 gram Hb/100 ml darah pada

wanita dewasa. Jadi jika disebutkan dalam persen, maka penilaian itu ada bermacam -

macam. Hubungan persen dengan gram persen ini dapat dilihat pada tabung pengencer

dari alat - alat hemoglob inometer. Tiap alat mempunyai standar (sudah ditera),

beberapa gram Hb/100 ml darah yang sama dengan 100%.

III. Dengan Kupersulfat

Cara ini hanya dipakai untuk menetap kan kadar Hb dari donor yang diperlukan untuk

transfusi darah. Sehingga tidak mendapat kadar Hb dengan tepat, tetapi hanya kesan -

kesan saja. Untuk pemeriksaan klinik, cara kupersulfat tidak dapat digunakan. Hasil

dari metodik ini ialah persen Hb. Perlu diketahui bahwa kadar Hb dari seorang donor

cukup kira - kira 80 % Hb. Cara ini masih digunakan pada PMI untuk mengetahui

kadar Hb secara cepat.

IV. Cara Photoelektrik Kolorimeter

Dengan Photoelektrik Kolorimeter, didapatkan kadar Hb lebih teliti daripada cara

visual (Sahli). Kesalahan hanya berkisar 2 %. Sudah banyak dipergunakan oleh

Fakultas - Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit, penyelidikan - penyelidikan maupun

klinis. Cara ini ideal sekali karena memiliki standar Hemoglobin. Standar ini dapat

dibeli. Penetapan kadar Hb dengan Photoelektrik Kolorimeter ini banyak cara yang

dikemukakan, antara lain disebutkan ialah :

a. Cara Cyanmethemoglobin

b. Cara Oxihemoglobin
c. Cara Alkali- hematin19

Diantara ketiga methodik ini yang paling tepat adalah menurut cara

Cyanmethemoglobin.

a. Cara Photoelektrik Cyanmethemoglobin

Cara ini berdasarkan bahwa semua bentuk - bentuk Hb (hemoglobin,

methahemoglobin, dan karboxyhemoglobin kecuali sulphemoglobin) diubah menjadi

cyanmethemoglobin dalam larutan yang berisi kaliumcyanida dan kaliumferrycyanida.

Extensi (absorbsi) larutan diukur dengan photometrik hemoglobinometer Klett -

Summerson (misalnya : IIford 625).

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar

hemoglobin dengan teliti karena standar Cyanmet hemoglobin yang ditanggung

kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai ± 2%.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara

cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di

belakang tanda desimal, melaporkan dua digit sesudah tanda desimal melampaui

ketelitian adanya ketetapan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi - variasi

fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa

makna. Standar cyanmethemoglobin bersifat stabil, artinya kadarnya tidak berubah.

Pada umumnya standar ini tahan 1 tahun. Standar ini dijual dengan bermacam - macam

nama, salah satu 20 diantaranya ialah“Acuglobin Hemoglobin Standard”. Pada

umumnya larutan standar mengandung rata – rata 60 mg Hb per 100 ml darah (60 mg

% Hb). Tetapi kadar tepatnya dapat dilihat pada etiket larutan standar tersebut.

b. Cara Photoelektrik Oxyhemoglobin

Cara ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini ialah tidak ada larutan

standar oxyhemoglobin yang stabil


sehingga photokolorimeter sukar ditera. Karena tidak ada larutan standar

oxyhemoglobin yang stabil, maka untuk menera photokolorimeter dapat dipakai nilai

hematokrit. Kadar Hb seseorang sehat dihitung dengan g % sama dengan 1/3 nilai

hematokritnya.

V. Cara Ph otoelektrik Alkali Hematin

Cara ini sebenarnya menetapkan total Hb baik dari carboxyhemoglobin,

methemoglobin atau sulphemoglobin. Cara ini kurang teliti bila dibandingkan dengan

cara cyanmethhemoglobin dan oxyhemoglobin.(Depkes RI, 1989)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Penderita
Kadar hemoglobin
Tuberkulosis Paru

3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif


1. Penderita TB Paru
Penderita TB Paru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pasien yang dinyatakan terinfeksi tuberkulosis paru oleh
dokter dan sesuai dengan hasil pemeriksaan mikroskopis
BTA positif dan sebagai penunjang dilakukan pemeriksaan
darah lengkap di laboratorium.

2. Kadar Hemoglobin Darah


Kadar haemoglobin darah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jumlah haemoglobin dalam sel darah merah per 100 ml darah yang
diukur dengan menggunakan metode Dalam penelitian ini pemeriksaan
kadar haemoglobin dibagi menjadi dua yakni laki-laki dan wanita dengan
kriteria objektif:

a. Laki-Laki

Normal Jika nilai Hb yang diperoleh 14-16 g/dl


Tidak Normal Jika nilai Hb yang diperoleh < 14 g/dl
b. Wanita
Normal Jika nilai Hb yang diperoleh 12-14 g/dl
Tidak Normal Jika nilai Hb yang diperoleh < 12 g/dl
3.3Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada februari 2019.
3.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Puskesmas Poasia Kota
Kendari Tahun 2017.

3.4Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru yang datang

berkunjung di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Jambi

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian

ini adalah penderita TB Paru sebanyak 30 orang

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Mendata penderita jumlah pasien penderita tuberkulosis paru

dengan buku jurnal di laboratorium.

b. Mengambil data dan melakukan pencatatan terhadap penderita

tuberkulosis BTA positif dan memeriksa kadar hemoglobin.

c. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif.

3.5 Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yakni data yang diperoleh langsung dari responden berupa
pengambilan sampel darah responden. Sedangkan data sekunder yakni
data yang bersumber dari lokasi penelitian dan instansi terkait lainnya
yang berupa jumlah kasus TB Paru dan data dokumentasi lainnya.

3.6Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dihitung dengan prosentase :

Prosentase (%) = X x 100

X : Kadar hemoglobin

N : Jumlah pasien

3.7Instrumen Penelitian

3.7.1 Bahan

1. Darah EDTA

2. Sputum (Dahak)

3. Pewarnaan

4. Alkohol 30%

5. Larutan Carbol Fuchsin

6. Asam Alkohol

7. Methylene blue

4 Alat

1. Spektrofotometer

2. Spuit
3. Kaca benda

4. Ose

5. Bunsen

3.8 Cara Kerja

3.8.1 Pemeriksaan Mikrobiologi

a. Pewarnaan Sediaan dengan Metode Ziehl Neelsen

Prinsip : Dengan pewarnaan ini pori-pori lipid pada bakteri akan

melebur sehingga zat warna dapat masuk ke dalam tubuh kuman.

Bila preparat dingin, zat warna tidak dapat terlepas kembali

walaupun dipengaruhi oleh asam, sehingga kuman yang tidak tahan

asam akan mengambil zat warna ke-2 pada pewarnaan berikutnya.

Basil tahan asam berwarna merah, sedangkan basil tidak tahan asam

berwarna biru.

b. Cara Pembuatan Preparat

1. Kaca benda dibersihkan dengan alkohol 70% sehingga bebas

lemak dan kotoran

2. Kaca benda diberi label dan diberi nama, no.lab, dan

pemeriksaan BTA

3. Pembuatan koiling harus selalu aseptik. Koiling harus rata dan

membentuk oval

4. Preparat dibiarkan kering di udara, setelah kering dilewatkan di

atas nyala bunsen 2-3 kali

5. Setelah kering dilakukan pewarnaan


c. Cara pewarnaan

- Preparat diletakkan di atas jembatan pewarnaan, teteskan

larutan carbol fuchsin pada hapusan dahak sampai menutupi

seluruh permukaan sputum

- Dipanaskan dengan nyala api spirtus sampai keluar uap. Zat

warna tidak boleh mendidih, dibilas dengan air mengalir.

- Preparat diteteskan dengan alkohol 30% sampai zat warna

carbol fuchsin hilang. Kemudian dibilas dengan air mengalir.

- Diteteskan larutan methylen blue sampai menutupi permukaan

selama 10-20 detik. Kemudian dibilas dengan air mengalir

- Dikeringan sediaan di udara terbuka

- Preparat dibaca di bawah mikroskop pembesaran 100 X

menggunakan minyak imersi.

Pembacaan hasil BTA berdasarkan IUATLD (Internasional Union

Againts Tuberculosis Lung Diseases) sebagai berkiut :

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang = Negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA per 100 lapang pandang = ditulis jumlah

yang ditemukan

c. Ditemukan 10-99 BTA per 100 lapang pandang = +1 (+)

d. Ditemukan 1-10 BTA per satu lapang pandang = +2 (++)

e. Ditemukan >10 BTA per satu lapang pandang = +3 (+++)

3.8.2 Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi menggunakan spektrofotometer

- Dihidupkan alat dan diatur absorbansinya pada angka 0


- Dilakukan pengukuran blanko terlebih dahulu

- Sampel pasien dimasukkan ke dalam cuvet, setelah itu ukur

serapannya

- Hasilnya dicatat.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, A., Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman (Ed), Jilid II, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 1990.

Baron, D. N., Kapita Selekta Patologi Klinik, Edisi IV, Alih bahasa Petrus Andrianto,

EGC, Jakarta, 1995.

Dharmojono, H., Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Jakarta, 2001.

Hoffbrand, A. V., dan J. E. Pettit., Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Alih bahasa

Iyan Darmawan. EGC. Jakarta. 1996

Soemasto, S. A., Kapita Selekta Kedokteran, Media Asculapius FKUI, Jakarta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai