USULAN PENELITIAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2018
i
USULAN PENELITIAN
Oleh :
PUJI MAULANA KUSUMA
NIM : 201410350311103
Menyetujui :
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4 Metode Penelitian ................................................................................... 30
3.4.1. Rancangan Percobaan ...................................................................... 30
3.4.2. Perlakuan ......................................................................................... 31
3.4.3. Tabulasi Data ................................................................................... 31
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................. 31
3.6 Pelaksanaan ............................................................................................ 32
3.6.1. Persiapan .......................................................................................... 32
3.6.2. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 33
3.6.2.1. Pembuatan MOL Bonggol Pisang ................................................... 33
3.6.2.2. Pembuatan Sampel Biourine Kelinci ............................................... 34
3.6.2.3. Pengambilan Data ............................................................................ 35
3.7 Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 37
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I. PENDAHULUAN
pertumbuhan populasi kelinci mencapai 0,30 %. Hal ini sesuai dengan Disnak
Jatim 2017, bahwa data stastistik populasi ternak kelinci tahun 2015 mencapai
265.865 ekor dan tahun 2016 mencapai 344.597 ekor. Peningkatan populasi ini
sayangnya para peternak banyak tidak mengatahui manfaat dari urin kelinci yang
bisa diolah menjadi pupuk cair. Menurut Karo 2014, menyatakkan bahwa manfaat
pupuk cair urine kelinci dapat memperbaiki struktur tanah, juga untuk
penyakit, mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu
lainnya. Urin kelinci memiliki kandungan unsur Nitrogen (N), Phosfor (P),
Kalium (K) yang lebih tinggi tinggi (2.72%, 1.1%, dan 0,5%) dibandingkan
1
dengan urin ternak lainnya seperti kuda, kerbau, sapi, domba, babi dan ayam
(Wiguna 2010).
Salah satu faktor yang menentukan kualitas biourine adalah kerja dari
apabila mereka mendapatkan makanan yang optimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Widyatmoko dan Sitorini , 2001, bahwa bahan baku yang masih segar
Pengolahan urine menjadi pupuk cair dapat dilakuakan dengan cara fermentasi.
menghasilkan energi serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh
nabati yaitu bonggol pisang. Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang
cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Hal ini sesuai dengan Munadjim,
1983, bahwa bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan
Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun
Pupuk cair adalah dekomposisi dari bahan - bahan organik atau proses
2
Penggunaan MOL bonggol pisang Mikroorganisme dapat diproduksi dari bahan
nabati maupun hewani, sehingga biaya produksi relatif murah dan mudah didapat.
makro seperti nitrogen dan phosfor pada biourine kelinci. Oleh karena itu perlu
bioaktivator dalam urine maka perlu kajian terkait penambahan bonggol pisang
kelinci?.
3
1.4 Manfaat
Berdasarkan permasalahan penelitian ini adapun manfaat yang dapat
ketahui yaitu :
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat
tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolisme nitrogen
dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin
yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal,
konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin yang
dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak (Rinekso et al. 2011).
kelinci memiliki kandungan unsur Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K) yang
lebih tinggi (2.72%, 1.1%, dan 0,5%) dibandingkan dengan urine ternak lainnya
seperti sapi yaitu N (0,5%), P (0,2%) dan K (0,5%) sedangkan pada domba yaitu
sebagai pengatur tumbuh diantaranya Indole aceti acid (IAA). Lebih lanjut
pertumbuhan vegetatif tanaman, karena baunya yang khas, urin kelinci juga dapat
mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urin kelinci juga dapat
Urin kelinci dapat diolah menjadi pupuk organik cair setelah diramu dengan
5
peternakan yang selama ini juga sebagai bahan buangan. Pupuk organik cair dari
urin kelinci ini merupakan pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah
sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah.
Namun, pupuk orgnaik cair dari urin kelinci ini juga memiliki kelemahan, yaitu
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, sebagai
sumber energi, air kelapa dan urin sebagai sumber mikroorganisme. Larutan MOL
yang telah mengalami proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan
pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi
6
menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar, Pemakaian pupuk
kimia hingga 400 kg per musim tanam pada 1 Ha sawah. Waktu pembuatan
relatif singkat dan cara pembuatannya pun mudah. Selain itu, MOL juga ramah
Semua bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun memiliki
Sedangkan bagian tanaman pisang yang lain, yaitu jantung, batang, kulit buah,
dan bonggol jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja menjadi limbah pisang.
Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi
yang lengkap. Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan
bonggol pisang sangat melimpah. Karena petani pisang pada umumnya hanya
membiarkan bonggol pisang dan batang pisang tersebut hingga membusuk begitu
saja, setelah memanen buahnya. Kandungan dalam bonggol pisang juga meliputi
karbohidrat, kalium, fosfor, air dan zat besi. Bonggol pisang mengandung
karbohidrat 66,2%. Dalam 100 gram bahan, bonggol pisang kering mengandung
karbohidrat 66,2 gram dan pada bonggol pisang segar mengandung karbohidrat
7
memungkinkan untuk difermentasi untuk menghasilkan cuka pada proses
fermentasi, karbohidrat akan diubah menjadi gula dan gula diubah menjadi
alkohol dan alkohol akan diubah oleh menjadi asam asetat (Wulandari, dkk 2009).
pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam
(Suhastyo, 2011). Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol
pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia
inilah yang biasa menguraikan bahan organik. Mikrobia pada MOL bonggol
vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit. Kadar asam fenolat
baik pada kandungan karbohidrat, protein, fosfor dan kandungan lainnya yang
penting dan dibutuhkan oleh manusia. Komposisi antara satu jenis pisang dengan
lainnya hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda. Adapun
8
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Bonggol Pisang
No Kandungan Gizi Bonggol Basah Bonggol Kering
1 Kalori (kal) 43,00 425,00
2 Protein (gram) 0,36 3,45
3 Lemak (gram) 0 0
4 Karbohidrat (gram) 11,60 66,20
5 Kalsium (mg) 15,00 60,00
6 Fosfor (mg) 60,00 150,00
7 Zat besi (mg) 0,50 2,00
8 Vitamin A (SJ) 0 0
9 Vitamin B1 (mg) 0,01 0,04
10 Vitamin C (mg) 12,00 4,00
11 Air 86,00 20,00
12 Bagian yang dapat 100 100
dikonsumsi (%)
Sumber: Maudi (2008).
lokal (MOL) menjadi salah satu alternatif penyediaan unsur hara di dalam
bahan organik, dan sebagai bio pestisida, karena itulah penggunaan pupuk
MOL dalam penyediaan hara sangat mudah, murah, dan efisien karena
sering dijumpai dan umumnya berupa limbah seperti ampas tahu, serta
bahan gula merah, feses sapi bali dan air masing-masing sebanyak 1:1:1
penyaringan untuk memisahkan daun atau sisa pakan pada feses sapi,
9
kemudian dilakukan fermentasi selama 14 hari dan terakhir dilakukan
penyaringan, air hasil penyaringan merupakan MOL feses sapi bali yang
siap digunakan. Ciri-ciri MOL hewani yang baik yaitu memiliki warna
2017).
dalam baskom dan dicampur dengan air cucian beras dan gula merah.
siap digunakan. Ciri-ciri MOL nabati yang baik yaitu memiliki warna
2017).
2.3 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi
segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi,
hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu
fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan
10
yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proses
fermentasi. Waktu fermentasi MOL berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL
pada fermentasi hari ke-7 dan hari ke-14. Mikroorganisme pada MOL cenderung
menurun setelah hari ke-14. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan makanan
dalam MOL. Proses fermentasi yang lama menyebabkan cadangan makanan akan
sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa
pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion - ion
elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormon, zat toksin (obat,
vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal
kapur). Zat - zat yang terdapat dalam urine tersebut masih bersifat kompleks yang
sulit diserap oleh tanaman, misalnya seperti Na, Cl dan asam urat yang terdapat
dalam urine kelinci tersebut. Dengan adanya fermentasi, maka zat - zat kompleks
perubahan bentuk senyawa yang lebih sederhana atau dengan kata lain proses
senyawa dalam urine tersebut akan memperkaya kandungan bahan kimia yang
11
(http://bisnis.liputan6.com/read/497531/dahlan-urine-kelinci-bisa-jadipupuk-
bernilai-jual).
a. Keasaman (pH)
b. Mikroba
c. Suhu
d. Oksigen
12
pertumbuhan atau membentuk sel – sel baru dan untuk fermentasi.
(Winarno, 1984)
e. Makanan
menyediakan:
2.3.2 Bioaktivator
Menurut Wahyono (2010), bioaktivator bahan aktif biologi yang
13
asam amino. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara,
EM4 ataupun botani dan molasses sebagai energi yang digunakan oleh
cair dari urine kelinci dapat berlangsung secara cepat dengan bantuan EM4
ini, yaitu sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang baik
dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas, tidak berbau
2.4 Biourine
Biourine merupakan istilah yang popular dikalangan para pengembang
pertanian organik. Biourine merupakan urine yang diambil dari ternak yang
14
kandungan unsur nitrogen dalam biourine akan lebih tinggi dibandingkan dengan
Salah satu faktor yang menentukan kualitas biourine adalah kerja dari
apabila mereka mendapatkan makanan yang optimal, bahan baku yang masih
kualitas pupuk cair organik yang dihasilkan menjadi semakin baik kandungannya
jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur
kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang
aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk
Maspary (2010) menyatakan bahwa manfaat lain biourine yaitu: 1). Zat
perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit 2). Sebagai Pupuk daun
organik 3). Dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting
akibat serangan thrip. Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah
datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi
nitrogen (N), Phosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan untuk
pertumbuhan tunas dan batang dan daun. Phosfor (P) digunakan untuk
15
merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Sementara kalium (K) digunakan
(Setiawan, 2007).
16
2.4.1 Proses pembutan biourine
bahan yang berasal dari urine (biourine) dan pupuk cair dari kotoran
kandang berbentuk cair yang berasal dari kotoran hewan yang masih segar
yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan
dalam air dengan perbandingan tertentu. Urine dihasilkan oleh ginjal dan
merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh,
yaitu urea, asam uric dan creatine hasil metabolisme protein. Urine juga
reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat
akhir dan pengemasan. Bahan baku dengan kondisi yang masih segar dan
17
pupuk cair organik yang dihasilkan menjadi semakain baik kandungannya
(Lingga, 1994).
Jika kita hanya memanfaatkan fermentasi urine saja, maka urine yang
dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu maksimal hasilnya. Maka dari
2.4.2 molasses
18
Berikut adalah tabel data yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata
tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat nutrisi bagi bakteri
mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit
untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama
19
diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi
yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik
tidak dapat lagi dikristalkan dalam proses pemasakan di pabrik gula. Hal
Ratio (SRR) yang rendah yaitu berkisar antara 0,98 – 2,06 (Kurniawan,
a. Glukosa : 21,7 %
b. Sukrosa : 34,19 %
c. Air : 26,49 %
d. Abu : 17,62 %
2.5 Nitrogen
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutanma pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
20
struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun akan memudar
terhambat, daun bewarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun
memucat.
tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Menurut Riadi
akan mampu tumbuh dengan cepat dengan adanya unsur nitrogen dalam bentuk
bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Nitrogen atau Zat
Lemas diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3 - (nitrat) dan NH4 +
ditemukan di atmosfer bumi (78% volume) sebagai gas diatom dengan rumus
molekul N2, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak dapat terbakar,
sangat sedikit larut dalam air dan bersifat tidak reaktif kecuali pada suhu tinggi.
digunakan petani berasal dari nitrogen sintetis yang dapat merusak tanah dan
21
daun tanaman, sintesis asam aminodan protein dalam tanaman, serta merupakan
Total pada tiap reaktor tidak sama akibat kecepatan mikroba yang mengurai bahan
(2013) menambahkan bahwa nilai N total pada tiap perlakuan tidak sama akibat
NaOH 50% untuk melepaskan NH3 yang ditampung dengan larutan asam borat
1%. Sampel yang telah didestilasi selanjutnya dititrasi dengan HCL encer (0.05 N)
ditambah 1 gram serbuk selenium mixer, 5 ml H2SO4 pekat, dan paraffin cair 5
tetes. Sample didestruksi atau dipanaskan pada suhu 150-250oC. Setelah berubah
warna kuning kehijauan, api dimatikan dan didinginkan, lalu ditambahkan air
± 100 ml dan ditambahkan NaOH 50%. Didihkan diatas suhu 50oC dan hasil
22
destilasi ditampung dengan Erlenmeyer 250 ml yang telah diisi H3BO3 1% dan
ditambahkan indikator Conway setelah hasil tampungan atau destilasi 100 ml, alat
dimatikan dan hasil tampungan dititrasi dengan HCl 0,02 ml atau yang sudah
diketahui normalitasnya. Hasil titrasi dicatat dan berapa ml HCl yang digunakan
Perhitungan :
1000
N-total (ppm) = x 14 x (ml contoh – ml blangko) x NHCL
5
2.6 Phosfor
Phosfor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur hara
ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur (P) adalah hara kedua
Unsur phosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Berbagai jenis protein tertentu
cair juga meningkat. Kandungan phosfor dalam substrat akan digunakan oleh
phosfor terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar
mikroorganisme phosfor salah satunya terikat dalam bentuk P2O5 di akhiri proses
23
dekomposisi. Phosfor berada dalam dua bentuk, yaitu inorganik dan organik
nitrogen. Unsur ini merupakan bagian penting dari nukleoprotein inti sel yang
akar, pemasakan buah, transport energi dalam sel, pembentukan buah dan
produksi biji (Yulipriyanto, 2010). Phosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein
dan fosfatide, merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari
inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan
jaringan meristem. Phosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4 - , dan HPO4 - .
Serapan fosfat terbesar terjadi pada kisaran pH 4,0-8,0 dan di atas atau dibawah
nitrogen ternyata dapat meningkatkan kadar phosfor dalam proses fermentasi yang
peningkatan kadar P yang drastis hal ini menunjukkan bahwa di dalam EM-4
memiliki kandungan fosfat yang cukup untuk kebutuhan tanaman, yang tentunya
kadarnya tidak melebihi standart kadar pupuk organik cair yaitu sebesar <2%.
24
meningkat dengan bertambahnya volume bioaktivator EM4 begitu juga dengan
kadar kalium dan nitrogen, dan akan mengalami penurunan pada penambahan
sekitar 12,5 mL. Nilai kadar phosfor yang tertinggi yaitu pada penambahan
direduksi dengan pereduksi asam askorbat sampai timbul warna biru. Absorban
aquades dan dihimpitkan sampai tanda tera. Ekstrak yang sudah mengalami
ditambahkan 9 ml aquades, dikocok dan dibiarkan selama lima menit. Buat satu
25
seri larutan standar baku P yang mempunyai konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm
P. P diukur dengan alat ukur spectrofotometer pada panjang gelombang 660 ppm
Perhitungan:
1000 50 10
P (ppm) = x x x Std.P x Pembacaan (ppm)
1 5 1000
2.7 Hipotesis
1. Diduga ada pengaruh penambahan MOL bonggol pisang dalam fermentasi
26
III. METODE PENELITIAN
jenis kelinci lokal yang di ambil di peternak yang ada di desa Kungkuk,
: Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu urin kelinci, MOL
EM4. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol plastik,
27
EM4 selama 14 hari, adapun jenis pisang yang digunakan adalah pisang
agung.
Variabel Terikat : Kadar N dan P, yaitu kadar N dan P yang terdapat dalam
kjedahl.
berikut :
lebih kurang 1 jam. Matikan api pemanas dan biarkan bahan menjadi
dmgin.
28
sudah didinginkan dalam almari es. Pasanglah labu kjedahl dengan
warna kuning.
laakukan perhitungan % N :
% N1 – N2
% Kesalahan = x 100
Rata-rata % N
spektrofotometer.
berikut :
29
2. Langkah kedua menambahkan 5 ml HNO3 dan 0,5 ml HClO4,
mengocok dan mendiamkan selama 3 jam.
4. Proses destruksi berakhiri bila sudah keluar asap putih dan cairan
dalam labu tersisasekitar 0,5 mL, kemudian dinginkan dan encerkan
Yij = µ + Gi + ∑ij
Keterangan :
30
µ = Nilai tengah umum
Gi = Pengaruh ke-i
3.4.2. Perlakuan
Perlakuan pada penelitian ini adalah penggunaan MOL bongol
penelitian ini :
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan Anava. Jika hasil
analisis berpengaruh maka dilakukan uji lanjutan Duncan's Multiple Range Test
31
atau (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.Tabel analisis variansi
3.6 Pelaksanaan
3.6.1. Persiapan
a. Pembuatan Wadah Fermentasi
ukuran 1,5 liter, kemudian diberi selang kecil menuju botol dengan
yang difermentasi.
kandang agar tidak terkontaminasi dengan urine. Dalam hal ini kelinci
di letakkan pada kandang yang sesuai dengan panjang dan lebar tubuh
32
ketika kelinci sedang mengeluarkan air kencing, urinnya dapat tepat
MOLASES 30 %
FERMENTASI 14 HARI
DISARING
33
siap digunakan. Ciri-ciri MOL nabati yang baik yaitu memiliki
sebagai berikut:
PEMBERIAN
P0 : Tanpa MOL bonggol pisang
BIOAKTIVATOR
P1 : EM4 5% + MOL bonggol pisang 5%
PENGUJIAN
UNSUR NITROGEN & PHOSFOR
34
EM4 5% dengan penambahan MOL bonggol pisang sebnyak 5%, P2
dengan ukuran 1,5 liter yang diberi selang kecil menuju botol plastik lain
dengan ukiran 800 ml yang bertujuan agar hasil fermentasi yg menguap dapat
tertampung diwadah yang lain dan tidak bercampur dengan urin yang
difermentasi. Setelah itu baru dilakukan pengujian unsur nitrogen dan phosfor
Malang.
35
3.7 Jadwal Kegiatan
Tabel 6. Jadwal Kegiatan
Uraian Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
x x x
Proposal
Seminar x
Persiapan Alat dan
x x
Bahan
Pelaksanaan
x x x
Penelitian
Pengumpulan Data x x
Analisa Data x
PenyusunanLaporan x
Konsultasi Laporan x
Ujian Skripsi x
36
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L., Parker, S., & Peter, G. (2004). Audit Committee Characteristics and
Restatement. A Journal of Practice and Theory, 69-87.
Affandi. 2008. Pemanfatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisis
Makanan. http://affandi21.xanga.com/644038359/pemanfaatan-urinesapi-
yang-difermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman/. Diakses tanggal 26 November
2017.
AOAC, 1990. Official Methods of Analysis of the Association. Of Official
Analytica Chemist, Washington DC.
_____, 1970 : Official Methods of Analysis of The Association of Official
Analytical Chemists . Washington, D.C.
_____, 1999. Official Methods of Analysis of AOAC International. The
Association ofOfficial Analitycals, Contaminants, Drugs. Vol 1. AOAC
International. Gaithersburg.
Dinas peternkan jawa Timur, 2017. Data Stastitik Populasi Ternak. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017. Rabbit Population
by Province. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Darwis, 1992. Teknologi Fermntasi. Rajawali-press, Jakarta
Djuarnani & Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka:
Jakarta.
Dwicaksono, M., B. Suharto dan L.D. Susanawati. 2013. Pengaruh Penambahan
EM4 pada Limbah Industri perikanan Terhadap Kualitas Pupuk cair
Organik. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan. Vol.1 (1):1-6.
Gaman, P.M. (1992). Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi, Edisi Kedua. Diterjemahkan dari buku The Science of Food,
An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology oleh
Murdijati Gardjito, dkk. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hartatik, W. dan L.R., Widowati. 2006. Pupuk Kandang, hal 59-82. Dalam R. D.
M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.
Hartatik (Eds). Pupuk Kandang. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
(Organic Fertilizer and Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian Badan Penelitian dan pengembangan pertanian, Bogor.
Hidayatullah, 2005. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Vol. 8, No.1, Maret 2005 : 124-136.
37
Huda.M.K.2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi dengan Aditif
Tetes Tebu (molasses) Metode Fermentasi.Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Indriani, Y. H. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Karo. B. B., A.E. Marpaung, A. Lasmono. 2014. Efek Tehnik Penanaman Dan
Pemberian Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kentang Garonala (Solanum Tuberosum L). Prosiding Seminar Nasional
Sains Dan Inovasi Teknologi Pertanian. Lampung.
Lingga, 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Londra, M, I. 2008. Membuat Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing.
WartaPenelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No.6 2008. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Marsiningsih, Ni Wayan. 2015. Analisis Kualitas Larutan Mol Berbasis Ampas
Tahu. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Fakultas Pertanian. Universitas
Udayana. Vol.4. No.3.
Marsono, dan Paulus, S., 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Maspary. 2010. Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi. http:// www.
gerbangpertanian. com/2010/04/cara-mudah-fermentasi-urine-sapi
untuk.html. Diakses tanggal 26 November 2017.
Maudi Firza. (2008).Pemanfaatan Bonggol Pisang Sebagai Bahan Pangan
Alternatif.Diaksesdari(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/31572/Pemanfaatan20%Bonggol.pdf ) diakses tenggal 5 Desember 2017.
Misa D. 2015. Bio Urine (Pupuk Organik Cair) Dari Kencing Kelinci.http://www.
Bio Urine (Pupuk-Organik-Cair) dari-kencing-kelinci.Html. Diakses tanggal
9 Desember 2017.
Mudhita.I.K, dan Saparudin.2014. Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair
dengan Teknologi Enzymatik pada Kelompok Tani Karya Baru Di
Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Agrinimal, Vol. 4, No. 2
Hal. 64-71.
Munadjim, 1983. Teknologi Pengelolahan Pisang. PT. Gramedia, Jakarta.
Nur Azizah, 2017. Pengaruh Jenis Dekomposer dan Lama Fermentasi Terhadap
Kualitas Pupuk Cair (Bourine) Kelinci. Universitas Hasanuddin Makasar.
Oktiawan.W., Sarminingsih.A., Purwono., dan Afandi.M.2015. Strategi Produksi
Pupuk Organik Cair Komersial dari Limbah Rumah Potong Hewan (RPH)
Semarang. Jurnal Presipitasi Vol. 12 No. 2 September 2015.
38
Panudju, T.I. 2011.Pedoman Teknis Pengembangan Rumah Kompos Tahun
Anggaran 2011. Direktorat Perluasan Dan Pengolahan Lahan, Direktorat
Jendral Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian, Jakarta.
Peraturan Pemerintahan. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.
70/Permentan/SR.149/10/2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan
Pembenahan Tanah.
Riadi L. 2007. Teknologi Fermentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, Pr.
Rinekso K. B., E. Sutrisno, dan S. Sumiyati. 2011. Studi Pembuatan Pupuk
Organik Cair dari Fermentasi Urine Sapi (Ferisa) dengan Variasi Lokasi
Peternakan yang Berbeda.
Sarief, E. S. 1989. Fisika Kimia Tanah Ultisol Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung.
Setianingsih, R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikro Organisme
Lokal (MOL) dalam Priming, Umur Bibit dan Peningkatan Daya Hasil
Tanaman Padi (Oryza sativa L.): Uji Coba penerapan System of Rice
Intensification (SRI). BPSB. Propinsi DIY. Yogyakarta.
Setiawan., 1998. Studi Pembuatan Pupuk Organik cair dari Fermentasi Urin Sapi
(Fenisa) dengan Variasi Lokasi Peternakan Yang Berbeda. Program Studi
Tehnik Lingkungan Hidup. Undip. Semarang.
________, A. L. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sudarmaji, S., Haryono. B., & Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suhastyo, A A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Local
yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice
Intensification). Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sukasa, I. M., Antara N. S,. Dan Suter, I K. 1996. Pengaruh lama fermentasi
media bonggol pisang terhadap aktivitas glukoamilase dari Aspergillus
niger. Ilmiah Teknologi Pertanian. 2(1): 18-20
Suryati, Teti. 2014. Bebas Sampah dari Rumah Cara Bijak Mengolah Sampah
Menjadi Kompos dan Pupuk Cair.PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Susilorini T.E., Sawitri M. E dan Muharlien. 2008. Budi Daya Ternak 22 Ternak
Potensial.Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, 2002,Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Jakarta:Kanisius.
39
Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Warasfarm. 2013. Potensi Urine Sebagai Pupuk Organik Cair. http: //warasfarm.
wordpress.com/ 2013/ 01/ 22/ potensi - urine - sapi - sebagai- pupuk-
organik - cair -poc/. Diakses tanggal 26 November 2017.
Wiguna, Joni. 2010. Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci dan
macam pengajiran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) varietas Bella F1. Fakultas Pertanian Universitas
Winaya Mukti. Sumedang.
Winarno. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : PT. Gramedia
Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta. 115 hlm.
Wulandari D.,D.N. Fatmawati, E.N. Qolbaini, K.E. Mumpuni, & S. Praptinasari.
2009. Penerapan MOL (mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai
Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Yuli, A. dan H. Hidayati. 2011. Kualitas Pupuk Cair Hasil Pengolahan Feses Sapi
Potong Menggunakan Saccharomyces cereviceae. Jurnal Ilmu Ternak
Vol.11 (2):1-11.
YuliantoA.B, Ariesta.A, Heryadi.D.P.A.H, Bahrudin.M dan, Santoso.G. 2009 .
Buku Pedoman Pengolahan Sampah Terpadu : Konversi Sampah Pasar
Menjadi Kompos Berkualitas Tinggi. Jakarta.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Startegi Pengolahannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta
40