Anda di halaman 1dari 44

a

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN(PKL)
UPT. PENGUJIAN MUTU PENGEMBANGAN PRODUK
KELAUTAN PERIKANAN SURABAYA

Oleh:
Vivin Sucik Agustin (NIS: 1880/369.107), dkk.

KOMPETENSI KEAHLIAN
AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN PUGER JEMBER
2021

i
ii
i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Uji Laboratorium Di UPT PMP2KP, Surabaya
Tanggal : 30 November 2020 s.d. 28 Desember 2020
Oleh : 1. Adam Andreano (1856/345.107)
2. Ayunda Mardiana Putri (1859/348.107)
3. Dewi Prasinta (1860/349.107)
4. Erniatul Wakhidah (1862/351.107)
5. Irma Yuniarti (1864/353.107)
6. Isnaini Dinda Puspita (1865/354.107)
7. Mohammad Yusuf (1867/356.107)
8. Muchamad Yusril Irza Mahendra (1868/357.107)
9. Muhyida Fatih Kamila (1869/358.107)
10.Nurmalia Arimada (1872/361.107)
11.Siti Anisa (1877/366.107)
12.Vivin Sucik Agustin (1880/369.107)
Telah diperiksa dan disahkan pada
Hari, Tanggal :
Tempat : SMK Perikanan dan Kelautan Puger

Mengesahkan
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Tomi agustian, S.Pi Dian Wardani Nafisah, Spd

Pimpinan UPT PMP2KP Ketua Komli APHPi

i
Tanoto Herlambang, S.Pi,MMA Khoirun Nisa’, S.Pi

Mengetahui,
Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger

Drs. H. Kuntjoro Basuki, M.Si.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Laporan Praktik
Kerja Industri (PKL) di UPT PMP2KP, Surabaya dapat terselesaikan dengan
baik.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
ikut membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:

1. Drs. H. Kuntjoro Basuki, M.Si. selaku Kepala SMK Perikanan dan Kelautan
Puger;

2. Tanoto Herlambang, S.Pi,MMA, selaku pimpinanUPT PMP2KP Surabaya;

3. Khoirun Nisa’, S.Pi , selaku Ketua Komli APHPi

4. Tomi Agustian, S.Pi, selaku pembimbing1

5. Dian Wardani Nafisah, S.Pd, selaku pembimbing 2

6. Orang tua kami dan,

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua.

Jember, Februari 2021

Penyusun

iii
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................... 3
1.3 Manfaat........................................................................................ 3
BAB 2. PROFIL UPT PMP2KP................................................................... 4
2.1 Profil UPT PMP2KP................................................................. 4
2.2 Visi dan Misi................................................................................ 4
2.3 Sejarah UPT PMP2KP............................................................... 5
2.4 Struktur Organisasi.................................................................... 6
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8
3.1 Tata Usaha................................................................................... 8
3.2 Pengujian Mutu.......................................................................... 8
3.2.1 Uji Organoleptik......................................................... 9
3.2.2 Uji Kimia..................................................................... 10
3.2.3 Uji Mikrobiologi......................................................... 14
3.3 Pengembangan Produk.............................................................. 16
3.3.1 Pengertian Pengembangan Produk.......................... 16
3.3.2 Tujuan Pengembangan Produk................................ 16
BAB 4. URAIAN KEGIATAN................................................................ 17
4.1 Tabel Kegiatan PKL................................................................... 17
4.2 Uraian Kegiatan PKL................................................................ 17
4.2.1 Uji Organoleptik......................................................... 17
4.2.2 Uji Kimia..................................................................... 18
4.2.3 Mikrobiologi............................................................... 19

iv
BAB 5. PEMBAHASAN MASALAH..................................................... 26
5.1 Permasalahan.............................................................................. 26
5.2 Usulan Permasalahan................................................................. 26
BAB 6. PENUTUP.................................................................................... 27
6.1 Kesimpulan.................................................................................. 27
6.2 Saran............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Denah Lokasi UPT PMP2KP, Surabaya................................. 4
Gambar 3.1 Uji Logam Berat...................................................................... 12
Gambar 3.2 Uji Histamin............................................................................. 13
Gambar 3.3 Uji Formalin............................................................................. 14
Gambar 3.4 Media Kultur Bakteri Salmonella............................................ 15
Gambar 3.5 Uji Bakteri Salmonella............................................................ 15
Gambar 3.6 Uji Bakteri Escherichia coli .................................................... 15
Gambar 3.7 Produk...................................................................................... 16
Gambar 3.8 Membuat Laporan GMP.......................................................... 16

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kegiatan PKL.............................................................................. 17

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumen Kegiatan......................................................... 29

viii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi perdagangan hasil perikanan sudah mulai meluas dan


kehadirannya tidak dapat dihindarkan. Untuk dapat memanfaatkan
kesempatan yang timbul akibat globalisasi perdagangan ini, produk yang
dihasilkan oleh industri perikanan di Indonesia harus dapat memenuhi
keinginan konsumen, baik itu dari segi kuantitas maupun kualitas. Konsumen
telah menyadari bahwa mutu, khususnya keamanan pangan hasil perikanan
tidak dapat dijamin hanya dengan hasil uji produk akhir. Produk yang aman
dikonsumsi diperoleh dari bahan baku yang baik, ditangani, diolah dan
didistribusikan dengan baik sehingga pada akhirnya dihasilkan produk yang
baik.

Provinsi Jawa Timur memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar
baik dari hulu ke hilir. Pada sisi pasca panen yaitu bidang pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan diusahakan oleh Unit Pengolahan Ikan baik skala
besar maupun skala kecil (UMKM). Banyaknya pelaku usaha perikanan dan
beragam produk yang dihasilkannya harus dapat diawasi oleh pemerintah
sebagai bentuk perlindungan konsumen khususnya konsumen domestik. Salah
satu bentuk perlindungan konsumen adalah memberikan jaminan bahwa
produk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam standard dan dokumen
normative lainnya, dalam hal ini adalah Standar nasional Indonesia (SNI).
Produk domestik yang ber SNI akan meningkatkan daya saing produk lokal
sehingga tidak kalah digempur oleh produk impor dalam era pasar bebas ini.

Sejalan dengan peningkatan SDM yang berkualitas dan perkembangan


ekspor perikanan juga diwarnai dengan semakin ketatnya persaingan akses
akses produk luar negri untuk menyerbu pasar dalam negri dan untuk
menjamin terselenggaranya pengolahan hasil perikanan secara optimal dan
berkelanjutan perlu ditingkatkan upaya pengawasan dan pengendalian hasil
perikanan, jadi dalam hal ini jaminan mutu pangan hasil perikanan adalah hal

1
yang sangat penting bagi konsumen dalam negeri maupun pasar ekspor untuk
meningkatkan jaminan mutu dan keamanannya. Maka harus adanya unit
pelaksanaan teknis jaminan mutu seperti di UPT.PMP2KP Surabaya yang
berperan penting untuk kegiatan ekspor dengan menerbitkan jaminan mutu
berupa Health Certificate (HC) dan Standart Nasional Indonesia (SNI) yang
berdasarkan monitoring dan pengujian mutu terhadap hasil perikanan.

Sumber daya manusia dibidang perikanan yang berkualitas dirasa perlu


untuk kepentingan pembangunan bangsa dan negara, karena persaingan tajam
akibat pesatnya perkembangan teknologi. Untuk menghasilkan manusia
berkualitas di perlukan pendidikan yang berkualitas, yakni pendidikan yang
secara nyata, berperan dalam membentuk peserta didik yang inovatif,
produktif dan berpengalaman harus ada keterpaduan antara sistem pendidikan
yang ada dengan keadaan yang obyektif dunia usaha, agar sekolah dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keahlian
sesuai perkembangan dunia kerja yang diperoleh melalui kegiatan kerja
langsung yang terarah untuk mencapai tingkat keahlian professional tertentu.
Usaha itu diwujudkan dalam bentuk Praktek Kerja lapangan (PKL).

Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan bagian integral dari proses


belajar mengajar disekolah menengah kejuruan. PKL merupakan suatu
program pembelajaran yang dilaksanakan langsung didunia usaha dan dunia
industri. Hal tersebut dilaksanakan guna memberikan pengejawentahan
kepada peserta didik untuk mengenal lebih dalam tentang keahlian yang dia
pelajarkan disekolah serta aplikasinya secara langsung didunia usaha dan
industri.

UPT Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan


(PMP2KP) Surabaya adalah Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) Hasil
Perikanan di Lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur
yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
Nomor LSPr-056-IDN tanggal 24 Mei 2017.

1.2 Tujuan

2
Tujuan dan manfaat dilaksanakannya praktik kerja lapangan (PKL) di
UPT PMP2KP sebagai berikut:

1. Mengetahui manajemen laboratorium yang diterapkan di UPT PMP2KP


Surabaya.

2. Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sesuai dengan


tuntutan zaman di era Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin
maju.

3. Memberi bekal serta gambaran kepada siswa seperti apa bekerja itu.

1.3 Manfaat

1. Memberikan pengalaman belajar dan ketrampilan kepada siswa dalam


merencanakan, mempersiapkan pengambilan sampel dan melakukan
pemeriksaan.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik secara baik secara teori
maupun praktek.

3. Menambah pengetahuan terkait manajemen laboratorium,mendapatkan


gambaran umum tentang dunia kerja, dan melatih mahasiswa untuk
bekerja mandiri dilapangan.

4. Memberikan motivasi dalam diri siswa agar menunjukkan dirinya mampu


melakukan pekerjaan sesuai bidangnya.

5. Siswa dapat langsung terjun lapang untuk mengaplikasikan materi yang


sudah didapat selama di sekolah.

3
BAB 2. PROFIL UPT PMP2KP

2.1 Profil UPT PMP2KP

UPT.PMP2KP Surabaya merupakan salah satu Laboratorium Penguji residu


antibiotik yang ditunjuk sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya Nomor : 27/KEP-DJPB/2019 tentang Laboratorium Acuan
dan Laboratorium Penguji Pelaksanaan Rencana Monitoriung Residu Nasional
Tahun 2019, tugas laboratorium penguji UPT. PMP2KP Surabaya adalah menguji
contoh RMRN dengan parameter uji golongan A6 (Kloramfenikol, metabolit
Nitrofuran-AOZ-AMOZ-AHD-SEM dan Dimetridazole), golongan B1
(Tetrasiklin dan turunannya, Sulfadiasin dan Enrofloxacine-Fluoroquinolon) dan
golongan B3c (Logam berat Hg, Pb, Cd).

UPT.PMP2KP Surabaya terletak di  Jl. Pagesangan II No.58B, Pagesangan,


Kec. Jambangan, Kota SBY, Jawa Timur 60233

Gambar 2.1 Denah Lokasi UPT.PMP2KP, Surabaya

2.2 Visi dan Misi

UPT PMP2KP Surabaya adalah UPT Pengujian Mutu dan Pengembangan


Produk Kelautan dan Perikanan yang diberi amanat serta sebagai Laboratorium
Pengujian Mutu (LPM) hasil perikanan, yang merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur Institusi ini

4
tidak mungkin berfungsi tanpa adanya visi dan misi yang cukup jelas dan suatau
strategi untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Maka dari itu Laboratorium ini
mempunyai suatu visi, misi dan juga strateginya sebagai berikut:
1. VISI: Menjadi penguji laboratorium yang terkemuka.
2. MISI: Mengembangkan pengujian mutu dan inspeksi yang terpecaya akurat
dan profesional dalam memberikan pelayanan.

2.3 Sejarah UPT PMP2KP

Sejarah berdirinya Unit Pelaksana Teknis Pengujian Mutu dan


Pengembangan Produk Kelautan Dan Perikanan (UPT PMP2KP) Surabaya
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Jawa Timur. UPT PMP2KP Surabaya berdasarkan bentuk
berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 31 / KPTS / um / 1 / 1975dan 32 / V / Kab / B.11 / 75
tanggal 28 Januari 1975 tentang pembinaan mutu hasil perikanan terbaru
pelaksanaannya.

Awal mula berdiri, UPT PMP2KP yang bernama Balai Laboratorium


Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BLPMHP) Surabaya, kemudian berganti lagi
menjadi UPT. LPPMHP Surabaya dengan menambah kata Pengendalian Mutu
yang juga menambah ruang lingkup sebagai Pengendali Mutu dengan pelaksana
Surveilan ke UPI lingkup Jawa Timur, kemudian pada September 2014 berganti
lagi menjadi UPT PPMHP Surabaya dengan menghilangkan unsur laboratorium,
hal itu menandakan lebih luasnya cakupan dan tidak berwenang hanya
Laboratorium Penguji dan Pengendali Mutu, juga sebagai Lembaga Pembina Unit
Pengolahan Ikan (UPI) yang terkenal di Jawa Timur.

Tugas pokok BLPMHP pada saat itu adalah melaksanakan tugas dari
Departemen Kesehatan di bidang pengawasan makanan yang berasal dari produk
pertanian utama komoditi perikanan.Pada tahun 1977, UPT. BLPMHP Surabaya
dilimpahkan kepada pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemerintah Provinsi
Daerah Tingkat 1 Jawa Timur) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 47 / Mentan / 1997 tanggal 25 Januari 1997 tentang
pelimpahan pengolahan dan pemanfaatan BLPMHP. Berdasarkan pelimpahan

5
kewenangan untuk pengolahan dan pemanfaatan tersebut, Pemerintah Provinsi
Jawa Timur menindaklanjuti dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Jawa Timur No. 48 tahun 2001, tanggal 14 Desember 2001 tentang tugas dan
fungsi UPT. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.Karena kapasitas
UPT.BLPMHP Surabaya yang pada saat itu berdomisili di Perak Timur 320,
Surabaya yang kurang memadai (1200 M) sehingga di pindah ke Jalan
Pagesangan II No.58 B (4200 M) berkat dukungan APBD maupun APBN.
Dengan kepindahan BLPMHP Surabaya ke Kecamatan Pagesangan juga lebih
memudahkan Unit Pengolahan Ikan (UPI) dalam proses pengurusan sertifikat
karena lebih dekat dengan akses jalan Tol dan juga lebih dekat dengan Terminal
Bus. Dalam perjalanannya UPT, PMP2KP Surabaya telah berganti kepemimpinan
sekitar 9 kali mulai Dhana Saputra (1982), Ir. Haryoto (1983), Ir. Harianto (1985),
Ir. Totok Sudarto, MM. (1993), Ir. Hadi Sulistiono, MM. (2003), Fatchur
Rohman, Ap.i, MM. (2006), Ir. Fatkhur Rozaq, M.Si. (2009), Ir. Kurnia Setia
Meita, MM. (2014).dan Anwar Sobari, A.Pi, MMA. (2017- sekarang)

2.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPT Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu


Hasil Perikanan Surabaya disusun oleh pemerintah berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 131 Tahun 2008 Terdiri dari:

1. Kepala UPT : Kepala UPT bertanggung jawab kepada kepala Dinas


Perikanan dan Kelautan Profinsi Jawa Timur dan tugas pokok dari kepala
UPT adalah memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengendalikan pengujian mutu hasil perikanan, ketatausahaan dan
pelayanan masyarakat.

2. Sub bagian tata usaha: Sub bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala
Sub bagian tata usaha, dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
kepada kepala UPT Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan. Tugas pokok yang dimiliki oleh sub bagian tata usaha yaitu
melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah, kehumasan dan
kearsipan, melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian,
melaksanakan admministrasi keuangan, melaksanakan pengelolaan

6
perlengkapan dan perlatan kantor, melaksanakan proses penerbitan
sertifikat mutu (ekspor atau non ekspor), melaksanakan fungsi manajemen
umum sesuai sistem mutu, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh kepala UPT.

3. Sub bagian pengujian: Sub bagian pengujian dipimpin oleh seorang kepala
Sub bagian pengujian, dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
kepada kepala UPT Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan. Tugas pokok dari sub bagian pengujian yaitu menyusun
perencanaan kegiatan pengujian mutu hasil perikanan, menyusun
perencanaan kebutuhan perangkat kerasdan lunak pengujian mutu hasil
perikanan, melakukan pengujian mutu hasil perikanan secara
mikrrobiologi, organoleptik dan kimia, melakukan perawatan sarana
prasarana pengujian, membuat evaluasi dan laporan pelaksanaan kegiatan
pengujian, melaksanakan fungsi manajemen teknis sebagai laboratorium
terakreditasi, dan melaksanakan tugas-tugas lain dari kepala UPT.

4. Sub bagian pengendalian mutu : Sub bagian pengendalian mutu dipimpin


oleh seorang kepala Sub bagian pengendalian, menjalankan tugasnya
bertanggung jawab kepada kepala UPT Laboratorium Pengendalian dan
Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Tugas pokok dari sub bagian
pengendalian mutu yaitu melakukan pengendalian mutu pada sentra-sentra
produksi hasil perikanan, melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala setiap tahapan proses produksi di unit pengolahan hasil perikanan,
melaksanakan monitoring terhadap pemakaian obat, bahan kimia dan
bahan biologi pada unit pengolahan, menyebar luaskan hasil kaji terap
teknologi pengolahan hasil perikanan, kelaksanakan kegiatan pengambilan
contoh pengujian, dan dan melaksanakan tugas-tugas lain dari kepala
UPT. Susunan Organisasi di UPT LPPMHP terbagi menjadi 4 bagian
dapat dilihat pada gambar berikut

7
8
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tata Usaha

3.1.1 Pengertian Tata Usaha

Tata usaha adalah penyelenggaraan kegiatan administrasi, yakni


urusan tulis menulis (termasuk hal keuangan dan sebagainya) dalam sebuah
perusahaan, organisasi dan juga negara. Pada hakikatnya administrasi tata
usaha adalah kegiatan melakukan pencatatan untuk segala sesuatu yang terjadi
dalam suatu organisasi untuk digunakan sebagai bahan keterangan bagi
pimpinan. Adanya tata usaha sangat diperlukan di organisasi kantor. Karena
tata usaha merupakan bagian yang penting di organisasi kantor demi
menunjang kelancaran dan terpenuhinya tujuan kantor.

3.1.2 Proses Administrasi Ketatausahaan

1) Tugas Pokok Urusan Administrasi Ketatausahaan

Melaksanakan administrasi laboratorium,bertanggung jawab


kepadakepala tata usaha dengan rincian tugas sebagai berikut:

1. Mencatat barang-barang laboratorium

2. Menyediakan buku penggunaan barang lab

3. Membuat daftar penggunaan laboratorium

4. Melayani kebutuhan alat-alat praktikum

5. Menata, menjaga, dan merawat alat-alat lab

6. Membuat daftar laporan keadaan dan mutasi alat-alat

7. Membuat daftar kebutuhan bahan praktikum

3.2 Pengujian Mutu

Uji mutu  adalah  pengujian  laboratorium yang dilakukan untuk


membuktikan mutu obat selalu konsisten memenuhi standar dan persyaratan.
Beberapa uji mutu pangan:

9
3.2.1 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada


proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda
karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda
tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat
indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan
karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi
subyektif.Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap
disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif.Disebut penilaian
subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh
pelaku atau yang melakukan pengukuran.

Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah pengukuran atau


penilaian suatu dengan menggunakan alat ukur dan disebut penilaian atau
pengukuran instrumental atau pengukuran obyektif. Pengukuran obyektif
hasilnya sangat ditentukan oleh kondisi obyek atau sesuatu yang diukur.
Demikian pula karena pengukuran atau penilaian dilakukan dengan
memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau organ tubuh
(indra), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau penilaian
subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian indrawi. Yang diukur atau
dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa kesadaran
seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik.

Rangsangan yang dapat diindra bersifat mekanis (tekanan, tusukan),


bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna) , sifat kimia (bau, aroma, rasa).
Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran
prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada
susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan.

Mekanisme pengindraan secara singkat adalah:

10
1. Penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada
indra.

2. Terjadi reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia.

3. Perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impluse) pada sel


syaraf

4. Penghantaran energi listrik (impluse) melalui urat syaraf menuju ke


syaraf pusat otak atau sumsum belakang.

5. Terjadi interpretasi psikologis dalam syaraf pusat.

6. Hasilnya berupa kesadaran atau kesan psikologis.

Bagian organ tubuh yang berperan dalam pengindraan adalah mata,


telinga, indra pencicip, indra pembau dan indra perabaan atau sentuhan.
Kemampuan alat indra memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis
atau dibedakan berdasarkan jenis kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan,
lama kesan dan kesan hedonik.

Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan


kemampuan alat indra memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi (detection), mengenali
(recognition), membedakan (discrimination), membandingkan (scalling), dan
kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik). Perbedaan
kemampuan tersebut tidak begitu jelas pada panelis. Sangat sulit untuk
dinyatakan bahwa satu kemampuan sensori lebih penting dan lebih sulit untuk
dipelajari. Karena untuk setiap jenis sensori memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda-beda, dari yang paling mudah hingga sulit atau dari yang paling
sederhana sampai yang komplek (rumit).

3.2.2 Uji Kimia

Salah satu penentuan kualitas bahan makanan dan kaitannya dengan


kebutuhan obyektif teknologi pengolahan maupun nilai gizi dapat dilakukan
melalui analisis kadar makronutrien dan mikronutrien. Analisis makronutrien
dapat dilakukan dengan analisis proksimat, yaitu merupakan analisis kasar

11
yang meliputi kadar abu totsal, air total, lemak total, protein total dan
karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada
kandungan provitamin A. Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia
dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai
metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi,
kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotomeri sinar
tampak. Pada penilitian ini penetapan kadar melalui analisis secara
spektrofotomeri sinar tampak ( Sudarmadjiet al., 1996: Winarno,1997)

Adapun beberapa pengujian kimia yaitu sebagai berikut:

1. Kadar Air dan Kadar Abu

Kandungan abu yang berwarna abu-abu merupakan hasil


pembakaran sempurna yang menggunakan suhu pembakaran 550-600
derajat celcius. Penentuan kadar abu melebihi suhu tersebut bisa
mengakibatkan hilangnya kandungan alkali dan akrbon dioksida dari
senyawa karbonat (Nugraha,1997).

Kadar air dan kadar abu menjadi faktor yang penting untuk
menentukan baik tidaknya proses pengasinan maupun pengawetan yang
dilakukan. Pada proses pengabuan menggunakan prinsip pengabuan
langsung yaitu sampel dioksidasi menggunakan suhu tinggi sehingga
sekian tertinggal sampai pembakaran ditimbang (Mohammad, 2004).
Proses pengabuan dilakukan menggunakan alat furnace dengan dua
tahap yaitu pemanasan pada suhu 300 derajat celcius. Selanjutnya
pemanasan pada suhu bertahap hingga 600 derajat celcius selama 3
jam.

Penentuan kadar air sangat penting dilakukan yaitu menggunakan


metode oven yang menggunakan prinsip perhitungan selisih bobot
sampel sebelum dan sesudah pembakaran sampai beratnya konstan.

2. Logam Berat

Logam berat misalnya kadmium (Cd), merkuri (Hg), timbal (Pb),

12
dan tembaga (Cu) merupakan salah satu bahan pencemar "serius" oleh
karena sifat toksik yang dimiliki dengan kecenderungan untuk masuk
ke dalam sistem rantai makanan (food chain) dan kemampuan untuk
tetap berada (residencetime) dalam suatu lingkungan untuk waktu yang
lama. Istilah logam berat terdapat beberapa variasi, namun secara
umum disepakati bahwa penggunaan istilah 'logam berat' (heavy
metals) terkait erat dengan konotasi toksisitas yang dimilikinya (Ansari
et al, 2004).

Gambar 3.1 Uji Logam Berat

3. Histamin

Berbagai metode pengujian yang ada untuk penentuan kadar


histamin pada ikan, termasuk metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) telah diusulkan setelah ekstraksi amina langkah derivatisasi
diperlukan, dapat dilakukan sebelum atau sesudah pemisahan kolom,
derivatif utama yang digunakan adalah ophthaldialdehyde(OPA), dansil
klorida, dan benzoil lorida. Metode derivatisasidengan agen fluorogenik
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu memerlukan pemisa amina
sebelum derivatisasi karena derivatif fluorogenik yang tidak
selektif.Oleh karena itu, reagen asil klorida, seperti tosyl-dansil, atau
benzoil klorida, lebih disukai untuk derivatisasi amina biogenik. Di
antara reagen ini, benzoil klorida memiliki keuntungan, karena
derivatisasi dan waktu elusi yang pendek, struktur kimia yang
sederhana, dan relatif murah (Ozdestan, dkk., 2009)

13
Metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) juga dapat
dikembangkan untuk pengukuran histamin dalam makanan.Prinsipnya
berdasarkan kompetisi antara antigen yang terdapat dalam sampel
dengan enzim berlabel kemudian enzin antigen bersaing dengan
binding-siteantibodi yang dilapisi ke dalam well.Setelah inkubasi, well
dicuci untuk menghentikan reaksi kompetisi.Setelah substrat bereaksi,
intensitas warna diukur dimana intensitasnya berbanding terbalik
dengan jumlah antigen dalam sampel. Hasil dapat ditentukan langsung
menggunakan kurva kalibrasi standar (Muscarella, dkk., 2005).

Gambar 3.2 Uji Histamin

4. Formalin

Larutan formalin mempunyai sifat tidak berwarna seperti air, sedikit


asam, baunya sangan menusuk dan korosif, terurai jika dipanaskan dan
melepaskan asam formiat. Biasanya metode yang digunakan untuk
mendeteksi formalin adalah dengan mengambil sampel makanan dan
dicelupkan kedalam larutan senyawa kemosensor.

Kemosensor dapat mengalami perubahan warna pendaran yang


dapat diamati secara fluoresensi. Penggunaan metode ini dapat
dipergunakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

14
Gambar 3.3 Uji Formalin

3.2.3 Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologis adalah salah satu pengujian yang menggunakan


perubahan sifat mikroba terhadap lingkungan sebagai tolak ukurnya.
Pengujian ini dilakukan karena pada umumnya makanan dan minuman dibuat
oleh industri secara besar-besaran. Sediaan ini memakan waktu yang cukup
lama, baik dalam penyimpanan maupun dalam peredarannya. Sehingga
dengan demikian akan dapat memberikan kemungkinan timbulnya beberapa
mikroba tertentu di dalamnya.

Uji mikrobiologis terbagi menjadi 2, yaitu uji kualitatif dan uji


kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui jenis
mikroorganisme yang ada di dalam sediaan tersebut, sedangkan uji kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah mikroorganisme yang terdapat
dalam sediaan tersebut.

Menurut Hobbs (1977) terdapat beberapa tipe bakteri yang


diketahui menyebabkan keracunan pangan:

 Jenis bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi apabila tertelan


bersama pangan, misalnya: Salmonella, Escherichia coli dan Vibrio;

 Jenis bakteri yang hidup dan melepaskan racun di dalam intestin,


misalnya: Clostridium welchii;

 Jenis bakteri yang tumbuh dan berkembang biak di dalam bahan


pangan dan menghasilkan racun, sebelum pangan tersebut dimakan,

15
misalnya

 Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum dan Bacillius cereus;

 Jenis organisme patogen yang menggunakan bahan pangan sebagai


carrier, misalnya: Shigella, Brucella dan golongan virus.

Gambar 3.4 Media Kultur Bakteri Salmonella

Gambar 3.5 Uji Bakteri Salmonella

Gambar 3.6 Uji Bakteri Escherichia coli

16
3.3 Pengembangan Produk

3.3.1 Pengertian Pengembangan Produk

Pengembangan Produk adalah strategi dan proses yang dilakukan


oleh perusahaan dalam pengembangan produk, memperbaiki produk lama
atau memperbanyak kegunaan produk ke segmen pasar yang ada dengan
asumsi pelanggan menginginkan unsur-unsur baru mengenai produk.

Pengembangan produk adalah proses yang dilakukan terhadap


produk yang sudah ada sekaligus proses pencarian inovasi untuk menambah
nilai terhadap barang lama dengan mengkonversikannya ke dalam produk
tersebut.

3.3.2 Tujuan Pengembangan Produk

Tujuan pengembangan produk adalah untuk memberikan nilai


maksimal bagi konsumen, memenangkan persaingan perusahaan dengan
memilih produk yang inovatif, produk yang dimodifikasi serta mempunyai
nilai yang tinggi baik dalam desain warna, ukuran, kemasan, merek, dan
lainnya.

Gambar 3.7 Produk

17
Gambar 3.8 Membuat Laporan GMP

BAB 4. URAIAN KEGIATAN


4.1 Tabel Kegiatan PKL
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dimulai dari tanggal 30
November 2020 sampai 28 Desember. Adapun tabel kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) sebagai berikut:

November Desember Januari


No Kegiatan PKL Minggu Mingg Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke 3 u ke 4 ke 1 ke 2 ke3 ke 4 ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
1 Persiapan
2 Tata Usaha
Pengembanga
3
n produk
Pengujian
4
mutu
Penyelesaian
Tabel 4.1 Kegiatan PKL
4.2 Uraian Kegiatan PKL
Dalam pembelajaran di UPT PMP2KP kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
4. 2. 1 Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan.
 Prinsip Analisa
Pelaksanaan uji organoleptik menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk menilai mutu produk.
Yang lainnya luruskan
 Alat
seperti ini
 Meja dan kursi pengujian

18
 Wastafel dan kran air yang dilengkapi dengan lap tangan dan
sabun pembersih yang tidak berbau

 Tisue polos berwarna putih dan tidak berbau

 Garpu dan sendok stainless steel

 Talenan

 Wadah

 Gelas

 Piring

 Pisau
 Bahan

 Sampel
 Prosedur Kerja
1. Penerimaan sampel
2. Preparasi sampel dan alat pengujian
3. Pengujian sampel menggunakan pancaindara
4. 2. 2 Uji Kimia
1. Uji Kadar Abu
Jumlah residu organik yang dihasilkan dari
pengabuan/pemijaran suatu sampel/produk.
 Prinsip Analisa
Prinsip pengujian kadar abu yaitu sampel dioksidasi pada
suhu 550º C dalam tanur selama 3-4 jam atau sampai mendapatkan abu
berwarna putih. Penentuan berat abu dihitung secara gravimetri.
 Alat

 Alat penjepit

 Blender

 Cawan porselin beserta tutupnya

 Desikator

19
 Tanur

 Sendok contoh

 Timbangan analitik

 Wadah contoh plastik atau gelas


 Bahan

 Sampel/contoh

 Silical gel
 Prosedur Analisa

 Masukkan cawan abu kosong beserta tutupnya dalam oven.


Suhu dinaikkan secara bertahap sampai mencapai suhu 550º C
selama 16-24 jam.

 Turunkan suhu oven menjadi sekitar 40º C, keluarkan cawan


abu porselin beserta tutupnya dalam desikator selama 30 menit
kemudian timbang berat cawan beserta tutupnya sampai
diperoleh berat konstan - (Ag).

 Masukkan sampel ke dalam cawan sebesar 2 g kemudian


masukkan kedalam oven pada suhu 100º C selama 16-24 jam.

 Pindahkan cawan abu porselin ke dalam desikator, naikkan


temperatur secara bertahap sampai suhu mencapai 550º C
1. Media selama 16-24 jam hingga mendapat abu berwarna putih.
untuk uji e
coli apa saja?  Setelah selesai, turunkan suhu desikator sampai mencapai
2. pada pembuatan sekitar 40º C keluarkan cawan porselin dengan menggunakan
media masih campur
dengan uji penjepit dan masukkan kedalam desikator selama 30 menit
mikrobiologi yang lain sampai mencapai suhu ruang kemudian timbang berat cawan.
SEHARUSNYA
Bila abu belum putih benar harus dilakukan pengabuan kembali.
Setiap uji mikro di
jelaskan runtuk  Rumus:

Ex : analisa E coli, B− A
% Kadar Abu = × 100%
kamu jelaskan mulai Berat contoh
prinsip analisanya,
Keterangan :
bahan, alat, prosedur
serta pembuatan media
khusus pengujian e
coli, begitu untuk 20
salmonella. Jadi jangan
di gabung
A = Berat cawan porselin kosong (gram)
B = Berat cawan porselin dengan abu (gram)
4. 2. 3 Uji Mikrobiologi
1. Analisa Escherichia Coli
Bakteri Escherichia Coli merupakan bakteri Gram - negatif
yang berbentuk batang pedek atau coccus, tidak berbentuk spora.
 Prinsip Analisa
Prinsip pengujian Escherichia Coli yaitu menumbuhkan
bakteri dalam tabung pengenceran seri dan perhitungan dilakukan sesuai table
APM berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah di inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu.
 Alat

 Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gram

 Cawan petri

 Tabung reaksi

 Inkubator

 Waterbath

 Autoclave

 Jarum inokulasi dan jarum ose

 Bunsen

 Pipet boy

 Hotplate

 Vortex

 Stomacher

 Tabung durham

 Erlenmeyer

21
 Colony counter

 Laminary air flow

 Dry oven

 Magnetic stirer
 Bahan

 Sampel produk

 Larutan STOCK

 Larutan Butterfield's Phosphate Buffered

 Larutan Tryptose Broth

 EC Broth

 Levine's Eosin Methylen Blue

 PCA slant/miring

 IMVIC
 Pembuatan Media

 Pembuatan Larutan Butterfield Phospate Buffered


1. Pipet stock pada erlenmeyer dengan perbandingan 1000 ml :
10 ml
2. Homogenkan dengan hot plate dan magnetic stirrer.
3. Tuang larutan buffer dibotol schott sebanyak 225 ml dengan
menggunakan gelas ukur, kemudian tutup dan pengencer 9
ml/tabung.
4. Kemudian disterilisasi pada autoclave dengan suhu 121º C
selama 15 menit.

 Pembuatan Laury Sulfate Broth


1. Timbang sesuai kemasan ditambah aquades.
2. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan hotplate.

22
3. Masukkan ketiap tabung reaksi sebanyak 9 ml (tabung reaksi
dan tabung durham), lalu ditutup menggunakan kapas.
4. Disterilkan di autoclave dengan suhu 121º C selama 15
menit.

 Pembuatan Endo Coli


1. Timbang sesuai kemasan dan tambahkan aquades. Kemudian
homogen.
2. Kemudian masukkan ke tabung reaksi yang berisi tabung
durham sebab 9 ml / tabung, lalu ditutup.
3. Disterilkan di autoclave pada suhu 121º C selama 15 menit.

 Pembuatan Levine's Eosin Methylen Blue


1. Timbang sesuai kemasan dan tambahkan aquades
2. Kemudian homogenkan dengan hot plate dan magnetic
stirrer.
3. Dipanaskan sampai mendidih.
4. Setelah itu tutup dengan kapas dan aluminium foil.
5. Kemudian disterilkan pada autoclave dengan suhu 121º C
selama 15 menit.
6. Kemudian tuang ke cawan petri steril sebanyak 12-15 ml.

 Pembuatan Plate Count Agar Miring


1. Timbang sesuai kemasan dan tambahkan aquades.
2. Kemudian homogenkan menggunakan hot plate dan magnet
stirrer.
3. Di pipet ke tabung sebanyak 6,5 ml untuk tabung reaksi kecil
dan 9 ml untuk tabung reaksi besar dan tutup.
4. Sterilkan pada autoclave dengan suhu 121º C selama 15
menit.
5. Kemudian dimiringkan (agar tegak ±2 cm)

 Pembuatan IMVIC
 Pembuatan Media TB
1. Timbang media TB sebanyak 1 gram dalam 100 ml,

23
kemudian homogenkan.
2. Kemudian pipet pada tabung reaksi sebanyak 5 ml / tabung
kemudian ditutup.
3. Sterilkan pada autoclave dengan suhu 121º C selama 15
menit.
 Pembuatan Media Methyl Red
1. Di timbang sesuai kemasan dan tambahkan aquades,
kemudian homogenkan.
2. Kemudian pipet pada tabung reaksi sebanyak 5 ml / tabung
kemudian ditutup.
3. Sterilkan pada autoclave dengan suhu 121º C selama 15
menit.
 Pembuatan Media Citrat
1. Timbang sesuai kemasan dan aquades.
2. Kemudian homogenkan pada hot plate sampai mendidih.
3. Kemudian pipet ke tabung reaksi sebanyak 6,5 ml untuk
tabung kecil dan 9 ml untuk tabung besar, lalu tutup.
4. Sterilkan pada autoclave dengan suhu 121º C selama 15
menit.
5. Kemudian di miringkan (agar tegak ±2 cm)
 Proses Analisa
 Preparasi Sampel
1. Sampel dalam keadaan beku terlebih dahulu.
2. Kemudian ditimbang dandimasukkan ke dalam botol schott
yang berisi larutan buffer sebanyak 225 ml sebanyak 25 gr.
3. Setelah itu dihomogenkan pada stomacher.
4. Lalu tuang kembali ke botol schott
 Analisa Escherichia Coli
1. Siapkan sampel yang akan dianalisa.
2. Ambil sampel sebanyak 1 ml menggunakan pipet lalu
masukkan kedalam 3 seri tabung 10¹‫ ־‬yang berisi tabung
durham.

24
3. Lalu ambil sempel sebanyak 1 ml menggunakan pipet lalu
masukkan ke dalam tabung pengencer 10¹‫ ־‬dan kocok
sebnyak 25 kali, lalu ambil 1 ml masukkan kedalam 3 seri
tabung 10²‫ ־‬yang berisi tabung durham.
4. Kemudian dari tabung pengencer 10¹‫ ־‬diambil 1 ml ke
pengencer 10²‫ ־‬menggunakan pipet dan kocok sebanyak 25
kali, setelah itu ambil 1 ml dimasukkan ke dalam 3 seri
tabung 10³‫ ־‬yang berisi tabung durham.
5. Dihomogenkan menggunakan vortex
6. Kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35º C
selama 48 jam ±2 jam. Setelah itu baca hasil dari inkubasi,
jika positif tabung durham didalam tabung reaksi keruh dan
ada gelembung pada tabung durham namun jika negatif
tabung durham jernih dan tidak ada gelembung.
7. Jika hasilnya positif maka diambil 1 ml kemudian
dimasukkan ke media EC (Endo Coli) dan di inkubasi pada
suhu 44,5º C selama 48 jam ± 2 jam di waterbath. Setelah itu
baca hasil inkubasi, jika positif tabung durham didalam
tabung reaksi keruh dan ada gelermbung pada tabung durham
namun jika negatif tabung durham jernih dan tidak ada
gelembung.
8. Jika hasilnya positif maka ambil 1 gelembung media tersebut
dengan menggunakan jarum ose tapi sebelum diambil di
vortex terlebih dahulu. Kemudian digores ke media Levine's
Eosin Methylen Blue (LEMB) dan diinkubasi pada suhu 35º
C selama 24 jam di inkubator.
9. Jika positif berwarna metalik kehijauan dan kemudian
digoreskan ke Plate Count Agar (PCA) miring dengan
menggunakan jarum ose.
10. Inkubasi pada suhu 35ºC selama 24 jam di inkubasi.
11. Setelah di inkubasi dilalukukan penguji morfologi.
Lakukan uji morfologi dengan melakukan pewarnaan gram

25
dari setiap koloni Escherichia Coli terduga. Biarkan diambil
dari PCA yang telah diinkubasi selama 24 jam. Dengan
menggunakan mikroskop, bakteri Escherichia Coli termasuk
bakteri termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek atau coccus.
12. Langkah selanjutnya pengujian biokimia
 Indol/TB
Inokulasikan 1 ose dari Plate Count Agar (PAC) miring
kedalam trytone broth inkubasi selama 24 jam ±2 jam pada suhu 35º C ±1º C.
Uji indol dilakukan dengan menambahkan 0,2-0,3 ml reagen kovac. Reaksi
positif jika terbentuk cincin merah pada lapisan bagian atas media dan negatif
bila terbentuk cincin warna kuning.
 Voges Proskaeur (VP)
Inokulasikan 1 ose dari PCA miring ke dalam MRVP Broth.
Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35ºC ± 1ºC. Pindahkan sebanyak 1
ml dari setiap MRVP Broth yang tumbuh ke tabung reaksi steril dan
tambahkan 0.6 ml larutan alpha naphtol dan 0.2 ml 40% KOH, kocok,
tambahkan sedikit kristal kreatin untuk mempercepat reaksi. Kocok kembali
dan diamkan selama 2 jam. Reaksi positif jika terbentuk warna merah muda
eosin sampai merah mirah delima (ruby)
 Methyl Red (MR)
Inkubasikan kembali MRVP Broth di atas selama 48 jam ± 2
jam pada suhu 35ºC ± 1ºC. Tambahkan 5 tetes indikator Methyl Red pada
setiap MRVP Broth. Reaksi positif jika terbentuk warna merah dan negatif
jikan terbentuk warna kuning.
 Citrat (C)
Goreskan 1 ose daei PCA miring kepermukaan simmon
citrat agar. Inkubasikan selama 96 ± 2 jam pada suhu 35ºC ± 1ºC. Reaksi
positif jika terjadi pertumbuhan dan media berubah warna menjadi biru dan
reaksi negatif jika tidak ada pertumbuhan dan media tetap hijau.

26
BAB 5. PEMBAHASAN MASALAH
5.1 Permasalahan
Masalah pada pengujian mutu produk hasil perikanan di UPT PMP2KP
Surabaya ialah ketentuan dalam permintaan sampel kepada konsumen yang
terlalu banyak sehingga mengakibatkan penumpukan sampel.
5.2 Usulan Permasalahan

27
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan

1. Pengujian kimia, mikrobiologi maupun organoleptik diujikan sesuai


dengan SNI dari pengujian.

2. Penentuan berat kadar air dihitung dengan menggunakan metode


analisa,yang didasarkan pada penimbangan dan berat (gravimetri)

3. Penentuan berat kadar abu sama dengan penentuan berat kadar air yakni
secara gravimetri.

4. Pengujian Escherichia Coli membutuhkan waktu yang cukup lama jika


sampel dinyatakan positif.
6.2 Saran

 Perlu adanya kehati-hatian dalam melakukan pengujian yang


menggunakan beberapa media yang cukup berbahaya.

 Sebaiknya jika berada dalam laboratorium perlu perhatikan simbol-simbol


bahaya bahan kimia.

 Dalam pengujian harus dilakukan dengan hati-hati, cepat, dan tepat.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman dan prosedur laporan PKL SMK Perikanan&Kelautan Puger


2. file:///D:/sumber%20pustaka/kimia/kadar%20abu%20dan%20kadar
%20air.pdf
3. file:///D:/sumber%20pustaka/mikroorganisme/1.pdf
4. file:///D:/sumber%20pustaka/mikroorganisme/2.pdf

29
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan
DOKUMENTASI KEGIATAN

Foto Pengujian Logam Berat

Foto Pengujian Histamin

Foto Pengujian Formalin

30
Foto Pengujian Bakteri Salmonella

Foto Pengujian Bakteri Escherichia Coli

Foto Media Kultur Bakteri Salmonella

31

Anda mungkin juga menyukai