Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN LYME

Oleh

KELOMPOK: I

Program Studi Keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2015
NAMA-NAMA KELOMPOK I

JURAIS SIMAL
MUIYAH SARAWAHAB
NABA
FEBRIANTI KELIANGIN
SANTI IBRAHIM
YUSDIARNI R NARAHAUBUN
INDRAJIT LATUKONSINA
YUSUF ELI
DIAN LISTIANINGSI
JUMRA D SAMPULAWA
YANA RAHMANA NAYA
LISDA S RUMRAH
IIN BUDIONO
PATRECIA NN SIAHAYA
WA HAJIJA
ARSIA TIPAHEHU
VIKTOR PEIRISA
SULFIANTI
RAMLA F MAHU
NYONG KAPAILU
SELFA TUHUTERU
BUSRIA LATUKAU
SARIFA RUMASUKUN
ASMAWIYA MANUPUTY
IDA WAHID

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang

askep Lyme. Penulisi menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir. Khususnya buat

dosen pembimbing penulis, La Rahmat Wabullah, S.Kep.Ns. Semoga Tuhan

senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Kairatu, 12 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

1.1. Latar Belakang..............................................................................

1.2. Rumusan Masalah........................................................................

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................

BAB II TIJAUAN PUSTAKA.................................................................

2.1. Konsep Penyakit..........................................................................

2.2. Konsep Askep Lyme....................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................

3.1. Kesimpulan.....................................................................................

3.2. Saran...............................................................................................

DATAR PUSTAKA.....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Lyme adalah penyakit peradangan akut yang ditandai oleh

perubahan kulit, peradangan sendi dan gejala yang menyerupai flu. Penyakit

ini mulai dikenal pada tahun 1975, ketika sekumpulan kasus terjadi di dalam

sekelompok orang di Lyme, Connecticut. Sejak saat itu, penyakit Lyme

muncul di 47 negara bagian, juga dikenal di Eropa, Uni Soviet, Cina, Jepang

dan Australia. (Jhamb, M 2012)

Penyakit Lyme mempunyai distribusi di seluruh dunia dan mengefek

semua suku kaum,onset bagi penyakit ini biasannya pada masa anak-anak dan

pra usia muda.Insidensi pada usia 15-24 tahun. Pria,secara keseluruhan

terkena penyakit ini 3 kali sering jika dibanding dengan Wanita, penyakit ini

biasanya didiagnosis berdasarkan gejala-gejalanya, pada beberapa

pasien,monoklonan. Selain itu, biopsi juga turut dilakukan untuk membedakan

dengan penyakit rematik lain (Travallaii 2009),

Penularan B burgdorferi ke manusia melalui tusukan organisme dalam

liur sengkenit atau melalui pemuntahan isi usus tengah sengkenit. Pelekatan

sengkenit memerlukan waktu selama 24 jam atau lebih sebelum terjasi

pemindahan B burgdorferi ini. Organisme melekat pada peptidoglikan sel

inang,yang diiperantai oleh reseptor glikosaminoglikan borrelia. Setelah

tusukan oleh sengkenit, organisme berpindah ke luar dari tempatnya,

menimbulkan lesi kulit yang khas. Penyebaran terjadi melalui aliran limfatik
atau darah ke tempat lain di kulit atau muskuloskeletal dan banyak organ lain.

(Arvin 2010)

Solusi untuk mengobati penyakit Lyme dapat digunakan senyawa

penangkal kutu berupa dietil-m-toluamida (DEET). Vaksin untuk penyakit

Lyme juga telah dikembangkan dan terutama diperuntukkan untuk hewan. [3]

Untuk mengobati infeksi penyakit ini, dapat digunakan doksisiklin (senyawa

turunan tetrasiklin), atau amoksisilin (antibiotik beta-laktam) selama 20-30

hari. Apabila penyakit telah memasuki fase kronis maka dapat digunakan

penisilin atau ceftriaxone dalam dosis tinggi, (Reveille, J.D., 2010)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan apada pasien dengan

gangguan sistem imunologi: Lyme?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari Penyusunan Makalah Asuhan keperawatan pada klien

penyakit Lyme adalah:

a. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sisttem imunologi Lyme

b. Tujuan Khusus.

1. Untuk menegtahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien

Lyme

2. Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada pasien

dengan Lyme
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit

a. Pengertian

Penyakit Lyme adalah penyakit peradangan akut yang ditandai oleh

perubahan kulit, peradangan sendi dan gejala yang menyerupai flu yang

disebarkan oleh kutu, yang termasuk ke dalam spesies lxodes (Jhamb, M

2012)

b. Etiologi

Gigitan seekor kutu kecil memyebabkan bakteri (spirochete) borellia

burgdorferi, di pancarkan ke dalam slirsn darah manusia. Pasien

mengalami demam, nyeri otot, dan ruam kemerahan yang klasik, erythema

chronicum migram sampai tiga minggu setelah gigitan. (DiGiulio Mary

2014)
c. Patofisiologi

Penularan B burgdorferi ke manusia melalui tusukan organisme dalam

liur sengkenit atau melalui pemuntahan isi usus tengah sengkenit.

Pelekatan sengkenit memerlukan waktu selama 24 jam atau lebih sebelum

terjasi pemindahan B burgdorferi ini. Organisme melekat pada

peptidoglikan sel inang,yang diiperantai oleh reseptor glikosaminoglikan

borrelia. Setelah tusukan oleh sengkenit, organisme berpindah ke luar dari

tempatnya, menimbulkan lesi kulit yang khas.

Penyebaran terjadi melalui aliran limfatik atau darah ke tempat lain di

kulit atau muskuloskeleta dan banyak organ lain. Infeksi borellia

menyerang ke jaringan kulit sehingga menyebabkan peradangan pada

jaringan kulit. Radang yang di induksi oleh borellia menimbulkan ruang

yang khas. Penyebaran awal penyakit lyme dfisebabkan oleh Spirochaeta

melalui aliran darah kejaringan tubuh. Kemungkinan secara relatif

bebarapa organisme sebearnya menginvasi inaang, tetapi toksin berparang

memperbesar respon radang dan menyebabkan banyak cedera jaringan

(Arvin 2010)

d. WOC

e. Manifestasi Klinis

1. Demam

2. Rasa sakit yang umum

3. Sakit kepala

4. Bercak di tempat gigitan. (DiGiulio Mary 2014)


f. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

 Tes darah yang mengukur tindakan antibodi pada responnya

terhadap infeksi. Tes ini mungkin mulamula hal negatif bagi

pasien, tetapi bagi pasien yang mempercayainya akan melanjutkan

tahap diagnosis selanjutnya

 Biopsi Kulit - mungkin menemukan masalah kulit.

 Tes ELISA (imunoasai enzim) atau IFA (antibodi fluoresensi tidak

langsung). Tes ini dirancang sangat sensitif dengan arti bahwa

hampir setiap orang dengan penyakit Lyme, dan beberapa orang

tidak mempunyai penyakit Lyme ini akan tes positif.


 Tes imonublot (Western blot). Cocok digunakan karena, tes ini

dirancang secara khusus dengan maksud bahwa biasanya akan

positif hanya jika sesorang benar-benar terinfeksi.

2. Pemeriksaan Radiologi

 Dada sinar X atau tes fungsi paru - mungkin menemukan

kerusakan paru-paru.

 MRI atau CT scan - sering menemukan tanda-tanda awal

kerusakan pada otot dan organ internal.

 Tes-tes lain, studi fungsi gastrointestinal, dan elektrokardiografi

(EKG dari jantung) dapat dilakukan untuk menentukan keparahan

penyakit dan efek pada organ interna (Reveille, J.D., 2010)


g. Penatalaksanaan

1. Penetalaksanaan Medis

 Pemberian antibiotik, seperti doksisiklin, amoksisilin, penisilin

atau eritromisin bisa diberikan per-oral (melalui mulut) selama

stadium awal penyakit.

 Pemberian secara intravena (melalui pembuluh darah) dilakukan

terhadap penderita stadium lanjut, penyakit yang berat atau

menetap.

 Untuk mengurangi sakit pada persendian yang bengkak bisa

diberikan aspirin atau obat-obat anti peradangan non-steroid.

Cairan yang terkumpul di sendi bisa didrainase (dibuang) dan

penderita bisa dibantu dengan tongkat penyangga

2. Penatalaksanaan Perawat

 Kompre air hangat apabila pasien mengalami demam yang tinggi

dan kompres air hangat pada daerah gigitan yang telah mengalami

pembengkakan

 Anjurkan pada pasien untuk melakukan personal hegain (Reveille,

J.D. 2010)

h. Komplikasi

1. Gangguan pada sistem saraf, misalnya otot wajah yang lumpuh atau

tangan yang kebas.

2. Sakit dan pembengkakan pada sendi yang dapat berpindah-pindah ke

sendi lainnya.
3. Inflamasi pada selaput pelindung otak atau meningitis.

4. Gangguan jantung serta peradangan mata dan hati. (Arvin 2010)

2.2. Konsep Askp Penyakit Lyme

a. Pengkajian

1. Jenis Kelamin

Tabel 1

0
No Jenis Kelamin Frekuensi /0
1 Laki-Laki 52 68
2 Perempuan 25 32
Total 77 100

Tabel 1 menunjukkan jenis kelamin terbanyak Lyme adalah Laki-laki,

yaitu sebanyak 52 orang (68%) penderita

2. Umur

Tabel 2

0
No Umur Frekuensi /0
1 <1 0 0
2 1–4 7 9
3 5 - 14 30 39
4 15 – 24 33 43
5 25 - 44 4 5
6 45 - 64 2 3
7 > 65 1 1
Total 77 100

Tabel 2 menunjukkan jumlah penderita Lyme terbanyak terdapat pada


kelompok umur 15 – 24 tahun, yaitu sebanyak 33 orang (43%)
penderita
3. Berdasarkan Tempat

Tabel 3
No Tempat Frekuensi %
1 Padang Rumput 27 36%
2 Hutan Mudah 20 26%
3 Hutang Matang 15 19%
4 Daratan Banjir 15 19%
Jumlah 77 100

Tabel 3 menunjukan jumlah peneyebab Lyme berdasarkan tempat

terbanyak terdapat pada Padang rumput 27 orang (36%) penderita

4. Keluhan utama

Nyeri sendi dan pusing

5. Pemeriksaan Fisik

 B1 (breathing)

Pernafasan Normal

 B2 (blood)

Normal

 B3 (brain)

Perubahan yang lebih halus seperti neyri disekitar gigitan

 B4 (bladder)

Perkemihan normal

 B5 (bowel)

Pencernaan normal

 B6 (bone)

Bengkak yang berlangsung beberapa hari, kelelahan, dan

kemerhan terdapat Ruam pada kulit yang dapat berbagai ukuran

dapat muncul di lokasi yang berbeda pada tubuh.


b. Diganosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

2. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan

kulit

3. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree

pada lesi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa malu dan frustasi

terhadap penampilan diri.

5. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber

informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan

c. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam skalah nyeri berkurang dengan

Kreteria Hasil: tanda vital dalam batas normal, wajah rileks

INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi adanya nyeri. Untuk mengetahui nyeri yang

dirasakan.
Hindari bahan-bahan atau benda- Mencegah timbulnya nyeri.

benda yang menyebabkan nyeri.


Kolaborasi medis pemberian Mengurangi nyeri

analgetik sesuai indikasi.


2. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan

kulit

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kerusakan permukaan kulit berkurang

dengan

Kreteria Hasil: derajat lesi pada permukaan kulit teratasi

INTERVENSI RASIONAL
Evalusi derajat lesi untuk Mengetahui tingkat keparahan

mengetahui seberapa parah lesi guna memberikan terapi yang

pada kulit. tepat


Anjurkan klien untuk Mencegah lesi dan kerusakan

menghindari garukan pada integritas kulit.

daerah yang mengeras. 


Anjurkan klien untuk Mencegah kerusakan permukaan

menghindari pemakaian kulit.

kosmetik yang mengandung

bahan kimia.

Kolaborasi : pemberian terapi Mempercepat proses

topikal dan sistemik. penyembuhan.

3. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree

pada lesi.

Tujuan : Dalam 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada

integritas jaringan lunak.

Kriteria hasil :
 Lesi akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi

dan peradangan pada area lesi.

 Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kondisi lesi, banyak dan Mengidentifikasi kemajuan atau
besarnya bula, serta apakah penyimpangan dari tujuan yang
adanya order khusus dari tim diharapkan.
dokter dalam melakukan
perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan
keadaan bersih dan kering menghindari kontaminasi komensal,
serta akan menyebabkan respon
inflamasi lokal dan akan
memperlambat penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka sebaiknya dilakukan
         Lakukan perawatan luka steril setiap hari untuk membersihkan
setiap hari. debris dan menurunkan kontak
         Bersihkan luka dan drainase kuman masuk ke dalam lesi.
dengan cairan nacl 0,9% atau Intervensi dilakukan dalam kondisi
antiseptic jenis iodine providum steril sehingga mencegah
dengan cara swabbing dari arah kontaminasi kuman ke lesi pemfigus.
dalam ke luar. Pembersihan debris (sisa fagositosis,
         Bersihkan bekas sisa iodine jaringan mati) dan kuman sekitar
providum dengan normal saline luka dengan mengoptimalkan
dengan cara swabbing dari arah kelebihan dari iodine providum
dalam keluar sebagai antiseptic dan dengan arah

         Tutup luka dengan kassa steril dari dalam keluar dapat mencegah
dan jangan menggunakan dengan kontaminasi kuman kejaringan luka.
plester adhesif Antiseptik iodine providum
mempunyai kelemahan dalam
menurunkan proses epitelisasi
jaringan sehingga memperlambat
pertumbuhan luka, maka harus
dibersihkan dengan alkohol atau
normal saline.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari kontaminasi dari benda
atau udara yang bersentuhan dengan
lesi pemfigus.
Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan untuk
mencegah aktifitas kuman yang bisa
masuk. Peran perawat mengkaji
adanya reaksi dan riwayat alergi
antibiotik, serta memberikan
antibiotik sesuai pesenan dokter.

4. Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan frustasi

terhadap penampilan diri

Tujuan: dalam 1x24 jam rasa malu dan frutrasi berkurang dengan

Kreteria Hasil: rasa percaya diri meningkat dan dapat menerima

keadaanya

ITERVENSI RASIONAL
Berikan motivasi dan harapan Mengurangi kecemasan dan

kepada klien bahwa penyakit meningkatkan rasa percaya diri.

Lyme dapat diobati.

Beri kesempatan kepada klien Mengurangi kecemasan

untuk mengungkapkan
perasaannya.

Anjurkan klien untuk melakukan Mempercepat proses

pengobatan secara konsisten. penyembuhan

5. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber

informasi, ketidaktahuan program dan pengobatan

Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit

Kriteria Hasil :

 Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang

dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.

 Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah

terjadinya komplikasi

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan Pengetahuan pasien dan orang tua yang
pasien dan keluarga tentang baik dapat menurunkan resiko
psoariasis komplikasi
Jelaskan pentingnya istirahat Seseorang dengan psoriasis
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan,
serta perspirasi. Kebiasaan menggaruk
dan menggososk bagian yang gatal
akan memperpanjang lamanya
penyakit.
Meningkatkan cara hidup Meningkatkan sistem imun dan
sehat seperti intake makanan pertahanan terhadap infeksi.
yang baik, keseimbangan
antara aktivitas dan istrahat,
monitor status kesehatan dan
adanya infeksi
Jelaskan tentang kondisi Perawat harus menjelaskan dengan
penyakit dan pentingnya perasaan yang peka bahwa sampai saat
penatalaksanaan psoriasis ini masih belum terdapat pengobatan
untuk penyembuhan total penyakit
psoriasis bahwa penanganan seumur
hidup tidak diperlukan bahwa keadaan
ini dapat dihilangkan, serta
dikendalikan. Patofisologi psoriasis
perlu ditinjau kembali termasuk faktor
pencetusnya, yaitu setiap iritasi atau
cidera pada kulit (luka tersayat, abrasi,
terbakar cahaya matahari) setiap
penyakit yang baru saja dialami
(misalnya : infeksi streptokokus pada
faring) dan stress emosional. Perlu di
tegaskan bahwa trauma yang berulang
– ulang pada kulit disamping
lingkungan yang tidak mendukung
(hawa dingin) atau preparat tertentu
(litium, penyekat-beta, indomentasin)
dapat membuat psoriasis. Pasien harus
diingatkan bahwa pemakaian obat –
obat tanpa resep dokter dapat
memperburuk penyakit psioriasis yang
ringan
Identifikasi sumber – sumber Keterbatasan aktivitas dapat
pendukung yang mengganggu kemampuan pasien untuk
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
mempertahankan perawatan
dirumah yang dibutuhkan
Beri penjelasan untuk Bahan untuk penyuluhan yang sudah
perawatan dirumah dicetak dapat disediakan untuk
memperkuat diskusi tatap muka dengan
pasien mengenai pedoman terapi dan
berbagai masalah lainnya.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penyakit Lyme adalah penyakit peradangan akut yang ditandai oleh

perubahan kulit, peradangan sendi dan gejala yang menyerupai flu. Penyakit

ini mulai dikenal pada tahun 1975, ketika sekumpulan kasus terjadi di dalam

sekelompok orang di Lyme, Connecticut. Sejak saat itu, penyakit Lyme

muncul di 47 negara bagian, juga dikenal di Eropa, Uni Soviet, Cina, Jepang

dan Australia.
Penyebaran awal penyakit lyme dfisebabkan oleh Spirochaeta melalui

aliran darah kejaringan tubuh. Kemungkinan secara relatif bebarapa organisme

sebearnya menginvasi inaang, tetapi toksin berparang memperbesar respon

radang dan menyebabkan banyak cedera jaringan

3.2. Saran

Makalah kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan

kami. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan

kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih

sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, 2012 Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2012-2014,

Jakarta EGC

Arvin , 2010, Bornelia Burgdorferi and Lyme Disease.(Internet). (Di unduh 10

maret 2012) taersedia pada: http://texbook

ofbacteriology.net/Lyme.html

Reveille, J.D., (2010).Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin,. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta


Jhamb, M., Argyropoloulos, C., Steel, J.L., Plantinga, L.,Wu, A.W., Fink, N.E., . .

. Unruh, M. L. (2012). Correlates and outcomes of fatique among incident

dialysis Patient

Digiulilo, Mary, 2014, Keperawatn Medikal Bedah,Yogyakarta Rapha Publishing

Anda mungkin juga menyukai