Anda di halaman 1dari 49

1

KODE
PKSBP-SD

BEST PRACTICES

PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN


BERORIENTASI KONSEP MERDEKA BELAJAR MELALUI
SUPERVISI ARTISTIK DI SD NEGERI GANDUL 2 KOTA DEPOK

Disusun sebagai salah satu Persyaratan Mengikuti Seleksi Kepala Sekolah


Berprestasi Tahun 2019 Tingkat Kota Depok

Disusun oleh :
Sukaesih, S.Pd.I
NIP. 19630524 198507 2 001
Kepala SD Gandul 2 Kecamatan Cinere Kota Depok

PEMERINTAH KOTA DEPOK


DINAS PENDIDIKAN
UPTD SD NEGERI GANDUL 2
Jl. Komplek BPK V, Kel. Gandul, Kec. Cinere, Kota Depok, Jawa Barat

2020
ABSTRAK

Sukaesih, S.Pd.I 19630524 198507 2 001, Kepala UPTD SDN Gandul 2.


Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Berorientasi Konsep Merdeka
Belajar Melalui Supervisi Artistik di SD Negeri Gandul 2 Kota Depok. Best
Practices, 2020. Depok.

Tujuan Penyusunan Best Practice dengan Judul “Peningkatan Kualitas Proses


Pembelajaran Berorientasi Konsep Merdeka Belajar Melalui Supervisi Artistik di
SD Negeri Gandul 2 Kota Depok, sebagai berikut : 1) Meningkatnya kinerja guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran di SD Negeri Gandul 2. 2) Memberikan
pemahaman terkait Program Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.3)
Mengembangkan Gerakan Sekolah Menyenangkan melalui pengelolaan
pembelajaran yang berkualitas.4)Meningkatkan pemahaman guru terhadap
program supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan Pengawas
Sekolah.
Best Practices ini dilaksanakan di SD Negeri Gandul 2 Kota Depok, sebagai
praktik terbaik dalam pelaksanaan model pendekatan supervisi dengan pendekatan
supervisi artistik, yang digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Karena sesungguhnya kegiatan utama di sekolah dalam rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas
pembelajaran. Peran kepala sekolah sebagai supervisor merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran kurikulum 2013.
Pendekatan artistik berpandangan bahwa keberhasilan pembelajaran tidak bisa
diukur dengan menggunakan peristiwa pembelajaran yang berada dalam konteks
yang berbeda. Karena itu pendekatan artistik merekomendasikan agar supervisor
turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pembelajaran yang dilakuan
oleh guru. Pembina harus mengikuti mengajar guru dengan cermat, telaten dan
utuh.
Setelah dilaksanakan Program Supervisi Artistik dalam upaya meningkatkan
kualitas proses pembelajaran yang berorienbtasi pada konsep Merdeka Belajar,
Guru Penggerak, RPP satu lembar, dan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM),
serta dilanjutkan dengan pelaksanaan Supervisi artistik maka diperoleh hasil
seperti : Guru telah memahami hakikat Merdeka Belajar yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran mengandung arti bahwa tugas guru menjadi
orang terdepan yang dapat memfasilitasi penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan. Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
menyenangkan semakin meningkat. Melalui supervisi artistik terdapat perasaan
aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar
mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-
problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga
orang dapat menjadi dirinya sendiri.

Kata kunci: Proses Pembelajaran, Merdeka Belajar, Supervisi Artistik

i
KATA PENGANTAR

Best Praktices ini tersusun berkat rahmat dan hidayah Allah SWT. maka
sudah sepantasnya sebagai insan bermunajat dan bersyukur atas segala nikmat dan
karunia-Nya.
Kepala sekolah memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas
pendidikan terutama mengembangkan sekolah dan perannya sebagai pelaksana
delam Standar Nasional Pendidikan. Mengingat peran yang demikian penting
maka seorang kepala sekolah harus memiliki sikap visoner dan futuristik terhadap
pembangunan pendidikan secara menyeluruh.
1. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
2. Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok.
3. Pengawas/ Pembina Gugus 2
4. Para kepala Sekolah seperjuangan di kecamatan Cinere
5. Guru-guru yang selalu kompak dan solid dalam melaksanakan tugas.
Kepada siapapun yang sudah memberikan dorongan untuk berkarya secara
total kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Semoda amal
baik Bapak/Ibu semua memperoleh pahala yang setimpal.
Akhirnya semoga Best praktices ini dapat bermanfaat bagi para pemangku
kepentingan.

Penulis,

Sukaesih, S.Pd.I

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................... 6
C. Tujuan Pengembangan Best Practices .............................................. 7
D. Manfaat Best Practices....................................................................... 8

BAB 1I KAJIAN Pustaka 10


A. Pengertian Kualitas Pembelajaran ..................................................... 10
B. Hakikat Konsep Merdeka Belajar .................................................... 12
C. Pengertian Supervisi Artistik ....................................................... 14

BAB III METODE ....................................................................................... 20


A. Prosedur.................................................................................... 20
B. Strategi Pemecahan Masalah .................................................. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 29


A. Kondisi Awal…………………………………………….............… 29
B. Proses……………………………………………………................. 30
C. Hasil Akhir ........................................................................................ 32

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 37


A. Kesimpulan …………………………………………… 37
B. Rekomendasi……………………………………………… 39
Daftar Pustaka 41
Lampiran 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saya mendapatkan tugas sebagai kepala sekolah untuk memimpin dan
mengelola satuan pendidikan di SD Negeri Pangkalan Jati 2 sejak tanggal 01
April 2014 sampai dengan 30 Juni 2019, selanjutnya mendapatkan perintah
tugas di tempat yang baru sejak tanggal 1 Juli 2019 di SD Negeri Gandul 2.
Selanjutnya menurut pandangan saya, Pendidikan merupakan alat untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia,
pendidikan yang berkualitas akan mencerminkan masyarakat yang maju damai
dan mengarah pada sifat-sifat yang konstruktif. Pendidikan juga menjadi roda
penggerak sehingga kebudayaan dan kebiasaan dari tiap-tiap zaman menjadi
berubah mengikuti perubahan yang diperoleh dari pendidikan itu sendiri.
Maka ketika ingin mencapai kehidupan yang lebih baik tentunya
pendidikanlah yang merupakan jawabannya, karena dari pendidikan
melahirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap
perkembangan zaman.
Untuk itu mengingat kepala sekolah adalah seorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada
suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama. Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di sekolah.
Pola kepemimpinan yang digunakannya akan sangat berpengaruh bahkan
sangat menentukan kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
Dalam konteks pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah
termasuk jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan sebagaimana
yang sudah tercantum dalam undang-undang. Dalam menjalankan perannya
sebagai pimpinan pada satuan pendidikan, kepala sekolah mempunyai tugas
pokok dan fungsi yang lebih banyak.
Untuk dapat melaksanakan fungsinya tersebut di atas, Kepala Sekolah
harus: 1). memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalitas
1
2

pendidik dan tenaga kependidikan di sekolahnya; 2) memiliki strategi yang


tepat untuk memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan melalui kerja
sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para pendidik dan tenaga
kependidikan untuk meningkatkan kemampuan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang tujuan sekolah; 3) memiliki hubungan sangat erat
dengan berbagai pihak yang terkait dengan upaya peningkatan mutu sekolah
dan mendukung keterlaksanaan seluruh program sekolah dan produktivitas
sekolah; 4). melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan
kinerja pendidik dan tenaga pendidikan; 5) mampu memberikan petunjuk dan
pengarahan, meningkatkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas secara
proporsional; 6). memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran
yang inovatif; 7). memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi
kepada para pendidik dan tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai
tugas dan fungsinya; dan 8). menjadi figur teladan yang dapat dijadikan
contoh dan teladan bagi pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta
didik.
Sejalan dengan salah satu fungsi bahwa kepala sekolah memiliki
strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh saya adalah program merdeka
belajar yang telah digulirkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan,
yang terdiri atas 4 (empat) program utama meliputi, UASBN diganti
Assesment, mengubah Ujian Nasional 2021 dengan Asesmen Kompetensi
3

Minimum dan Survei Karakter, RPP satu lembar, dan Zonasi PPDB lebih
Fleksibel.
Bergulirnya program tersebut di atas menimbulkan mispersepsi pada
praktisi pendidikan yang mesti mewujudkan ide merdeka belajar itu.
Mispersepsi itu adalah merdeka belajar berarti pengurangan rutinitas
administratif agar tidak membelenggu guru dan perluasan ruang fisik belajar
sehingga peserta didik tidak terpenjara dalam kelas tertutup.
"Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir. Dan terutama esensi
kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru dulu. Tanpa terjadi di guru, tidak
mungkin bisa terjadi di murid," kata Nadiem dalam Diskusi Standard
Nasional Pendidikan, di Hotel Century Park, Jakarta Pusat pada Jumat, 13
Desember 2019.
Nadiem mengatakan seharusnya tak ada orang yang meremehkan
kemampuan seorang guru, menjadi guru adalah tugas yang sulit, dalam
kompetensi guru di level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari
kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada
pembelajaran yang terjadi. Tanpa guru melalui proses interpretasi, refleksi
dan proses pemikiran secara mandiri, bagaimana menilai kompetensinya,
bagaimana menerjemahkan kompetensi dasar, ini menjadi suatu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik. Paradigma merdeka belajar
adalah untuk menghormati perubahan yang harus terjadi agar pembelajaran
itu mulai terjadi diberbagai macam sekolah.
Tindaklanjut dari merdeka belajar di sekolah adalah guru penggerak,
“Guru Penggerak” adalah guru yang mengutamakan murid dan
pembelajaran murid dari hal lain, bahkan dari karirnya sendiri. Menjadi
guru penggerak itu berarti mengambil tindakan-tindakan tanpa disuruh.
Tanpa diperintahkan untuk melakukan yang terbaik bagi muridnya. Saat ini
masih banyak guru yang mengira reformasi pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan, kebijakan dan anggaran, hanya dilakukan oleh pemerintah
maupun berdasarkan kurikulum saja. Guru hendaknya dapat melakukan
perubahan-perubahan kecil yang dimulai dari ruang kelas tanpa menunggu
4

komando. Dengan begitu, bakal terjadi perubahan yang besar pada dunia
pendidikan di Indonesia yakni bergerak maju menatap masa depan.
Nadiem Makarim dalam simposium kepala sekolah dan pengawas di
Jakarta yang mengamanahkan kepala sekolah untuk mencari satu saja guru
penggerak di sekolahnya untuk dilindungi, didukung, dan memberikan
kewenangan untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Tanpa ragu Mas
Menteri juga menambahkan bahwa guru penggerak itu biasanya “nakal”,
memodifikasi kurikulum lebih engaging, membuat kelas yang menyenangkan,
tidak segan-segan mengajak muridnya keluar dari kepenatan kelas, meracik
metode baru dari segala sumber yang didapatkan untuk selanjutnya diterapkan
dalam pembelajarannya. Namun, tidak heran juga jika sering kali apa yang
dilakukan guru penggerak tersebut tidak pernah mendapatkan apresiasi dari
beragam inovasi yang dilakukan. Sebaliknya, tidak jarang pula guru-guru
penggerak yang berpikir dan bertindak gila tersebut malah mendapatkan
stigma gila dan merusak tatanan yang telah rapi sebelumnya.
Berdasarkan data Penilaian Kinerja Guru diperoleh nilai rata-rata yang
kurang memuaskan terhadap hal PK Guru di SD Negeri Gandul 2,
sebagaimana data di bawah ini :
Rata-rata
No Komponen Penilaian Keterangan
2018 2019
1. Mengenal Karakter Peserta
2 2
Didik
2. Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran 2 2
yang mendidik
3. Pengembangan kurikulum 2 2
4. Kegiatan pembelajaran yang
2 3
mendidik
5. Pengembangan potensi anak
2 2
didik
6. Komunikasi dengan peserta
2 2
didik
7. Penilaian dan evaluasi 2 2
8. Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial dan 2 2
kebudayaan nasional
5

Rata-rata
No Komponen Penilaian Keterangan
2018 2019
9. Menunjukkan pribadi yang
2 2
dewasa dan teladan
10. Etos kerja, tanggung jawab yang
2 3
tinggi, rasa bangga menjadi guru
11. Bersikap inklusif, bertindak
obyektif, serta tidak 2 2
diskriminatif
12. Komunikasi dengan sesama
guru, tenaga kependidikan,
2 2
orang tua, peserta didik dan
masyarakat
13. Penguasaan materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan
2 2
yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
14. Mengembangkan
keprofesionalan melalaui 2 2
tindakan yang reflektif
Jumlah 28 30
2 2,14

Dari permasalah pada tabel di atas diperoleh data khususnya pada


kompetensi pedagogik point 4 (kegiatan Pembelajaran yang mendidik) di
dalamnya meliputi 11 indikator. Dari 11 indikator yang dimaksud terdapat
kekurangan mendasar khususnya pada aspek, di bawah ini :
a. Belum semua guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan
untuk membantu proses belajar peserta didik, sehingga membuat peserta
didik merasa tertekan.
b. Guru belum menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus
dikoreksi.
c. Guru belum melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan
waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia
dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta
didik.
6

d. Guru mengelola kelas kurang efektif, mendominasi atau sibuk dengan


kegiatannya sendiri sehingga semua waktu peserta didik tidak dapat
termanfaatkan secara produktif.
e. Guru belum memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.
f. Guru belum mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara
sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik.
g. Guru jarang menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual
(termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Menyikapi hal tersebut di atas, saya selaku kepala sekolah perlu
menerapkan langkah strategis menjalin hubungan yang sangat erat dengan
berbagai pihak yang terkait dengan upaya peningkatan mutu sekolah dan
mendukung keterlaksanaan seluruh program sekolah dan produktivitas
sekolah, salah satu upaya untuk mengembangkan pola pikir guru terkait
program merdeka belajar adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pada Konsep Merdeka Belajar Melalui Supervisi Artistik di SD Negeri
Gandul 2 Kota Depok.

B. Permasalahan
Berdasarkan hasil pengamatan saya selaku kepala sekolah di SD Negeri
Gandul 2, terhadap data Hasil Penilaian Kinerja Guru dua tahun terakhir,
diperoleh permasalah yang mendasar antara lain :
1. Rendahnya kinerja guru khususnya pada pelaksanaan proses pembelajaran
yang menyenangkan.
2. Guru belum memahami esensi konsep merdeka belajar dan guru
penggerak.
3. Guru belum terlatih menyusun rencana pembelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan peserta didik.
7

4. Belum semua guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan


untuk membantu proses belajar peserta didik, sehingga membuat peserta
didik merasa tertekan.
5. Guru belum menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus
dikoreksi.
6. Guru belum melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan
waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia
dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta
didik.
7. Guru mengelola kelas kurang efektif, mendominasi atau sibuk dengan
kegiatannya sendiri sehingga semua waktu peserta didik tidak dapat
termanfaatkan secara produktif.
8. Guru belum memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.
9. Guru belum mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara
sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik.
10. Guru jarang menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual
(termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
11. Guru belum melaksanakan program literasi dan Penguatan pendidikan
karakter secara utuh dalam proses pembelajaran.
12. Sekolah belum mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
secara optimal khusunya pada kepedulian terhadap lingkungan hidup.

C. Tujuan Pengembangan Best Practice


Tujuan Penyusunan Best Practice dengan Judul “Peningkatan Kualitas
Proses Pembelajaran Berorientasi Konsep Merdeka Belajar Melalui Supervisi
Artistik di SD Negeri Gandul 2 Kota Depok, sebagai berikut :
1. Meningkatnya kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
di SD Negeri Gandul 2.
8

2. Memberikan pemahaman terkait Program Merdeka Belajar dan Guru


Penggerak.
3. Mengembangkan Gerakan Sekolah Menyenangkan melalui
pengelolaan pembelajaran yang berkualitas.
4. Meningkatkan pemahaman guru terhadap program supervisi akademik
yang dialkukan oleh kepala sekolah dan Pengawas Sekolah.
5. Meningkatnya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan program-program sekolah sesuai dengan visi, misi
dan tujuan sekolah yang tertuang dalam Rencana Kerja Jangka
Meningah dan Rencana Kerja Tahunan Sekolah (RKTS).
6. Memperkaya pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dalam
bermacam-macam setting kehidupan.

D. Manfaat
Hasil penulis Best practice ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoreitis hasil praktik terbaik dapat bermanfaat bagi para
kepala sekolah lain untuk melakukan praktik-praktik inovasi lebih lanjut
terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar yang telah
teridentifikasi dan belum digali dalam rangka pengembangan mutu
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatnya kualitas proses pembelajaran di SDN Gandul 2
Kecamatan Cinere Kota Depok
2) Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang permanen baik
dalam bidang akademik maupun non akademik.
3) Meningkatnya minat belajar dan minat baca siswa melalui Gerakan
Literasi Sekolah.
9

4) Meningkatnya penguatan karakter siswa yang sesuai dengan tujuan


pendidikan baik di sekolah, di rumah dan dimasyarakat.
b. Bagi guru dan tenaga kependidikan
1) Sebagai masukan dalam mengembangkan kinerjanya yang kurang
maksimal dalam mengelola pembelajaran yang efektif
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan proses belajar mengajar
yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
3) Guru dapat menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah.
2) Sebagai salah satu masukan atau input dalam mengembangkan
hubungan kemitraan dan program inovatif yang tepat untuk
menentukan keberhasilan program pembangunan pendidikan di SD
Negeri Gandul 2
d. Bagi Dinas Pendidikan
1) Menjadi bukti kinerja kepala sekolah yang profesional dalam
pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga dapat dijadikan acuan
kerja dan unjuk kerja dalam mengembangkan profesionalitas para
kepala sekolah.
2) Menjadi bukti terjadinya hubungan dengan stakeholder pendidikan,
masyarakat dan berkontribusi positif dalam kegiatan pembangunan
pendidikan dan hubungan yang sinergi bagi penyelenggaraan
pendidikan bermutu.
3) Menjadi salah satu referensi dalam upaya meningkatkan sistem
pembinaan profesional tenaga pendidik dan kependidikan serta
mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses
pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan
lancar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran


Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2006: 328) kualitas adalah
kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu. Menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (2006: 23) pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang
belajar. Pendapat diatas dipertegas oleh Sardimin (dalam Abdul Majid, 2013:
5) pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta
didik didalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri
sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Sedangkan menurut
Corey (dalam Abdul Majid, 2006: 4) pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu. Pembenlajaran merupakan subyek khusus
dari pendidikan.
Menurut Mariani, kualitas pembelajaran secara operasional dapat
diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru,
siswa, iklim pembelajaran, serta media pembelajaran dalam menghasilkan
proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler
(Haryati & Rochman. 2012: 2). Menurut Daryanto menyebutkan bahwa
kualitas pembelajaran adalah suatu tingkatan pencapaian dari tujuan
pembelajaran awal termasuk didalamnya adalah pembelajaran seni, dalam
pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan sikap peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas
(Prasetyo, 2013: 12).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kualitas pembelajaran dapat mengukur sejauh mana tingkat pencapaian hasil
dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran yang sudah tercapai
akan menghasilkan hasil belajar yang optimal dari peserta didik, kualitas dapat
dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Kualitas pembelajaran memiliki
indikator menurut Depdiknas dalam Prasetyo (2013: 13) antara lain:

10
11

1. Perilaku pembelajaran pendidik (guru)


Keterampilan dalam mengajar seorang guru menunjukkan
karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan.
2. Perilaku atau aktivitas siswa
Di sekolah banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Aktivitas sekolah tidak hanya belajar, membaca buku, mencatat
ataupun mendengarkan guru mengajar. Aktivitas siswa bisa berupa
aktivitas di luar kelas, ekstrakuliler atau kegiatan lainnya.
3. Iklim pembelajaran
Iklim pembelajaran dapat berupa suasana kelas yang kondusif dan
suasana sekolah yang nyaman.
4. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran yang berkualitas terlihat dari kesesuaikannya
dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus ditempuh.
5. Media pembelajaran
Media pembelajaran menciptakan suasana belajar menjadi aktif,
memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dan siswa,
siswa dan ahli bidang ilmu yang relevan.
6. Sistem pembelajaran
Sistem pembelajaran di sekolah mampu menunjukkan kualitasnya jika
sekolah menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan
kekhususan lulusannya.
Dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran biasanya dipengaruhi
beberapa faktor seperti disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 132)
untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses
pembelajaran seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu proses
pembelajaran. Faktor-faktor tersebut adalah karakteristik tujuan karakteristik
mata pelajaran atau bidang studi, karakteristik siswa, karakteristik
lingkungan atau setting pembelajaran, dan karakteristik guru.
12

Proses dapat dikatakan bermutu tinggi jika pengkoordinasian dan


penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang dan
peralatan) dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendiring
motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik.
Menurut Sanjaya (2006: 52) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yaitu faktor guru, faktor siswa,
karakteristik lingkungan atau setting pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran adalah tingkat baik buruknya guru dalam membimbing peserta
didik dalam proses belajar.
Menurut Wina Sanjaya (2016:20) pembelajaran yang bermutu itu
memiliki 8 indikator yakni; 1) pendidik memahami landasan edukatif 2)
pendidik memahami karakter peserta didik 3) pendidik mampu
mengembangkan kurikulum/silabus 4) mampu menyusun perencanaan
pembelajaran sesuai kebutuhan 5) mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran yang menyenangkan 6) mampu memanfaatkan teknologi
kekinian dalam pembelajaran 7) mampu mengevaluasi hasil belajar dan 8)
mampu mendorong peserta didik mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

B. Hakikat Konsep Merdeka Belajar


Gagasan Merdeka Belajar ini berawal dari situasi pendidikan yang
bertahun mengungkung peserta didik dalam rutinitas baku yang kaku sehingga
kurang memberi ruang bagi para peserta didik untuk berkembang sesuai
dengan potensinya masing-masing. Di samping itu, aktivitas pendidikan
selama ini terasa lebih bersifat administratif, sehingga menyita waktu, pikiran,
dan tenaga para pengelola pendidikan.
Merdeka Belajar artinya unit pendidikan yaitu sekolah, guru-guru dan
muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk
13

belajar dengan mandiri dan kreatif. Esesnsinya guru dan siswa diberikan
kebebasan untuk membuka ruang inovasi dalam proses pembelajaran.
Nadeim Makarim menyatakan bahwa merdeka belajara adalah
kemerdekaan berpikir. Terutama, esensi kemerdekaan berpikir ini terlebih
dahulu harus ada di guru. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di
murid. Merdeka Belajar sebagai bentuk pemenuhan aspek dan akses
pendidikan berupa kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang
profesional sehingga menghasilkan lulusan/peserta didik yang berdaya saing.
Melalui konsep merdeka belajar instsitusi, guru dan siswa, memiliki
kesempatan mengembangkan kreativitasnya, guru dan siswa harus bekerja
sama dalam meningkatkan kompetensi, dimulai dari pengembangan dan
peningkatan kompetensi guru. Kemudian, pelaksanaan pembelajaran yang
menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik hingga pengembangan
potensi peserta didik. "Sedangkan bagi siswa, mereka mempunyai kebebasan
belajar yang sesuai gaya belajarnya. Mereka juga diberi kesempatan untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sistem pengelolaan pendidikan yang sesuai standar mutu sebagai
indikator keberhasilan lembaga pendidikan. Kemudian, untuk tata kelola
pendidikan berupa perumusan visi, misi dan tujuan lembaga yang jelas serta
terukur demi mendukung program tersebut. Perencanaan dan pengembangan
sekolah sesuai perkembangan zaman. Juga, pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan program, pengukuran ketercapaian program serta pelaksanaan
perbaikan dan peningkatan dalam pendidikan.
Program Merdeka Belajar, berfokus pada peningkatan penguasaan tiga
indikator utama pendidikan. Yaitu numerasi atau kemampuan penguasaan
tentang bilangan, literasi atau kemampuan menganalisis dan memahami
bacaan dan pengembangan karakter atau budi pekerti yang memiliki nilai-nilai
luhur ke-Indonesiaan. Ketiga hal tersebut merupakan esensi dan tujuan utama
pendidikan yang sesungguhnya untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia melalui beragam kegiatan yang kaya akan kreativitas sehingga
peserta didik berpikir lebih divergen dengan alternatif yang banyak dan
14

bervariasi. Program ini pun memberikan peluang bagi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman belajar dari perguruan tinggi, lembaga atau institusi
lain.
Untuk itu, saya selaku kepala sekolah harus mampu
mendemonstrasikan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership)
beserta guru SD Negeri Gandul 2 di dalamnya. Hanya saja, ini memang tidak
akan mudah untuk diimplementasikan. Pasalnya, guru-guru selama bertahun-
tahun tidak pernah merdeka dalam mengajar dan belajar. Harus diakui,
prinsip-prinsip merdeka dalam belajar belum biasa bagi para guru di SD
Gandul 2. Jadi untuk mengubahnya memang perlu persiapan yang matang.
Ibarat membelokkan truk container yang besar diperlukan ancang-ancang agar
bisa berbelok dengan mulus.
Bagi saya gagasan Merdeka Belajar merupakan seruan universal
“Revolusi Mental” membangun jiwa merdeka menuju bangsa yang besar.
Revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia agar
menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat
elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.

C. Pengertian Supervisi Artistik


1. Pengertian Supervisi
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan
vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu
merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat
berkedudukan lebih tinggi dari pada yang di lihat (Subari, 1994:1). Orang
yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir
guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang
lebih baik kita sebut supervisor.
Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah suatu
teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
15

perkembangan anak (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 2000:68)


Sedangkan menurut Kimball Wiles, mendefinisikan supervisi yaitu
bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar yang baik ( Piet A.
Sahertian dan Frans Mataheru:18).
Supervisi menurut Boardman yaitu suatu usaha menstimulir,
mengkoordinir, dan membimbing secara berlanjut pertumbuhan guru-guru
baik secara pribadi maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih
efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran (Subari, 1994: 4).
Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh
pemimpin untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar menjadi
guru (personil) yang cakap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan pendidikan khususnya agar mampu
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar disekolah (Hadari
Nawawi, 1986: 104). Jadi supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan
dan bantuan berupa bimbingan dari atasan (kepala sekolah) kepada
personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya. Supervisor
sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai stimulator, pembimbing
dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan
menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu juga supervisi
diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang baik bagi
kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada di
sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan
(Lantip Diat Prasojo, 2011:11).

2. Pengertian Supervisi Artistik


Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh
supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi
usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan
guru. Karena itu supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai
dengan karakteristik guru yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang
digunakan tidak sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan
16

berjalan dengan efektif. Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai


pendekatan supervisi, antar lain (a) supervisi ilmiah ( scientific
supervison), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi
artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut (Ali Imron,
2001: 123).
Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap
supervisi ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar,
bukan semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh
karena itu pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kinerja
mengajar guru juga harus mempertimbangkan dimensi tersebut.
Elliot W. Eisner (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada
sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi
segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa
yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi
guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam
kelas. Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat ukur atau
pedoman observasi, melainkan manusia itu sendiri yang memiliki perasaan
terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan (kehidupan) kependidikan di sekolah.
Pendekatan artistik kepala sekolah digunakan disaat keadaan guru
yang tidak stabil, atau kurang semangat dalam mengajar, atau ada guru
yang memiliki perbedaan dengan guru-guru yang lain, misalnya semangat
belajarnya dibandingkan dengan guru-guru lain kurang, ini saat-saat
seperti inilah kepala sekolah melaksanakan pendekatan artistik, dalam
pelaksanaannya sendiri. Pendekatan artistik ini dengan cara memberikan
semangat berupa pemberian reward kepada guru, dan ini dilaksanakan
saat-saat rapat kedinasan, atau dalam acara-acara tertentu yang ada di
sekolah, meskipun tidak dilaksanakan secara perorangan tetapi bisa
dengan cara berkelompok.
17

Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampak


dirinya dalam reaksi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian
baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan
dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar
mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-
problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya,
sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri. Itulah supervisi artistik.
Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam
melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan
memiliki sikap arif. Seperti diungkapkan oleh Jasmani dan Mustofa,
model supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain
(working for theother), bekerja dengan orang lain (working with the other),
dan bekerja melalui orang lain (working through the other)35. Oleh karena
itu, pelaksanaan supervisi tentunya mengandung nilai seni (art). Menurut
Sergiovanni dalam Sahertian (2000) model supervisi artistik memiliki
beberapa ciri khas, antara lain:
a) memerlukan perhatian, lebih banyak mendengarkan dari pada
berbicara;
b) memerlukan keahlian keahlian khusus untuk memahami apa yang
dibutuhkan;
c) mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka
mengembangkan pendidikan bagi generasi muda;
d) menuntut memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan
kelas dan prose situ diobservasi;
e) memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan
yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak;
f) memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan
apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain
dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu;
18

g) memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang


diungkapkan;
h) menunjukkan fakta bahwa supervisi bersifat individual dengan
kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument
utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan
bermakna bagi orang yang disupervisi.
Model supervisi Artistik ini memiliki imbas yang baik bagi rasa aman
guru akan adanya supervisi, karena supervisi dengan model ini
mengedepankan kenyamanan dalam komunikasi antara guru dan supervisor.
Kepala sekolah mengajak guru, dan staf sekolah menjadi diri mereka sendiri,
diajak bekerja sama, saling tukar dan kontribusi ide, pemikiran, memutuskan,
danmenetapkan bagaiman seharusnya mengelola sekolah, menhgelola kelas
dengan baik untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam pengajaran, guru dibedakan melalui gaya dan kekuatan
khususnya. Supervisi dengan orientasi artistik akan mengenali gaya guru
tersebut dan mencoba membantu guru untuk mengeksploitasi dan
menguatkan arah posittif yang telah diambilnya. Bahkan terjadi, beberapa
guru yang tidak pernah cemerlang dalam memimpin diskusi kelompok
kecilnya tetapi mungkin menjadi penceramah kelas atas. Dengan kata lain,
baik kompetensi pengajaran secara umum maupun karakteristik unik dari
tampilan harus dipersepsikan dan dihargai.
Kemampuan mengapresiasi kualitas seperti tersebut di atas
menuntut akses terhadap proses. Dalam konser musik, pelatih dan pemain
duduk bersama untuk memberikan komentar pada apa yang didengar. Bila
latihan berulang-ulang, maka secara bersama-sama mereka dapat membuat
perbandingan apa yang sedang didengar dan apa yang telah didengar. Hal
ini memberikan kontribusi dalam memberikan parameter yang masuk akal
bagi kritik yang diberikan sekarang dan tentunya sangat berpengaruh
terhadap kecepatan ke arah perubahan.
Dengan demikian pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran
adalah suatu pendekatan yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan
19

pengetahuan supervisor sebagai sarana untuk mengapresiasi hal-hal yang


terjadi dalam pembelajaran, dengan pembelajaran yang bersifat halus (subtle)
dan sangat bermakna.
BAB III
METODE
A. Prosedur
Kegiatan utama di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah
kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara
pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut maka harus ditingkatkan mutu pembelajaran baik dari guru
maupun peserta didiknya. Peran kepala sekolah sebagai supervisor merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran kurikulum
2013. Seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan memimpin,
sehingga perannya sebagai kepala sekolah dapat berjalan secara efektif,
perilaku dan kemampuan yang baik untuk memimpin sebuah organisasi
sekolah.
Dalam perannya sebagai seorang supervisor sebuah lembaga/sekolah,
kepala sekolah harus mampu untuk mempengaruhi dan mengarahkan semua
orang yang terlibat dalam proses pendidikan yaitu guru dan fasilitas kerja
demi tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Didalam
kepemimpinannya, kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 yang dilaksanakan di sekolah.
Supervisi akan terwujud apabila seorang pemimpin atau kepala sekolah
memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahannya, mengadakan
pengawasan serta melakukan supervisi secara kekeluargaan sehingga seorang
guru yang disupervisi tidak merasa selalu disalahkan melainkan shering
bersama dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan
pembelajaran kurikulum 2013. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah
kepada guru dilakukan secara rutin dan terjadwal 1 bulan sekali dengan
harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam prosesnya kepala sekolah memantau secara langsung
ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam

20
21

bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses


pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Prosedur terpenting yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor dalam menerapkan supervisi dengan pendekatan artistik ini
adalah:
1. Ketika mau berangkat ke lapangan, pembina tidak boleh punya interpretasi
apapun tentang pembelajaran yang akan diamati. Sehingga penilaian
diharapkan bersifat obyektivitas.
2. Mengadakan pengamatan terhadap guru dengan cermat, teliti, utuh,
dan menyeluruh, tidak hanya berdasarkan perangkat yang disusun, namun
juga bagaimana penguasaan guru terhadap materi dan terhadap kelas yang
dikelola.
3. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal, setelah
pembelajaran selesai. Dengan tanpa mempermalukan guru yang dinilai.
Hal ini bisa dilakukan secara pribadi bersama dengan guru yang dinilai
atau langsung di depan kelas, namun dengan tidak merendahkan guru
manakala ada kekurangan.
4. Menyusun hasil interpretasi dalam bentuk narasi. Hasil temuan di
lapangan baik sebelum dan pada saat pelaksaan supervisi, akan disusun
sedemikian rupa sebagai laporan.
5. Menyampaikan hasil interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru.
Hasil penilaian dikonfimasikan kepada guru yang dinilai sehingga terjadi
komunikasi yang membangun antara supervisor dan guru yang disupervisi.
6. Menerima balikan dari guru terhadap apa yang telah dilakukan.
Dalam proses pelaksanaan supervisi pembelajaran artistik ini kepala
sekolah menggunakan pendekatan antara lain: (1) ketekunan yaitu ketelitian,
kecermatan, keuletan dalam mengamati, merasakan dan mengapresiasikan
pembelajaran, (2) kemampuan komunikasi yaitu menggunakan bahasa yang
efektif, empati dan menyenangkan, (3) kesantunan berprilaku yaitu
mengedepankan akhlak mulia, (4) ketrampilan interpersonal yaitu
22

keterampilan mengelola hubungan baik bekerjasama dengan guru, (5)


sensitivitas atau kepekaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, langkah-langkah yang bisa ditempuh
dalam penyusunan program supervisi adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hasil pengawasan sebelumnya.
Identifikasi dilakukan melalui analisis kesenjangan dengan
mengacu pada kebijakan di bidang pendidikan yang digunakan.
Identifikasi hasil pembinaan menggambarkan sejauhmana ketercapaian
tujuan pembinaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu kebijakan
dalam bidang pendidikan juga menjadi acuan dalam menyusun program
pembinaan sekolah. Hasil identifikasi menjadi acuan dalam menentukan
tujuan dan jenis pembinaan yang akan dilakukan. Pola pembinaan yang
sudah menunjukkan hasil yang baik perlu dipertahankan. Sehingga hasil
identifikasi pembinaan sebelumnya sangat membantu supervisor untuk
melakukan pembinaan selanjutnya.
2. Pengolahan dan analisis hasil pengawasan sebelumnya.
Langkah ini diarahkan untuk menentukan prioritas tujuan, sasaran,
pendekatan, metode kerja serta langkah-langkah pembinaan yang akan
dilakukan. Output dari hasil pengolahan dan analisis hasil pembinaan
harus mamapu menunjukkan kondisi sekolah secara kualitatif dan
kuantitatif.
3. Perumusan rancangan program Pengawasan tahunan. Rancangan
program pengawasan/ pembinaan tahunan dibuat dengan landasan hasil
identifikasi dan analisis hasil pembinaan tahun lalu. Rumusan rancangan
program pembinaan ini dibuat dalam bentuk matriks untuk semua sekolah
binaan atau satuan pendidikan.
4. Pemantapan dan penyempurnaan rancangan program pembinaan
tahunan. Setelah dirumuskan dalam bentuk rancangan, program
pembinaan dimantapkan dan disempurnakan isinya.Program yang telah
dimantapkan dan dirumuskan tersebut adalah rumusana akhir yang
menjadi salah satu acuan dalam menyusun rencana kepengawasan
23

akademik (RKA) yang didalamnya memuat aspek masalah, tujuan,


indikator, keberhasilan, strategi/ metode kerja, skenario kegiatan, sumber
daya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.

B. Strategi Pemecahan Masalah


Setelah melakukan observasi artistik, pengamatan, dan
memnginterpretasikan secara formal dan naratif yang menggambarkan proses
pembelajaran di SD Negeri Gandul 2, kepala sekolah menyusun Program
Supervisi selanjutnya melalui Rapat Dinas disampaikan sosialisasi Program
Supervisi, agar guru memahami prinsip rencana supervisi artistik.
Pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran muncul sebagai
akibat dari ketidakpuasan terhadap supervisi pembelajaran yang menggunakan
pendekatan ilmiah, Supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
ilmiah disinyalir gagal, dan kegagalan tersebut bersumber dari kelemahan
pendekatan ilmiah secara internal, yaitu terlalu berani menggeneralisasikan
tampilan-tampilan pembelajaran yang tampak sebagai keseluruhan peristiwa
pembelajaran. Supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
artistik, dalam menangkap pembelajaran berusaha menerobos keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah.
Pembinaan kepada guru dengan pendekatan artistik dalam menangkap
pembelajaran berusaha menerobos keterbatasan-keterbatasan tersebut dengan
memperhatikan latar psikologis dan sosiologis para pelakunya. Karena secara
psikologi masing-masing individu berbeda, maka butuh penyelaman secara
mendalam. Dalam sudut pandang pendekatan artistik, keberhasilan
pembelajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pembelajaran yang lain,
yang berbeda pelakunya. Tidak dapat diukur dengan menggunakan peristiwa
pembelajaran yang berada di konteks yang lainnya lagi.
Pendekatan artistik berpandangan bahwa keberhasilan pembelajaran
tidak bisa diukur dengan menggunakan peristiwa pembelajaran yang berada
dalam konteks yang berbeda. Karena itu pendekatan artistik
merekomendasikan agar supervisor turut mengamati, merasakan, dan
24

mengapresiasikan pembelajaran yang dilakuan oleh guru. Pembina harus


mengikuti mengajar guru dengan cermat, telaten dan utuh.
Secara umum program supervisor itu adalah (1) analisis kemampuan
guru, (2) penelitian dan pengembangan proses pembelajaran, (3) pembinaan
guru secara preventif dan kuratif, (4) hubungan masyarakat dan analisis
kebutuhan di daerah, (5) mengembangkan kurikulum lokal (Pidarta, 2009: 50).
Adapun kebijakan program Supervisi Artistik yang dilakukan meliputi
peningkatan kualitas proses pembelajaran berorientasi pada Program Merdeka
Belajar, Guru Penggerak dan Penyusunan RPP 1 lembar, dengan strategi
sebagai berikut :
1. Penyusunan Program Upgrading
Kepala Sekolah bersama Tim Pengembang Kurikulum bekerja sama
dengan Pengawas Sekolah, Narasumber serta Komite Sekolah menyusun
Program Upgrading, dengan kegiatan pelatihan peningkatan mutu terdiri
atas materi :
a. Program Merdeka Belajar
b. Program Guru Penggerak.
c. Gerakan Sekolah Menyenangkan
d. RPP Satu Lembar
2. Sosialisasi Program Pengawasan melalui Pendekatan Supervisi
Artistik
Sosialisasi Program Supervisi artistik diperlukan sebagai upaya
memberikan pemahaman tentang hakikat pendekatan Supervisi Artistik,
tehnik supervisi artistik, dan waktu pelaksanaan serta tindaklanjutnya.
3. Pelaksanaan Program Supervisi Artistik
Pelaksanaan Supervisi dalam pendekatan artistik ini ingin
menjadikan guru dan staf sekolah menjadi dirinya sendiri, diajak
bekerjasama, saling tukar dan kontribusi ide, pemikiran, memutuskan dan
menetapkan bagaimana seharusnya mengelola sekolah yang baik dan guru
mengajar dengan untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan demikian jelas bahwa supervisi pembelajaran dengan
25

menggunakan pendekatan artistik dimaksudkan untuk meningkatkan


kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya,
yaitu mengelola proses pembelalajaran.
Kemampuan yang dikembangkan dalam hal ini meliputi: (1)
kemampuan merencanakan kegiatan belajar-mengajar dengan baik, (2)
kemampuan melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan baik, (3)
kemampuan menilai proses dan hasil mengajar, (4) kemampuan untuk
memberikan umpan balik secara teratur dan terus menerus, (5)
kemampuan menggunakan/ memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan
media pembelajaran, (6) kemampuan membimbing dan melayani murid
yang mengalami kesulitan dalam belajar, (7) kemampuan mengelola dan
mengadministrasi kegiatan belajar mengajar, kokurikuler dan ekstra
kurikuler serta kegiatan lainnya.
Dalam pelaksanaanya, supervisi pembelajaran berpendekatan
artistik bukan hanya mengawasi apakah guru telah menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah
digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara
memperbaiki proses belajar;mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi, guru
tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai
partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-
pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan didalam
usaha-usaha perbaikan pendidikan.
Langkah-langkah Pendekatan Supervisi artistik yang dikembangkan
oleh kepala SD Negeri Gandul 2 memperhatikan rambu-rambu sebagai
berikut ;
a. Pada saat akan melakukan observasi artistik supervisor tidak boleh
punya pretensi apapun tentang pembelajaran yang akan di supervisi.
Sehingga gambaran pembelajaran baru dapat digambarkan setelah
betul-betul menyaksikan proses pembelajaran.
b. Mengadakan pengamatan terhadap guru yang mengajar dengan cermat,
teliti, utuh dan menyeluruh serta berulang-ulang dan tidak hanya
26

terpaku pada situasi didalam kelas namun harus berani melihat


interelasi kehidupan kelas, sekolah dan diluar kelas dan sekolah.
c. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal dan
dilakukan saat pengamatan berlangsung pada kejadian-kejadian
pembelajaran agar makna yang dikandung dapat ditangkap
d. Menyusun hasil interpretasi secara narasi yang menggambarkan
pembelajaran sesuai dengan kenyataan.dalam bentuk tulisan agar dapat
dipahami oleh guru secara berulang-ulang
e. Menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan
kepada guru yang dapat dilakukan secara tertulis atau lisan yang berisi
kritik-kritik atas pembelajaran dengan tidak memvonis guru namun
sebagai refleksi atas hasil pengamatan yang disampaikan dengan
santun dan trik serta seni tersendiri
f. Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor
dalam diskusi yang memungkinkan guru dan supervisor
mengemukakan visi masing-masing atas pembelajaran yang
berlangsung.
4. Evaluasi dan Tindaklanjut
Evaluasi supervisi artistik dilakukan tidak mengutamakan nilai
kuantitatif melainkan dilakukan secara naratif. Evaluasi dilakulan
berdasarkan hasil interpretasi dalam bentuk narasi. Hasil temuan di
lapangan baik sebelum dan pada saat pelaksaan supervisi, disusun
sedemikian rupa sebagai laporan, selanjutnya suopervisor menyampaikan
hasil interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru. Hasil penilaian
dikonfimasikan kepada guru yang dinilai sehingga terjadi komunikasi
yang membangun antara supervisor dan guru yang disupervisi.
Selanjutnya supervisor menerima balikan dari guru terhadap apa yang
telah dilakukan.
5. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara jujur dan terbuka, diberikan kepada
guru, pengawas sekolah dan komite sekolah. Dengan mengutamakan
27

prinsip-prinsip supervisi pembelajaran seperti sebagai berikut, “ (1)


dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru, (2) hubungan antara guru dengan
supervisor didasari atas hubungan kerabat kerja, (3) supervisor ditunjang
dengan sifat keteladanan dan terbuka, (4) dilakukakan secara terus
menerus, (5) dilakukan melalui berbagai wadah yang ada, dan (6)
diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal
dan vertikal baik ditingkat pusat maupun daerah.
Supervisi proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
artistik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang dimaksud harus bersifat terbuka,
kesetiakawanan dan informal.
Supervisi proses pembelajaran dengan pendekatan artistik juga
harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu
dipahami bahwa supervisi pembelajaran merupakan salah satu essential
function dalam keseluruhan program sekolah.
Supervisi pembelajaran harus demokratis. Supervisor boleh
mendominasi dalam pelaksanaan supervisi pembelajarannya. Titik tekan
supervisi pembelajaran yang demokratis adalah aktif dan komparatif.
Supervisi harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung
jawab perbaikan program bukan hanya pada supervisor, melainkan juga
pada guru. Program supervisi pembelajaran harus integral dengan program
pendidikan. Dalam setiap orgainisasi pendidikan terdapat bermacam-
macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan administrasi,
sistem perilaku pembelajaran, sistem pengembangan konseling, dan sistem
perilaku supervis pembelajaran.
Supervisi pembelajaran harus komparatif. Program supervisi harus
mencakup keseluruhan aspek pengembangan pembelajaran, walaupun ada
saja penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis
kebutuhan pengembangan pembelajaran sebelumnya. Prinsip ini tiada lain
28

hanyalah memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi pembelajaran, berupa


pengawasan kualitas, pengembangan profesional dan motivasi guru.
Supervisi pembelajaran harus konstruktif. Supervisi pembelajaran
bukanlah berkali-kali mencari kesalahan-kesalahan guru. Tetapi untuk
mengembangkan pertumbuhan dan aktivitas guru dalam memahami dan
memecahkan problem pembelajaran yang dihadapi.
Supervisi pembelajaran harus obyekif. Dalam menyusun,
melaksanakan dan mengevaluasi keberhasilan program, supervisi
pembelajaran harus dilaksanakan secara obyektif. Obyekyifitas dalam
penyusunan program berarti bahwa program supervisi pembelajaran harus
disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru.
Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi
pembelajaran. Disinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang
memiliki validitas dan yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan
guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan saya selaku kepala sekolah di SD Negeri
Gandul 2, terhadap data Hasil Penilaian Kinerja Guru dua tahun terakhir,
diperoleh permasalah yang mendasar antara lain :
1. Rendahnya kinerja guru khususnya pada pelaksanaan proses pembelajaran
yang menyenangkan.
2. Guru belum memahami esensi konsep merdeka belajar dan guru
penggerak.
3. Guru belum terlatih menyusun rencana pembelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan peserta didik.
4. Belum semua guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan
untuk membantu proses belajar peserta didik, sehingga membuat peserta
didik merasa tertekan.
5. Guru belum menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus
dikoreksi.
6. Guru belum melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan
waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia
dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta
didik.
7. Guru mengelola kelas kurang efektif, mendominasi atau sibuk dengan
kegiatannya sendiri sehingga semua waktu peserta didik tidak dapat
termanfaatkan secara produktif.
8. Guru belum memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.
9. Guru belum mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara
sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik.

29
30

10. Guru jarang menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual


(termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
11. Guru belum melaksanakan program literasi dan Penguatan pendidikan
karakter secara utuh dalam proses pembelajaran.
12. Guru belum mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
secara optimal khusunya pada kepedulian terhadap lingkungan hidup.

B. Proses
Berdasarkan permasalahan di atas maka selaku kepala sekolah
menerapkan program Supervisi Artistik guna meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang berorientasi pada konsep Merdeka Belajar.
Kebijakan program Supervisi Artistik yang dilakukan meliputi
peningkatan kualitas proses pembelajaran berorientasi pada Program Merdeka
Belajar, Guru Penggerak dan Penyusunan RPP 1 lembar, dengan strategi
sebagai berikut :
1. Penyusunan Program Upgrading, dengan materi meliputi : Program
Merdeka Belajar, Program Guru Penggerak, Gerakan Sekolah
Menyenangkan, dan Revisi RPP satu lembar.
2. Sosialisasi Program Supervisi Artistik
Sosialisasi Program Supervisi artistik diperlukan sebagai upaya
memberikan pemahaman tentang hakikat pendekatan Supervisi Artistik,
tehnik supervisi artistik, dan waktu pelaksanaan serta tindaklanjutnya.
3. Pelaksanaan Program Supervisi Artistik
Pelaksanaan Program Supervisi Artistik lebih diarahkam kepada
peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan delapan indikator
meliputi : 1) pendidik memahami landasan edukatif 2) pendidik
memahami karakter peserta didik 3) pendidik mampu mengembangkan
kurikulum/silabus 4) mampu menyusun perencanaan pembelajaran sesuai
kebutuhan 5) mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang
menyenangkan 6) mampu memanfaatkan teknologi kekinian dalam
31

pembelajaran 7) mampu mengevaluasi hasil belajar dan 8) mampu


mendorong peserta didik mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
Langkah-langkah Pendekatan Supervisi artistik yang dikembangkan
oleh kepala SD Negeri Gandul 2 memperhatikan rambu-rambu sebagai
berikut ;
a. Pada saat akan melakukan observasi artistik supervisor tidak boleh
punya pretensi apapun tentang pembelajaran yang akan di supervisi.
Sehingga gambaran pembelajaran baru dapat digambarkan setelah
betul-betul menyaksikan proses pembelajaran.
b. Mengadakan pengamatan terhadap guru yang mengajar dengan cermat,
teliti, utuh dan menyeluruh serta berulang-ulang dan tidak hanya
terpaku pada situasi didalam kelas namun harus berani melihat
interelasi kehidupan kelas, sekolah dan diluar kelas dan sekolah.
c. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal dan
dilakukan saat pengamatan berlangsung pada kejadian-kejadian
pembelajaran agar makna yang dikandung dapat ditangkap
d. Menyusun hasil interpretasi secara narasi yang menggambarkan
pembelajaran sesuai dengan kenyataan.dalam bentuk tulisan agar dapat
dipahami oleh guru secara berulang-ulang
e. Menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan
kepada guru yang dapat dilakukan secara tertulis atau lisan yang berisi
kritik-kritik atas pembelajaran dengan tidak memvonis guru namun
sebagai refleksi atas hasil pengamatan yang disampaikan dengan
santun dan trik serta seni tersendiri
f. Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor
dalam diskusi yang memungkinkan guru dan supervisor
mengemukakan visi masing-masing atas pembelajaran yang
berlangsung.
4. Evaluasi dan Tindaklanjut
Evaluasi supervisi artistik dilakukan tidak mengutamakan nilai
kuantitatif melainkan dilakukan secara naratif. Evaluasi dilakulan
32

berdasarkan hasil interpretasi dalam bentuk narasi. Hasil temuan di


lapangan baik sebelum dan pada saat pelaksaan supervisi, disusun
sedemikian rupa sebagai laporan, selanjutnya suopervisor menyampaikan
hasil interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru. Hasil penilaian
dikonfimasikan kepada guru yang dinilai sehingga terjadi komunikasi
yang membangun antara supervisor dan guru yang disupervisi.
Selanjutnya supervisor menerima balikan dari guru terhadap apa yang
telah dilakukan.
5. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara jujur dan terbuka, diberikan kepada
guru, pengawas sekolah dan komite sekolah. Dengan mengutamakan
prinsip-prinsip supervisi pembelajaran seperti sebagai berikut, “ (1)
dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru, (2) hubungan antara guru dengan
supervisor didasari atas hubungan kerabat kerja, (3) supervisor ditunjang
dengan sifat keteladanan dan terbuka, (4) dilakukakan secara terus
menerus, (5) dilakukan melalui berbagai wadah yang ada, dan (6)
diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal
dan vertikal baik ditingkat pusat maupun daerah.

C. Hasil Akhir
Setelah dilaksanakan Program Supervisi Artistik dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berorienbtasi pada konsep
Merdeka Belajar, Guru Penggerak, RPP satu lembar, dan Gerakan Sekolah
Menyenangkan (GSM), serta dilanjutkan dengan pelaksanaan Supervisi
artistik maka diperoleh hasil berikut ini.
1. Guru telah memahami hakikat Merdeka Belajar yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran menganduing arti bahwa tugas guru menjadi orang
terdepan yang dapat memfasilitasi penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan untuk semua warga sekolah yakni menyenangkan pada
siswa, orang tua, bahkan guru sebagai satu-satunya tumpuan harapan
pendidikan.
33

2. Guru memahami bahwa sistem penilaian yang dilakukan menjadi


tanggung jawab sepenuhnya para guru dan satuan pendidikan, sehingga
guru harus mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, dan
bernalar siswa.
3. Fokus merdeka belajar adalah kebebasan berpikir siswa, dan kreativitas
ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin sehingga fokus utama merdeka
belajar adalah numerasi atau kemampuan penguasaan tentang bilangan,
literasi atau kemampuan menganalisis dan memahami bacaan dan
pengembangan karakter atau budi pekerti yang memiliki nilai-nilai luhur
ke-Indonesiaan.
4. Guru Penggerak yang dikembangkan di sekolah memberikan peluang
kepada para guru untuk lebih kreatif lagi dan berinovasi mengembangkan
kreativitas pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, klreatif, dinamis,
dan dialogis.
5. Guru penggerak harus mampu melakukan inovasi pembelajaran dan
menggerakan kelas yang menyenangkan melalui Gerakan Sekolah
Menyenangkan.
6. Terkait kebebasan menyusun administrasi guru, maka pola pikir guru
harus berubah bahwa tiada beban administrasi yang menyulitkan
melainkan menjadi suatu kewajiban guru dalam melakukan pencatatan dan
pengadministrasian perkembangan siswa secara optimal.
7. Guru dengan segala kompetensinya harus mampu menggerakan dirinya
dan menjadi suri teladan bagi peserta didik, bahwa bekerja mengabdikan
diri bagi kepentingan pendidikan adalah amaliah ibadah yang harus terus
ditingkatkan.
8. Terkait RPP satu halaman, para guru memahami maksud pernyataan
tersebut adalah penyederhanaan RPP menjadi tiga bagian melioputi tujuan
Pembelajaran, Proses pembelajaran dan penialain pembelajaran,
sedangkan dalam kelengkapan RPP yang meliputi bahan Ajar, Lembar
Kerja Peserta Didik dan Instrumen Penilaian merupakan satu kesatuan dari
RPP yang tetap harus dibuat dan menjadi tanggung jawab guru.
34

9. Pelaksanaan Supervisi Artistik mampu membangkitkan semangat guru,


karena para guru merasakan bahwa model pendekatan supervisi artistik
sangat membantu guru. Para guru tidak lagi ketakutan dengan konsep
supervisi sebagai inspeksi atau penilaian yang dapat menurunkan kinerja
guru manakala terjadi kesalahan. Melalui supervisi artistik terdapat
perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti
mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain
dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain
sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri. Itulah
supervisi artistik.
10. Pelaksanaan Supervisi artistik mampu meningkatkan hubungan kerja antar
teman sejawat. Dalam hubungan bekerja orang lain maka suatu rantai
hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat
tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.
Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang
lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti, saling menghormati, saling
mengakui, saling menerima sebagaimana adanya. Hubungan tampak
melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak menggunakan
bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan.
11. Hasil pelaksanaan supervisi artistik lebih menekankan aspek naratif yang
dibangun atas kebersamaan. Dari 8 Indikator yang diamati diperoleh hasil
sebagai berikut ;
Tabel 3.1. Hasil Supervisi Artistik di SD Negeri Gandul 2

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

1 Pendidik memahami Diskusi, Guru menetapkan berbagai pendekatan,


landasan edukatif Pengamatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
Pemantauan yang mendidik secara kreatif sesuai dengan
standar kompetensi guru
Guru memperhatikan respon peserta didik
yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan
menggunakannya untuk memperbaiki
rancangan pembelajaran
35

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

2 Pendidik memahami Diskusi, Guru mencatat dan menggunakan informasi


karakter peserta Pengamatan, tentang karakteristik peserta didik untuk
didik Pemantauan membantu proses pembelajaran, mengatur
posisi tempat duduk

6. Guru memperhatikan respon peserta didik


yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan
menggunakannya untuk memperbaiki
rancangan pembelajaran berikutnya

3 Pendidik mampu Diskusi, Guru menyusun silabus sesuai dengan tujuan


mengembangkan Pengamatan, terpenting kurikulum dan menggunakan RPP
kurikulum/silabus Pemantauan sesuai dengan tujuan dan lingkungan
pembelajaran. Guru memilih, menyusun,
dan menata materi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik

Guru merancang rencana pembelajaran yang


sesuai dengan silabus untuk membahas
materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan
4 Pendidik mampu Diskusi, Guru merancang rencana pembelajaran yang
menyusun Pengamatan, sesuai dengan silabus untuk membahas
perencanaan Pemantauan materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
pembelajaran sesuai mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan
kebutuhan
Guru memilih materi pembelajaran yang: a)
sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat
dan mutakhir, c) sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar peserta didik, d)
dapat dilaksanakan di kelas dan e) sesuai
dengan konteks kehidupan sehari-hari
peserta didik
5 Pendidik mampu Diskusi, Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
menyelenggarakan Pengamatan, sesuai dengan rancangan yang telah disusun
proses pembelajaran Pemantauan secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas
yang menyenangkan tersebut mengindikasikan bahwa guru
mengerti tentang tujuannya

Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan


peserta didik sebagai tahapan proses
pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan
yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan
mengetahui terlebih dahulu peserta didik
lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban
tersebut, sebelum memberikan penjelasan
tentang jawaban yg benar
36

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

6 Pendidik mampu Diskusi, Guru melakukan refleksi terhadap kinerja


memanfaatkan Pengamatan, sendiri secara terus menerus dan
teknologi kekinian Pemantauan memanfaatkan hasil refleksi untuk
dalam pembelajaran meningkatkan keprofesian. Guru melakukan
penelitian tindakan kelas dan mengikuti
perkembangan keprofesian melalui belajar
dari berbagai sumber, guru juga
memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi
dan pengembangan keprofesian jika
dimungkinkan
Guru menggunakan alat bantu mengajar,
dan/atau audio-visual (termasuk TIK) untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan
dapat memanfaatkan TIK dalam
berkomunikasi dan pelaksanaan PKB
7 Pendidik mampu Diskusi, Guru menyelenggarakan penilaian proses
mengevaluasi hasil Pengamatan, dan hasil belajar secara berkesinambungan.
belajar Pemantauan Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar dan menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan
pengayaan. Guru menggunakan hasil
analisis penilaian dalam proses
pembelajarannya

Guru melaksanakan penilaian dengan


berbagai teknik dan jenis penilaian, selain
penilaian formal yang dilaksanakan sekolah,
dan mengumumkan hasil serta implikasinya
kepada peserta didik, tentang tingkat
pemahaman terhadap materi pembelajaran
yang telah dan akan dipelajari

8 Pendidik mampu Diskusi, Guru menganalisis potensi pembelajaran


mendorong peserta Pengamatan, setiap peserta didik dan mengidentifikasi
didik Pemantauan pengembangan potensi peserta didik melalui
mengaktualisasikan program pembelajaran yang mendukung
potensi yang dimiliki siswa mengaktualisasikan potensi akademik,
kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada
bukti jelas bahwa peserta didik
mengaktualisasikan potensi mereka

Guru memberikan perhatian dan


mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpa
menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk
membantu atau mengklarifikasi
pertanyaan/tanggapan tersebut.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah dilaksanakan Program Supervisi Artistik dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berorienbtasi pada
konsep Merdeka Belajar, Guru Penggerak, RPP satu lembar, dan Gerakan
Sekolah Menyenangkan (GSM), serta dilanjutkan dengan pelaksanaan
Supervisi artistik maka diperoleh hasil berikut ini.
1. Guru telah memahami hakikat Merdeka Belajar yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran menganduing arti bahwa tugas
guru menjadi orang terdepan yang dapat memfasilitasi penciptaan
suasana belajar yang menyenangkan untuk semua warga sekolah yakni
menyenangkan pada siswa, orang tua, bahkan guru sebagai satu-
satunya tumpuan harapan pendidikan.
2. Guru memahami bahwa sistem penilaian yang dilakukan menjadi
tanggung jawab sepenuhnya para guru dan satuan pendidikan,
sehingga guru harus mampu mengembangkan kemampuan berfikir
kritis, dan bernalar siswa.
3. Fokus merdeka belajar adalah kebebasan berpikir siswa, dan
kreativitas ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin sehingga fokus
utama merdeka belajar adalah numerasi atau kemampuan penguasaan
tentang bilangan, literasi atau kemampuan menganalisis dan
memahami bacaan dan pengembangan karakter atau budi pekerti yang
memiliki nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan.
4. Guru Penggerak yang dikembangkan di sekolah memberikan peluang
kepada para guru untuk lebih kreatif lagi dan berinovasi
mengembangkan kreativitas pembelajaran yang bermakna,
menyenangkan, klreatif, dinamis, dan dialogis.

37
38

5. Guru penggerak harus mampu melakukan inovasi pembelajaran dan


menggerakan kelas yang menyenangkan melalui Gerakan Sekolah
Menyenangkan.
6. Terkait kebebasan menyusun administrasi guru, maka pola pikir guru
harus berubah bahwa tiada beban administrasi yang menyulitkan
melainkan menjadi suatu kewajiban guru dalam melakukan pencatatan
dan pengadministrasian perkembangan siswa secara optimal.
7. Guru dengan segala kompetensinya harus mampu menggerakan
dirinya dan menjadi suri teladan bagi peserta didik, bahwa bekerja
mengabdikan diri bagi kepentingan pendidikan adalah amaliah ibadah
yang harus terus ditingkatkan.
8. Terkait RPP satu halaman, para guru memahami maksud pernyataan
tersebut adalah penyederhanaan RPP menjadi tiga bagian melioputi
tujuan Pembelajaran, Proses pembelajaran dan penialain pembelajaran,
sedangkan dalam kelengkapan RPP yang meliputi bahan Ajar, Lembar
Kerja Peserta Didik dan Instrumen Penilaian merupakan satu kesatuan
dari RPP yang tetap harus dibuat dan menjadi tanggung jawab guru.
9. Pelaksanaan Supervisi Artistik mampu membangkitkan semangat
guru, karena para guru merasakan bahwa model pendekatan supervisi
artistik sangat membantu guru. Para guru tidak lagi ketakutan dengan
konsep supervisi sebagai inspeksi atau penilaian yang dapat
menurunkan kinerja guru manakala terjadi kesalahan. Melalui
supervisi artistik terdapat perasaan aman dan dorongan positif untuk
berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang
dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga
orang dapat menjadi dirinya sendiri. Itulah supervisi artistik.
10. Pelaksanaan Supervisi artistik mampu meningkatkan hubungan kerja
antar teman sejawat. Dalam hubungan bekerja orang lain maka suatu
rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia
dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain
39

sebagaimana adanya. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada


kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan
itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya, saling
mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima
sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan
bahasa, yaitu supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan
ketimbang bahasa penolakan.
B. Rekomendasi
Best Practices ini hanya sekelumit pengalaman terbaik yang dapat
dijadikan bahan perbandingan dalam pengelolaan sekolah bagi SD Negeri
lainnya terhadap keberhasilan di SD Negeri Gandul 2 Kota Depok.
Untuk menginduksi hasil pengalaman terbaik SD Negeri Gandul 2
alangkah lebih baiknya menghidupkan komunitas belajaratau organisasi
pembelajar (Learning Organization) sehingga dapat menyusun program
mengimbasan bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan dan menjadikan
SD Negeri Gandul 2 sebagai sekolah rujukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Program ini dapat dikembangkan kembali dalam kegiatan yang
inovatif bagi pengembangan dan pengelolaan sekolah antara lain :
1. Proses Pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas menjadi
tanggung jawab dan otonomi guru, guru dan siswa harus merdeka
dalam belajar bebas berkreasi dan mengembangkan kreativitas
pembelajaran.
2. Setiap guru di sekolah layak menjagi Guru Penggerak dan terdepan
dalam melakukan perubahan bagi peningkatan kualitas pembelajaran
yang berdampak pada mutu proses dan hasil belajar secara optimal.
3. Setiap anak memiliki potensi untuk bebas belajar dan bebas berpikir,
mereka adalah titipan Allah yang dapat menentukan cara
mengembangkan bakat dan minat di bawah bimbingan orang dewasa.
40

4. Program Merdeka Belajar, Guru Penggerak atau apapun termasuk


Gerakan Sekolah Menyenangkan dapat dimulai dari lingkungan
sekolah secara bersama-sama.
5. Kepala sekolah dapat terus mendorong, memberdayakan, membina,
mengawasi pelaksanaan proses pembelajaran melalui supervisi
akademik dengan berbagai pendekatan yang lebih manusiawi,
sehingga para guru merasa mendapatkan reward dari setiap karya
nyatanya.
DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwiryo, Soebagio. (2011). Manajemen Pengawasan dan Supervisi


Sekolah. Jakarta: PT. Ardadizya jaya.

Direktorat Tenaga Kependidikan Supervisi Akademik dalam peningkatan


profesionalismeguru. 2006. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Pendidikan Dasar. Ditjen PMPTKDepdiknas

Ditendik (2007), Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme


Guru. Jakarta

Jasmani, Asf dan Syaiful, Mustofa. 2013. Supervisi Pendidikan,Yogyakarta:


Penerbit Arruz Media.

Masaong, Abd. Kadim. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan


Kapasitas Guru Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru.
Bandung: Alfabeta

Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muslim, Sri Banun. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas


Profesionalisme Guru. Bandung: Penerbit Alfabeta

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia.

Purwanto. M. Ngalim. 1987. Administrasi dan Supervisi


Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.


Bandung:Alfabeta

Sahertiani, Piet A. 1981. Prinsip & Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya:


Usaha Offset Printing.

Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for


Supervision and Curriculum Development

Undang-Undang No 20 Thn 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional,


diterbitkan oleh Lembaga Informasi Nasional, Jakarta.
41
Lampiran 1
HASIL SUPERVISI ARTISTIK GURU SD NEGERI GANDUL 2

Nomor Responden : 001


Mengajar Kelas : Kelas 1
Hari/ Tanggal Supervisi : Senin, 03-02-2020

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

1 Pendidik Diskusi, Guru menetapkan berbagai pendekatan,


memahami Pengamatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
landasan edukatif Pemantauan yang mendidik secara kreatif sesuai dengan
standar kompetensi guru
Guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menguasai materi pembelajaran
sesuai usia dan kemampuan belajarnya
melalui pengaturan proses pembelajaran
dan aktivitas yang bervariasi
2 Pendidik Diskusi, Guru mencatat dan menggunakan informasi
memahami Pengamatan, tentang karakteristik peserta didik untuk
karakter peserta Pemantauan membantu proses pembelajaran, mengatur
didik posisi tempat duduk
Guru memastikan bahwa semua peserta
didik mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran
3 Pendidik mampu Diskusi, Guru menyusun silabus sesuai dengan
mengembangkan Pengamatan, tujuan terpenting kurikulum dan
kurikulum/silabus Pemantauan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan
dan lingkungan pembelajaran. Guru
memilih, menyusun, dan menata materi
pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik
Guru merancang rencana pembelajaran
yang sesuai dengan silabus untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi dasar
yang ditetapkan
4 Pendidik mampu Diskusi, Guru merancang rencana pembelajaran
menyusun Pengamatan, yang sesuai dengan silabus untuk
perencanaan Pemantauan membahas materi ajar tertentu agar peserta
pembelajaran didik dapat mencapai kompetensi dasar
sesuai kebutuhan yang ditetapkan

42
43

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

Guru memilih materi pembelajaran yang: a)


sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat
dan mutakhir, c) sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar peserta didik, d)
dapat dilaksanakan di kelas dan e) sesuai
dengan konteks kehidupan sehari-hari
peserta didik
5 Pendidik mampu Diskusi, Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran
menyelenggarakan Pengamatan, sesuai dengan rancangan yang telah disusun
proses Pemantauan secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas
pembelajaran yang tersebut mengindikasikan bahwa guru
menyenangkan mengerti tentang tujuannya

Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan


peserta didik sebagai tahapan proses
pembelajaran, bukan semata-mata
kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya:
dengan mengetahui terlebih dahulu peserta
didik lain yang setuju/tidak setuju dengan
jawaban tersebut, sebelum memberikan
penjelasan tentang jawaban yg benar
6 Pendidik mampu Diskusi, Guru melakukan refleksi terhadap kinerja
memanfaatkan Pengamatan, sendiri secara terus menerus dan
teknologi kekinian Pemantauan memanfaatkan hasil refleksi untuk
dalam meningkatkan keprofesian. Guru
pembelajaran melakukan penelitian tindakan kelas dan
mengikuti perkembangan keprofesian
melalui belajar dari berbagai sumber, guru
juga memanfaatkan TIK dalam
berkomunikasi dan pengembangan
keprofesian jika dimungkinkan
Guru menggunakan alat bantu mengajar,
dan/atau audio-visual (termasuk TIK) untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran,
dan dapat memanfaatkan TIK dalam
berkomunikasi dan pelaksanaan PKB
7 Pendidik mampu Diskusi, Guru menyelenggarakan penilaian proses
mengevaluasi hasil Pengamatan, dan hasil belajar secara berkesinambungan.
belajar Pemantauan Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar dan menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan
pengayaan. Guru menggunakan hasil
analisis penilaian dalam proses
pembelajarannya
44

No Indikator Cara Penilaian Pernyataan Deskripsi

Guru melaksanakan penilaian dengan


berbagai teknik dan jenis penilaian, selain
penilaian formal yang dilaksanakan
sekolah, dan mengumumkan hasil serta
implikasinya kepada peserta didik, tentang
tingkat pemahaman terhadap materi
pembelajaran yang telah dan akan dipelajari
8 Pendidik mampu Diskusi, Guru menganalisis potensi pembelajaran
mendorong peserta Pengamatan, setiap peserta didik dan mengidentifikasi
didik Pemantauan pengembangan potensi peserta didik
mengaktualisasikan melalui program pembelajaran yang
potensi yang mendukung siswa mengaktualisasikan
dimiliki potensi akademik, kepribadian, dan
kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa
peserta didik mengaktualisasikan potensi
mereka
Guru memberikan perhatian dan
mendengarkan semua pertanyaan dan
tanggapan peserta didik, tanpa
menginterupsi, kecuali jika diperlukan
untuk membantu atau mengklarifikasi
pertanyaan/tanggapan tersebut

Kesimpulan

Saran

Depok, 03 Februari 2020


Kepala Sekolah,

Sukaesih, S.Pd.I
NIP. 19630524 198507 2 001
45

PROGRAM SUPERVISI

Anda mungkin juga menyukai