Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMOTIVASI KINERJA GURU


DI SEKOLAH DASAR NEGERI 134/IV KOTA JAMBI
Mata Kuliah:
Teori Penelitian Pendidikan
Nama Dosen:
Nazirwan S.Pd.I, M.Pd.I

Oleh :

Robiatul Naura ( 1811002919 )

Jurusan:
Pendidikan Agama Islam
IV (Sore)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF


JAMBI TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 6
D. Tujuan Peneliti ............................................................................................... 6
E. Kegunaan Peneliti .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS.......................................................................................... 7
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 7
1. Pengertian kepemimpinan kepala sekolah .................................................. 7
2. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah ........................................................ 9
3. Gaya kepemimpinan.................................................................................... 10
4. Tipe Kepemimpinan.................................................................................... 11
B. Kepala Sekolah .............................................................................................. 13
1. Pengertian kepala sekolah .......................................................................... 13
2. Fungsi kepala sekolah ................................................................................. 14
C. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 17
1. Pengertian motivasi kerja............................................................................ 17
2. Jenis-jenis motivasi kerja ............................................................................ 17
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi............................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 20
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 20
B. Metode Penelitian .......................................................................................... 20
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 20
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 21
E. Teknik Pengolahan Data ............................................................................... 21
F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses terus menerus yang menghantarkan manusia muda kearah
kedewasaan yaitu, dalam kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, mengembangkan
kemampuan atau keterampilan, mengubah sikap serta mengarahkan diri sendiri,baik di bidang
pengetahuan, keterampilan, serta dalam memaknai proses pendewasaan itu sendiri dan
kemampuan menilai. Seperti yang dikemukakan oleh Danim kualitas pendidikan dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengolaannya1.
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis, karena pendidikan menentukan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Peran strategis tersebut melibatkan para tenaga kependidikan.
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan, dimana di dalamnya termasuk pendidik yang dimaksud
pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru. Tenaga kependidikan
memiliki peran dalam membentuk pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik serta
tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugas pengajaran secara tanggung
jawab agar mencetak peserta didik yang berkualitas dan bermutu.
Melalui pemberian pengetahuan dan ketrampilan tersebut, suatu bangsa dapat
merealisasikan apa yang dicita-citakan kedalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu
pendidikan dilakukan agar manusia berkembang dari sebelum tahu menjadi tahu, dan dari tahu
menjadi lebih tahu.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan
Nasional Menjelaskan tujuan Pendidikan Nasional adalah “ Berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.2
Suatu Negara, baik itu Negara yang sudah maju ataupun yang baru berkembang, sangatlah
diutamakan kebutuhan akan layanan pendidikan. Kemajuan suatu Negara tertentu tidak terlepas
dari adanya manusia yang terdidik dan terampil. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan
yang selalu menyertai kehidupan manusia, mulai dari bangsa yang sederhana peradabannya.
Sampai kepala bangsa yang tinggi peradabannya. Persoalan itu sendiri muncul kebersamaan
dengan keberadaan manusia di dalam lingkungannya, hal ini dikarenakan karena manusia
merupakan makhluk yang selalu mendapat bimbingan dan bantuan dalam hidupnya lebih jauh
dari manusia harus pula dapat mendidik dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya
yang ada dilingkungan sekitarnya.
Salah satu kekuatan yang berperan dalam pengolaan sekolah yang berperan bertanggung
jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala sekolah. Menurut Wahjosumidjo, “
1
Agus Wibowo. Manager end Leader Sekolah Masa Depan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012
2
Anonim, Undang-Undang sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003,Jakarta: Sinar Grafika,2006, hlm. 5-6

2
kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselengarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.3
Jadi kepala sekolah adalah pemimpin, penggerak juga berperan melakukan kontrol segala
aktivitas guru, staf dan siswa sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul di
lingkungan sekolah.
Setiap kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi perlu menguasai dan mempunyai
kemampuan untuk memotovasi bawahannya, agar kepala sekolah dapat mempengaruhi
bawahannya harus memahami apa yang menjadi kebutuhan bawahannya sesuai dengan Al-
Qur’an dalam Surah At-Taubah ayat 122 :

Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untukmemperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepadakaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya”.(QS. Taubah ayat 122)4
Dan dalam hadist yang diriwayatka Imam Muslim yang dikutip oleh Yazid dalam bukunya, yang
artinya: “Barang siapa berjalan dalam menempuh ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya
menujuSyurga”(HR.Muslim).5
Berdasarkan ayat dan hadist di atas maka dapat diambil pengertian bahwa kepemimpinan
kepala sekolah harus dapat meningkatkan pemahamannya terhadap dirinya sendiri,
memperdalam ilmu pengetahuannya serta mengetahui kelemahan maupun kelebihan potensi
yang ada dalam dirinya, agar dapat mengetahui tentang bagaimana seharusnya memperlakukan
bawahannya. Juga dimungkinkan adanya kombinasi lain, seseorang bisa jadi pimpinan yang
lemah, tetapi masih merupakan manajer yang relative efektif khususnya apabila ia kebetulan
mengelola orang-orang yang sangat memahami pekerjaan mereka dan memiliki dorongan yang
kuat untuk bekerja. Keadaan seperti ini kecil kemungkinannya dan karenanya kita berharap agar
para kepala sekolah sebagai pimpinan yang memiliki kepemimpinan yang cukup tinggi dan
memberikan motivasi terhadap kinerja gurunya.Motivasi merupakan suatu dorongan yang
membuat orang bertindak atau berperilaku dengan cara-cara memotivasi yang mengacu pada
sebab munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk
3
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2010 hlm.
4
Anonim, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV.Pustaka Agung Harapan, 2006),
hlm.227
5
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, (Bogor : At-Taqwa,2010), hlm.8

3
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai kehendak untuk
mencapai status, kekuasaan dan pengakuan yang lebih tinggi bagi setiap individu. Motivasi
justru dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan melalui
peningkatan kemampuan dan kemauan.6
“Motivasi kinerja adalah dorongan dari diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan sesuatu
yang terlihat dari dimensi internal dan eksternal”.7
Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku guru, seperti konsisten waktu yang rendah,
penyampaian materi yang tidak tuntas, perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru
jugga menurun, oleh karena itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan
sekolah tetap dapat mencapai tujuan Sebenarnya. Maka penting adanya motivasi kerja dalam
mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.
Berdasarkan hal tersebut, maka kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan atau kinerja yang
memadai agar mampu mengambil inisiatif yang memiliki komitmen serta motivasi yang kuat
untuk meningkatkan mutu kinerja guru dan sekolah secara optimal. Oleh karena itu, program
kepala sekolah dipandang perlu di laksanakan untuk meningkatkan mutu para guru dan
pendidikan di masa yang akan datang.
Peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilakukan kepala sekolah sebagai agen perubahan
adalah melalui kegiatan pembenahan manajemen sekolah antara lain pembinaan kelembagaan,
kurikulum, tenaga pengajar (guru), sarana dan prasarana serta perubahan system lainnya.
Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan manajemen sekolah. manajemen selalu
berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial dimana terdapat sekelompok orang yang
menduduki berbagai jenjang tingkat kepemimpinan dan sekelompok orang lain yang tanggung
jawab utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan operasional. Pandangan ini sangat mendasar
karena keberhasilan seseorang yang menduduki jabatan manajerial tidak lagi diukur dari
keterampilannya menyelenggarakan kegiatan operasional, melainkan dari kemahiran dan
kemampuannya menggerakkan orang lain dalam organisasi seperti guru. Guru sebagai “…
Personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka perkembangan sumber daya manusia
dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan
tersebut.8
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang
sangat menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut guru harus mempunyai sikap disiplin, agar semua tugas dapat terlaksana dengan baik
dan sesuai dengan tujuan. Apalagi dalam tugas guru sebagai profesi sangat membutuhkan tingkat
kedisiplinan guru yang tinggi.Dalam tugas-tugas guru sebagai profesi tersebut guru sangat
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan tatap
muka antara guru dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu baik dari guru ke peserta didik
maupun sebaliknya guna mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Pada saat
6
George Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal 131
7
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidika , Jakarta: Bumi Aksara, 2008,
hlm.72
8
B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal.5

4
pembelajaran masih terdapat guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan salah satu tugas
profesi yaitu melaksaakan pembelajaran.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah
laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak.9
Jadi, kedisiplinan guru dapat terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung.Guru
merupakan suri tauladan bagi anak didiknya, jadi setiap tindak tanduknya selalu mendapat
perhatian dari siswa dan harus bisa dijadikan contoh bagi anak didiknya.
Saat peneliti melakukan observasi awal di SD N 134/IV Kota Jambi, peneliti melihat ada guru
yang datang ke sekolah terlambat, jam masuk adalah jam 07.15 tetapi ada guru yang belum
datang. Setelah beberapa menit, satu persatu guru baru berdatangan ke sekolah, guru-guru
tersebut selalu mempunyai alasan kenapa mereka terlambat pagi itu. Salah satu guru ada yang
beralasan bahwa harus mengantarkan anaknya berangkat sekolah dahulu, ada yang harus
membeli sesuatu, dan alasan-alasan lainnya. Karena hal tersebut, jam pelajaran pun jadi
berkurang sia-sia lantaran siswa-siswi harus menunggu guru datang, selain banyaknya guru yang
terlambat datang ke sekolah, ada hal lain yang memperlihatkan ketidaksiplinan guru di SD N
134/IV Kota Jambi, yaitu di dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media saat
pembelaaran berlangsung. Selain membuat RPP, tugas guru sebelum melaksanakan
pembelajaran adalah membuat media pembelajaran yang berguna untuk menunjang
keberlangsungan proses pembelajaran. Media yang dibuat oleh guru hendaknya bertujuan agar
materi yang disampaikan lebih mudah diterima oleh siswa. pada saat observasi di SD N 134/IV
Kota Jambi. Peneliti memperhatikan bahwa belum banyak guru yang menggunakan media yang
bervariasi dalam pembelajaran. Guru cenderung hannya menggunakan buku paket dan papan
tulis untuk menunjang pembelajarannya. Pada saat peneliti berada di kantor guru, peneliti
melihat banyak media pembelajaran yang masih ada di dalam kardus dan tersimpan rapi di sana.
Media-media tersebut bisa digunakan dalam pembelajaran bahkan bisa membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran.10
Dengan tidak mengabaikan permasalahan lainnya, peristiwa tersebut menunjukkan lemahnya
motivasi kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu memberikan materi
pembelajaran yang efektif di dalam kelas.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, perlunya kepala sekolah memberikan motivasi
kinerja, agar guru dapat melaksanakan tugas mengajar secara baik dan optimal. Oleh sebab itu
untuk mengetahui pelaksanaan motivasi kinerja yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru
dalam usaha meningkatkan kinerja guru, perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Dengan
demikian penelitian ini diberi judul:”PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMOTIVASI
KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 134/IV KOTA JAMBI.”
B. Rumusan Masalah

9
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeto,2010, hlm. 115
10
Observasi, Februari 2020.

5
Penulis membuat rumusan masalah yang akan mempermudah sistematika karya ilmiah
ini, yang akan dituangkan dalam butir pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Dasar
Negeri 134/IV Kota Jambi?
2. Apa kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri
134/IV Kota Jambi?
3. Bagaimana hasil yang dicapai kepala sekolah dalam memotivasi kinerja guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri 134/IV Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Agar peneliti ini lebih fokus, maka penulis memberikan batasan masalah guna mencegah
terjadinya penyimpangan atau luasnya pembahasan dalam peneliti ini. Penulis batasi tentang
perencanaan motivasi kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah, usaha yang dilakukan kepala
sekolah dalam memotivasi kinerja guru, kemudian apa kendala kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri 134/IVKota Jambi.
D. Tujuan Peneliti
a. Ingin mengetahui bagaimana perencanaan motivasi kinerja guru yang dilakukan kepala
sekolah di Sekolah Dasar Negeri 134/IV Kota Jambi.
b. Ingin mengetahui apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam memotivasi kinerja guru
Sekolah Dasar Negeri 134/IV Kota Jambi.
c. Ingin mengetahui apa kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru Sekolah
Dasar Negeri 134/IV Kota Jamb.
E. Kegunaan Peneliti
Setelah tujuan penelitian tercapai dengan baik, maka kegunaan penelitian ini diharapkan adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai masukan bagi pihak Sekolah Dasar Negeri 134/IV Kota Jambi tentang
permasalahan motivasi dalam meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik.
b. Sebagai upaya menambah wawasan dalam pengetahuan bagi penulis khususnya dan dunia
pendidikan di Indonesia pada umumnya.
c. Sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelah sarjana pada pada Jurusan Pendidika
Agama Islam.

6
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kepemimpinan
1.) Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
ditetapkan, berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai
sasaran dalam keadaan tertentu.11
Menurut Soekarto Indrafachrudi,dkk12. Kepemimpinan adalah:
Berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia
menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian
sesuatu maksud dan tujuan-tujuan tertentu.
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, membimbing,
mengarahkan atau memaksa orang lain untuk berbuat itu terlihat di dalam proses memimpin
yang terjadi dalam hubungan dengan manusia lain, maupun antara individu dengan kelompok
individu yang terorganisir secara temporer atau permanen dalam suatu wadah yang disebut
organisasi, lembaga, kantor atau bentuk-bentuk kelompok lainnya.
Istilah kepemimpinan atau leadership berasal dari kata “pemimpin” atau “leader”.
Berbagai teori dan pendapat para ahli mengenai kepemimpinan di antaranya: Miftah Toha,
menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok
yang diorganisir untuk mencapai tujuan.13
Menurut Mifta Thoha, ada tiga faktor yang berinteraksi menentukan efektifitas kepemimpinan
yaitu: pertama, leader behavior (perilaku pemimpin) yaitu, efektifitas kepemimpinan sangat
dipengaruhi gaya memimpin seseorang. Kedua, subordinate (bawahan) yaitu, efektifitas
kepemimpinan dipengaruhi oleh tingkat penerimaan dan dunkungan bawahan. Bawahan akan
mendukung seorang pemimpin sepanjang mereka melihat tindakan pemimpin dianggap dapat
memberi manfaat dan meningkatkan kepuasan mereka. Ketiga, situation yaitu, situasi dalam
gaya kepemimpinan yaitu:hubungan pemipin anggota, tingkat dalam struktur tugas dan posisi

11
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi dan Industri dan Organisasi, (Jakarta: lembaga penelitian UIN. 2006.hlm.110)
12
Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan (Surabaya:Usana Ofset Printing,
1983),hlm.23.
13
Miftah Toha, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.75.

7
kekuasa pemimpin yang dapat melalui wewenang formal. Dari berbagai pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu yang
menggunakan wewenang dan kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan
mengarahkan tindakan pada seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada
situasi tertentu.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. An-nissa ayat 59 :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An
nissa ayat 59)14

Ayat 59 ini memerintahkan agar kaum muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya
dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan
umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hokum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
hendaklah kaum muslimin: Taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dengan mengamalkan isi
kitab suci Al Qur‘an, melaksanakan hokum-hukum yang telah ditetapkannya, sekalipun dirasa
berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang
diperintahkan Allah SWT itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung
mudarat. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah SAW pembawa amanat dari Allah
SWT untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada
manusia isi Al Qur’an, patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh ulil amri
adalah orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat
dlam satu hal, maka kaum muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa
keputusan mereka tidak bertentangan dengan kitab Al Qur’an dan hadist. Kalau tidak demikian
halnya, maka tidak wajib melaksankannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak
dibenarkan seseorang taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada
Allah SWT dan kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka
wajib dikembalika kepada Al Qur’an dan hadist. Kalau tidak terdapat didalamnya haruslah
disesuaikan dengan (kiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalan Al
Qur’an dan sunnah Rasullah SAW.
14
Anonim, Depatemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Toha Putra,1990) hlm.87

8
Berdasarkan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli dan ayat Al Qur’an
kepemimpinan tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah
pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu
pendidikan di sekolah, dengan melalui proses menggerakkan, mempengaruhi dan menimbing
orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi
disekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan
kemajuan sekolah. oleh karena itu dalam pendidikan modern kepala sekolah merupakan jabatan
strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Bagaimana kepala sekolag untuk membuat orang
lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.

2) Fungsi Kepemimpinan

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari harus selalu berusaha
memperhatikan dan mempraktikkan delapan fungsi kepemimpinan didalam kehidupan sekolah.15

a) Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi bawahannya.


b) Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekola sehingga para guru dan orang-orang
yang menjadi bawahannya dalam melaksanakan tugasnya mereka merasa aman, bebas
dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran serta memperoleh jaminan keamanan.
c) Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memelihara serta meningkatkan semangat
para guru staff dan peserta didik, rela berkorban demi menumbuhkan rasa kebersamaan
dalam melaksanakan tugas masing-masing.
d) Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para
guru.
e) Sebagai motivator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para
guru, staff dan peserta didik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
f) Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu terpercaya, di
hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.
g) Membagikan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga mereka menerima dan
memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kearah
tercapainya tujuan sekolah.
h) Selalu dapat memperhatikan, menghargai apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang
menjadi tanggung jawabnya.

Keberadaan pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dalam menghadapi


perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah dengan menetapkan tujuan secara utuh,
mendayagunakan bawahan melalui pendekatan partisifatif, dan didasari oleh kemampuan
kepemimpinan secara professional.16

15
Wahjosumidjo,kepemimpinan kepala sekolah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007)hlm.104
16
Aan Komariah, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta. PT. Bumi Aksara, 2005),hlm.40

9
Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki sikap professional serta mampu
mendayagunakan sumberdaya sekolah dan memiliki harapan yang tinggi terhadap kemajuan
sekolah.

Pemimpin organisasi sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktifitas pendidikan
setidaknya mempunyai ciri-ciri: mampu mengambil keputusan, mempunyai kemampuan
hubungan interaksi sesama, mempunyai keahlian dalam berkounikasi, mampu memberikan
motivasi kerja kepada bawahan.17

3) Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah bagian dari pendekatan prilaku, pemimpinan yang memusatkan
perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktifitas individu
untuk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu, yaitu sebagai berikut:

a) Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan cenderung diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan yang
berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada karyawan.18 Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang ketat dapat
dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan mengutamakan untuk memotivasi dan
mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan.
b) Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada
kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan, sikap dan persepsi.19 Pelaksanaan gaya
kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan kematangan bawahannya, sehingga
perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama dilihat dari umur atau masa kerja.

c) Gaya Kepemimpinan Kontingensi menurut Fiedler


Disini fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model kontingensi
kepemimpinan yang efektif berhubungan antara gaya kepemimpinan denga situasi yang
menyenangkan itu diterapkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai
berikut:

a. Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi


situasi.
b. Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian.

17
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar, (Bandung: Alfabetha, 2009), hlm. 63
18
T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta, BPFF),hlm.299
19
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung, PT.Remaja Rosda Karya,2006),hlm. 95

10
d) Gaya kepemimpinan Kontinum
Tannenbaun dan Smith mengusulkan bahwa, seorang manajer perlu mempertimbangkan
tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada
dalam diri manajer sendiri, kekuatan yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada
dalam situasi. Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan
pemimpin dengan bawahan yaitu:
1) Manajer mengambil keputusan dan mengumumkannya
2) Manajer menjual keputusan
3) Manajer menyajikan gagasan dan mengundang pertanyaan
4) Manajer menawarkan keputusan sementara yang masih diubah
5) Manajer menyajikan masalah, menerima saran, membuat keputusan
6) Manajer menentukan batas-batas, memminta kelompok untuk mengambil keputusan.
7) Manajer membolehkan bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan.20

e) Gaya kepemimpinan Partisipatif menurut Likert


Menurut Likert, bawhwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya Particip active
management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan
mendasarkan komunikasi. Selanjutnya ada empat system kepemimpinan dalam
manajemen yaitu sebagai berikut.21

A. Sistem 1: membuat semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan


memerintahkan bawahan untuk melksanakannya.
B. Sistem 2: masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan masih masih
mempunyai kebebasan tetentu untuk mengomentari perintah.
C. Sistem 3: menetapkan tujuan dan memberi perintah umum setelah dibahas bersama
bawahan..
D. Sistem 4: tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok (system ideal)

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksu dengan gaya
kepemimpinan adalah penilaian karyawan terhadap gya pemimpin atau atasan dalam
mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.

4) Tipe Kepemimpinan

a. Tipe kepemimpinan otokratis: “otokratis pemerasan dan otokratis bijak.


Otokratis pemerasan adalah kepemimpinan dictator atau direktif. Orang yang
menganut pendekatan ini biasanyania mengambil suatu keputusan tanpa
berkonsultasi kepada anggotanya dan mereka harus memenuhi keputusan tersebut.

20
T. Hani Handoko, Op.Cit.hlm. 311
21
T.Hani Handoko, Ibid. hlm.320

11
Musyawarah tidak diperlukan, sedang rapat-rapat diadakan hannya untuk
menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah yang harus dilaksanakan.
Otokratis bijak kurang lebih sama dengan otokratis pemerasan yaitu keputusan tetap
ditangan pemimpin, hannya saja disini pemimpin memberikan sedikit kesemapatan
kepada kepada anggota dalam memberikan komentar serta diberi sedikit
kelonggaran untuk melaksanakan tugasnya dangan batasan-batasan yang telah
ditentukan.
b. Tipe kepemimpinan Konsultasi
Tipe ini merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa dalam
menetapkan tujuan, memberikan perintah-perintah, dan membuat keputusan setelah
berkonsultasi dengan bahwsanya. Pemimpin memilikikepercayaan kepada bawahan
sehingga setiap keputusan yang mentangkut dengan tugas anggota, pemimpin
memberikan kepercayaan untuk menentukan keputusan tersebut. Dan untuk
keputusan-keputusan penting tetap berada di tangan pemimpin. Misalnya, kepala
sekolah memberikan kebebasan kepada guru dalam menentukan metode mengajar.
Pemimpin gaya ini lebih mengutamakan imbalan atau hadiah daripada ancaman atau
hukuman. Misalnya, setiap guru bersungguh-sungguh atau bekerja dengan baik akan
diberikan hadiah. Pemimpin dengan gaya ini juga memberikan kebebasan kepada
anggota untuk berdiskusi dengan atasan.
c. Kepemimpinan Peran Serta Kelompok
Gaya kepemimpinan ini menunjukkan bahwa semua masalah yang timbul dalam
organisasi dalam organisasi dipecahkan bersama-sama. Pemimpin dengan gaya ini
sangat memercayai bawahan, menciptakan suasana kerja yang kondusif yaitu saling
tolong menolong, menghargai dan menghormati. Dalam komunikasi saling
berlangsung, baik keatas, bawah, juga kesamping, pemimpin telah mengutamakan
persahabatan atau menganggap bahwa anggota adalah partner dalam kerja.22
d. Kepemimpinan Demokratis23
Kepemimpinan ini dikenal dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsesus.
Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus
melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya. Pemimpin yang demokratis
diperlukan dalam setiap intitusi, dimana pemimpin tersebut dapat mengkordinasikan
pekerjaan anggotanya dengan menekankan rasa tanggung jawab bersama dan
menganggap organisasi bukan milik pribadi atau kelompok. Pemimpin demokratis
selalu mendengarkan nasehat dan saran setiap anggotanya.
Pemimpin demokratis biasanya berfungsi sebagai katalisator dalam proses
pencapaian tujuan. Dalam melakukan aktivitas selalu berpegang teguh kepada asas
atau ideology negaranya. Hal ini penting agar setiap kebijakan yang dibuat searah
dengan ideology negaranya. Begitu juga dengan para biokrat Indonesia tentunya
dalam menjalankan kepemimpinan demokratis harus berlandaskan pada nilai-nilai
pancasila.

22
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta: Gadja Madha University Press, 1991), cet.ke-3,
hlm.91-92
23
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT,Rosda karya, 2005) Cet.ke-15,hlm.50

12
e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire24
Pada tipe kepemimpinan Laissez Faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semuanya sendiri.
Pemimpin tidak berpatisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia
merupakan pemimpin symbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.
Sebab duduknya sebagai pemimpin biasanya diperolehnya melalui penyogokan,
suapan atau system nepotisme.
Dia tidak mempunyai kewibawaan, dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak
mampu melaksanakan koordinasi kerja, dan tidak berdaya sama sekali menciptakan
suasana kerja yang kooperatif. Sehingga organisasi atau perusahaan yang
dipimpinnya menjadi kacau-balau, morat-marit.
f. Tipe Kepemimpinan Pseudo Demokratis
Tipe kepemimpinan yang dimaksudkan adalah denokrasi yang semu,artinya seorang
pemimpin yang mempunyai sifat pseudo demokratis hanya menampakkan sikapnya
saja yang demokratis, dibalik kata-katanya yang penuh tanggung jawab ada siasat
yang sebenarnya merupakan tindakan yang absolute. Pemimpin yang pseudo
demokratis penuh dengan manipulasi sehingga pendapatnya sendiri yang harus
disetujui.

B. Kepala Sekolah

1) pengertian Kepala sekolah

Kepala sekolah merupakan gabungan kata yang dijadikan satu sehingga mempunyai makna
tersendiri. Kedua kata tersebut adalah “Kepala” dan “Sekolah”. Kata “Kepala” adalah pemimpin
dalam suatu lembaga. Adapun “Sekolah” adalah sebagai lembaga dimana menjadi tempat
menerima dan memberi pelajaran.25

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas khusus untuk mengelola sekolah, membuat
kebijakan, mengatur tata tertib dan operasionalisasi sekolah sehingga tidak terjadi kesemrawutan
atau diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin sekaligus manager sekolah.26

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis
dari kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3)

24
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2001)Cet.ke-9 hlm.71-73
25
Wahjomusidjo, Op.Cit. hlm.83
26
Aan Komariah, Op.Cit. hlm.3

13
Tanggung jawab, (4) Berani mengambil resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6) Emosi yang
stabil, (7) Teladan.27

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan pasal 38, bahwa kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi. 28

a) Berstatus sebagai guru SD


b) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI.
d) Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah adalah
jabatan pemimpin yang didasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, penggerak juga
berperan melakukan control segala aktivitas, guru, staff dan peserta didik sekaligus untuk
meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah. drngan demikian dari uraian
berbagai pendapat diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
merupakan kemampuan dan wewenang untuk mempengaruhi, menggeerakkan dan mengarahkan
tindakan serta mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya
diri para guru, staff dan peserta didik dalam melaksanakan tugas masing-masing demi kemajuan
dan memberikan inspirasi sekolah dalam mecapai tujuan.
2) Fungsi Kepala Sekolah
Menurut Mulyasa “tugas kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai,
educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.29
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Kepala sekolah harus memiliki strategi untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya, dengan cara menciptakan iklim sekolah yang kondusif.
Menurut Mulyasa “Kepala sekolah juga berusaha melakukan pendidikan pembinaan mental,
moral, fisik dan aristik kepada para tenaga kependidikan merasa betah dan menyukai
profesinya”. Disamping itu kepala sekolah juga dapat membagi wewenangnya dengan para
pegawainya dalam pengelolaan pendidikan agar dapat efektif dan efesien.
Dari sudut yang berbedah, menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan dimana kepala
sekolah sebagai seorang pendidik (educator) juga harus mempunyai kemampuan
professional keguruan yaitu:
1. Menguasai bahan yang diajarkan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Menggunakan sumber media belajar
4. Mengelola interaksi belajar mengajar
5. Mengenal fungsin dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

27
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung,PT. Remaja Rosda Karya,2007). Hlm.115
28
Anonim, Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: CV, Eko Jaya, 2005),hlm. 31
29
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 98-99

14
6. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
7. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk
keperluan pengajaran.30
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah sebgaia pendidik harus mengetahui
materi yang akan diajarkan, serta mampu merencanakan program belajar mengajar. Kepala
sekolah juga menyediakan media belajar mengajar sebagai alat bantu untuk proses pembelajaran
serta mampu menciptakan interaksi dalam belajar mengajar dengan melakukan bimbingan atau
penyuluhan terhadap siswa. Dengan demikian kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab serta fungsinya sebagai pemimpindan mengatur penyelenggaraan
pendidikan sekolah dapat dilakukan serta maksimal.
b. Kepala sekolah sebagai Manajer
Menurut Mulyasa “Kepala sekolah sebagai manager harus mampu memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada para pendidik
terlibat dalam kegiatan yang menunjang program sekolah”.31
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah harus mampu memberdayakan
tenaga pendidiknya salah satunya yaitu dengan cara menugaskan guru maupun karyawan untuk
mengikuti seminar pendidikan sehingga untuk mengasah dan meningkatkan kualitas dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
c. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan kependidikan dan
pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
kepala hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator menurut ngalim purwanto adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi perencanaan
2) Fungsi pengorganisasian
3) Fungsi pengorganisasian
4) Fungsi pengawasan
5) Fungsi kepegawaian32

d. Kepala sekolah sebagai supervisor


Sebgai supervisor maka kepala sekolah berkewajiban untuk memberikan pembinaan atau
bimbingan kepada para guru dan tenaga kependidikan serta administrator lainnya. Namun,
sebelum memberikan pembinaan dan bimbingan kepada orang lain maka kepala sekolah harus

30
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan dasar dalam proses belajar mengajar, (Bandung: Rosda Karya,
1991), hlm. 21
31
E. Mulyasa, Op. Cit. 103-104
32
M. Ngalim Purwanto, Op.Cit. hlm. 106

15
membina dirinya sendiri. Supervise bisa dilakukan ke dalam kelas atau dalam kantor tempat
orang-orang bekerja.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu
mengawasi bawahannya dengan seksama agar tugas da kewajiban tenaga pendidikterlaksana
dengan baik, sehingga terjalin kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan tenaga
pendidiknya dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.
e. Kepala sekolah sebagai pemimpin
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan motivasi kerja tenaga kependidikan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala
sekolah sebagai pamimpin dapat dianalisis dari kepribadian seperti: pengetahuan terhadap
kependidikan, misalnya, memahami kondisi tenaga kependidikan, memahami kondisi siswa,
menyusun program tenaga kependidikan, menerima masukan dan kritikan dari berbagai pihak
untuk meningkatkan kemampuannya. Menganalisi visi dan misi sekolah seperti: melaksanakan
program untuk mewujudkan visi dan misi dalam tindakan. Kemampuan megambil keputusan
seperti mengambil keputusan untuk kepentingan internal dan eksternal sekolah. mulyasa
mengemukakan bahwa “kemampuan berkomunikasi dalam menuangkan gagasan dengan tenaga
kependidikan, siswa, orang tua, dan masyarakat.”33
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa tugas kepala sekolah dalam memimpin harus
mampu memberikan petunjuk dan mengawasi serta meningkatkan motivasi kerja tenaga
kependidikan. Ini ditunjukkan dengan kemampuan tegas mengambil keputusan dan komunikasi
yang baik dapat mempengaruhi dan menyakinkan bawahannya agar melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya sehingga dapat mencapaii tujuan dan sasaran diinginkan.
f. Kepala sekolah sebagai innovator
Peran kepala sekolah sebagai innovator yaitu harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari ide-ide baru, menjadi suri
tauladan bagi seluruh tenaga pengajar di sekolah dengan cara mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovatif.
g. Kepala sekolah sebagai motivator
Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat peranan seorang kepala sekolah yang baik dapat
disimpulkan menjadi 13 macam:
1) Sebagai pelaksana
2) Sebagai perencana
3) Sebagai seorang ahli
4) Mewakili kelompok dalam tindakannya keluar
5) Mengawasi hubungan antar kelompok
6) Bertindak sebagaipemberi ganjaran/pujian dan hukuman
7) Bertindak sebagai wasit dan penegah
8) Merupakan bagian dari kelompok
9) Merupaka lambing dari kelompok

33
E. Mulyasa, Op. Cit. hlm.15-16

16
10) Pemegang tanggung jawab para anggota kelompok
11) Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita
12) Bertindak sebagai ayah
13) Sebagai kambing hitam.34

C. Motivasi kerja Guru


1) pengertian motivasi kerja
Kata motivasi itu berasal dari kata dasar motive yang artinya dorongan, sebab, atau alasan
manusia melakukan tindalkan secara sadar.35
Motivasi adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut
bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu.36
Menurut Ernest J. Mo Ccmick dalam buku A. Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan
bahwa “motivasi kerja adalah sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara prilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”.37
Berdasarkan pengertian motivasi kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah kegiatan yang mendorog, mengarahkan, mempertahankan setiap tindakan yang disebut
kerja.
Dalam motivasi, walaupun sudah memiliki komitmen dan persepsi yang baik terhadap
suatu pekerjaan tetapi pada dasarnya ada tiga unsur mendasar yang melahirkan suatu motivasi.
Menurut Siagian ada tiga unsur utama dalam pembentukan motivasi yaitu kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Sekolah merupaka organisasi yang didalamnya terdapat individu yang terdiri dari
unsur kepala sekolah, tata usaha dan murid. Guru sebagai salah satu unsur sekolah memiliki
motivasi kerja sesuai dengan tugas dan kewajiban utama yakni mengajar. Apabila pegawai/guru
merasa sanggup untuk mengembangkan karirnya disertai dengan kesempatan yang ada lahirlah
suatu motivasi yang tinggi yang akan membuat pegawai/guru bekerja dengan semangat,
bertanggung jawab, dan perasaan puas yang akan membawa hasil yang memuaskan.
2) Jenis-jenis motivasi kerja
Dalam melakukan suatu perbuatan yang bersifat sendiri, seseorang selalu didorong oleh
motivasi tertentu baik objektif maupun yang subyektif. Adapun motivasi kerja itu sendiri
mempunyai jenis sebagai berikut:
a) Motivasi intrinsik yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang dilakukan.
Mislnya, bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan minat, dapat diselesaikan
dengan baik karena memiliki pengetahuan dalam menyelesaikan. Menurut Sardiman
34
Ngalim Purwanto, Op.Cit. hlm 65
35
Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Gafindo Perada, 2006), hlm. 73
36
Abdul Rahman Shaleh. Op.Cit. hlm. 73
37
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 94-95

17
motif instrinsik adalah motif yang berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b) Motivasi ekstrinsik yakni dorongan yang kuat berXasal dari pekerjaan yang sedang
dilakukan. Misalnya: bekerja karena upah atau gaji yang tinggi, mempertahankan
kedudukan yang baik dan lain-lain.38

Kedua jenis motivasi tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat menentukan keberhasilan
seseorang dalam memperoleh hasil kerja yang optimal, walau bagaimanapun bakat dan keahlian
seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan mesti dihargai karena penghargaan memiliki arti
dan pengaruh yang sangat besar bagi setiap orang pendorong dan penunjang dalam
mengeksplorasikan segala kemampuan dan kahliannya.
3) Ciri-ciri motivasi kerja
Interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang
mewakili ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja sendiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi kerja, memiliki
ciri-ciri diatas, apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang itu mempunyai
motivasi kerja yang cukup tinggi. Ciri-ciri sangat penting dalam kegiatan sekolah karena setiap
kegiatan akan berhasil dengan baik.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya:39
a. Motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu
ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk
minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dan dorongan seksual. Motif-motif
ini sering kali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.
b. Motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan
untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan
motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab manusia hidup dalam lingkungan

38
Sadirman. A.m, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),cet ke-7 hlm.
87
39
Sadirman, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, (Jakarta, PT. Raja Gafindo Persada, 2006), hlm. 86

18
social dengan sesame manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Sebab justru
dengan kemampuan berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu
kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, koperatif,
membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan
belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapau prestasi.

4) Faktor-faktor yang Memengaruhi motivasi guru


Seorang guru akan melakukan semua pekerjaan dengan baik apabula ada factor
pendorongnya. Factor-faktor yang mendorong seseorang mau bekerja menurut Peterson
dan Plowman adalah sebagai berikut:40
a. Keinginan untuk dapat hidup
Untuk mempertahankan hidup, orang akan mau bekerja. Seperti memperoleh
kompensasi yang memadai atau pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan masih
mencukupi.
b. Keinginan untuk memiliki
Keinginan untuk memiliki sesuatu menjadi pemicu seseorang mau bekerja, seperti
keiginan untuk memiliki benda.
c. Keinginan akan kekuasaan
Seseorang akan mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk di akui, dihormati
oleh orang lain untuk memperoleh status yang tinggi.
d. Keinginan akan pengakuan
Keinginan seseorang untuk menjadi orang yang berperan dalam masyarakat atau
pemimpin dalam suatu lembaga akan mendorong seseorang untuk bekerja.

Dalam memotivasi guru, kepala sekolah harus mengetahui motivator-motivator yang


dimiliki oleh guru. Orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik
kebutuhan yang disadari, maupun kebutuhan yang tidak disadari, berbentuk materi
atau non materi serta kebutuhan fisik dan rohani.

40
Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 245-246

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD 134/IV yang terletak di Jalan. Adityawarman, The Hok,
Kec. Jambi Sel, Kota Jambi, Jambi 36129.

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2020.

B. Metode penelitian

Metode penelitian adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian”.41 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, yaitu analisis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilaksanakan

C. Populasi dan Sampel

41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), cet ke-xv,
hlm. 130-132

20
Menurut Hadari Nawawi dalam buku Margono mengatakan bahwa “populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian, yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuhan, peristiwa yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”. 42
Dalam penelitian ini penulis menggali fakta dan data melalui sumber-sumber kunci
seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah, pengurus osis.

D. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala kepemimpinan
kepala sekolah yang dibuat sendiri oleh penulis sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan tertulis melakukan sebuah daftar
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui:

1. Penelitian kepustakaan ( library research )


- Mencatat membaca bahan dan dokumen, serta mengelolah

2. Penelitian lapangan ( field research )


- Mengumpulkan data yang bersumber dari lapangan.
1. Observasi, dalam metode observasi didahului dengan membuat panduan
pengmatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Observasi
digunakan untuk memperoleh data tentang kepemimpinan kepala sekolah
dalam pengembangan motivasi kinerja guru.
2. Wawancara yaitu pengumpulan data melalui Tanya jawab dengan sumber
data. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang:
kepemimpinan kepala sekolah, tentang keadaan dan gambaran pengelolaan
kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara ( interview guide ) agar lebih terarah. Wawancara diakukan
dengan kepala sekolah SD 134/IV Kota Jambi, guru kelas, Tu, siswa, sebagai
komponen dari proses pendidikan tersebut dengan alat berupa recorder atau
buku catatan.
3. Studi dokumentasi, metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data
berupa mencari data mengenai catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.43 Studi dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data-data tentang berdirinya sekolah, tujuan
sekolah, struktur sekolah, visi misi sekolah, prestasi siswa, dan yang

42
Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),Cet ke-6, hlm. 118
43
Suharismi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet-13. Hlm.
231

21
berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan
motivasi kerja guru.

E. Teknik pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dilapangan akan dianalisa melalui proses:

1. Klasifikasi data, yakni proses pengelompokan data berdasarkan jawaban-jawaban


responden.
2. Kategorisasi data yaitu pengelompokan data berdasarkan pada aspek-aspek masalah
yang muncul.
3. Interpretasi data yaitu proses mencari kesamaan dan perbedaan dari data yang
diperoleh kemudian ditarik kesimpulan.

F. Instrumen penelitian

1. Definisi konseptual
Motivasi kerja guru adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memeliharaa perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. 44 Motivasi kerja
berhubungan erat dengan pengembangan kemampuan guru untuk melaksanakan
pekerjaan dan tugas yang lebih baik.
2. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan kepala sekolah kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang mempengaruhi
orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu.

44
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 94

22
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo. Agus. Manager end Leader Sekolah Masa Depan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Anonim. Undang-Undang sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, Jakarta: Sinar


Grafika,2006.

Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga. Bogor: At-Taqwa,2010.

Wahjosumidjo.Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Anonim, Depatemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra,1990.

Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga. Bogor: At-Taqwa,2010.

Terry. George. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

B. Uno. Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidika. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.

23
Suryosubroto. B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Danim. Sudarwan. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru.Bandung: Alfabeto,2010.

Shaleh, Abdul. Rahman. Psikologi dan Industri dan Organisasi. Jakarta: lembaga penelitian
UIN. 2006.

Indra Fachrudi. Soekarto. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya:Usana Ofset Printing,


1983.

Toha. Miftah. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.

Wahjosumidjo. kepemimpinan kepala sekolah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007.

Komariah. Aan.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabetha,


2009.

Fatah. Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,2006.

Sutarto. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta: Gadja Madha University Press,


1991), cet.ke-3, hlm.91-92

Purwanto. M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT,Rosda karya,


2005) Cet.ke-15,hlm.50

Kartono. Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2001),


Cet.ke-9 hlm.71-73

Mulyasa. D. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2007.

Anonim, Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV, Eko Jaya, 2005.

Mulyasa. E.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Wijaya. Cece dan Rusyan. A. Tabrani. Kemampuan dasar dalam proses belajar mengajar.
Bandung: Rosda Karya, 1991.

Sudirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gafindo Perada, 2006.

Mangkunegara. Anwar. Prabu. Manajemen sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.

24
Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000),cet ke-7 hlm. 87

Sadirman. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada, 2006.

Usman. Husaini. Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006), cet ke-xv, hlm. 130-132

Margono. Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),Cet ke-6, hlm. 118

25

Anda mungkin juga menyukai