Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350721430

MODEL, NILAI DAN MORALITAS KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Article · April 2021

CITATIONS READS

0 4,863

2 authors, including:

Fauzan Adzima
Universitas Lambung Mangkurat
4 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

islamic studies View project

All content following this page was uploaded by Fauzan Adzima on 08 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MODEL, NILAI DAN MORALITAS KEPEMIMPINAN
DALAM PENDIDIKAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D.
Drs. Sulaiman, M.Pd., Ph.D.

Oleh:
KELOMPOK 3 KELAS A
1. Abdi Oriza 2020111310079
2. Dina Rika Yandini 2020111320073
3. Eka Lisdyawati 2020111320072
4. Fauzan Adzima 2020111310081
5. Mutia Fitriani 2020111320051
6. Retno Lestari 2020111320100
7. Susmi 2020111320018
8. Tri Noorbudi Wibowo 2020111310107
9. Bawi Patriah 2020111320027
10. Aminudin 2020111310049
11. Mery Marselina 2020111320002
12. Syahrianti 2020111320002

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Karunia, Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Model, Nilai Dan Moralitas
Kepemimpinan Dalam Pendidikan” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Penyusunan makalah ini tentunya tak lepas dari bantuan pihak-pihak yang
mendorong dan memotivasi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D. dan bapak Drs. Sulaiman, M.Pd., Ph.D.
selaku dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Kami mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami persilakan kepada para pembaca agar dapat
memberikan kritik serta saran yang membangun untuk dijadikan bahan evaluasi
dan introspeksi bagi kami serta menjadikan kami lebih baik ke depannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih.

Banjarmasin, Maret 2021

Penulis
Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Hakikat (Pengertian) Kepemimpinan .................................... 6
B. Teori Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan dalam
Pendidikan ............................................................................ 7
C. Nilai dan Moralitas Kepemimpinan dalam Pendidikan .......... 16
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin dalam
Pendidikan ............................................................................ 19
BAB III PENUTUP ................................................................................. 23
A. Kesimpulan ......................................................................... 23
B. Saran ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah fenomena yang terdapat dalam setiap
komunitas, dimana manusia berinteraksi baik dalam kelompok primitif
sampai dengan kelompok maju, mulai dari kelompok yang terkecil (keluarga)
sampai dengan organisasi sosial yang paling tinggi (negara), bahkan juga
dalam interaksi antarnegara. Dalam gambaran pengembangan kepemimpinan
masa depan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pemimpin dalam
masyarakat modern yang dinamis. Masyarakat modern selalu mengalami
perubahan secara terus menerus. Perubahan itu semakin lama semakin cepat
didorong oleh kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Fauzi & Muali (Syadzili, 2019) Kepemimpinan yang terdapat dalam
realita kehidupan ini, keberadaannya selalu mengalami perubahan yang
signifikan. Keberadaan kepemimpinan selalu menjadi pembahasan yang tiada
habisnya, karena terdapatnya isu yang amat menarik untuk dilakukan
pendiskusian. Keberadaan kepemimpinan sangat penting dalam melakukan
pengawalan terhadap kemajuan suatu organisasi dengan kondisi yang kerap
mengalami perubahan tanpa menentu. Menurut Kotler (Fred, 2011) Proses
kepemimpinan melibatkan: (a) mengembangkan visi untuk organisasi; (b)
menyelaraskan orang dengan visi itu melalui komunikasi; dan (c) memotivasi
orang untuk bertindak melalui pemberdayaan dan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar. Proses kepemimpinan menciptakan ketidakpastian dan
perubahan dalam organisasi.
Pemimpin melakukan pengawalan ini bermaksud untuk menciptakan
suasana yang kondusif dan stabil dalam tubuh organisasi, supaya dalam
proses menjalankan organisasi tidak mengalami suatu permasalahan. Banyak
organisasi yang mengalami kemunduran tatkala proses pengawalan tidak
berjalan dengan baik. Sebagaimana analisis Lawler tentang kepemimpinan,
bahwa perubahan yang tidak menentu dalam suatu organisasi membutuhkan

1
sosok pemimpin yang bisa melakukan suatu antisipasi terhadap perubahan
dengan pengetahuan yang konfrehensif dalam mentrasformasikan perubahan
organisasi (Lawler, 2007). Sosok kepemimpinan yang tampaknya mampu
menjawab analisis Lawler tentang kemampuan melakukan pengelolaan
perubahan terhadap kondisi yang sedang berlangsung atas suatu organisasi
adalah model kepemimpinan transformasional yang keberadaannya
berdasarkan visi dan pemberdayaan yang telah menunjukkan efek positif.
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yaitu membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan,
mempertahankan semangat kerja dan memotivasi bawahan. Kemampuan
mempengaruhi adalah kunci dari kepemimpinan. Rasionalitas, efisiensi,
kreativitas, kemandirian, keberanian mengambil resiko, keberanian bersaing,
keberanian bertanggung jawab, senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
performansi, kemampuan melihat ke depan, keterbukaan, kepatuhan pada
hukum, ethos kerja, merupakan beberapa nilai penting yang perlu ditanam-
kembangkan terus menerus. UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
payung hukum bagi peningkatan kepemimpinan pendidikan dan tenaga
kependidikan yang bermutu.
Pimpinan lembaga pendidikan (kepala sekolah) diharapkan
memunculkan format baru pendidikan efektif bagi warga masyarakat untuk
mampu menangkap tanda-tanda zaman dalam era global. Untuk itu sudah
saatnya, pimpinan pendidikan, khususnya kepala sekolah diseleksi secara
jujur dan adil oleh lembaga independen agar diperoleh kepala sekolah yang
terpercaya (credible), mampu (capable), dan dapat diterima (acceptable) oleh
semua warga sekolah. Jadi, kebiasaan lama yang mengangkat kepala sekolah
atas dasar senior saja, atau faktor lain yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
tanpa memperhatikan kredibilitas dan kapabilitas harus ditinggalkan.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan
kepemimpinannya (to lead) sehingga bawahan dapat bergerak sesuai dengan

2
yang diinginkan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi yang
hendak dicapai dan bukan merupakan kamuplase (kepura-puraan/keinginan
pemimpin) dari kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun
pemimpin itu adalah bagian dari anggota organisasi itu sendiri. Adapun
pergerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasan
yang dimiliki oleh pemimpin, karena bagaimanapun bukan hanya sebuah
simbol atau kedudukan semata.
Pengaruh perilaku yang baik dan benar di pengaruhi oleh nilai dan
etika yang di terapkan oleh pemimpin. Nilai etika adalah perilaku, sikap
(attitude) dan nilai-nilai kehidupan yang baik atau buruknya diakui oleh
seluruh umat manusia tanpa memandang agama, budaya, suku, atau bangsa.
Seorang kyai bukan hanya sebagai seorang pemimpin. Individu yang
menjalankan proses kepemimpinan disebut pemimpin (leader). Sedangkan
orang yang dipimpin disebut anggota atau pengikut (followers). Dalam
berbagai tindakannya seorang pemimpin menggunakan kemampuan
memengaruhi anggota atau pengikutnya. Dalam hal ini, peran para pemimpin
sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas kehidupan manusia.
Peran pemimpin tersebut dijalankan, baik dalam keluarga maupun organisasi,
masyarakat, serta negara dan bangsa. Dengan demikian, proses
kepemimpinan dapat berlangsung di mana saja dan setiap waktu dengan
kehadiran para pemimpin di tengah orang-orang yang dipimpinnya dalam
mengarahkan perubahan kualitas hidup yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
Peranan para pemimpin dalam pentas sejarah kemanusiaan dan
kebudayaan sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas kehidupan
umat manusia, baik dalam keluarga maupun organisasi dan masyarakat serta
negara pada suatu bangsa. Pada prinsipnya proses kepemimpinan dapat
berlangsung di mana saja dan setiap waktu. Tidak seorang pun yang begitu
lahir betul-betul siap menjadi pemimpin. Meskipun setiap orang memiliki
bakat atau potensi yang memungkinkan dirinya akan menjadi pemimpin yang

3
baik, namun perlu dikembangkan dalam pengalaman, pendidikan, dan latihan.
Beberapa bakat dari pemimpin yang baik menurut Overton (Nasution, 2016),
mencakup: (1) kejujuran dan integritas, (2) keberanian/semangat, (3)
keinginan/dorongan memimpin, (4) percaya diri, (5) kecerdasan, dan (6)
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Dalam hal ini, inti
kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi orang lain.
Sebagai suatu proses memengaruhi kegiatan perorangan atau
kelompok dalam mencapai tujuan, kepemimpinan dapat berlangsung di mana
saja dan kapan saja. Salah satu situasi yang menyediakan berjalannya
kepemimpinan adalah organisasi sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.
Pimpinan, anggota/pengikut, dan situasi tertentu merupakan unsur-unsur
dalam kepemimpinan yang diawali dari memengaruhi orang lain melakukan
sesuatu tindakan dan diakhiri dengan tercapainya tujuan atau kepuasan
pelanggan atau pihak terkait.
Pimpinan sekolah menyadari hal yang unik dan tuntutan etika.
Sekolah adalah institusi moral, yang dirancang untuk memperjuangkan norma
sosial. Kepala sekolah adalah agen moral yang harus sering membuat
keputusan sesuatu yang baik dan nilai-nilai moral daripada tindakan yang
lain. Bahkan, meskipun kepala sekolah mengabdi kepada kebaikan masa
depan anak, maka anak didik memiliki kebaikan, tidak ada suara-suara dalam
berbagai peristiwa keseharian yang melanggar nilai moral. Untuk semua
alasan ini, tindakan kepala sekolah harus merupakan agen menyampaikan
nilai moral.
Kewajiban moral kepala sekolah dinyatakan dalam, tindakannya tidak
hanya dalam kenyataan harian mengalami dilema etika, akan tetapi juga
dalam membuat kebijakan dan struktur bahwa mungkin saja memiliki
implikasi etika yang tersembunyi. Bagaimanapun setiap susunan sosial
menguntungkan sejumlah orang pada pergaulannya dengan orang lain,
singkatnya untuk menduga bahwa kehadiran sekolah menginginkan ada
standar adalah etika yang harus dipatuhi setiap pribadi dalam kehidupannya.
Kemudian kepala sekolah harus tidak hanya melakukan tanggung jawab

4
sebagai individu, tetapi harus menciptakan suatu institusi yang beretika atau
etika institusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam makalah ini:
1. Apa hakikat kepemimpinan?
2. Bagaimana serta teori akan kepemimpinan itu dan model
kepemimpinan?
3. Apa nilai dan moralitas kepemimpinan dalam pendidikan?
4. Apa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui hakikat kepemimpinan?
2. Untuk mengetahui teori akan kepemimpinan dan model
kepemimpinan?
3. Untuk mengetahui nilai dan moralitas kepemimpinan dalam
pendidikan?
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin
dalam pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat (Pengertian) Kepemimpinan
Hakikat kepemimpinan merupakan proses kegiatan mempengaruhi
orang lain melakukan aktivitas, maka terdapat banyak variasi pendapat
tentang kegiatan fungsional yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi pengikut atau karyawan Kepemimpinan selalu melibatkan
upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi perilaku seseorang
pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi.
Pengertian Kepemimpinan secara umum adalah sebuah kemampuan
yang terdapat di dalam diri seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau
memandu pihak tertentu untuk mencapai tujuan. Sementara itu, definisi
pemimpin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
memimpin. Jadi, seorang pemimpin wajib memiliki kemampuan untuk
memengaruhi atau memandu sekelompok orang/pihak. Para ahli jug
aberpendapat tentang hakikat kepemimpinan diantaranya :
1. Menurut Stoner : Kepemimpinan adalah Sebuah proses dalam
mengarahkan atau memengaruhi kegiatan terkait sebuah organisasi
atau kelompok demi mencapai tujuan tertentu.
2. Menurut Wahjosumidjo : Kepemimpinan merupakan kemampuan
dalam diri seseorang dan mencakup sifat-sifat, seperti kepribadian,
kemampuan, dan kesanggupan. Kepemimpinan tidak dapat dipisahkan
dari gaya, perilaku, dan kedudukan pemimpin bersangkutan dan
interaksinya dengan para pengikut serta situasi.
3. Menurut Sondang P. Siagian : Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi
tertentu dalam memengaruhi orang lain, khususnya bawahannya. Ini
dilakukan supaya mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan
arahan tertentu supaya tujuan dapat tercapai dengan mudah.

6
4. Menurut Hemhiel dan Coons : Kepemimpinan adalah perilaku individu
ketika memimpin aktivitas dalam kelompok atau organisasi untuk
mencapai tujuan bersama atau shared goal.
Kepemimpinan merupakan bidang ilmu yang kompleks dan variatif.
Kepemimpinan mudah diidentifikasi tetapi sulit untuk didefinisikan secara
persis. Beberapa ahli kepemimpinan secara prinsip setuju bahwa
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya. Kepemimpinan telah dipelajari secara luas
dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa hal,
kepemimpinan digambarkan sebagai sebuah proses, tetapi sebagian besar
teori dan riset mengenai kepemimpinan focus pada seorang figur untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
B. Teori Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan dalam Pendidikan.
1. Teori Kepemimpinan
Dari sisi bahasa kepemimpinan adalah leadership yang berasal dari
kata leader. kata leader muncul pada 1300-an sedangkan kata leadership
muncul kemudian, yaitu sekitar tahun 1700-an. Lteratur tentang
kepemimpinan jumlahnya sangat banyak, bahkan ada beberapa yang
membingungkan dan saling bertolak belakang, sehingga untuk menjelaskan
“Apa yang membuat pemimpin itu efektif” ada beberapa pendekatan.
Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat kepribadian umum yang dimiliki
seorang pemimpin lebih besar daripada yang bukan pemimpin. Kedua,
berdasarkan pendekatan tingkah laku pemimpin. Ketiga, berdasarkan
pendekatan kemungkinan (situasional). Keempat, pendekatan kembali
kepada sifat atau ciri dari suatu perspektif yang berbeda yaitu percobaan
mengidentifikasi perangkat ciri pemimpin yang menjadi acuan orang lain.
Hingga tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada
teori sifat. teori sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat kepribadian, sosial
fisik atau intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan
pemimpin berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dibawa sejak lahir atau
merupakan bakat bawaan. misalnya ditemukan adanya 6 macam sifat yang

7
membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi,
keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri,
intelegensi, dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Namun
demikian, teori sifat ini tidak memberikan bukti dan adanya indikasi
kesuksesan seorang pemimpin.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an muncul teori kepemimpinan
tingkah laku titik teori kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah
laku tertentu yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin titik
berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan, maka untuk
melahirkan pemimpin yang efektif bisa dengan mendesain sebuah program
khusus.
Selanjutnya antara tahun 1960-an hingga 1970-an berkembang kajian-
kajian kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan. teori
kemungkinan atau situasional mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah
laku seorang pemimpin akan tetapi efektivitas kepemimpinan dipengaruhi
oleh situasi tertentu. dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan
tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya
kepemimpinan yang lain pula.
Teori kepemimpinan mutakhir perkembangan antara 1970-an hingga
2000-an. teori yang berkembang selanjutnya tidak didasarkan pada sifat,
tingkah laku dan situasi tertentu melainkan didasarkan pada kemampuan
lebih pada seorang pemimpin dibandingkan dengan yang lain.
a. Teori Sifat
Teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas
(fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan
kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para
pemimpin. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang
merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak
dipunyai orang lain seperti energi yang tiada habis-habisnya, intuisi yang
mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif
yang tidak tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa

8
keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki kemampuan-
kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
1) Intelegensia
Ralph Stogdill (1992) Mengemukakan bahwa para pemimpin lebih
pintar dari pengikut-pengikutnya. Perbedaan intelegensi yang ekstrem
antara pemimpin dan pengikut yang dapat menimbulkan gangguan.
Sebagai contoh, seorang pemimpin dengan IQ yang cukup tinggi
berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang anggotanya
memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa
anggota-anggotanya tidak memahami persoalannya.
2) Kepribadian
Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian
seperti kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, dan percaya diri
diasosiasikan dengan kepemimpinan yang efektif.
3) Karakteristik fisik
Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan
karakteristik fisik seperti usia tinggi badan berat badan dan penampilan
memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang.
b. Teori Kepribadian Perilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran
bahwa Bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan
kepemimpinan seseorang. dan mereka menemukan sifat-sifat, mereka
meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.
1) Studi dari University of Michigan
Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada pusat riset University
of Michigan dengan sasaran: melokasikan karakteristik perilaku
kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan
kinerja. melalui penelitian mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan
yang berbeda disebut sebagai job-centered yang berorientasi pada
pekerjaan dan employee-centered yang berorientasi pada karyawan.

9
(a) Pemimpin yang job-centered
Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan
pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan
menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini
mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan, dan hukuman untuk
mempengaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya. Perhatian pada
orang dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu
dipenuhi oleh pemimpin.
(b) Pemimpin yang berpusat pada bawahan
Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan
membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan
cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang
berpusat pada karyawan memiliki perhatian terhadap kemajuan,
pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya. tindakan-tindakan ini
diasumsikan dapat memajukan pembentukan dan perkembangan
kelompok.
2) Studi dari Ohio State University
Diantara beberapa program besar penelitian kepemimpinan yang
terbentuk setelah perang dunia II, satu yang paling signifikan adalah
penelitian yang dipimpin oleh Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio
state University. Program ini menghasilkan perkembangan teori dua
faktor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian mengisolasikan dua
faktor kepemimpinan, yaitu membentuk struktur dan konsiderasi.
(a) Membentuk struktur
Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan
mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung
membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan
menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin
yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan
berorientasi pada tujuan dan hasil.

10
(b) Konsiderasi
Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling
percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin
dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki konsiderasi tinggi
menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi.
c. Teori Kepemimpinan Situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa
pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi
sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam
perilaku manusia.
d. Pendekatan Baru Dalam Kepemimpinan
1) Teori Atribusi Kepemimpinan
Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu
atribusi yang dibuat orang mengenai individu-individu lain.
2) Teori Kepemimpinan Karismatik
Teori kepemimpinan karismatik merupakan suatu perpanjangan
dari teori teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut
membuat atribusi (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang
heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu.
Telaah mengenai kepemimpinan karismatik sebagian besar telah
diarahkan pada mengidentifikasi perilaku-perilaku yang membedakan
pemimpin karismatik daripadanan mereka yang non karismatik.
3) Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
(a) Pemimpin transaksional, pemimpin yang memandu atau
memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang
ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
(b) Pemimpin transformasional, pemimpin yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan,
dan yang memiliki kharisma.

11
2. Model atau Gaya Kepemimpinan
Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diimplementasikan oleh
seorang pemimpin dalam pendidikan ketika mengelola organisasi atau
sekolah supaya efektif dan mencapai tujuan pendidikan, yaitu kepemimpinan
manajerial, kepemimpinan partisifatif, kepemimpinan transformasional,
kepemimpinan transaksional, kepemimpinan postmodern, kepemimpinan
kontigensi dan moral, kepemimpinan instruksional (Bush, 2008; 2015).
a. Model Kepemimpinan Manejerial
Model kepemimpinan ini berasumsi bahwa focus seorang
pemimpin adalah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan
menggunakan kompetensi, otoritas dan pengeruh bersifat formal,
hierarki, dan birokratis
Kepemimpinan manjerial beraasumsi bahwa focus pimpinan
sebaiknya adalah fungsi, tugas dan prilaku dan jika fungsi-fumgsi
tersebut berkompetensi, kerja didalam organisasi akan dipasilitasi (bush,
2008). Caldwell (1992) mengenjurkan bahwa menejer sekolah harus
dapat menegmbangkan dan mengimplementasikan proses siklik yang
meliputi tujuh pingsi manajerial yaitu: (a) pengaturan tujuan (b)
identifikasi kebutuhan, (c) pengaturan priorotas, (d) perencanaan, (e)
penetuan anggaran, (f) implementasi, dan (g) evaluasi.
Kepemimpinan manjerial berfokus pada pengelolaan aktifitas yang
ada agar kepemimpinan kepala sekolah mencapai sukses daripada
kepemimpinan visoner yang bervisi untuk masa depan sekolah yang lebih
baik.
b. Kepemimpinan parsifatif
Kepemimpinan ini berasumsi bahwa proses pengambilan
keputusan diambil Bersama-sama kelompok akan mendapat dukungan
kelompok dalam pengimplemantasian keputusan tersebut. Partisifasi
mengundang kelompok, kelompok yang diundang merasa dihargai dan
dilibatkan, keterlibatan akan menimbulakan sikap demokratis,
meningkatakan keefektifan tim dan Lembaga, serta bertaggung jawab.

12
Rasa bertanggung jawab dapat menimbulkan rasa memiliki. Rasa
memiliki dapat menimbulkan rasa turut memelihara.
Kepemimpinan partisifasi mengasumsikan bahwa proses
pengambilan keputusan dalam kelompok sebaiknya menjadi focus utama
dalam kelompok. (leithwood, et, al. 1992).
Model ini didukung oleh tiga asumsi yaitu:
(1) Partisfasi akan meningkatkan keefektifan suatu organisasi
(2) Partisifasi didukung oleh prinsif demokratis
(3) Dalam konteks manajemen berdasarkan wilayah,
kepemimpinan berpotensi tersedia untuk beberapa stakeholders
yang sah ( Bush,2008).
c. Model kepemimpinan transformasional
Yakni model komprehensif yang menggunakan pendekatan
normatif. Model ini lebih sentralistik, lebih mengarahkan, lebih
mengontrol sistem. Model ini cendrung berbuat sewenang-wenang
karena kepemimpinan yang kuat, berabi berkorban sebgai pahlawan,
karismatik, dan konsisten dengan teman sejawat dalam berbagi nilai-nilai
dan kepentingan- kepentingan umum. Jika model ini berjalan optimal
maka model ini melibatkan stakeholders dalam mencapai tujuan
Leithwood (1994) menggambarkan kepemimpinan trasformasional
kedalam delapan dimensi :
(1) Membangun visi sekolah
(2) Menetukan tujuan sekolah
(3) Menyediakan stimulasi intelektual
(4) Menawarkan dukungan individual
(5) Memodelkan praktik yang baik dan nilai-nilai organisasi yang
penting
(6) Menunjukan ekspektasi yang menarik
(7) Menciptakan budaya sekolah yang produktif
(8) Mengembangkan struktur untuk membantu pengembangan
partisifasi dalam keputusan sekolah.

13
d. Model kepemimpinan interpersonal dan transaksional
Kepemimpinan ini lebih menekankan pada hubungan dengan
teman sejawat dan hubungan antar pribadi, model kepemimpinan ini
lebih menekanakan pada pendekatan pribadi dalam mempengaruhi
pengikutnya.
Model kepemimpinan transaksional adalah hubungan anatara
pemimpinan dan pengikutnya berdasarkan kesepakatan nilai atau proses
pertukaran (transaksi terutama uang) transaksi diharapkan
menguntungkan kedua belah pihak, pemimpin yang menggunakan
kepemimpinan transaksional dapat menimbulkan money politic dalam
pemilihan pemimpin dan pemilihan kontraktor suatu proyek.
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
mempengaruhi yang lain berdasarkan pada pertukaran berapa sumber-
sumber yang berharga berdasarkan kesepakatan. Definisi Miler & Miler’s
(2001) merujuk pada kepemimpinan transaksional sebagai proses
pertukaran, esensi dari kepemimpinan transaksional adalah kesepakatan
antara pemimpin dengan yang dipimpin yang saling menguntungkan.
e. Model kepemimpinan postmodern
Model kepemimpinan ini mengizinkan menggunakan
kepemimpinan demokratis, pokusnya pada visi yang dikembamgkan oleh
pemimpin, pemimpin harus penuh perhatian pada budaya dan lambing-
lambang makna yang dibentuk oleh individua tau kelompok model ini
juga berpokus pada interprestasi individu.
Keough & Tobin (2001) mengatakan bahwa budaya poostmodern
saat ini menyelenggarakan keberagaman kebenaran subjektif sebagai
pengalaman dan gemar akan kehilangan kekuasaan absolut. Mereka
mengidentifikasikan beberapa kunci dari post-modern:
(1) Bahasa tidak merefleksikan kenyataan
(2) Kenyataan itu tidak ada, terdapat keberagaman kenyataan
(3) Beberapa situasi terbuka untuk beberapa interprestasi

14
(4) Situasi harus dimengerti pada level lokal dengan perhatian khusus
pada keberagaman. Model post-modern memberikan sedikit
petunjuk cara pemimpin yang diharapkan untuk mengoperasikan
kepemimpinannya
f. Model kepemipinan kontigensi dan moral
Model kepemimpinan kontigensi lebih pokus pada situasi dan
mengevaluasi cara menyesuaian prilakumya dengan lingkungan,
sedangkan model kepemimpinan moral berpokus pada nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan dan etika. Model ini berdasarkan rasional
normatif, rasional berdasarkan pertimbangan benar atau salah
Model kepemimpinan moral mengasumsikan bahwa pokus utama
dalam kepemimpinan sebaiknya pada nilai, kepercayaan dan etikan
pimpinan. Kekuasaan dan pengaruh dijabarkan dari konsef defensif dari
apa yang benar dan apa yang baik (Leithwood, et al. 1999 : 10).
Kategori kedua dari West-Burnham ( 1997) adalah kepercayaan
moral, kapasitas bertindak dalam suatu cara yang konsisten dengan
sistem etika dan konsisten sepanjang waktu, pemimpin dengan
kepercayaan moral adalah seorang yang dapat
(1) Menunjukan konsisten sebebab akibat antara prinsif dan praktik
(2) Menerapkan prinsif dalam situasi baru
(3) Menciptakan berbagai pemahaman dan kosakata umum
(4) Menjelaskan dan menentukan keputusan dalam moral
(5) Menjaga prinsif sepanjang waktu
(6) Menginterprestasikan ulang dan menyatakan Kembali prinsif jika
perlu.
g. Model kepemimpinan instruksional
Kepimpinan ini mmempokuskan pada pembelejaran oleh guru
kepada siswanya. Targetnya adalah kualitas pembalajaran siswa melalui
guru (Bush, 2008) peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan
pendekatan kepengembangan kepemimpinan yang berfokus pada
kepemimpinan intruksional. Hal ini berarti berusaha untuk mengubah

15
pola pikir pemimpinan untuk memperhatikan proses belajar dan
mengajar sebagai pusat dari peran mereka (Bush, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Blasé & Blasé’s (1998) terhadap
800 kepala sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas di Amerika Serikat menemukan bahwa kepemimpinan instruksional
yang efektif mengandung tiga aspek:
(1) Banyak berdiskusi dengan guru
(2) Mendukung dan mengembangkan keprofesionalan guru
berkelanjutan
(3) Memperkuat refleksi guru terhadap proses pembelajaran
C. Nilai dan Moralitas Kepemimpinan dalam Pendidikan.
Seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan Islam harus memiliki
kemampuan mengatur, mempengaruhi dan mengarahkan harus
didasarkan pada nilai dan etika kepemimpinan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata nilai berarti mutu, sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna
bagi kemanusiaan (Nasional, 2007). Nilai kepemimpinan dalam makalah ini
adalah sejumlah sifat-sifat utama/dasar yang harus dimiliki seorang pemimpin
agar kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sesuai norma dan nilai yang berlaku.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa nilai kepemimpinan yang perlu
dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain (“NILAI DASAR DAN
MORALITAS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM.docx | Pita
Anjarsari - Academia.edu,” 2017):
1. Integritas dan Moralitas
Integritas menyangkut mutu, sifat dan keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Moralitas menyangkut sopan
santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan adat sopan santun.
Persyaratan integritas dan moralitas penting untuk menjamin
kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.

16
2. Tanggung Jawab

Seorang pemimpin harus memikul tanggung jawab untuk


menjalankan misi dan mandat yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin
harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukannya
untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam lembaga
pendidikan Islam. Ia harus memiliki keberanian untuk
mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan dan mengambil
resiko atau pengorbanan untuk kepentingan lembaga dan orang-orangyang
dipimpinnya. Tanggung jawab dan pengorbanan adalah dua hal yang
saling berhubungan erat. Pemimpin harus mengutamakan kepentingan
organisasi/lembaga dari pada kepentingan pribadi atau keluarga termasuk
pengorbanan waktu. Di sisi lain, pemimpin harus melatih bawahan untuk
menerima tanggung jawab serta mengawasi pelaksanaan tugasnya.
3. Visi Pemimpin

Kepemimpinan seorang pemimpin nyaris identik dengan visi


kepemimpinannya. Visi adalah pandangan/wawasan ke depan atau arah ke
mana lembaga dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa olehseorang
pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke
arah mana kapal dengan penumpangnya akan di arahkan.
4. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan yaitu kearifan seorang pemimpin dalam


memutuskan sesuatu sehingga keputusannya adil dan bijaksana.
Kebijaksanaan memiliki makna lebih dari kepandaian atau kecerdasan.
Pemimpin setiap saat dihadapkan kepada situasi yang rumit dan sulit untuk
mengambil keputusan karena terdapat perbedaan kepentingan antar
kelompok masyarakat dan mereka yang akan terkena dampak
keputusannya. Dalam kepemimpinan Islam, selain upaya manusia
menekuni dan mencari kebijaksanaan, perlu upaya meminta kebijaksanaan
kepada Allah SWT sebagai sumber untuk memutuskan keputusan yang
terbaik dan bijaksana seperti melalui istikharah.

17
5. Keteladanan

Keteladanan seorang pemimpin adalah sikap dan tingkah laku yang


dapat menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Keteladanan berkaitan erat dengan kehormatan, integritas dan moralitas pe
mimpin. Dalam kepemimpinan Islam nilai keteladanan diartikan sebagai
uswatun hasanah. Tokoh keteladanan atau uswatun hasanah dalam
pendidikan Islam adalah Rasulullah Muhammad SAW.
6. Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sangat penting karena


pemimpin adalah manusia biasa dengan semua keterbatasannya secara
fisik, pikiran dan akal budi sehingga banyak masalah yang tidak akan
mampu dipecahkan dengan kemampuannya sendiri, maka ia harus
bersandar kepada Tuhan karena tidak ada satu pun kejadian tanpa
perkenan dan pengendalian-Nya. Tuhan itu Pemilik kehidupan,
Penyelenggara dan Pemberi apa yang kita butuhkan. Iman juga merupakan
perisai untuk meredam keinginan dan nafsu-nafsu duniawi serta godaan
untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam menjalankan
kepemimpinannya. Pemimpin yang beriman menyadari bahwa semua
perbuatannya diketahui dan diawasi Tuhan yang hadir dimana-mana
sehingga ia takut mengkhianati amanat sebagai pemimpin.
7. Sosial

Nilai sosial yang dimaksud adalah sebagai seorang pemimpin harus


bisa bersosialisasi dengan angota-anggotanya atau dengan kata lain
mampu berkomunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin sehingga
kepemimpinannya dapat efektif dan efisien.
Dari uraian di atas, maka dapat disumpulkan bahwa nilai dasar
kepemimpinan sangatlah mengutamakan nilai agama (religiusitas) yang
terintegrasi dengan nilai moralitas. Nilai moralitas ini mencakup nilai
kemanusiaan, nilai sosial, dan mengayomi. Dengan kemampuan atau nilai agama
ini seorang pemimpin akan dapat bertindak, memutuskan, mengatur, dan

18
menjalankan sistem berdasarkan keimanan. Inilah pentingnya nilai agama dalam
diri seorang pemimpin.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin dalam


Pendidikan.
Yukl (2002) menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku pemimpin yang disebut olehnya sebagai Sebuah Kerangka Kerja
Konseptual Terpadu (An Integrating Conceptual Frame Work) seperti yang
tampak pada Gambar 1. Disebut terpadu karena semua variabel telah
mengintegrasikan semua teori kepemimpinan sifat-sifat (traits leadership
theory), perilaku, dan kontingensi. Sejalan dengan pendapat Yukl tersebut,
Hughes, et al (2002) dan Hoy & Miskel (2005) menyatakan bahwa
keefektifan (effectiveness) kepemimpinan adalah interaksi antara pemimpin,
pengikut, dan situasional.

Leader
traits

Success Leader Leader


criteria power behavior

Situasional
variabel

Intervening
variable

Gambar 1: Sebuah Kerangka Kerja Konseptual Terpadu

19
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria
sukses, sifatsifat pemimpin, kekuasaan pemimpin, variabel situasi (komitmen
pengikut), dan variabel intervening (budaya organisasi) berpengaruh terhadap
perilaku kepala sekolah sebagai pemimpin.
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan
pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan
pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya
kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi
terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi
gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu
tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau
interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi
oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk
berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan
sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan
oleh M. Ngalim
Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)

20
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalm tindakannya ke luar (external
group representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
(controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
(purveyor of rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate
for individual responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam
suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di
samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya,
sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang
realistis dan yang benarbenar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap
pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu
kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan,

21
membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya
sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya
suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki
suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri seseorang untuk bisa
memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu untuk mencapai
tujuan.
2. Beberapa teori kepemipinan bisa ditinjau dari beberapa aspek, yaitu;
Teori Sifat, teori Kepribadian Perilaku, Teori
kepemimpinan Situasional dan Pendekatan Baru Dalam
Kepemimpinan
3. Beberapa gaya atau model kepemimpina, yaitu; Model Kepemimpinan
Manejerial, kepemimpinan parsifatif, model kepemimpinan
transformasional, model kepemimpinan interpersonal dan
transaksional, model kepemimpinan postmodern, model kepemipinan
kontigensi dan moral, model kepemimpinan instruksional.
4. Nilai dan moralitas yang harus dimiliki oleh seoran pemimpin adalah;
Integritas dan moralitas, tanggung Jawab, visi, pemimpin,
kebijaksanaan, keteladanan, keimanan dan sosial.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin dalam memimpin adalah
jepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan; karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan; kebutuhan tugas; iklim dan kebijakan organisasi
mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan; harapan dan perilaku
rekan.
B. Saran

Setiap kita adalah pemimpin. Setiap orang akan bertanggungjawab


dengan apa yang ia pimpin, sekecil apapun lembaga atau organisasi yang ia
pimpin. Maka dari itu saran dari penulis wajiblah bagi kita untuk memahami
teori, nilai moralitas serta karakteristik seorang pemimpin agar lembaga atau
organisasi yang kita bawa akan menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang
diharapkan

23
DAFTAR PUSTAKA

Hughes, R.L., Ginnett, R.C., & Curphy, G.J. 2002. Leadership Enchancing The
Lessons Exprience (New York: McGraw Hill Irwin, 2002).
Husaini Usman. 2013. Manajemen, teori, praktik dan riset pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara
Lawler, J. (2007). Leadership in social work: A case of caveat emptor?. British
Journal of Social Work, 37(1), 123–141. doi:10.1093/bjsw/bch404
Syadzili, M. F. R. (2019).
Lunenburg, Fred C. X. (2011). Leadership versus Management: A Key
Distinction At Least in Theory. International Journal of Management,
Business, and Administration, 14(1).
Marlhot Manullang, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2001, hlm 141.
Nasional, T. P. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nasution, W. N. (2016). Kepemimpinan pendidikan di sekolah. Jurnal
Tarbiyah, 22(1).Polarisasi tahapan kepemimpinan transformatif pendidikan
Islam. Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 55-81.
Rivai, V & Mulyadi, D (2012). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi 3,
Cetakan 9. Jakarta: Rajawali Pers.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala, Aset Jurnal Ilmu Ekonomi,
Semarang: CV Yayasan Widya Manggala Indonesia 2009, hlm 50.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.
Yukl, G. 2002. Leadership in Organizations. Upper Sadle River, New Jersey:
Prentice Hall.
(14) (DOC) NILAI DASAR DAN MORALITAS KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN ISLAM.docx | Pita Anjarsari - Academia.edu. (2017).
Retrieved March 23, 2021, from
https://www.academia.edu/35706242/NILAI_DASAR_DAN_MORALIT
AS_KEPEMIMPINAN_PENDIDIKAN_ISLAM_docx
https://salamadian.com/pengertian-kepemimpinan/

24
iv

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai