Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat
dan hidayah-NYA kami berhasil menyusun laporan tetap praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia ini tepat
pada waktunya.Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar dan junjungan alam Nabi
Muhammad SAW, cinta kami untukmu wahai orang-orang yang dicintai Allah.

Pada kesempatan ini tidak lupa dengan penuh rasa hormat penulis ucapkan terima kasih tak
terhingga kepada dosen mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia yang senantiasa menyediakan waktu untuk
membimbing dengan penuh kesabaran, penuh perhatian, dan kepada teman-teman yang senantiasa
mendorong semangat dan selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan laporan ini

Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia ini disusun berdasarkan dari berbagai sumber yaitu
internet, buku-buku dan penjelasan yang disampaikan oleh dosen yang berada di Fakultas Peternakan
Universitas Mataram. Laporan Praktikum ini semata-mata kami buat untuk memenuhi sebagian syarat
untuk dapat mengikuti ujian akhir mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia serta sekaligus merupakan bukti
pelaksanaan praktikum yang telah kami lakukan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak ruminansia adalah suatu ternak yang mempunyai lambung lebih dari satu (poligastrik)
dan proses pencernaannya mengalami ruminasi. Salah satu keunggulan ternak ruminansia adalah mapu
memamfaatkan Nitrogen yang bukan berasal dari protein untuk membentuk protein seperti Non Protein
Nitrogen (NPN). Saluran pencernaan ternak ruminansia terdiri dari ; mulut, esophagus, lambung, usus
halus, usus besar (colon ) dan rectum.

Ruminansia memiliki sistem pencernaan yang unik. Keunikan initerletak pada lambungnya yang
teerrdiri dari empat bagian yaitu reticulum, rumen, omasum, dan abomasum. Dengan kondisi
lambungnya tersebut ruminansia mempunyai kapasitas daya tamping sebesar 150-200 liter( pada sapu)
dan volume lambung ini sudah meliputi 70% dari total volume seluruh sluran pencernaan, sedangkan
jika dibandingkan dengan hewan berlambung tunggal (monogastrik) lambungnya hanya meliputi 20%
dari Total saluran pencernaan.

Pada ternak ruminansia, makanan yang masuk kemulut akan secepatnya didorong kedalam
lambung untuk selama 30-70 menit kemudian akan didorong kembali ke mulut untuk dikunyah dan
ditelan kembali (ruminasi). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8'/o.Pembagian ini
terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung
yang sesungguhnya pada hewan ruminansi

Hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen)
yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem
pencernaannya disebut pollygastric system. Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut
(oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum,
dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar
(intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi
rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dikunyahkembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.

Langkah-langkah dalam sistem digesti meliputi, mekanis, biologis dan enzimatis. Sistem mekanis
dilakukan dengan prehension, reinsalivasi, dan remastikasi serta redeglutisi. Didalam rumen terdapat
mikroflora rumen yang berfungsi untuk mencerna selulose dan hemisellulose menjadi VFA, CO2, CH4
dan energi panas. Fungsi lain dari organisme rumen adalah sebagai sumber energi, sumber asam amino,
dan sintesis vitamin B. Sistem digesti juga dibantu oleh glandula saliva, pancreas dan hati merupakan
kelenjar tambahan (Tillman,. At al, 1984).
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus (Kartadisastra, 1997). Rumen
ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk merombak zat
pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Hasil fermentasi
inilah yang menjadi sumber energi utama (Sutardi, 1980). Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses
fermentasi berlangsung sebelum usus halus, sehingga dapat disajikan ke usus halus dalam bentuk yang
mudah diserap.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum


1.2.1 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui sistem pencernaan ternak ruminansia beserta fungsi organ-
organya.
2. Utuk mengetahui bahan-bahan pakan bagi ternak ruminansia.
1.2.2 Kegunaan Praktikum
1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui sistem pencernaan ternak ruminansia dan
juga fungdi-fungdi organnya.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis pakan bagi ternak ruminansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pencernaan ternak Kambing

Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam saluran
pencernaan. Perubahan tersebut berupa penghalusan pakan menjadi partikel – partikel kecil atau
penguraian molekul besar menjadi molekul kecil. Proses pencernaan melibatkan tenaga mekanik,
seperti mastikasi atau kontraksi otot dalam saluran pencernaan, aksi kimia ( HCl dalam abomasums dan
cairan empedu dalam usus halus ) atau aktivitas enzim dari enzim – enzim yang dihasilkan dalam saluran
pencernaan atau enzim – enzim dari mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan.

Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai lambung sejati
yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang mempunyai tiga ruangan yaitu reticulum,
rumen, dan omasum ( Tillman et all,.1991). Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ
tunggal, disebut sebagai retikulorumen, yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative.
Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta kedalam
omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut ( Arora, 1995 ).
Ingesta yang telah halus didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba.
Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa, dan fungi ( Preston and
Leng,1987 ; McDonald et al. , 1995 ). Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak kambing yang
menghubungkan retikulorumen dan abomasums. Abomasum merupakan bagian keempat yang disebut
juga perut sejati ( Arora, 1995 ). Dengan demikian ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan
berserat kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi ( Tillman et
al. ,1991 ).

Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat – zat gizi organic ini terdapat dalam bentuk yang tidak larut
sehingga harus dipecah menjadi senyawa – senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding
saluran pencernaan untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan
perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak
ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik, dan fermentative. Proses
pencernaan fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan
ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia. Pencernaan
fermentative yang dimaksud adalah proses perubahan senyawa – senyawa tertentu menjadi senyawa
lain yang sama sekaliberbeda dengan molekul zat makanannya. Proses pencernaan berupa fermentasi
yang terjadi sebelum usus halus pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian (
Siregar, 1994 ). Keuntungan yang diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain
: produk fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein
nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain : banyak energi yang terbuang sebagai gas
methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3 ( amonia ) sehingga
terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam.

Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari peranan mikroba rumen. Mikroba rumen
akan mencerna karbohidrat, protein, dan lemak menjadi asam lemak atsir ( VFA ), amonia ( NH3 ), gas
karbondioksida ( CO2 ) dan gas methan ( CH4 ) (Preston and Leng, 1987 ). Amonia digunakan untuk
membangun sel mikroba, VFA akan diserap langsung dalam rumen dan retrikulum untuk dimanfaatkan
oleh ternak sebagai sumber energi. Gas methan dan Oksigen dikeluarkan melalui proses eruktasi.

2.2 Bagian-bagian sistem pencernaan kambing


1) Organ Pencernaan pada Ternak Ruminansia
a. Mulut

Pencernaan di dalam mulut bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dan mencampurnya dengan saliva sehingga pakan mudah ditelan. Fungsi saliva yaitu untuk
menjaga pH rumen, sebab asam yang terjadi selama fermentasi akan dapat menurunkan pH cairan
rumen 2,5-3,0. Saliva dalam mulut berasal dari 3 pasang kelenjer yaitu:

 kelenjer submaksilaris atau sub mandibularis yang terletak pada sisi ruang bawah.
 Kelenjer sub lingualis yang terletak dibawah lidah,
 kelenjer parotis yang terletak didepan masing-masing telinga.

Pada rongga mulut pencernaan dapat terjadi baik secara mekanis maupun chemis.Di dalam
mulut terdapat gigi, lidah dan saliva yang memiliki fungsi masing-masing. Fungsi gigi adalah memotong,
merobek atau menghancurkan bahan makanan ketika berada dalam mulut. Proses ini dinamakan proses
pencenaan secara mekanik dengan bantuan saliva dan lidah.

Saliva (air ludah) terdiri atas tiga yaitu glandulae parotidae, glandulae mandibularis ,glandulae
sub ligualis minor dan major yang berfungsi untuk melicinkan pakan agar memudahkan masuk ke
oesophagus.

b. Gigi

Tulang gigi tersusun atas zat dentin, yang di dalamnya terdapat sumsum gigi atau pulpa. Pada
bagian ini terdapat serabut syaraf dan pembuluh darah. Semen yaitu bagian pelapis bagian dentin
(tulang gigi) yang masuk ke rahang.

c. Lidah

Selain alat pengecap lidah juga memiliki fungsi sebagai : Membantu untuk membolak-balik
makanan dan membantu mendorong makanan dalam proses penelanan

Kelenjar ludah (glandula salivales) : Pada rongga mulutü terdapat 3 pasang saluran dari kelenjar
ludan: glandula parotis, glandula submaxilaris dan glandula sublingualis.Fungsi air ludah :
a) Untuk memudahkan penelanan dan pencernaan. Yang berbentuk lendir berperan dalam
penelanan, sedang yang berbentuk ca
b) 2. Sebagai pelindung selaput mulut dari panas, dingin, asam dan basa.
d. esophagus

Merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung. Sepertiga bagian atasnya terdiri
dari otot lurik, sedang duapertiga bagian bawahnya terdiri dari otot polos. Makanan pada saluran ini
hanya memerlukan waktu 6 detik untuk sampai ke lambung sebab adanya gerak peristaltik (meremas)
dinding oesofagus. Gerakan ini terjadi karena otot memanjang dan melingkar dinding oesofagus
mengerut bergantian. Lubang oesophagus terlihat besar dan relative lebih besar dari oesophagus
hewan-hewan ruminansia tetapi pendek. Diameter pada kambing 2,5 cm dan panjangnya.

e. Lambung

Lambung Ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu : rumen, reticulum, omasum, dan
abomasum.Pada waktu ruminansia masih menyusui rumen dan Reticulum berkembang sempurna
sehingga air susu terus masuk kedalam Omasum dan abomasum.Isi rumen tersusun dari air sebanyak
85-93% dan dibagi dalam 2 bagian yaitu :

 Bagian bawah yang keadaannya cair dengan partikel-partikel pakan yang larut.
 Bagian atas yang mengandung bahan pakan yang masih kasar.isi Rumen selalu
mengalami pencampuran dengan adanya gerakan atau kontraksi yang teratur dari
dinding rumen dan juga dengan adanya ruminas.

Isi rumen selalu mengalami pencampuran dengan adanya gerakan atau kontraksi yang teratur
dari dinding rumen. Pencernaan pakan di dalam Ruminoretikulum di lakukan oleh enzim yang dihasilkan
oleh mikroorganisme rumen.

Merupakan kantong besar yang terdapat di bawah sekat rongga badan, sedikit agak ke kiri.
Lambung terdiri atas 3 daerah, yaitu :

 daerah kardiak : paling dekat dengan hati dan merupakan tempat masuk pertama kali
makanan dari oesofsagus
 Daerah fundus : bagian tengah yang membulat
 Daerah pilorus : bagian bawah yang paling dekat dengan usus halus

Akibat dari kontraksi otot lambung makanan akan teraduk sehingga menyebabkan makanan
berbentuk seperti bubur disebut chyme. Bagian dalam dari dinding lambung menghasilkan lendir atau
musin, sedang bagian fundus menghasilkan getah lambung.

Dinding lambung dapat menghasilkan hormon gastrin dan mengandung kelenjar getah lambung.
Hormon gastrin berguna untuk merangsang sekresi getah lambung. Kelenjar getah lambung dapat
menghasilkan HCl, pepsinogen dan renin.Fungsi HCl :
 Menyebabkan lingkungan asam (pH 1 – 3) sehingga dapat membunuh kuman penyakit
yang masuk bersama makanan Mengaktifkan getah lambung yang mengandung
pepsinogen, yang oleh HCl diaktifkan menjadi pepsin yang berfungsi memcah protein
menjadi pepton Membantu membuka menutup sfingter yang terdapat di antara pilorus
dengan usus 12 jari (duodenum) Merangsang kelenjar dinding sel usus untuk
menghasilkan sekretin (hormon yang merangsang pengeluaran getah pankreas) dan
kolesitokinin (hormon yang merangsang pengeluaran empedu).
 Lambung juga menghasilkan enzimü renin yang berfungsi untuk menggumpalkan kasein
dalam susu.
 Ternak ruminansia mempunyai lambung yang sangat beasar dibangdingkan dengan
Hewan Non ruminansia, yaitu mengisi kira-kira ¾ dari ruang perut.sebagian besar
terletak sebelah kiri dari ruang perut dan sedikit melewati garis median kesebelah
kanan,hanya sebagian kecil saja yang diisi oleh gulungan usus dan limfa.

f. Usus halus Usus

halus merupakan tempat terjadi penyerapan zat-zat makanan terutama pada jejenum dan
ileum. Usus halus pada semua ternak termasuk Ruminansia terdiri atas 3 bagian yaitu: Duodenum (usus
12 jari), Jejunum (usus kosong), Ileum (usus penyerapan) usus besar Usus besar terdiri atas 3 yaitu:
Sekum, Colon, Rectum.

g. Getah pencernaan

Getah percernaan mempunyai peranan penting didalam proses pencernaan karena di dalam
getah pencernaan tersebut terkandung berbagai macam ensim. Ada 5 macam getah pencernaan yang
utama yaitu : Saliva, Getah lambung, Getah usus, Empedu.

h. Getah pancreas

Pankreas berfungsi sebagai “endokrin” (sekresi hormon pada sel langerhans, misalnya insulin).
Selain berfungsi sebagai “endokrin”, pankreas juga memiliki fungsi eksokrin (sekresi seta h pankreas) di
dalam gerah pankreas terdapat enzim (HCO3)2 dan Cl-. Fungsinya adalah untuk memproduksi enzim dan
solubilitas (pelarut) lemak atau minyak. Fungsi eksokrin di kontrol oleh hormone skretin dan
pakreozimin (meningkat), saraf fagus (menurun), pH ingesta yang ingestanya bersifat asam, sehingga
sekresi getah pangkreas meningkat

2.3 Peran Mikroba Dalam rumen ternak ruminansia

Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik
yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat
berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana
yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat
tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Yan Offer dan Robert 1996). Kelompok utama
mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah
dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).

Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat
tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat,
asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding
rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak
dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses
eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu
sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak
ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein
yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba.

Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan
kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen.
Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba
rumen. Namun Orskov, Hughes-Jones dan McDonald (1981) menyatakan bahwa untuk memperoleh
hasil produksi yang tinggi, khususnya pada fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan
awal, bunting dan awal laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan ternak, sehingga
ternak memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos fermentasi di dalam rumen.

Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan
digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak
ruminansia. Menurut Arora (1989) sekitar 47 sampai 71 persen dari nitrogen yang ada di dalam rumen
berada dalam bentuk protein mikroba.

2.4 Cairan Rumen

Cairan rumen yang diperoleh dari pemotongan hewan kaya akan kandungan enzim
pendegradasi serta dan vitamin. Cairan rumen mengandung amilase, galaktosidase,
hemiselulase, selulase, dan xilanase. Rumen diakui sebagai sumber enzim pendegradasi
polisakarida. Polisakarida dihidrolisis dalam rumen disebabkan karena pengaruh sinergis dan
intraksi dari komplek mikroorganisme, terutama selulase dan xilanase ( Trinci et al, 1994).

Didalam cairan rumen juga terdapat saliva. Saliva yang masuk kedalam rumen berfungsi
sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8. Saliva bertipe cair,
membuffer asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen. Selain itu juga saliva merupakan zat
pelumas dan surfactant yang membantu didalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva
mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca, Mg, P dan Urea yang
mempertinggi kecepatan permentasi mikroba ( Hvelplund, 1991).

Didalam rumen ternak ruminansia ( sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi
mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa.
Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi
sekitar 10 pangkat 5- 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen. Beberapa jenis bakteri/mikroba yang
terdapat dalam isi rumen adalah :

a) Bakteri/mikroba lipolitik
b) Bakteri/mikroba pembentuk asam
c) Bakteri/mikroba amilolitik
d) Bakteri/mikrona selulolitik
e) Bakteri/mikroba proteolitik
Didalam rumen terdapat populasi mokroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba
rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi
didalam rumen di akui sangat bermanfaat bagi pencernaan apakan serat, karena dia
membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus
dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk di cerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat di klasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan , karena
sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan
penyebaran silianya.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi mikroba

Faktor yang mempengaruhi jumlah dan proporsi mikroba rumen diantaranya adalah :

1) Nutrisi yang tersedia yang terkonsentrasi dalam cairan rumen sebagai media utama
seperti glukosa, peptida, ammonia dan mineral.
2) Kebutuhan pemeliharaan hidup pokok dari mikroba
3) Perubahan sel mikroba dan perusakan oleh bakteriofage
Secara umum populasi mikroba rumen ditentukan oleh tipe dan zat makanan yang
dikonsumsi ternak. Kandungan nutrisi dalam pakan untuk kebutuhan hidup pokok dari
mikroba, menentukan kecepatan pertumbuhan dan populasi mikroba. Keadaan kelparan atau
kekurangan zat makanan dalam jangka panjang merupakan faktor utama penyebab
berkurangnya mikroba rumen.

Pemberian makanan berserat kasar rendah dan banyak mengandung karbohidrat mudah
dicerna cenderung meningkatkan konsentrasi ALT dan menurunkan ph cairan rumen ,
akibatnya aktivitas selulotik menurun. Kondisi tersebut akan merubah populasi mikroba
rumen. Populasi mikroba dan protozoa pemakai asam laktat akan berkembang lebih banyak.
Jumlah protozoa terutama ciliata adalah 10 pangkat 5 sel/ml cairan rumen pada pakan beserat
kasar tinggi, tetapi jumlah menjadi 10 pangkat 6 sel/ml cairan rumen pada adaptasi terhadap
gula-gula terlarut.
BAB III

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29
Mei 2018 bertempat di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Mataram,
Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.

3.2 Materi Praktikum

3.2.1 Alat

1. Gunting
2. Plastik
3. Pinset

3.2.2 Bahan

1. Organ pencernaan kambing


2. Hijauan pakan; jerami padi, turi, dan lamtoro,
3. Dedak/ tepung ubi kayu

3.3 Metode Praktikum

3.3.1. Sistem Pencernaan Kambing

1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disediakan


2. Meletakkan plastik diatas meja yang dijadikan sebagai alas untuk tempat organ
pencernaan kambing
3. Meletakkan organ pencernaan kambing diatas alas
4. Mengamati morfologi organ pencernaan
5. Membuka bagian lambung pada organ pencernaan kambing menggunakan gunting
6. Mengamati strukuktur bagian dalam masing-masing bagian lambung tersebut
3.3.2. Hijauan Pakan

1. Meletakkan pakan diatas meja yang sudah dialasi plastik


2. Mengamati dan mencatat penjelasan mengenai pakan tersebut
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Gambar 4.1.1 Sistem Pencernaan pada Kambing


Gambar 4.1.2 Pakan Ternak Ruminansia

Tabel 4.1.1 Organ Pencernaan pada Kambing Beserta Fungsinya

Organ Fungsi

Mulut Tempat terjadinya penggilingan


makanan secara mekanis.

Esofagus Penghubung anatara mulut dan


lambung

Lambung

Rumen Sebagai tempat fermentasi oleh


mikroba rumen, absorbsi vfa (volatyl
fatty acid), ammonia dan menyimpan
bahan makanan untuk difermentasi

Retikulum Menerima makanan dari kerongkongan


dan ingesta dari rumen, dan mengirim
ingesta juga ke rumen, ke omasum dan
ke kerongkongan selama proses
ruminasi dan juga tsebagai tempat
terjadinya proses absorpsi hasil akhir
fermentasi yaitu vfa, amonia air dan
tempat berkumpulnya benda-benda
asing.

Omasum Terjadi proses absorpsi yaitu


penyerapan air yang dilakukan oleh
dinding omasum

Abomasum Tempat awalnya enzimatis dan


mengatur arus digesti dari abomasum
ke duedenum

Usus halus Untuk menetralkan suatu kandungan


asam dan basa, tempat pencernaan
enzimatis dan absorbsi serta
penyerapan zat

Cecum (usus buntu) Adalah tempat penyerapan air dan


garam yang masih tersisa serelah
proses pencernaan dari usus selesai

Usus besar Penyerapan air, penyerapan vitamin,


mengurangi kadar asam dan mencegah
infeksi, dan dapat juga menghasilkan
antibodi

Rektum Untuk tempat menyimpannya feses


yang akan di keluarkan melalui anus

Anus Untuk saluran pengeluaran kotoran


(feses)

4.2 Pembahan Praktikum

Pada praktilkum ilmu nutrisi ternak ruminansia, kami melakukan pengamatan tentang
sistem pencernaan kambing dan juga bahan pakan yang di berikan seperti suplemen,
legum(lamtoro dan turi) , jerami padi , dan juga tepung ubi kayu untuk mengetahui kandungan
nutrisi pada bahan pakan tersebut.

4.1.1. Sistem pencernaan kambing

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil, kambing termasuk ternak ruminansia


karna mempunyai empat bagian lambung (rumen, retikulum, omasum, dan abomasum). Di
mana yang kita ketahui sistem pencernaan ternak ruminansia dan non ruminansia berbeda.
Menurut frandson (1992). “Sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut,
esofagus, lambung yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan
anus “. Dan juga di kuatkan dengan pendapat Aak (2008). Di mana “Jenis hewan
ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba memiliki sistem pencernaan yang khas
dan sempurna. Alat pencernaannya terbagi atas empat bagian, yang terdiri dari rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum. Hewan ternak tersebut mampu menampung jumlah
bahan makanan yang lebih besar serta mampu mencerna bahan makanan yang kandungan
serat kasarnya tinggi. Hewan-hewan ternak yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan
ini memakan pokok mereka adalah hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat
sekedar tambahan saja .
pada praktikum yang telah di lakukan di dapatkan hasil pengematan sistem
pencernaan kambing yang terdiri dari organ- organ sebagai berikut:

1. Mulut
Proses pencernaan pada kambing di mulai dari mulut. pencernaan di mulut
pertama kali dilakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan di teruskan ke
pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva sendiri merupakan cairan
kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral.

Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian,
kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium,
potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,
maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino,
lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%.
Fungsi saliva:
a. membantu penelanan
b. buffer (ph 8,4 – 8,5)
c. suplai nutrien mikroba (70% urea)
Mekanisme sekresi saliva
Di kelenjar saliva, granula sekretorik (zymogen) yang mengandu.ng enzim-enzim saliva
dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Saliva pada sapi ± 150 liter/hari,
sedangkan pada domba ± 10 liter/hari. Dalam saliva mengandung enzim pregastric
esteras

2. Esofagus

Setelah molekul pakan mejadi kecil pakan menuju esophagus dengan gerakan
veristaltik dimana fungsinya untuk mendorong makanan masuk ke esopagus dengan
bantuan saliva. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan
ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju
ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare, stratum
longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut
menghasilkan gerak peristaltik . Esofagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan mukosa. PH
normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang berarti di dalam esofagus
bernuansa netral.

3. Lambung
Selanjutnya pakan akan di teruskan menuju lambung dan lambung terdiri dari 4
bagian di anataranya:
a. Rumen
Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada
rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan
fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan
dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan
hidrokitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan. Rumen terletak di
rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal
tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan
substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan
rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat
bermilyaran mikroba.
Letak Rumen : sebelah kiri rongga perut
Anatomi : Permukaan dilapisi papila, permukaan untuk absorbs, terdiri 4 kantong
(saccus), dan terbagi menjadi 4 zona

Kondisi :
· BK isi rumen : 10 -15%
· Temperatur : 39-40ºC
· pH = 6,7 – 7,0
· Gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S
· Mikroba: bakteri, protozoa, jamur
· Anaerob
Fungsi :
· Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
· Absorbsi : VFA, ammonia
· Lokasi mixing
· Menyimpan bahan makanan→ fermentasi
Zona di dalam rumen :
1) Zona gas : CO2, CH4, H2, H2S, N2, O2
2) Zona apung (pad zone) : Ingesta yang mengapung (ingesta baru dan mudah dicerna)
3) Zona cairan (intermediate zone) : cairan dan absorbsi metabolit yang terlarut dalam
cairan (banyak mikroba)
4) Zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapat dicerna dan benda-benda
asing
b. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum
adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan
langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas
diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi
tercampur. Secara fisik retikulum tidak terpisahkan dari rumen. Pada retikulum terdapat
lipatan-lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan yg langsung dari esofagus ke
omasum. Permukaan dalam retikulum terdapat banyak papila → sarang laba-laba (honey
comb) perut jala
Fungsi:
· tempat fermentasi
· membantu proses ruminasi
· mengatur arus ingesta ke omasum
· absorpsi hasil fermentasi
· tempat berkumpulnya benda-benda asing
c. Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. pH
omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat lubang yang
disebut omaso abomasal orifice.
· Letak : sebelah kanan (retikulum) garis media (disebelah rusuk 7-11)
· Bentuk : ellips
· Permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku (pada lamina terdapat papila untuk
absorpsi)
· Fungsi: grinder, filtering, fermentasi, absorpsi
d. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orificeadalah
untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. pH pada abomasum
adalah asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah
dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah
kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi
dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa
menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan
HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
Letak :
· Dasar perut (kanan bawah)
· Bentuk : memanjang
· Bagian dalam terdapat tonjolan
· Terdiri 3 bagian, yaitu : kardia yang berfungsi sekresi mucus, fundika yang terdapat
pepsinogen, renin, HCl, mukus dan pilorika sebagai tempat sekresi mukus
Fungsi :
· tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) → Pencernaan protein
· mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum

2. Usus Halus (Small Intestine)


Pada usus halus terjadi pencernaan enzimatis, makanan akan di absorbsi, dan
menetralkan kandungan asam basa. Ada tiga bagian yang terdapat didalam usus halus yaitu
Duodenum (usus dua belas jari), jejenum ( usus kosong), dan ileum (usus penyerapan).

a. Duedenum: organ terpenting dan bagian terpendek dari usus kecil, secara fungsional sangat
penting sebagian besar dari pencernaan kimia. Panjang sangat bervariasi berkisar 8-15 cm,
terletak di bagian ujung anterior yang terhubung dengan perut, sedangkan ujung posterior
menyentuh bagian jejenum.
b. Jejenum: terletak diantara duedenum dan ileum, memiliki panjang berkisar rata-rata 5-8 kaki
atau setengah meter. pH dalam usus ini bervariasi antara netral dan sedikit basah.
c. Ileum : usus penyerapan ini terdapat banyak vili (lipatan atau lekukan ), berfungsi untuk
penyerapan usus halus sehingga penyerapan zat makanan akan lebih maksimal.

4. Usus Buntu (Cecum)

Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon yang menanjak dari usus besar. Fungsi utama usus buntu adalah tempat
penyerapan air dan garam yang masih tersisa serelah proses pencernaan dari usus selesai.

5. Usus Besar (Colon/ large intestine)

Fungsi utama dari usus besar adalah penyerapan air, penyerapan vitamin, mengurangi kadar
asam dan mencegah infeksi, dan dapat juga menghasilkan antibodi.

6. Rektum

Rektum adalah bagian dari usus besar. Rektum berguna untuk tempat menyimpannya feses
yang akan di keluarkan melalui anus. Feses yang dikeluarkan oleh rektum mengandung
cairan yang berasal dari pencernaan, mengandung bakteri dan juga serat.

4.2.2. bahan pakan

Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan
kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya
dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan
anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar,
bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium,
kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan
mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat
yang spesifik.
Pada praktikum selanjutnya, kami mengamati bahan pakan seperti: lamtoro,turi, kelor,
jerami padi,tepung ubi kayu dan lamtoro kering, dan suplemen mineral.
a. Lamtoro, turi, kelor, dan lamtoro kering

Lamtoro , turi, kelor, dan lamtoro kering merupakan termasuk kedalam golongan leguminosa
pohon karena tumbuhan ini berkayu dan mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter. Tanaman
dikotilledon dengan bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut berkeping dua,Sistem
perakaran bercabang dan tumbuh jauh kedalam tanah. Di mana perbedaan di antara ke-empat
jenis legum tersebut adalah jumlah nutrisi yang terkandung, beda jenis tanaman legum beda pula
kandungan nurtisinya, di mana menurut Toruan mathius dan suhendi (1991), kandungan nutrisi
dalam lamtoro meliputi BK 29,10% , PK 34,57% , L 2,23%, SK 0% , NDF 38,6% , ADF 34,
38% , hemiselulosa 4,22% , Selulosa 0% , abu 4,58% , lignin 0% , kalsium 0,47% , pospor 0,79
% , energy 0%. Sedangkan menurut Siregal (1996), menyatakan bahwa, hijauan lamtoro
memiliki kandungan zat gizi seperti PK: 24,2%, BK: 24,8%, lemak: 3,7%, SK: 21,5%, dan
BETN: 43,1%. Sedangkan Polo (1985) menyatakan bahwa toleransia berbagai jenis ternak
terhadap lamtoro adalah berkisar antara 40-60%. Lamtoro mempunyai zat gizi yaitu PK: 36,80%,
Lemak: 1,4%, sebagai sumber protein yang di sukai oleh ternak. Lamtoro memang memiliki
nilai gizi yag sangat tinggi, namun pemanfaatan sebagai pakan ternak harus perlu dibatasi.
Karena lamtoro juga mengandung zat anti-nutrisi terutama asam amino non protein yang dikenal
mimosin, yang dapat menimbulkan ternak akan keracunan maupun akan mengalami ganggian
kesehatan apabila mengkonsumsi lamtoro dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama.

Pemberian pakan tunggal pada ternak yang terdiri dari rumput – rumputan, yang [ada
umummnya memliki kandungan nitrogen yang sangat rendah dan tidak memenuhi kebutuhan
ternak, campuran rumput atau jeramai dengan daun lamtoro sangat menguntungkan untuk
memperbaiki nilai kandungan gizi yang rendah.

Dari sebuah penelitian dengan pemberian daun lamtoro sebagai pakan tambahan maupun
campuran pada rumput maupun jerami dapat memperbaiki nilai gizi ransum. Menurut dari
sitorus, (1987) juga melakukan penambahan hijaun lamtoro sebanyak 0.5 kg pada ransum dasar
domba dan kambing ( ransum dasar terdiri dari 1,8 kg rumput gaja ditambah dengan jerami yang
diberikan dengan bebas ) menunjukan bahwa adanya perbaikian nilai konsumsi pakan bila
dibandingkan dengan ternak yang mendapatkan ransum dasar. Daun dan polong lamtoro
masing-masing memiliki kandungan protein kasar sebesar 34.4% dan 31%. Kadar mimosin dari
daun dan polong lamtoro masing-masing sebesar 7.19% dan 12.13% dari total kandungan protein
kasar. Kadar mimosin pada daun lebih rendah dibandingkan pada polong lamtoro. Daun lamtoro
memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan polong serta tidak digunakan sebagai
bahan pangan. Hal tersebut merupakan pertimbangan daun lamtoro digunakan sebagai pakan
ternak. Keracunan mimosin dari leucaena terdiri dari dua bentuk yaitu akut dan kronik. Beberapa
cara untuk mengurangi resiko keracunan pada ternak ruminansia yaitu dengan pemberian pakan
lamtoro kering dengan proses pemanasan (pengeringan atau pelayuan) dan perendaman dalam
air panas. Pada proses pembuatan lamtoro kering bahan pakan hijauan akan melalui proses
pengeringan dengan cara di jemur, sehingga diharapkan kadar mimosin berkurang.

Sedangkan Kandungan nutrisi yang terdapat pada turi yaitu PK 30,1% , EK 4,825 kkal/
gr , SDllN 24,4% , LIGNIN 2,7% , ABU 7,5% , Ca1,5% . Daun Turi banyak mengandung
protein yang tinggi dan berkualitas. Tiap 100 gram berat kering, daun turi mengandung 36%
protein kasar dan serat kasar yang rendah antara dibawah 18 %. p emberian pakan turi pada
ternak ruminansia yang direkomendasikan adalah harus dicampur dengan rerumputan seperti
rumput gajah dan jerami dengan perbandingan 30 % Turi dan sisanya rerumputan. Gunanya
adalah untuk mengurangi reaksi toksik yang diakibatkan oleh daun turi yang mengandung zat
anti nutrisi. Namun demikian daun turi memiliki kandungan zat anti nutrisi yaitu saponin dan
tanin, sejauh ini belum ada reaksi toksik yang terjadi pada ruminansia.

Selanjutnya yg kami amati yaitu tanaman kelor yang merupakan salah satu jeni leguminosa,
penggunaan daun kelor sebagai pakan ternak di sebabkan oleh beberapa factor seperti tingginya
kandungan protein mentah (crude protein) dalam daun kelor, alasan yang lain yaitu karna daun
kelor murah dan mudah di dapat. kandungan nurtrisi pada kelor di mana BK 25% , PK 30% , L
5,9% , ekstrak ether 6,5 % , hemi/ selulosa 15% , abu 12% , ADF 11,4 % , NDF 21,9 % , energy
1440,11 kkal/gr. Selain itu kelor juga mengandung mineral yg terdapat di daunya seperti Ca
3,65% , Mg 0,50% , k 1,50 %, dan lain-lain seperti Na, Fe , Zn , P, Mn ,Cu. Dan juga daun kelor
mengadung antinutrisi seperti phitat 2,59% , oksalat 0,45% , saponin 1,60 % dsb.

Dari informasi di atas, daun kelor sangat bagus sekali apabila digunakan sebagai pakan
ternak. Kandungan protein kasarnya yang tinggi dengan asam amino cukup lengkap dapat
membantu perkembangan ternak lebih cepat. Tingkat kecernaan dari daun kelor juga lumayan
tinggi. Mineral yang terkandung dalam daun kelor cukup lengkap. Hal ini akan sangat membantu
dalam hal penyerapan nutrisi yang diperlukan oleh ternak. Meskipun kandungan nutrisi daun
kelor cukup tinggi . Akan tetapi, daun kelor juga memiliki beberapa zat antinutrisi yang tidak
menguntungkan bagi hewan ternak. Oleh karena itu, penggunaan daun kelor untuk ternak tidak
boleh digunakan sebagai pakan tunggal. Seperti pada praktikum kali ini mengamati tentang
system pencernaan kambing dan juga bahan pakan maka , dampak Pemberian daun kelor kepada
kambing dapat meningkatkan performa dari kambing tersebut. Daun kelor dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan kambing, memperbaiki pencernaan dan penyerapan nutrisi menjadi
lebih efektif.

b. Jerami padi
Jerami padi merupakan produk sampingan dari tanaman padi, jerami padi di
manfaat kan oleh peternak sebagai pakan. Namun yang kita ketahui kandungan
nutrisi pada jerami padi sangatlah rendah sedangkan serat kasarnya tinggi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Widodo,et al (2012 ), yang menyatakan bahwa “ Jerami
padi memiliki beberapa kelemahan antara lain: kandungan serat kasar yang tinggi,
kurang palatabel, dan sifat amba yang tinggi “. Di mana andungan BK 92 % , PK
5,31 , LK 3,32% , SK 32,14% , BETN 36,68%, abu 22,25% , ADF 51,53% , NDF
73,82% , lignin 8,81% . Dari informasi atas dapat dilihat bahwa kandungan
nutrisi jerami padi sangat rendah. Maka dari itu sebelum jerami padi diberikan
kepada ternak sebaiknya dilakukan proses fermentasi terlebih dahulu. Proses
fermentasi jerami padi yang dikembangkan oleh Haryanto (2003) yaitu dengan
menggunakan 2,5 kg probion dan 2,5 kg urea dengan 1000 kg dan diperam
selama 21 hari mampu meningkatkan kandungan protein kasar dari 3% menjadi
7% dan meningkatkan daya cerna dari 28-30% menjadi 50-55%. Ditambahkan
oleh Utomo (2004) jerami padi hasil fermentasi mengandung PK sebesar 7,16%
lebih tinggi dari pada PK jerami padi yang tidak terfermentasi yakni 5,72%.
Selama proses fermentasi telah terjadi perombakan karbohidrat terstruktur dan
karbohidrat non struktur terbukti oleh turunnya kandungan SK pada jerami padi
fermentasi sebesar 30,90% dari kandungan SK jerami padi tidak terfermentasi
sebesar 32,56% (Utomo, 2004). Jerami padi fermentasi mengandung 79,1% BK,
7,7% PK, 32,2% SK, 2,4% LK, dan 54,6% TDN (Agus et al., 2005).
Ditambahkan oleh Mahendri et al. (2006) bahwa pemberian jerami padi
fermentasi yang ditambah dengan konsentrat pada sapi PO mampu meningkatkan
bobot badan harian 1,02 kg/ekor/hari.
c. Suplemen mineral
Kandungan mineral merupakan salah satu zat organik yang sangat dibutuhkan
bagi ternak untuk kelangsungan hidupnya, selain itu kandungan mineral ini akan
sangat memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan dan
menormalkan kinerja organ dalam dengan maksimal. Mineral di bagi mnjadi dua,
yaitu mineral makro dan mikro Mineral makro ini adalah mineral bersifat dan
memiliki peran bagian dalam tubuh serta bagian organ dalam jumlah yang relaif
kecil misalnya kandungan kalsium, magnesium, fosfor, natrium, klor dan sulfur.
Sedangkan mineral mikro ini sama dengan makro namun hanya saja memiliki
peran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan mikro yang misalnya memiliki
kandungan tembaga, seng, besi, mangan, dan juga kobal.
Bahan –bahan utama mineral bagi ternak yaitu garam ( Na dan CL penggunaan
maksimal sebanyak 0,25%), tepung kerang (BETN 1,2% ,protein kasar 43,3%,
dan bahan kerig 86 %), tepung kulit teur ( protein kasar 7,6%, abu 91,1%,
kalsium 36,4%, fosfor 0,12%, Na 0,15% , dan Fe 0,002%) da yang terahir aitu
dari tepung kapur ( Ca 33-38%, dan P 0%)

Fungsi mineral antara lain


 Meningkatkan kinerja organ dengan baik
 Membantu meningkatkan metabolisme dengan maksimal
 Membantu memperbaiki pertulangan dan pertumbuhan ternak
 Sumber asupan nutrisi
 Membantu mengatur hormon reproduksi
 Dan juga membantu dalam pembentukan hemoglobin atau kekebalan tubuh

Sedangkan apabila tidak tercukupinya mineral-mineral bagi ternak maka akan


mengalami :

 Pertumbuhan terhambat
 Konsumsi ransum akan menurun
 Laju metabolik basal akan meningkat
 Aktivitas dan nafsu makan akan menurun
 Peredaran darah akan terhambat
 Produksi daging dan juga susu akan menurun
 Bulu akan mengalami kerontokan

d. Tepung ubi kayu


Tepung ubi kayu merupkan bahan yang berasal dari tanaman ubi kayu, di mana di
proses hingga menjadi ke dalam bentuk tepung. Kandungan nutrisi pada ubi kayu
meliputi BK 35%, abu 2,3%, PK 2,9%, SK 4,9% , LK 0,7%, BETA-N 89,2%, Ca
0,18%, p 0,09%, TDN 7,9%.

Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energi dalam ransum, harus diimbangi dengan
sumber protein yang lebih tinggi. Kadar kalsium dan phosfor cukup, akan tetapi karena
kandungan asam oksalat yang tinggi (0.1-0.31%) sehingga akan mempengaruhi penyerapan Ca
dan Zn.

Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam sianida (HCN) yang
terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik. Dua macam glikosida sianogenik dalam ubi kayu
yaitu lanamarine (Lebih kurang 95% dari bentuk glikosida sianogenik) dan bentuk lotaustarin.
Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari
asam amino tersebut akan meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur
inorganik. Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk ungas
5-10%, babi 40-70% dan ruminansia 40-90%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pengamatan praktikum yang telah dilaksankan dapat
disimpulkan bahwa organ-organ pencernaan ternak ruminansia dimulai dari mulut,
esofhagus, lambung ( rumen, reticulum, omasum, dan abomasums), usus halus, secum,
usus besar dan rectum. Ternak ruminansia memiliki empat lambung sehingga
dinamakan ternak poligastrik, lambung tersebut memiliki bagian-bagian yaitu rumen
sebagai tempat penyimpanan pakan sememtara, retikulum atau perut jala, omasum atau
perut kitab, dan abomasums sebagai lambung sejati pada ruminansia. Adapun organ-
organ aksesoris pada ternak ruminansia pada sistem pencernaan atau digestorium terdiri
dari gigi, lidah, hati, pancreas,limfa dan empedu.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini melakukan cara dan proses pembedahan juga pada setiap
organ-organ pencernaan dan aksesorisnya agar praktikan mengetahui cara pembedahan
yang benar dan mengetahui bentuk dan cirri fisik setiap organ.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai