Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
Konsep Teori Calista Roy. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir. Khususnya buat
Dosen pembimbing. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita.
Amin.

Kairatu, 13 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
a; Latar Belakang.................................................................................
b; Rumusan Masalah............................................................................
c; Tujuan Penulisan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
a; Riwayat Calista Roy.........................................................................
b; Karakteristik Teori Keperawatan..................................................
c; Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy..................
d; Model Konseptual Callista Roy.......................................................
e; Teori Penegasan................................................................................
f;

Teori Calista Roy..............................................................................

g; Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy..............................

BAB III PENUTUP.....................................................................................


a; Kesimpulan.......................................................................................
b; Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,


kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan
yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu
disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan
para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja
dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh model
adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial
dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku
secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2. Rumusan Masalah
1; Riwayat Calista Roy?
2; Karakteristik Teori Keperawatan?
3; Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy?
4; Model Konseptual Callista Roy?

5; Teori Penegasan?
6; Teori Calista Roy?
7; Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan dari Penyusunan Makalah Konsep teori Calastina Roy adalah:
a; Tujuan Umum.
1; Agar perawat khususnya Mahasiswa keperawatan mengetahui Konsep

teori Calastina Roy


2; Menambah wawasan akan bagaimana Konsep teori Calastina Roy
b; Tujuan Khusus.
1; Memberikan

Informasi

atau

pengetahuan

kepada

Mahasiswa

keperawatan Mengenai Konsep teori Calastina Roy


2; Sebagai Tugas Filsafat Ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of
Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun


1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan
tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual
stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsepkonsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli
lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus
(1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model
ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan

keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model


adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Marys College. Sejak saat itu lebih dari
1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.
2.2. Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model
yang berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik
diantaranya
a; Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang

berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori


keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam

b; Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai

dengan kenyataan yang ada


c; Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model

konsep keperawatan.
d; Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum

sehingga

dapat

digunakan

pada

kondisi

apapun

dalam praktek

keperawatan
e; Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan

sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan


2.3; Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih


baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan
mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan
logis dan metode empiris
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) :
Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu
memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki
rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu
persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan
tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain. Falsafah

veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a; tujuan eksistensi manusia
b; gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c; aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d; nilai dan arti kehidupan.

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut


beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
a; sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling

berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya


input, control, proses, output dan umpan balik.
b; derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,

konsektual dan residual.


c; problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan.
d; stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon

adaptif.
e; stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.


f;

stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi


terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.

g; regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon

otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.


h; kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui

proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan


belajar.

i;

model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,


interdependensi dan konsep diri.

j;

respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam


mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.

k; fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan

bagaimana proses adaptasi dilakukan.


l;

konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan

m; penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di

dalam hubungannya di lingkungan sosial.


n; interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai

support sistem.
2.4; Model Konseptual Callista Roy

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem


atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4
elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut
Roy :
;

Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek.

Keperawatan

sebagai

disiplin

ilmu

mengobservasi,

mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh


terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan
untuk

menyediakan

pelayanan

bagi

orang-orang.

Keperawatan

meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi

model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan


ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan

adalah

mempertinggi

interaksi

manusia

dengan

lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu


fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan
keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan
tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya
koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan
dan kesehatan.
;

Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang
adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya
yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah
karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk
beberapa tujuan.

Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan
konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah

komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia


digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses,
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif
;

Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di
luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu
sistem yang adaptif.

2.5; Teori Penegasan

Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu

Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.

Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri,
fungsi peran dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari
empat efektor yang telah disebutkan.
a; Mode Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.


Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua
bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :

1.

Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,


yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam
Roy 1991).

2.

Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk


mempertahankan

fungsi,

meningkatkan

pertumbuhan

dan

mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy


1991).
3.

Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal


dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).

4.

Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik


dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponenkomponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

5.

Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk


proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6.

The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa


dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan .
Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7.

Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di


dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,

ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem


fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly,
1984, dalam Roy 1991).
8.

Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis


merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai


dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b; Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan


spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain
persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut
Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal
self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,

seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan


seksualitas.
2.

The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal


diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.

c; Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial seseorang


dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang
dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d; Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan


oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
2.6; Teori Calista Roy

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista


Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses
adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy
adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terusmenerus berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.

3.

Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas


kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan

respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.


4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima
asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang
dipandang sebagai Holistic adaptif systemdalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya
sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan
dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol
dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1; Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan


informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a; Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan

seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

b; Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang

baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat


diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif
pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c; Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan

situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,


sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini
memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri
pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2; Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping


yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a; Subsistem regulator

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses


dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis
yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b; Subsistem kognator

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.


Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.

Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal


dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi
dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian
atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3; Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar
. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak maladaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang
lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan


konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh
roy, diantaranya:

Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan


seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.

Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami


seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subjektif.

Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri


tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi

d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi


fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan fungsi endokrin.

Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang


mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan
orang lain.

Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan


dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola
interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.

Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal polapola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan
secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

e; Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi

agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan,


perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini
memiliki

tujuan

meningkatkan

respon

adaptasi.

Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu


system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994).
Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :

Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

Pengembangan konsep diri positif

Penampilan peran sosial

Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya


masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk
membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam
ilmu keperawatan, yaitu :
1; Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,


keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan
antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan
eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan
intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-

kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara


keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input
pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan
yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah mekanisme

koping. Dua mekanisme koping

yang telah

diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.


2;

Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari
kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun

eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan


secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3; Konsep sehat

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai


tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi
sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan
seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang
individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit,
misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4; Konsep lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari


internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang

tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons.


Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi
resiko akibat dari lingkungan sekitar.
2.7; Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori


sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki
sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding
dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah
terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy
perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode
fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi.
selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu
stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan
oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang
hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi
Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan
tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada
pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini
akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan,
timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam
teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai konsep artikulasi yang
baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari
system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik,
pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy
memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu
kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan
proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
3.2. Saran

Secara

umum,

pembaca

diharapkan

mampu

menelaah

dan

mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang


dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan
ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma
dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif
pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk
memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan
melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat
harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi
perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping
yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar
tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap
terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan
bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya
akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena
kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita.
Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan
yang terjadi didalam dirinya
DAFTAR PUSTAKA

Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper


Dep.Kes. 1987.

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive


Statement, California: Appleton & Large. 1991.

Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their
work.

1998:

Mosby

keperawatan.htm.

erathenurse.blogspot.com//model-konseptual-

Anda mungkin juga menyukai