Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR TERHADAP NYAMUK

DISUSUN OLEH

PIPIN SEPTIANA 15.20.2589

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA

S-1 KESEHATAN MASYARAKAT BANJARMASIN

2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena dengan
karunia nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul pengendalian
vektor terhadap nyamuk .meskipun banyak hambatan yang saya buat dalam
menyelesaikan makalah ini tetap bisa saya selesaikan makalah ini dengan tepat
pada waktunya.

Tentu nya ada hal yang saya mau berikan kepada masyarakat dari hasil makalah
ini.saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, Semoga Makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nyamuk merupakan vektor atau penular beberapa jenis penyakit berbahaya dan mematikan
bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria (Anopheles), kaki gajah
(Culex quinquefasciatus Say.)Pembasmian terhadap nyamuk menjadi kegiatan tidak pernah
henti yang dilakukan oleh manusia karena jika nyamuk dibiarkan berkembangbiak dapat
menimbulkan masalah yang serius. Berbagai upaya pengendalian diantaranya melalui
penyemprotan (fogging) dengan menggunakan bahan insektiksida sintetik, obat nyamuk
bakar,elektrik dan semprot sintetik untuk memutus siklus hidup nyamuk, sehingga
mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Namun penggunaan insektisida sintetik
sebenarnya kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Selama jentik nyamuk
dibiarkan hidup, akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan
penyakit kembali. Peningkatan populasi nyamuk dapat disebabkan oleh perubahan global
yang besar (urbanisasi yang tidak terencana dan pertumbuhan penduduk bersamaan) dan
program kontrol nyamuk yang tidak efektif. Hal ini juga disebabkan oleh pengelolaan limbah
padat yang tidak memadai, meningkatnya resistensi nyamuk, penurunan jumlah insektisida
baru dan akhirnya perluasan habitat karena pemanasan global dan penyemprotan dengan
bahan kimia.

Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor
pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Suatu penyebaran
penyakit yang tidak hidup seperti air, udara, makanan dan lain- lain, sedangkan vektor adalah
benda hidup yakni serangga. Serangga tergolong phylum arthropoda mempunyai jumlah
spesies empat kali lipat dari spesies hewan bersama-sama. Keadaan lingkungan dapat
memperngaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia di
pengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat di mulai. Sebenarnya disamping
nyamuk sebagai vektor dantikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang
berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu. Namun kedua phylum sangat
berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan
binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin
membasmi sampai keakar -akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun
membahayakan kehidupan manusia. Bagi kesehatan masyarakat binatang yang termasuk
kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan masyarakat karena di samping
mengganggu secara lansung juga sebagai perantara penularan penyakit.

B. Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang di atas,secara garis besar dapat dirumuskan betapa pentingnya
untuk mengetahui jenis jenis larva nyamuk.

C. Tujuan Penelitian :

Tujuan umum :

- Untuk mengetahui jenis - jenis larva nyamuk?

Tujuan khusus :

- Mengetahui berapa banyak yang terserang virus?

- Beberapa yang efektif untuk dapat membunuh larva nyamuk?

- Untuk mengetahui taksonomi Aedes sp?

- Untuk mengetahui morfologi Aedes aegypti?

- Untuk mengetahui siklus hidup Aedes sp.?

- Untuk mengetahui kebiasaan hidup/bionomik nyamuk Aedes aegypti?

- Untuk mengetahui penyebaran nyamuk Aedes Aegypti?

- Untuk mengetahui peranan nyamuk Aedes Aegypti?

- Untuk mengetahui cara pengendalian nyamuk Aedes Aegypti?

D. Manfaat Penelitian :

Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu peneliti lain dalam mengembangkan ilmu
dan sebagai referensi mengenai pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti.
- Manfaat pada masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang jenis jenis nyamuk dan penyakit serta cara membasmi larva
nyamuk.

- Manfaat kepada Dinas Kesehatan. Diharapkan dapat memberikan masukkan


kepada Tenaga Kesehatan dan Dinas Kesehatan dalam menanggulangi penyakit
disebabkan oleh nyamuk dapat dihapuskan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Demam berdarah Dengue

Pengertian demam berdarah dengue adalah :

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2 -7 hari nyeri otot atau nyeri
sendi. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi
DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh
dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit
(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak
menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian (Kemenkes RI,
2013)

B. Etiologi

Penyebab penyakit DBD adalah : virus dengueyang terdapat dalam tubuh nyamuk Aedes
Aegepty (betina). Virus ini termasuk famili Flaviviridae yang berukuran kecil sekali yaitu 35-
45 mm. Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam ini melalui 2 mekanisme. Mekanisme
pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk
betina pada telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari
nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi
virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk mendapatkan virus ini
pada saat melakukan gigitan pada manusia yang pada saat itu sedang mengandung virus
dengue pada darahnya (viremia). Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami
replikasi (memecah diri/berkembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan
sampai di kelenjar ludah.

C. Manifestasi klinik

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan masa inkubasi
antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut atau suhu meningkat tiba-tiba,
sering disertai menggigil, saat demam. Gejala klinis lain yang sangat menonjol adalah
terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat penderita
mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.
Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis lain yang
tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah :
a.Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu menelan.
b.Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
c.Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot tulang dan sendi,
nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia,otot-otot sekitar mata sakit bila
disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal. Pada hari pertama sakit, penderita panas
mendadak secara terus-menerus dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau
ketiga akan timbul bintikbintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada,
lengan atau kaki dan nyeriulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah.
Antara hari ketigasampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang
selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang di tandai dengan gelisah,
ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut,akan
terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba) kadang kesadarannya
menurun.

Kriteria klinis DBD adalah :Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper
dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan
mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1,
PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.

Manifestasi Klinis : Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,DBD atau sindrom syok dengue (SSD).
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis
2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko
untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat.
- Demam Dengeu (DD) : Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia
pasien. Bayi dan anak kecil dapat mengalami penyakit demam, sering dengan
ruam makropapuler. Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami
baik sindrom demam atau penyakit klasik yang 15 melemahkan dengan mendadak
demam tinggi, kadang-kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala
berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan
muntah,dan ruam. Perdarahan kulit tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan
leukopenia dan mungkin tampak trombositopenia.Pemulihan mungkin
berpengaruh dengan keletihan dan depresi lama, khususnya pada orang dewasa.
a.Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
Demam disertai gejala tidak spesifik.

b.Manifestasi perdarahan.

c.Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus

d.Dengan/adanya renjatan

e.Kenaikan nilai hematokrit.

Derajat penyakit DBD terbagi Empat Derajat :


1.Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif)
2.Derajat II Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada
hidung (epistaksis)
3.Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta
gelisah
4.Derajat IV Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.

Pengendalian vektor terhadap nyamuk

Pengendalian vektor pada nyamuk terdiri dari beberapa langkah.langkah awal dengan
menurunkan populasi nyamuk, dengan memberantas tempat perindukan nyamuk dan juga
aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa ataupun larva dengan insektisida dan mencegah
gigitan nyamuk agar terhidar dari penyakit-penyakit yang disebakan oleh gigitan nyamuk.
Dalam pengendalian vektor nyamuk ini adalah kegiatan yang sangat penting karena spesies
nyamuk sangat beragam tempat perindukannya dan kebiasaan mereka menggigit dan
hubungan terhadap penyakit.perilaku ini sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan yang
dikenal sebagai ransangan dari luar. Nyamuk melakukan kegiatan mencari darah atau
menggigit nyamuk melakukan tempat isrtirahat. Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat
pada siang hari, di tempat tempat yang gelap, dingin dan basah. Semua jenis nyamuk
membutuhkan air untuk kelansungan hidup karena larva-larva (jentik-jentik) nyamuk
melanjutkan hidupnya dia air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat. Nyamuk biasa
memilih tipe air untuk meletakan telur pada air yang bersih, air kotor, air payau atau tipe air
yang lainnya. Meski ukuran nyamuk kecil, nyamuk hingga kini masih menjadi musuh yang
belum terkalahkan setiap tahunnya. Nyamuk penular penyakit masih leluasa menyebarkan
virus dan parasit. Penyakit penyakit Arbovirus yang di tularkan nyamuk antara lain demam
berdarah, Chikunguya, dan demam kuning.

Penyakit penyakit Arbovirus yang di tularkan nyamuk antara lain demam berdarah,
Chikunguya, dan demam kuning :
- Demam berdarah (DBD ) di sebabkan oleh type virus yang di ketehui sebagai
Flavivirus ada 4 flavivirus yang dapat menyebabkan demam yang di sertai
shock (DHF/DSS). Pada kasus demam berdarah menyebabkan demam yang
akut secara tiba- tiba selama 3-5 hari. Beberapa gejala pada penyakit demam
ini adalah sakit kepala , nyeri pada otot, nyeri sendi, kehilangan nafsu makan ,
sakit perut, dan penyakit demam berdarah ini umumnya di derita anak- anak
serta orang dewasa sekitar 40-50% menyebabkan kematian. Seperti di ketahui
penyakit ini menyebar begitu cepat dan hampir 10 juta orang terinfeksi
penyakit demam berdarah dab vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes
Aegypti. Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti, jenis nyamuk
ini biasanya aktif pada siang hari dan lebih suka menghisap darah manusia
dari pada hewan.
- Chikunguya adalah jenis-jenis nyamuk seperti Aedes Aegypti, culex
anopheles, dan mansomia. Penyebaran chikunguya tersebar luar di daerah
tropis. Gejala chikunguya sesudah masa inkubasi selama 3-12 hari gejala awal
adalah flu, sakit kepala, kedinginan, demam ,sakit persendian, mual dan
muntah-muntah. Virus chikunguya menyebarkan penyakit dengan menusuk
dan mengisap darah dari satu orang ke orang lain. Penyebaran penyakit akan
di tentukan oleh jenis dan populasi nyamuk. Oleh karena itu semakin banyak
jenis nyamuk dan semakin tinggi populasinya. Penyebaran penyakit ini akan
semakin cepat karena jenis nyamuknya yang dapat menularkan penyakit-
penyakit chikunguya lebih mudah menyebar dari pada penyakit demam
berdarah.
- Demam kuning termasuk kelompok flavirus beberapa penyakit ini di tularkan
oleh frotozoa yang di tularkan melalui vector nyamuk antara lain dari genus
plasmodium. Vektor utama demam kuning adalah aedes aegypti penyebaran
demam kuning masih terbatas. Gejala demam kuning adalah 3- 16 hari
mortalitas bervariasi dari 5% sampai 40 % bahkan sering lebih yaitu sampai
50% demam kuning tahapan awal yaitu dengan : gejala sakit kepala, gatal
pada otot, demam, kehilangan nafsu makan, penyakit kuning dan muntah.

JENIS KLASIFIKASINYA
Berdasarkan klasifikasinya nyamuk dapat dibedakan jenisnya dilihat dari perbedaan
bentuk morfologi nyamuk dewasa, diantaranya :
Aedes Aegypti : Nyamuk Aedes Aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) melalui tusukanya. Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat diketahui dari
adanya garis putih keperakan dengan bentuk lyre pada toraknya dan mempunyai gelang
putih pada bagian pangkal kaki,proboscis bersisik hitam.
a. Klasifikasi :
Pylum: Arthropoda
Kelas: Aceloterata
Class: Insekta
Ordo: Diptera
Genus: Aedes
b .Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti :
1).Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2).Pada sayap aedes memiliki sisik sempit panjang dengan ujung yang runcing
3).Aedes dewasa memiliki abdomen dengan ujung lancip, warna hitam dengan belang
putih pada abdomen dan kaki.
4).Tidak membentuk sudut 90
5).Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
6).Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa
menampung air hujan
7).Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
8).Menyebabkan penyakit DBD
Telur Aedes aegypti tahan terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu
bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi
larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai
contoh populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk
dewasa yang cendrung lebih rakus dalam menghisap darah

(gambar : nyamuk Aedes Aegypti pada siang hari )

Siklus Penularan dan Penyebaran Demam Berdarah Dengue Timbulnya suatu penyakit
dapat dipengaruhi oleh faktor agen, pejamu dan lingkungan. Teori ini disebut dengan segitiga
epidemiologi yang dikemukakan oleh John Gordon.Segitiga epidemiologi adalah suatu
konsep dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang
berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut
adalah host (pejamu), agent(agen) dan Environment (lingkungan). Tempat perindukan utama
Aedes Aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan
rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan
tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti tempayan atau gentong tempat
penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan
resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi. Pejamu memiliki karakteristik
tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
a.Imunitas

Kesanggupan pejamu untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah
maupun non alamiah, sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain
mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
menciptakan kekebalan tersendiri.

b.Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi
kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam
menghadapinya.
c.Infectiousness
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan
sakit maupun sehat, kuman yang berbeda dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada
manusia dan sekitarnya.
Gejala klinis chikunguya: gejala demamnya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu
demam yang tinggi , menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi, dan otot
serta bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam
dengue pada chikunguya tidak ada pendarahan hebat, renjatan (schok) maupun kematian.
Gejala klinis demam kuning : demam penyakit kuning menyebabkan demam panas dingin,
nyeri otot, terutama sakit punggung, sakit kepala, hilang nya nafsu makan,mual dan muntah,
denyut nadi lemah, bagi kebanyakan orang demam ini menghilang setelah 3 atau 4 hari.
untuk penularan penyakit DBD antara lain:
1.Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang datang dari
berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue
cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan sebagainya.
3.Pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi, penduduk umumnya berasal dari
berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier yang
membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
1. Nyamuk Aedes Aegypti termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum
Artropoda,Kelas Insekta, Ordo Diptera, Genus Aedes.
2. Morfologi nyamuk Aedes sp yaitu mempunyai warna dasar hitam, dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan dan kaki. Panjang badan sekitar 3-4 mm.
3. Aedes sp mengalami metamorfosis sempura dari telur-larva-pupa-nyamuk dewasa
yang memerlukan waktu hingga 9 hari.
Jadi bagi Perilaku masyarakat perlu diarahkan pada perilaku hidup sehat sebagai
sasaran dari pembangunan kesehatan, mencegah risiko terjadinya sakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

- http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-demam-
berdarahth2013.pdf
- http://eprints.ung.ac.id/5207/5/2013-1-14201-841409036-bab2-28072013075739.pdf
- Ariati Jusniar, Athena Anwar. Model Prediksi Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Badan Litbangkes Kemenkes, 2015.
- Depkes RI, 2008, Modul Pelatihan bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku, Jakarta.
- Depkes RI. 2004.Perilaku Hidup Nyamuk Aedes aegypti Sangat Penting Diketahui
dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk Pemantauan
Jentik Berkala. Jakarta.
- Sayono, S Qoniatun, Mifbakhuddin.Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada Air
Tercemar. Vol 7 No 1 Tahun 2011.
- Budiman dan suryono. 2010. Ilmu kesehatan masyarakat dalam konteks kesehatan
lingkungan Jakarta : EGC
Adang Iskandar, Pemberantas serangga dan binatang pengganggu, APKTS
Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai