Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

MATRA LAUT

“ RACUN TOKSIKOLOGI INDUSTRI “

OLEH

KELOMPOK : II

1. JURAIS SIMAL 11. MIRNA WATI M. KELEAN


2. MUSRIFAH BAHARUDIN 12.MARYAM NAHATUE
3. MUIYAH SARAH WAHAB 13. M. KADAFI HEHANUSA
4. HERLIN WAKOLE 14. NABA
5. IIN BUDIONO 15. NUNUK P. RAHAYAAN
6. IDA WAHID 16. NURJANA SAMANERI
7. INDRAJID LATUCONSINA 17. NENENG SUPRIYANTI
8. IKBAL LASENI 18. WELMIDA RUSPANAH
9. JUMRA D. SAMPULAWA 19. WA MIRA MAETA
10. LISDA S. RUMRA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “RACUN TOKSIKOLOGI INDUSTRI”

Kami menyadari bahwa tugas kami masih jauh dari sempurna,oleh


karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini,

Akhir kata,kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai
akhir,semoga tuhan yana maha Esa senantiasa meridhai segala usaha
kita,Amin.

Kairatu, 19 Juli 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN PENULISAN

BAB II : TINJAUAN TEORI

2.1. DEFENISI

2.2. PENGENALAN-PENGENALAN BAHAN KIMIA

2.3. KLASISFIKASI BAHAN KIMIA

2.4. PENILAIAN TOKSISITAS

2.5. KARAKTERISTIK TOKSISITAS

2.6. JALUR MASUK DAN TEMPAT PEMAPARAN

2.7. JALUR WAKTU DAN FREKUENSI PEMAPARAN

2.8. DISTRIBUSI DAN EKSKRESI TOKSIKAN

BAB III : PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang


digunakan diolah atau dihasilkan oleh industri.

Penetapan Occupational Exposure Limit (OEL) atau Batas Pemajanan


Kerja ,mengacu pada prinsip dasar dalam toksikologi yang mempertimbangkan
faktor dosis dan lama pemajanan serta keberadaan bahan kimia di udara
tempat kerja.

Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia
adalah melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan / ingesti)
paru-paru (inhalasi), kulit (topikal) dan jalur perenteral lainnya (selain saluran
usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan respon yang paling
cepat bila diberikan melalui jalur intravena.Bahan toksik dilingkungan industri
seringkali sebagai hasil dari pemaparan melalui inhalasi dan topika,
sedangkan keracunan akibat kecelakaan atau bunuh diri seringkali melalui
oral

Toksikan dapat juga dikeluarkan dari tubuh melalaui paru, saluran


pencernaan, cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang
berbentuk gas pada kondisi suhu badan dan “ volatile liquidis” dapat
diekskresikan melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan melalui
paru berhubungan dengan tekanan uap air, ekskresi toksikan melalui paru
terjadi secra difusi sederhana, gas yang kelarutannya rendah dalam darah
dengan cepat diekskresi sbaliknya yang tinggi kelarutannya seperti chloroform
akan sangat lambat diekskresi melalui paru.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penanggulanagan racun toksikologi industri

1.3. Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui gambaran racun toksikologi industri

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetaui konsep racun toksikologi industri

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Defenisi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan


suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun.

Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang


digunakan diolah atau dihasilkan oleh industri.

Bahan toksik atau racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif
sedikit, berbahaya bagi kesehatan atau jiwa manusia. Sedang toksisitas atau
derajat racun merupakan kemampuan suatu bahan toksik untuk meninbulkan
kerusakan pada organisme hidup

2.2. Pengenalan-Pengenalan Bahan Kimia

1. Survai Pendahuluan untuk mengenal/mengidentifikasi bahan kimia


yang terdapat di industri dan merencakan program evaluasi risiko
bahaya serta tindak lanjutnya. Suatu ceklis yang mencakup pendataan
tentang : nama bahan baku dan bahan sampingan, jenis bahan yang
deperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya, sampingan, jenis
bahan yang diperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya, jumlah
pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya dan sebagainya, sangat
diperlukan.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai
dari tahap awal sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan
kesehatan oleh pekerja serta memanfaatkan indera kita untuk
mengidentifikasi lingkungan kerja, misalnya : mengenal bau yang
timbul, merasa pedas di mata, rangsangan batuk dan sebagainya.
Informasi dari kepala bagian produksi, supervisor atau pekerja sangat
diperlukan pula.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data
Bahan Kimia yakni suatu dokumen teknik yang memberikan informasi
tentang komposisi, karakteristik, bahan fisik dan potensi bahaya
kesehatan, cara penanganan dan penyimpanan bahan yang aman,
tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya. Perlu juga
catat label pada kemasan bahan kimia di tempat kerja.

2.3. Klasifikasi Bahah Toksisitas

a. Klasifikasi toksisitas menurut sifat fisiknya dikenal :


1. Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu & tekanan
normal, tidak terlihat, tidak berbau pada konsentrasi rendah, dan
dapat berubah menjadi cair/padat dengan perubahan suhu dan
tekanan.
2. Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair
atau padat, tidak kelihatan dan berdifusi keseluruhan ruangan.
3. Debu: partikel zat padat yang terjadi oleh karena ke kuatan alami
atau mekanis.
4. Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi
bentuk uap atau dari tingkat pemecahan zat cair atau menjadi
tingkat dispersi,melalui cara tertentu.
5. Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas,
biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
6. Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron,
sebagai akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang
mengandung karbon.
7. Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gasukuran
partikelnya antara 0,1 – 1 mikron.

b. Sifat - sifat fisik zat dapat pula digolongkan menjadi padat (padat biasa,
fume, asap, debu), cair (cair biasa, awan, kabut) dan gas (uap, gas).

c. Sedang bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan


menjadi:
1. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut.
2. Bahan bersifat non partikel : gas, uap.
d. Terhadap tubuh bahan-bahan kimia tersebut digolongkan dalam
klasifikasi fisiologis sebagai berikut :
1. Bahan partikel yang bersifat perangsang (kapas, sabun, bubuk
beras), toksik (Pb, As, Mn), fibrosis (Kwarts, asbes), allergen
(tepung sari, kapas), menimbulkan demam (Fume, Zn O), inert
(Alumunium, kapas).
2. Bahan non partikel yang bersifat : asfiksian (metan, helium),
perangsang (amoniak, Hcl, H2S), racun anorganik, organik (TEL,
As, H3), mudah menguap yang : berefek anesthesi (Trichloroetilen),
merusak alat dalam (C C14), merusak darah (Benzene), merusak
saraf (Parathion).
e. Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut,
contoh kecelakaan kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya
proses kerja dengan bahan kimia selama 1 tahun/lebih atau kronik misal
bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia.

2.4. Penilaian Toksisitas

Suatu zat beracun dengan LD50 lebih kecil menunjukkan bahwa zat
tersebut relatif lebih beracun, demikian pula sebaliknya.

Penetapan Occupational Exposure Limit (OEL) atau Batas Pemajanan


Kerja ,mengacu pada prinsip dasar dalam toksikologi yang
mempertimbangkan faktor dosis dan lama pemajanan serta keberadaan
bahan kimia di udara tempat kerja.

Oleh ACGIH (American Conference of Governmental and Industrial


Hygienist) dikembangkan konsep TLV (Thershold Limit Value) atau Nilai
Ambang Batas (NAB) yang menunjukkan suatu kadar yang manusia dapat
menghadapinya secara fisiologik tanpa terganggu kesehatannya
a. Terdapat 3 (tiga) kategori NAB yang spesifik, yakni :

1. NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA (Threshold Limit


Value-Time Weighted Average) yakni kadar bahan kimia diudara
tempat kerja selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yg hampir
semua tenaga kerja dapat terpajan berulang kali sehari-hari dalam
melakukan pekerjaan tanpa terganggu kesehatannya
2. NAB batas pemajanan singkat atau TLV-STEL (Threshold Limit
Value-Short Term Exposure Limit) atau PSD (Pemajanan Singkat
yang Diperkenankan) yakni kadar bahan kimia yang diperkenankan
untuk pemajanan tidak lebih dari 15 menit atau tidak lebih dari 4 kali
pemajanan per hari. Interval antara dua periode pemajanan tidak
boleh kurang dari 60 menit.
3. NAB tertinggi atau TLV-C (Threshold Limit Ceiling) yakni kadar
tertinggi bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilewati
selama melakukan pekerjaan. Sering di sebut juga sebagai KTD
(Kadar Tertinggi yang Diperkenankan).

b. Pada bahan kimia yang bersifat karsinogen terdapat kategori sebagai


berikut :
1. A–1 Terbukti karsinogen pada manusia (Confirmed Human
Carcinogen).
2. A–2 Diperkirakan karsinogen pada manusia (Suspected
Human Carcinogen).
3. A–3 Karsinogen terhadap binatang (Animal Carcinogen).
4. A–4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia (Not
Suspected as a Human Carcinogen).
5. A–5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia
(Not Suspected as a Human Carcinogen).
2.5. Karakteristik Toksikologi

Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh


bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya
cocok untuk menimbulkan keadaan toksik

Efek toksik di dalam tubuh tergantung pada :

1. Reaksi Alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh
bahan kimia atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut,
kondisi alergi sering disebut sebagai hipersensitifitas, reaksi alergi
timbul pada dosis yang rendah

2. Reaksi Ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetik akibat adanya
bahan kimia atau bahan polutan

a. Toksisitas cepat dan lambat. Toksisitas cepat merupakan


manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan
kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan
manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan
selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberiaan

2.6. Jalur masuk dan tempat pemaparan

Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia
adalah melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan / ingesti)
paru-paru (inhalasi), kulit (topikal) dan jalur perenteral lainnya (selain saluran
usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan respon yang paling
cepat bila diberikan melalui jalur intravena.

Bahan toksik dilingkungan industri seringkali sebagai hasil dari


pemaparan melalui inhalasi dan topika, sedangkan keracunan akibat
kecelakaan atau bunuh diri seringkali melalui oral.
2.7. Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan

Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dibagi 4 kategori :

1. Akut
Pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam dan jalan masuknya
dapat melalui intravena dan injeksi sub kutan
2. Sub akut
Pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1
bulan atau kurang
3. Sub kronik
Pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3
bulan.
4. Kronik
Pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari
3 bulan.

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan
pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang
dihasilkan oleh paparan ualangnya, bahan polutan benzena pada pertama
akan merusakan sistem saraf pusat sedangkan paparan ulangnya akan dapat
menyebabkan leukimia.

Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan


polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa efek, apabila dosis
yang diberikan hanya sebagian maka efek yang terjadi juga akan menurun
setengahnya,efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi
dalam sistem biologi, efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel, hal
tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk
pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik

Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku


didalam industri semakin hari semakin meningkat,walaupun zat kimia yang
sangat toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian
terta-etil timbal (TEL) pada bensin, tetapi pemaparan terhadap zat kimia yang
dapat membahayakan tidak dapat dielakkan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik
atau akut, pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau
disengaja (pada kasus bunuh diri atau dibunuh) dan pemaparan kronik
biasanya dialami para pekerja terutamadi lingkungan industri-indusrti kimia.

Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat ,


organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat
menyebabkan cidera pada tempat yang terkena bahan tersebut (efek lokal),
bisa juga sistemik setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ
lainnya, efek toksik ini dapat bersifat irreversibel yaitu akan menetap atau
bertambah parah setelah setelah pajanan tosksikan dihentikan, efek
irreversibel (efek nirpulin) diantaranya karsinoma, mutasi kerusakan saraf dan
sirosis hati, efek toksiakan reversibel (berpulin) bila tu uh terpajan dengan
kadar yang rendah atau untuk waktu yang singkat, sedangkan efek terpulin
terjadi bila pajanan dengan kadar yang lebih tinggi dan waktu yang lama

2.8. Distribusi dan Ekskresi Toksikan


a. Distribusi Toksikan

Setelah toksikan memasuki darah di distribusi dengan cepat


keseluruh tubuh maka laju distribusi diteruskan menuju ke setiap organ
tubuh. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler dan
membran sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran darah ke organ
tersebut

Bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :

1. Hati dan Ginjal


Ke dua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam
mengikat bahan kimia,sehingga bahan kimia lebih banyak
terkontaminasi pada organ ini jika dibandingkan dengan organ lainnya,
hal ini berhubungan dengan fungsi kedua organ ini dalam
mengeliminasi toksikandalam tubuh. Ginjal dan hati mempunyai
kemampuan untuk mengeluarkan toksikan, organ hati cukup tinggi
kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.
2. Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi
zat yang larut dalam lemak seperti chlordane, DDT polycholorinated
biphenyl dan polybrominated byphenyl, zat ini disimpan dalam jaringan
lemak dengan pelarut yang sederhana dalam lemak netral, lemak
nertal ini kira-kira 50 % dan berat badan pada orang yang gemuk dan
20 % dari orang yang kurus’
Toksikan yang daya larutnya tingggi dalam lemak
memungkinkan konsentrasinya rendah dalam target organ,sehingga
dapat dianggap sebagai mekanisme pwerlindungan,Toksisitas tersebut
pada orang gemuk lebih menjadi lebih rendah jika dibandingkan
dengan orang yang kurus.

3. Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk
senyawa seperti flouride, pb dan strontium, untuk beberapa toksikan
tulang merupakan tempat penyimpanan utama, contohnya : 90 % dari
pb tbuh ditemukan pada skleton,penyimpanan toksikan pada tulang
dapat atau tidak mengakibatkan kerusakan.

b. Ekskresi Toksikan

Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melaluli beberapa rute, ginjal


merupakan organ penting untuk mengeluarkan racun. Beberapa xenobiotik di
ubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air sebelum dikeluarkan
dalam tubuh.

Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa


tertentu diantaranya : hati, dan sistem empedu, penting dalam ekskresi
seperti DDT dan pb, paru dalam eksresi gas seperti CO, toksikan yang
dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata dan air susu
(ASI).
c. Ekskresi Urine

Ginjal merupaka organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi


toksikan dari tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh
mekanisme yang sama seperti pada saat ginjal membuang hasil
metabolisme dari tubuh.

d. Ekskresi Empedu

Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksikan dari darah


setelah diabsorpsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah
distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.

e. Rute Ekskresi yang lain

Toksikan dapat juga dikeluarkan dari tubuh melalaui paru, saluran


pencernaan, cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang
berbentuk gas pada kondisi suhu badan dan “ volatile liquidis” dapat
diekskresikan melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan melalui
paru berhubungan dengan tekanan uap air, ekskresi toksikan melalui paru
terjadi secra difusi sederhana, gas yang kelarutannya rendah dalam darah
dengan cepat diekskresi sbaliknya yang tinggi kelarutannya seperti
chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui paru.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang


digunakan diolah atau dihasilkan oleh industri.

Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat ,


organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat
menyebabkan cidera pada tempat yang terkena bahan tersebut (efek lokal),
bisa juga sistemik setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ
lainnya, efek toksik ini dapat bersifat irreversibel yaitu akan menetap atau
bertambah parah setelah setelah pajanan tosksikan dihentikan, efek
irreversibel (efek nirpulin) diantaranya karsinoma, mutasi kerusakan saraf
dan sirosis hati, efek toksiakan reversibel (berpulin) bila tu uh terpajan
dengan kadar yang rendah atau untuk waktu yang singkat, sedangkan efek
terpulin terjadi bila pajanan dengan kadar yang lebih tinggi dan waktu yang
lama

3.2. Saran

Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku


didalam industri semakin hari semakin meningkat,walaupun zat kimia yang
sangat toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian
terta-etil timbal (TEL) pada bensin, tetapi pemaparan terhadap zat kimia
yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2009, Farmasi Forensik dan Toksikologi Jakarta : UI Press.

Mun’im Idries, Abdul. 2008. Penerapan Forensik Dalam Proses Penyelidikan,


Jakarta : Sagung Aeto

Anda mungkin juga menyukai