OLEH
SITI ARFIANI ENDANG RA’IS
B1D016263
PAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
USULAN PENELITIAN
PENGARUH LEVEL PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT NANAS
DALAM PROSES BATING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN
KEMULURAN KULIT KAMBING BAGIAN PERUT YANG
DISAMAK KROM
Oleh
Siti Arfiani Endang Ra’is
B1DO16263
Menyetujui :
Mengesahkan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Program Studi Peternakan
Ketua,
2
KATA PENGANTAR
kepada semua pihak, terutama dosen pembimbing baik secara moral maupun
proposal penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
kata, semoga 222proposal ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................... i
PENGESAHAN......................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
Latar Belakang........................................................................................... 4
Hipotesis ................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5
Histologi Kulit............................................................................................ 5
Kulit Kambing............................................................................................ 6
Bagian-bagian Kulit.................................................................................... 7
Penyamakan................................................................................................ 8
Penyamakan krom....................................................................................... 11
Bating.......................................................................................................... 12
Nanas........................................................................................................... 12
Kulit nanas.................................................................................................. 14
Ekstraksi...................................................................................................... 15
Enzim bromelin........................................................................................... 15
4
Kekuatan tarik kulit..................................................................................... 16
Kemuluran kulit.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 32
LAMPIRAN.............................................................................................. 35
5
DAFTAR TABEL
HALAMAN
6
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
5. Kulit nanas……………………………………………………………….. 15
6. Sample kulit……………………………………………………………… 23
7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit ternak pada dasarnya sama yaitu tersusun atas jaringan yang
secara histologi terdiri dari epidermis, khorium, atau dermis dan jaringan-jaringan
lain di dalamnya. Kulit sendiri merupakan salah satu hasil sampingan ternak yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dengan sentuhan teknologi, kulit ternak
dapat diubah menjadi sepatu, tas, ikat pinggang, jaket dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti kerupuk kulit dan gelatin (Mustakim
et al., 2010).
Jenis kulit ternak yang biasa digunakan dalam proses pembuatan yaitu kulit
sapi, kerbau, domba dan kulit kambing. Kambing merupakan salah satu ternak
andalan untuk dikonsumsi dagingnya. Salah satu bagian yang dapat dimanfaatkan
dari ternak ini selain daging yaitu kulitnya. Kulit dari ternak kambing tidak begitu
saja langsung dimanfaatkan akan tetapi harus melalui proses pengolahan kulit.
Melalui proses pengolahan kulit maka akan dihasilkan kulit samak, kulit samak
8
Penyamakan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengubah
kulit mentah menjadi kulit samak yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena
adanya ikatan cross-linking antara protein pada kulit dengan bahan penyamak
membusuk atau tidak stabil menjadi lebih tahan terhadap mikroorganisme dan
juga lebih stabil. Selain itu, penyamakan juga menyebabkan kulit menjadi lebih
bagian yaitu: prnyamakan nabati, minyak, sintetis dan mineral (Mustakim dkk,
2010).
Dewasa ini, sebagian besar dunia samak disamak dengan krom yang
Selain itu kelebihan dari penyamakan krom sendiri diantaranya ialah kulit
samaknya lebih lemas, lebih tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya
lebih tinggi dan hasilnya lebih baik bila dilakukan proses pengecatan. Menurut
(beam house), salah satu tahapan yang penting adalah bating (proses pengikisan
protein). Bating adalah suatu proses untuk menghilangkan suatu protein yang
tidak diinginkan selama proses pembuatan kulit jadi secara enzimatis, tujuan dari
tahapan bating yaitu menghilangkan semua zat dalam kulit yang bukan kolagen
serta membuka ikatan kolagen kulit yang nantinya ikatan kolagen tersebut akan
9
mudah berikatan dengan bahan penyamak. Enzim yang harus terdapat dalam
agensia bating adalah enzim proteolitik misalnya orophon, pankreas, dan juga
Lazimnya, enzim yang digunakan dalam proses bating ini yaitu agensia
enzim impor. Namun yang kita ketahui Indonesia terkenal dengan istilah Negara
agraris yang mana banyak menghasilkan sumber enzim proteolitik yang berasal
dari bahan nabati antara lain bromelin yang terkandung dalam buah nanas. Nanas
merupakan salah satu jenis buah yang diminati oleh masyarakat, nanas sendiri
memiliki bagian-bagian yang bersifat buangan antara lain adalah kulit yang
memilki tekstur yang tidak rata dan berduri kecil pada permukaan luarnya. Kulit
nanas sendiri sering kali dibuang karena hanya dianggap sebagai limbah, padahal
enzim bromelin juga terkandung dalam kulit nanas, hal ini sependapat dengan
terkandung pada daun, batang, kulit dan daging buah. Oleh sebab itu kulit nanas
nanas 45-50 ºC, dengan kisaran suhu 30-60 ºC enzim masih bisa bekerja dengan
baik dan pH optimum 6-7 (Susilawati et al., 2002). Selama proses bating,
enzim dan makin lama waktu bating maka reaksi enzimatis yang terjadi makin
besar pula dan hal tersebut akan mempengaruhi sifat kekuatan tarik dan
kemuluran kulit.
10
Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang mana berkaitan dengan
kekuatab tarik dan kemuluran kulit yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh
sahaya dkk dengan judul pengaruh penggunaan enzim papain sebagai bating pada
proses penyamakan fur kelinci terhadap kualitas fisik didapatkan kekuatan tarik
dengan kekuatan tarik sebesar 2311,30 N/cm² dan kemuluran kulit dengan
kambing peranakan etawa (PE) dan peranakan boor (PB) yang disamak krom
tersebut kulit kambing PE mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik daripada
kulit kambing PB dan untuk hasil kemuluran kulit didapatkan rata-rata kemuluran
persiapan penyamakan dengan gambir dan sifat kulit tersamak yang dihasilkan
11
Penelitian sumiadi dan bulkaini (2005) dengan judul penggunaan ekstrak
pancreas sapi , bromelin, papain pada suhu dan pH optimum sebagai agensia
bating dalam proses penyamakan kulit. dari penelitian tersebut didapatkan hasil
tinggi yaitu 345,08 kg/cm² , diikuti dengan ekstrak pankreas 335,62 kg/cm²,
ekstrak nanas 322,66 kg/cm² dan orophon dengan kekuatan tarik 312, 93 kg/cm²
sedangkan hasil untuk kemuluran kulit paling rendah dari ekstrak papaya yaitu
22,8% lebih rendah dari ekstrak nanas sebanyak 24,4% dan kemuluran kedua
“pengaruh level penggunaan ekstrak kulit nanas dalam proses bating terhadap
kekuatan tarik dan kemuluran kulit kambing bagian perut yang disamak krom”
Tujuan penelitian
penggunaan ekstrak kulit nanas terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit
12
Kegunaan penelitian
Hipotesis
terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit kambing bagian perut yang
disamak krom.
terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit kambing bagian perut yang
disamak krom.
13
TINJAUAN PUSTAKA
Histologi kulit
Pada dasarnya kulit terbagi atas tiga bagian yaitu: epidermis, dermis, dan
hypodermis. Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar dan juga paling
tipis, kurang lebih satu persen dari total tebal kulit. Epidermis berasal dari lapisan
ectoderm yang terdiri dari sel-sel epitel. Sel-sel epitel tumbuh menjadi lapisan
epitel dan dapat menjadi bulu atau rambut, dan kelenjar sevaceous. Lapisan
epidermis terdiri dari protein keratin yang sama dengan keratin pada kuku,
telapak dan teracak, kulit keras dan bulu. Pada lapisan ini tidak adanya pembuluh
darah, jadi zat-zat makanan didapatkan dari pembuluh darah yang berada di
Dermis (kulit bagian tengah) merupakan lapisan utama tenunan kulit yang
akan diubah menjadi kulit samak. lapisan dermis paling utama terdiri atas
jaringan penghubung dan banyak terdapat pembuluh darah, kelenjar, serabut otot
halus, sel-sel pigmen, sel-sel syaraf dan sel-sel lemak (Setiyowati, 2006).
Dermis sebagian besar terdiri atas serat-serat jaringan ikat padat yang
tersusun dari serabut kolagen, elastik, dan retikuler. Serabut-serabut ini yang
beragam, dari yang jaringan ikat longgar sampai jaringan ikat lemak. Lapisan ini
14
sebagian besar terdiri atas serabut kolagen dan elastis, dan juga mengandung sel-
sel lemak yang mana tergantung dari jumlah gizi dan lokasi kulit. Bila adanya
lemak yang merata, hypodermis akan membentuk bantal lemak yang disebut
panikulus adiposus, pada proses penyamakan kulit lapisan ini dibuang secara
Kulit kambing
hidup dan berkembang biak dengan baik di seluruh wilayah Indonesia. Dengan
15
daging yang baik dan juga menghasilkan kulit yang digunakan dalam industri
Kualitas kulit kambing tergantung dari jenis ternak, pakan dan kondisi
lingkungan. Kulit sendiri merupakan karkas yang paling tinggi nilainya diantara
yang lain dan merupakan bahan mentah yang akan diolah untuk memproduksi
kulit samak, kulit sendiri salah satu organ yang cukup berat, dimana berat kulit
Klasifikasi kambing
sebagai berikut:
Kingdom: Animals
Phylum: Chordate
Class: Mammalia
Order: Artiodactyla
Famili: Bovidae
Genus: Capra
16
Bagian-bagian kulit
seluruh kulit, memiliki jaringan kuat dan rapat, serta merata dan padat.
b) Daerah leher dan kepala, meliputi kira-kira 23% dari seluruh kulit. relatif
lebih tebal dari daerah krupon, dan jaringanya longgar serta kuat sekali.
c) Daerah perut, paha, dan ekor, meliputi kira-kira 22% dari seluruh luas kulit
Penyamakan
stabil dengan adanya perlakuan-perlakuan tertentu seperti aksi bakteri, zat kimia
17
kulit merupakan proses pengolahan kulit binatang yang melalui beberapa tahapan
proses sehingga kulit binatang yang masih utuh dirubah menjadi kulit yang siap
Industri penyamakan kulit industri yang mengolah kulit mentah (hides atau
penyamak. Pada proses penyamakan bagian kulit akan bereaksi dengan bahan
berbeda dengan kulit yang belum disamak (mentah) dalam hal organoleptis, fisis
kulit yang cepat rusak akibat mikroorganisme, kimia dan sebagainya. Dalam
industri penyamakan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamakan kulit: beam
18
Dalam industri penyamakan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamakan
dalam perendaman maka dapat dilakukan dengan cara: agar air tetap
19
d) Pembuangan kapur (deliming) bertujuan untuk menurunkan pH kulit,
disebabkan sisa kapur yang masuk masih terdapat pada kulit. proses
2) Proses penyamakan
kepadatan, dan warna kulit. proses ini terdiri dari netralisasi, pewarnaan,
20
Penyamakan krom
Bahan penyamak mineral yang paling sering digunakan diantara yang lain
yaitu krom. Hal ini dikarenakan atom-atom krom bervalensi 3 yang dapat
krom adalah kulit samak yang dihasilkan lebih lemas, tahan terhadap panas yang
tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi, dan pada proses pengecatan didapatkan
sulfat basa (Cr(SO₄OH) berkaitan dengan kolagen kulit dan membentuk ikatan
21
Bating
sendiri berperan dalam hasil kulit yang sudah jadi seperti halnya kekuatan tarik
dan kemuluran kulit yang memenuhi standar industri. Proses bating juga
rambut, pigmen, dan menghilangkan perasa kulit agar tidak mudah mengadakan
kontraksi dan menghilangkan lemak yang tidak dapat hilang sempurna pada
Pembuangan hal-hal di atas jika tidak sempurna, maka terjadi penetrasi zat
penyamak dan hasil penyamakan yang didapatkan juga tidak sempurna, oleh
sebab itu tingkat kelemasan kulit berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkatan
bating yang dilakukan, selain itu lama perendaman dan konsentrasi bating yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan “over bating” yang dapat dilihat dari turunya
bahan yang dapat digunakan sebagai agensi dalam proses bating seperti orophon,
Nanas
wilayah Indonesia. Tanaman ini sangat mudah tumbuh dengan baik di berbagai
22
Divisio spermatofita, subdivision Angiospermae, class Monocotyldonae, Genus
thianin, riboflavin, niacin, asam phantothenic, vitamin B-6, asam folat, kolin,
betaine, vitamin A, beta karoten, vitamin K, serotonin, asam folat, kolin, dan juga
dimanfaatkan, yaitu untuk bahan pangan, pakan, maupun bahan baku industri.
Misalnya:
1. Buah: buah nanas dapat dikonsumsi langsung maupun yang sudah dalam
produk olahan seperti: buah kalengan, manisan, selai jelly, sari buah dan
beberapa produk lainya. Enzim yang terkandung dalam buah nanas yaitu
pembungkus sosis.
2. Kulit buah: kulitnya dapat diolah menjadi sirup atau dimanfaatkan sebagai
3. Batang buah: batang buah dapat diambil tepungnya, kadar tepung yang
4. Daun: daunya dapat digunakan untuk membuat kertas dan tissue, filter rokok
papain yaitu enzim proteolitik yang mana fungsinya yaitu mendegradasi kolagen,
23
enzim ini disebut enzim bromelin. Enzim bromelin merupakan jenis enzim
proteolitik yang berasal dari nabati yang dapat diekstrak dari tanaman nanas,
enzim bromelin pada buah nanas terkandung pada daun, batang, kulit dan daging
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Kelas : Angiospermae
4. Ordo : Farinosae
5. Famili : Bromeliaciace
6. Genus : Ananas
24
Kulit nanas
Kulit nanas merupakan produk hasilolahan industry yang terdiri dari sisa
daging buah, kulit, dan kulit terluar. Jika kulit nanas tidak dimanfaatkan bisa
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat suatu padatan atau cairan
yang dapat larut dan senyawa tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein
dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
25
Enzim bromelin
Enzim bromelin adalah jenis enzim proteolitik yang berasal dari nabati
yang dapat diekstrak dari tanaman nanas dimana enzim ini mampu
penelitian menunjukan tiap 100 gram buah nanas terdapat 24-39% enzim
bromelin. Cara kerja enzim ini yaitu memutuskan ikatan peptide dan
semua bagian tumbuhan nanas, kurang lebih setengah dari protein yang terdapat
konsentrasi, dan waktu, buah yang matang biasanya memiliki pH 3,0-3,5 dan
banyak manfaat, salah satunya yang telah diaplikasikan dalam masyrakat seperti
pengempukan daging dibandikan dengan enzim papain yang diekstrak dari daun
persatuan luas penampang untuk menahan sejumlah beban sampai batas retak
26
dan putus. Kekuatan tarik kulit adalah uji fisik kulit yang merupakan suatu
indikator untuk mengetahui kualitas kulit. Semakin tinggi kekuatan tarik kulit
samak, maka semakin tinggi pula kualitas kulitnya. Rata-rata kekuatan tarik kulit
kambing yang disamak krom dengan menggunakan berbagai jenis agensia bating
pada tingkat dalam kulit dapat larut dalam jumlah banyak terutama protein dalam
merata dan keseluruh serabut kulit (serabut kolagen), sehingga serabut kulit dapat
tersamak secara merata dan dapat menyebabkan kulit mempunyai kekuatan tarik
kulit yaitu:
PB.
27
3. Kasim et al (2013) dengan judul penelitian karakterisasi kulit
Kemuluran kulit
sampai pada batas putusnya seberkas serabut kulit. Kemuluran kulit adalah uji
fisik kulit yang merupakan indikator kualitas kulit. Makin rendah kemuluran
sebagai bating agent pada proses penyamakan fur kelinci terhadap kualitas
28
fisik didapatkan kemuluran kulit dengan penggunaan enzim papain
kambing peranakan etawa (PE) dan peranakan boor (PB) yang disamak
kemuluran kulit paling rendah dari ekstrak papaya yaitu 22,8% lebih
rendah dari ekstrak nanas sebanyak 24,4% dan kemuluran kedua tertinggi
29
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
kisaran umur antara 1-1,5 tahun sebanyak 3 lembar kulit dipotong searah
Bahan penelitian
o Persentase Satu
No Bahan-bahan
s bahan an
s
1 L 10% dari berat Gra
Ca(OH)2
i kulit m
Air 500% dari berat Liter
30
kulit
5% dari berat Gra
Na2S
kulit m
m
Kaporit 0,5% dari berat Gra
in
kulit m
2 D (NH4)2S 0,5% dari berat Gra
g
el kulit m
150% dari berat
i Air Liter
kulit
m
0,5% dari berat Mili
in H2SO4 (1:10)
kulit liter
g
Table 1. Bahan-bahan penelitian
n nanas 30 en
Alat-alat penelitian
No Nama Me K K Kegunaan
alat rek a e
31
p p
a e
si k
ta a
s a
n
Timba Oh 2, - Untuk menimbang
ngan aus 8 kulit
Por k
tab g
le
Timba Oh 2 0, Untuk menimbang
ngan aus k 1 bahan- bahan
digital g gr
therm - 1 - Untuk mengukur
omet 5 suhu air
er 0°
C
Pisau - - Untuk
fleshi menghilangkan
ng bulu dan daging
yang masih
menempel setelah
proses
Pipet - - Untuk mengambil
tetes bahan kimia dalam
bentuk cairan
Jangk Mit 1 0, Untuk mengukur
a oto 5 0 panjang dan lebar
soron yo 0 1 sampel kulit samak
g m m
m m
32
Tabel 2. Alat-alat praktikum
33
ng sampel kulit
yang akan diuji
Barbe - - Sebagai beban saat
l dan uji
batu kekuatan tarik dan
kemuluran kulit
Pengg v- 3 Untuk mengukur
aris tec 0 kulit yang di uji
c
m
Sendo - - Untuk mengambil
k bahan-bahan kimia
Kekuatan tarik adalah besar gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik
kulit sampai putus yang dinyatakan dalam kg/cm². kekuatan tarik merupakan
salah satu parameter yang menjadi patokan terhadap kualitas kulit tersamak,
sampel uji kulit. Berdasarkan batasan tersebut kekuatan tarik dapat dihitung
B
KT = = kg/cm2
LXT
B = Beban (kg)
34
Gambar 6. Sample kulit (Hakim, 2014).
Kemuluran Kulit
sejumlah beban sampai pada batas putusnya seberkas serabut kulit (Samiadi &
Bulkaini, 2005).
panjang kulit yang ditarik sampai putus dan dinyatakan dalam persen. Persentase
P 2−P1
%K = x 100%
P1
P2 = panjang akhir
P1 = Panjang awal
Metode Penelitian
35
Penelitian ini bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil
minggu.
Pelaksanaan penelitian
Pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan
penelitian, tahap pendahuluan, tahapan penyamakan dan tahap akhir (uji sampel)
A. Persiapan penelitian
Pada tahapan ini peneliti menyiapkan masing-masing bahan dan alat yang
peneitian.
B. Proses pendahuluan
Pembuatan ekstrak kulit nanas dimulai dengan buah nanas yang dicuci
menempel pada kulit nanas, kemudian nanas dikupas menggunakan pisau dan
dipisahkan antara daging dan kulit, setelah itu kulit dipotong kecil-kecil dan
didapatkan ekstrak kulit nanas. Ekstrak kulit nanas dalam penelitian ini
36
ekstrak kulit nanas dalam 250 ml aquades dapat diketahui dengan cara
a. konsentrasi 0%
0 x
=
100 250 ml
0
x=
100
x=0 ml
b. konsentrasi 10%
10 x
=
100 250 ml
2500
x=
100
x=25 ml
c. Konsentrasi 20%
20 x
=
100 250 ml
37
100 x=20 x 250 ml
5000
x=
100
x=50 ml
d. Konsentrasi 30%
30 x
=
100 250 ml
7500
x=
100
x=75 ml
Buah Nanas
Dikupas
(Kulit Nanas)
Blender
Disaring
38
Ampas kulit Ekstrak Kulit Nanas
nanas
2. penimbangan kulit
3. pencucian kulit
menempel pada kulit, setelah kulit bersih dari kotoran dan darah yang
menempel kulit lalu ditiriskan pada kayu yang sedikit miring supaya airnya
cepat menetes.
1. Pengapuran (liming)
proses pengapuran dibuat larutan sesuai dengan perlakuan yaitu: Air 500%,
Na₂S 5%, Ca(OH)₂ 10%, Kaporit 0,5% dari berat kulit. kulit yang sudah
1 malam.
39
Setelah melalui proses liming kulit dibuang bulunya dan sisa daging
yang masih menempel. Kulit selanjutnya dicuci, pada proses ini dibuat
larutan sebanyak 150% Air, 0,5% (NH₄)₂ SO₄ dari berat kulit. dalam larutan
demi sedikit H₂SO₄ yang telah diencerkan dengan air sebagai perbandingan
(1:10) sebanyak 0,5% dari berat kulit, larutan tersebut dituangkan sedikit
dilakukan selama 1 jam proses ini dikatakan selesai apabila irisan penampang
sudah melalui proses pengapuran dengan cara: enam lembar kulit diambil
secara acak dengan tingkat presentase dan perlakuan yang berbeda yaitu
dibuat larutan ekstrak kulit nanas. Konsentrasi ekstrak kulit nanas yang
digunakan yaitu 0%, 10%, 20% dan 30%. Pada proses bating dibuat larutan
yang terdiri dari air yang telah dipanaskan pada suhu 38°C sebanyak 300%
dari berat kulit. Proses ini dikatakan selesai apabila kulit ditekan dengan ibu
jari sulit kembali, kulit dibuat gelembung lalu apabila ditekan mudah kempes
3. Pengasaman (Pickling)
40
Dalam proses ini dibuat larutan NaCl sebanyak 10% dan air 100% dari
berat kulit serta 1% H₂SO₄ (1:10) yang telah diencerkan. Kekentalan larutan
dengan kulit yang diremas selama 1 jam dan direndam satu malam.
4. penyamakan (taming)
penyamak krom. cairan bekas pickling dapat digunakan kembali pada proses
selama 1 jam.
kulit .proses boiling sendiri dilakukan dengan pemotongan kulit bagian tepi
41
dan diukur luasnya (X cm² sebelum direbus). Setelah itu potongan kulit
dimasukan kedalam air rebusan pada suhu 50° C dan mengalami perubahan
sampai dengan suhu 100° C (selama 3-5 menit). Potongan kulit diangkat dan
kulit dilakukan uji rebus lagi. Setelah penyamakan cukup masak, kulit
6. Sample uji
Sampel uji ini dilakukan setelah proses penyamakan selesai, yang diuji
adalah kekuatan tarik dan kemuluran kulit. Sampel uji ini diambil pada
bagian perut.
Keterangan: K= Kropon
L= Leher
42
P= Perut
penimbangan Bating
Ekstrak kulit nanas 0%, 10%, 20% dan
30%, air panas 38°c sebanyak
300%, tes indikator pp
Pencucian
15 menit, ditiriskan
pada bidang miring Pengasaman
43 Nacl 10%, H₂SO₄ 1%, diremas 10
menit, asam sulfat diencerkan 10
kali, remas 1 jam, rendam 1
malam
Liming
Air 500%, Na₂S 5%, Ca(OH)₂
10%, Kaporit 0,5%, kulit
diremas selama 1 jam, Penyamakan
direndam 1 malam Penambahan cromosal b pada air bekas
picling diremas 1 jam, naco₃ 1%
remas 1 jam
Uji rebus
Buang daging Air mendidih 50°-100°c (3-5 menit),
Na₂CO₃ 0,1% remas 1 jam, di angin-
Cuci 15 menit, Air 150%,
anginkan
(NH₄)₂ SO₄ 0,5%,
remas selama 1 jam,
tes dengan indikator
pp Pengujian
Kulit yang sudah tersamak dan dipotong sesuai dengan ukuran mal kulit
44
tester) lalu diberi beban sampai kulit retak dan putus, yang diambil pada kulit
Rancangan penelitian
Lengkap (RAL) dan empat perlakuan yaitu penggunaan level ekstrak kulit nanas
yang berbeda (P0), 0% (P1), 10% dan (P3), 20% dan P4 (30%). P0 (0%)
digunakan sebagai control yang mana artinya sebagai pembanding, kulit kambing
tidak diberi ekstrak kulit nanas. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat
kali pengulangan.
45
Variable yang diamati meliputi kekuatan tarik dan kemuluran kulit kambing
bagian peurt dengan pengaruh level ekstrak kulit nanas yang berbeda. Rancanga
Perlakuan (P)
Ulangan
0% (P0) 10%(P2) 20%(P3) 30%(P4)
1 P0.1 P2.1 P31 P41
2 P0.2 P2.2 P32 P42
3 P0.3 P23 P33 P43
4 P0.4 P24 P34 P44
Jumlah
rata-rata
%
SD
Keterangan:
P = Perlakuan
SD = Standar deviasi
Analisis Data
terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit kambing yang disamak krom,
46
DAFTAR PUSTAKA
Audies, annisa. 2015. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Nanas (Ananas
comocus. L) Terhadap Pertumbuhan Sterptococus Mutans Penyebab Karies
Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas, Padang, P 30
.
Husniah, imratul. 2020. Uji Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Kulit Nanas Madu
(Ananas comasus L. Merr.) Terhadap Methicillin Resistance Staphylococcus
aureus. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran,
Bandarlampung, P 48
Hakim, S. 2014. Perbedaan Penggunaan Papain Powder Dengan Getah Buah Papaya
Terhadap Kekuatan Tarik Dan Ketebalan Kulit Kambing Yang Disamak
Krom. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Mataram, P 13-20
Kasim, A., Hazli N., dan Sri M. 2012. Aplikasi Gambir Sebagai Bahan Penyamak
Kulit Melalui Penerapan Penyamakan Kombinasi. Jurnal Litbang Industri.
Vol 2 No. 2 Hal 59
.
Kurniawati W. A. 2019. Uji Efektifitas Enzim Bromelin Ekstrak Buah Nanas
(Ananas Comusus L.Merr) Berbasis Sediaan Gel Terhadap Degradasi Dentin
47
Menggunakan Scanning Electron Microcope (SEM). Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember, P 25.
kwartiningsih, E., Ln. Nuning S. M. 2005. Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi
Vinegar.Ekuilibrium Vol. 4 No.1 Hal: 8-12.
Lutfie, M., Whidiati, E. R., dan Kasmin, N. 1993. Penelitian Jumlah Penggunaan
Bating Agent Pada Penyamakan Kulit Sarung Tangan ( Fashion Glove) Dari
Kulit Kelinci. Vol. IX No. 16 Hal. 4.
Muin, N. A. 2014. Pengaruh Perbedaan Bagian Kulit Dan Lama Perendaman Dalam
Larutan Asam Cuka (CH₃COOH) Terhadap Kualitas Kerupuk Kulit Kerbau.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin, Makasar, P 8-9.
Mustakim, A., S. W. Umam, K., dan Umaya, L. 2017. Pengaruh Presentase Kuning
Telur Itik Dan Asam Formiat Dalam Proses Peminyakan Terhadap Kekuatan
Fisik Kulit Ayam Pedaging Samak Khrom. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak, Vol.2 No. 1 Hal 29-38.
Prihandoko, A. 2009. Sifat Fisik Kulit Samak Khrom Domba Ekor Gemuk Dan
Domba Ekor Tipis Awet Garam. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. P 7, 10
Purba, J. 2014. Penentuan Konsentrasi Krom Dan Gambir Pada Penyamakan Kulit
Ikan Tuna (Thunnus albacore). Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Institute
Pertanian Bogor, Bogor, p 15.
Rini, S. A. Anggy. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Nanas (Ananas Comosus
L. Merr.) Untuk Sediaan Gel Hand Sanitizier Sebagai Antibakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Fakultas Matemitakia
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Semarang. P 21
Samiadi dan Bulkaini, 2005. Penggunaan Ekstrak Pancreas Sapi, Bromelin, Papain
Pada Suhu Dan Ph Optimum Sebagai Agensia Bating Dalam Proses
Penyamakan Kulit. Buletin Peternakan Vol. 29 (1).
48
Setiawan, A., Putut H. R., dan Sumardianto. 2015. Pengaruh Penggunaan Gambir
(Uncaria Gambier) Sebagai Bahan Penyamak Pada Proses Penyamakan Kulit
Terhadap Kualitas Fisik Kulit Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol. 4, No. 2, Hal. 124-132.
Susilawati, Titik P. W., Sri, S. dan Susila R. J. 2002. Pengaruh Ekstrak Nanas
(Ananas Comosus) Sebagai Agensia Bating Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Suhu Kerut Kulit Kelinci Lokal Samak Nabati, Majalah Barang Kulit Karet
Dan Plastik, Vol.XVIII No.1, Hal 2.
Tunnisa, R. 2013. Keragaman Gen IGF-1 Pada Pada Populasi Kambing Kacang Di
Kabupaten Jeneponto. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makasar. Makasar. P 25
49
LAMPIRAN
50
51