Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENGELOLAAN PENDIDIKAN:

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan


Dosen Pengampu :

Dr. Sururi, M.Pd.

Disusun Oleh:

Dita Ayu Safitri (1900443)


Dheva Novella (1901385)
Amalina Zyamziah Ghani (1901926)
Listy Rahmayanty (1903633)
Daton Manggalaadji (1903883)
Trisya Risti Nurshadrina (1905607)
Susi Susilawati (1907632)
Fania Qinthara Azka (1907989)
Aulia Zahrotunnida (1909058)
Sofiah Syahidah (1909862)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
segala keridhoan, kemudahan, rahmat dan hidayah-Nya kami diberikan kekuatan
serta kelancaran dalam menyelesaikan penyusunan makalah Pengelolaan
Pendidikan

Dalam makalah ini memaparkan pengetahuan mengenai Manajemen Peserta


Didik di Sekolah. Penyusun menyadari dengan sepenuhmya bahwa makalah yang
penyusun buat masih jauh dari sempurna. Mengingat atas kemampuan yang
dimiliki, penyusun merasa masih terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun
materi, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak penyusun harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat pada umumnya bagi
pembaca dan khusunya bagi diri penyusun pribadi. Akhir kata penyusun ucapkan
terima kasih kepada semua pembaca yang tertarik untuk belajar dari makalah ini.

Bandung, 28 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Tujuan Makalah ...................................................................................... 1

C. Manfaat Makalah .................................................................................... 2

BAB II TEORI DASAR ......................................................................................... 3

A. Manajemen ............................................................................................. 3

1. Pengertian Manajemen .................................................................... 3

2. Fungsi-Fungsi Manajemen .............................................................. 4

B. Pengertian Peserta Didik dan Sekolah .................................................... 7

C. Manajemen Peserta Didik ....................................................................... 8

1. Pengertian Manajemen Peserta Didik ............................................. 8

2. Tujuan Manajemen Peserta Didik ................................................... 9

3. Prinsip Manajemen Peserta Didik ................................................. 10

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 12

A. Analisis Kebutuhan Rekrutmen ............................................................ 12

1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik ................................................. 12

2. Rekrutmen Peserta Didik ............................................................... 12

B. Seleksi Peserta Didik ............................................................................ 12

1. Pengertian ...................................................................................... 12

2. Macam-Macam Seleksi Peserta Didik........................................... 13

C. Orientasi Peserta Didik ......................................................................... 15

D. Penempatan Peserta Didik .................................................................... 16

ii
E. Proses Pembelajaran dan Output .......................................................... 18

1. Perkembangan Pembelajaran......................................................... 18

2. Pencatatan dan Pelaporan .............................................................. 19

3. Output ............................................................................................ 21

F. Layanan Peserta Didik .......................................................................... 22

1. Layanan Bimbingan dan Konseling .............................................. 22

2. Layanan Perpustakaan ................................................................... 23

3. Layanan Kantin/Kafetaria ............................................................. 23

4. Layanan Kesehatan........................................................................ 24

5. Layanan Transportasi .................................................................... 24

6. Layanan Asrama ............................................................................ 24

7. Layanan Ekstrakulikuler................................................................ 25

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah didirikan dan ditujukan kepada peserta didik bukan untuk orang tua,
bukan pula untuk kepala sekolah. Tanpa peserta didik tidak akan ada sekolah dan
tidak akan ada guru serta kepala sekolah. Dengan demikian dibutuhkan adanya
layanan yang diberikan dari sekolah terhadap peserta didiknya. Dalam hal tersebut
dibutuhkan adanya manajemen peserta didik yang di dalamnya dibutuhkan seni dan
sekelompok orang “organisasi” untuk mengatur peserta didik agar dapat mengikuti
seluruh program-program yang ditawarkan oleh pihak sekolah. Karena dalam
manajemen peserta didik dituntut tidak hanya menjalankan administratif saja
namun juga ikut serta membina dan mengembankan minat, bakat, potensi-potensi
yang ada pada peserta didik.

Jika melihat pengertian umum manajemen adalah mengolah suatu pekerjaan


untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan terdiri dari
beragam-ragam sesuai bidangnya masing-masing. Sedangkan peserta didik
menurut Ramayulis artinya adalah makhluk individu yang mempunyai kepribadian
dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya.

B. Tujuan Makalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu:

1. Menjelaskan tentang pengertian manajemen peserta didik


2. Menjelaskan tentang analisis kebutuhan manajemen peserta didik di
sekolah
3. Menjelaskan tentang proses rekrutmen di bidang manajemen peserta didik
di sekolah
4. Menjelaskan tentang orientasi bidang manajemen peserta didik

1
5. Menjelaskan tentang penempatan-penempatan yang ada di dalam bidang
manajemen peserta didik di sekolah
6. Menjelaskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang
yang bekerja di bidang manajemen peserta didik di sekolah
7. Menjelaskan tentang layanan peserta didik di dalam manajemen peserta
didik di sekolah
8. Menjelaskan tentang i output di dalam manajemen peserta didik di sekolah

C. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengetahuan mengenai pengertian manajemen peserta didik


2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai analisis kebutuhan
manajemen peserta didik di sekolah
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai proses rekrutmen di
bidang manajemen peserta didik di sekolah
4. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai orientasi bidang
manajemen peserta didik
5. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai penempatan-
penempatan yang ada di dalam bidang manajemen peserta didik di sekolah
6. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai proses pembelajaran
yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja di bidang manajemen peserta
didik di sekolah
7. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai layanan peserta
didik di dalam manajemen peserta didik di sekolah
8. Memberikan pengetahuan mengenai output di dalam manajemen peserta
didik di sekolah

2
BAB II
TEORI DASAR

A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris, yakni
management, yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur
atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Bahasa Italia, maneggio,
yang diadopsi dari Bahasa Latin managiare, yang berasal dari kata manus,
yang artinya tangan (Samsudin, 2006: 15).

Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang dikemukakan


oleh banyak ahli. Manajemen menurut G.R. Terry adalah sebuah proses yang
khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya (Hasibuan, 2001: 3).

Menurut Handoko, manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan


orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling) (Handoko, 1999: 8).

Johnson, sebagaimana dikutip oleh Pidarta mengemukakan bahwa


manajemen adalah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. (Abdul
Choliq, 2011: 2)

Stoner sebagaimana dikutip oleh Handoko, menyebutkan bahwa


“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota dan penggunaan sumber daya-sumber

3
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Abdul Choliq, 2011:3)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah


serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Definisi manajemen memberikan tekanan terhadap kenyataan bahwa
manajer mencapai tujuan atau sasaran dengan mengatur karyawan dan
mengalokasikan sumber-sumber material dan finansial. Bagaimana manajer
mengoptimasi pemanfaatan sumber-sumber, memadukan menjadi satu dan
mengkonversi hingga menjadi output, maka manajer harus melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber
dan koordinasi pelaksanaan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

Sebagaimana disebutkan oleh Daft, manajemen mempunyai empat fungsi,


yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan
(leading), dan pengendalian (controlling). Dari fungsi dasar manajemen
tersebut, kemudian dilakukan tindak lanjut setelah diketahui bahwa yang telah
ditetapkan “tercapai” atau “belum Tercapai” (Abdul Choliq, 2011: 36).

Menurut G.R. Terry, fungsi-fungsi manajemen adalah Planning,


Organizing, Actuating, Controlling. Sedangkan menurut John F. Mee fungsi
manajemen di antaranya adalah Planning, Organizing, Motivating dan
Controlling. Berbeda lagi dengan pendapat Henry Fayol ada lima fungsi
manajemen, di antaranya Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
Controlling, dan masih banyak lagi pendapat pakar-pakar manajemen yang lain
tentang fungsi-fungsi manajemen. Dari fungsi-fungsi manajemen tersebut pada
dasarnya memiliki kesamaan yang harus dilaksanakan oleh setiap manajer
secara berurutan supaya proses manajemen itu diterapkan secara baik
(Hasibuan, 2005: 3-4). Persamaan tersebut tampak pada beberapa fungsi
manajemen dakwah sebagai berikut:

4
a. Perencanaan
Menurut G.R. Terry, Planning atau perencanaan adalah tindakan
memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal
memvisualisasikan serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang
diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
(Purwanto, 2006: 45).

Sebelum manajer dapat mengorganisasikan, mengarahkan atau


mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana yang
memberikan tujuan dan arah organisasi. Dalam perencanaan, manajer
memutuskan “apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya,
bagaimana melakukannya, dan siapa yang melakukannya”. Jadi,
perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh
siapa (Handoko, 1999: 79).

b. Pengorganisasian
Setelah para manajer menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun
rencana-rencana atau program-program untuk mencapainya, maka
mereka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang
akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses.

Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya-


sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah
tujuan., 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4)
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan
(Handoko, 1999: 24).

G.R. Terry berpendapat bahwa pengorganisasian adalah: “Tindakan


mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara

5
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan
dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu (Hasibuan, 2001: 23).”

c. Penggerakkan
Setelah rencana ditetapkan, begitu pula setelah kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian tujuan itu dibagi-bagikan, maka tindakan
berikutnya dari pimpinan adalah menggerakkan mereka untuk segera
melaksanakan kegiatan-kegiatan itu, sehingga apa yang menjadi
tujuan benar-benar tercapai (Shaleh, 1977: 101).

Penggerakan adalah membuat semua anggota organisasi mau bekerja


sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan
sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian
(Purwanto, 2006: 58).

d. Pengawasan
Fungsi keempat dari seorang pemimpin adalah pengawasan. Fungsi
ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha
menyelamatkan jalannya kegiatan atau perusahaan ke arah pulau cita-
cita yakni kepada tujuan yang telah direncanakan (Manullang, 1982:
171).

Menurut G.R. Terry, pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses


penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana atau selaras dengan standar (Purwanto, 2006: 67).

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang


direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karenanya agar sistem
pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat merealisasi
tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidaknya harus dapat

6
dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari
rencana (Manullang, 1982: 174).

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria


tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya 1)
mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat waktu, 3) dengan
biaya yang efektif, 4) tepat akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang
bersangkutan. Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin
efektif sistem pengawasan (Handoko, 1999: 373).

B. Pengertian Peserta Didik dan Sekolah


Siswa atau yang biasa disebut dengan peserta didik merupakan salah satu dari
komponen pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta
didik tidak akan mungkin proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik
merupakan komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, peserta didik sebagai pihak
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 peserta didik adalah anggota


masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh
lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu
memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial.

Pengertian sekolah adalah suatu Lembaga Pendidikan yang sifatnya ialah


formal, non formal serta informal , yang mana pendiriannya itu dilakukan oleh
negara atau juga swasta, dengan tujuan utama ialah untuk memberikan pengajaran,
mengelola serta mendidik para murid dengan melalui bimbingan yang diberikan
oleh Pendidikan atau guru.

7
Terdapat juga yang menyatakan bahwa definisi sekolah yaitu sebuah Lembaga
Pendidikan yang dirancang dengan khusus untuk mendidik siswa/murid dalam
pengawasan para pengajar atau guru.

Peran sekolah terhadap peserta didik ialah mendidik, memperbaiki dan


memperhalus tingkah laku peserta didik yang sudah dimiliki sebelumnya. Menurut
Karsidi, beberapa usaha yang dilakukan terkait dengan tiga hal ini :

1. Membuat peserta didik belajar bergaul dengan semua warga sekolah


2. Membuat peserta didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
3. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.

C. Manajemen Peserta Didik


1. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik (pupil personel administration) merupakan
penataan atau peraturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu mulai dari masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah atau lembaga pendidikannya. Aktivitas tersebut
berupa sejumlah layanan (service) bertujuan untuk memfasilitasi
pengembangan optimal setiap individu melalui pendidikan (Davis, 1953).
Layanan itu membantu setiap peserta didik untuk mengembangkan wawasan,
orientasi diri terhadap masyarakat, dan pilihan pendidikan, pekerjaan dan
vokasi. Dengan demikian layanan tersebut berkontribusi terhadap
pembangunan bangsa (Gritin, 1965).

Program layanan peserta didik merupakan komponen integral dari


program pendidikan keseluruhan. Program layanan peserta didik merupakan
salah satu bagian dari sistem sekolah selain program instruksional. Program ini
membantu semua siswa untuk mencapai perkembangan fisik, emosional,
pribadi dan akademik secara optimal. Bentuk bantuannya dilakukan secara
langsung melalui layanan kepada siswa dan secara tidak langsung melalui staf
sekolah, orang tua, dan orang lain dalam memberikan layanan kepada peserta
didik agar lebih optimal (Irvin, Mari; Whiteside, 1983, hlm. 6).

8
2. Tujuan Manajemen Peserta Didik
Program yang membantu peserta didik mendapatkan manfaat dan layanan
yang diberikan oleh sistem sekolah. Oleh karena itu, Irvani, Mari; Whiteside
1983, mengungkapkan tujuan manajemen peserta didil secara komprehensif
sebagai berikut.

Pertama, memberikan layanan bagi semua peserta didik dalam sistem


sekolah. Program ini bukan hanya untuk peserta didik reguler tetapi juga bagi
peserta didik berkebutuhan khusus. Dibanyak negara, upaya untuk mencapai
sistem yang lebih inklusif telah menghasilkan pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi peserta didik kebutuhan khusus mendapatkan pendidikan di
sekolah reguler (Pijl, J. W. Meijer, & Hegarty, 1997). Sekolah mestinya
mempunyai data lengkap mengenai siswa berdasarkan kebutuhan sehingga
dapat mengembangkan program layanan peserta didik. Semisal, Nwapka
(2015, hal. 63) mengelompokkan peserta didik ke dalam pengelompokan
berdasarkan remedial grouping, ability grouping for regular instruction, dan
gifted student group yang merupakan kelompok sasaran dalam pemberian
layanan peserta didik.

Kedua, memberikan layanan yang berorientasi pada pengembangan,


pencegahan dan perbaikan. Keseimbangan diperlukan untuk memastikan
bahwa layanan terkontraksi di semua arena ini. Sebagai contoh, seorang guru
bimbingan konseling mungkin dapat memberikan saran kepada seorang guru
dalam menangani peserta didik yang mengalami masalah kesulitan belajar di
kelas. Dengan demikian, peserta didik tersebut tidak perlu ditangani oleh
psikologi.

Ketiga, memainkan peran penting dalam mengembangkan dan


memelihara iklim sekolah yang memiliki pengaruh positif terhadap
perkembangan siswa dan meminimalkan kemungkinan munculnya masalah
serius. Iklim sekolah merupakan aspek kunci kepemimpinan kepala sekolah.
Semisal, hasil kepemimpinan masing-masing sekolah, terutama kepala
sekolah, telah mempengaruhi iklim sekolah.

9
Keempat, menyediakan berbagai sumber daya bagi guru, kepala sekolah
dan orang tua untuk membantu peserta didik pada saat mengalami kesulitan
yang memerlukan bantuan khusus dan individual. Prosedur evaluasi dan
penempatan adalah contoh dari komponen ini. Melalui penilaian spesifik yang
dilakukan oleh sekolah bersamaan dengan masukan dari guru dan orang tua
maka pemahaman lengkap tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat
ditentukan.

Tujuan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah


dan tujuan pendidikan secara keseluruhan, khususnya berkontribusi terhadap
pengembangan fisik emosional, pribadi, sosial dan akademik secara optimal.

3. Prinsip Manajemen Peserta Didik


Terdapat beberapa prinsip dalam manajemen peserta didik yang merupakan
acuan atau kaidah dalam pengelolaannya. Kamm, R. B. 1995 dan Irvin, Mari;
Whiteside 1983, mengemukakan beberapa prinsip sebagai berikut.

Manajemen peserta didik merupakan bagian integral dari proses pendidikan di


sekolah. Sekolah mempunyai berbagai bidang garapan. Bila mengacu pada standar
nasional pendidikan, bidang garapan tersebut terdiri dari lulusan, proses, isi,
penilaian, sarana dan prasarana, biaya, pengelolaan, dan ketenagaan. Bila mengacu
pada proses menangani sekolah, maka ia merupakan bagian dari manajemen
sekolah secara keseluruhan.

Manajemen peserta didik memastikan nilai pribadi semua peserta program


dihormati. Penghormatan terhadap martabat peserta didik sebagai manusia
merupakan prinsip dasar dalam pendidikan. Hal-hal yang bertentangan dengan
prinsip dasar tersebut semestinya merupakan pedoman dalam manajemen. Sebuah
hasil penelitian mengemukakan bahwa peserta didik pernah mengalami bullying
disekolah bahkan benar-benar mengalami intimidasi (Demko, 1996).

Semua tugas pekerjaan manajemen peserta didik harus bekerja sama tanpa
jaminan status di hierarki administrasi. Seperti yang kita ketahui bahwa personil
yang bertugas dalam manajemen peserta didik beragam seperti sekolah, satuan
pengamanan sekolah, pekerja sosial, pustakawan, pembinaan pramuka dan

10
sebagainya. Ragam keahlian personil tersebut tentunya terdapat di sekolah-sekolah
yang telah maju. Pada umumnya disekolah kita, manajemen peserta didik
merupakan tanggung jawab guru dan atau kepala sekolah. Namun demikian,
mereka harus bekerja sama dalam kerangka interaksi untuk kepentingan
pendidikan, bukan interaksi formal yang berbasis hierarki administrasi. Meskipun
berbagai spesialis diperlukan untuk melaksanakan program, penting bagi mereka
agar bersikap baik dalam pandangan dan pendekatan dalam menghadapi masalah
peserta didik.

Organisasi sangat penting dalam manajemen peserta didik, namun harus diakui
sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir – bukan sebagai tujuan akhir. Rencana
apapun harus fleksibel, untuk mengakomodasi pertimbangan konstektual
kebutuhan peserta didik. Sebuah rencana mungkin terbukti fungsional di salah satu
sekolah sedangkan sekolah lain tidak berfungsi.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Kebutuhan Rekrutmen


1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Analisis kebutuhan peserta didik yang dimaksud adalah penetapan siswa
yang dibutuhkan oleh Lembaga Pendidikan (sekolah). Menurut Rahayu (2013)
analisis kebutuhan peserta duduk ada dua yaitu analisis kebutuhan peserta didik
berdasarkan jumlah peserta didik yang dibutuhkan dan analisis kebutuhan
peserta didik berdasarkan kegiatan yang dibutuhkan peserta didik.

2. Rekrutmen Peserta Didik


Rahayu (2013) berpendapat bahwa rekrutmen peserta didik adalah proses
pencarian, menentukan pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di
Lembaga Pendidikan (sekolah) yang bersangkutan. Langkah-langkah
rekrutmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai berikut: 1) Pembentukan
panitia penerimaan siswa baru, 2) Pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.

B. Seleksi Peserta Didik


1. Pengertian
Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik
untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta
didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun
cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:

a. Melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotes, tes jasmani, tes kesehatan,
tes akademik, atau tes ketrampilan
b. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada
prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga
atau kesenian
c. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.

12
2. Macam-Macam Seleksi Peserta Didik
a. Menggunakan sistem AHP (Analytic Hierarchy Process) dan SAW
(Simple Additive Weighting)
Dengan kurikulum 2013 ini, banyak kriteria yang digunakan dalam
peminatan yang bertujuan agar peminatan dapat memasukan peserta
didik ke dalam kelompok peminatanyang sesuai dengan bakat dan
minat mereka. Apabila antara minat, bakat, kemampuan dan
harapannya dengan peminatan yang dipilih tidak sesuai, maka
kemampuannya tidak optimal. Guru BK dalam menentukan
peminatan peserta didik, banyak kriteria-kriteria yang harus
dipertimbangkan. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pendukung
keputusan untuk memudahkan guru BK dalam menentukan peminatan
peserta didik. Metode AHP merupakan suatu metode sistem
pendukung keputusan yang dapat memberikan bobot pada kriteria
peminatan peserta didik dan menguji konsistensinya.

b. Menggunakan Sistem SAW (Simple Additive Weighting)


Pendaftaran siswa baru merupakan suatu kegiatan yang wajib
dilakukan pihak penyelenggara sekolah yang bertujuan untuk
menampung, menyaring, serta menyeleksi para calon peserta didik
sebelum dinyatakan sebagai peserta didik tetap. SMK Miftahul Huda
Ciwaringin adalah salah satu sekolah kejuruan yang terus berkembang
dengan bertambahnya jumlah siswa baru yang mendaftar setiap
tahunnya. Akan tetapi proses pendaftaran siswa baru di SMK Miftahul
Huda Ciwaringin masih menggunakan metode manual yang
mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang dalam melakukan
proses pendaftaran sehingga menyebabkan berkurangnya efisiensi
waktu dari calon siswa.

Sesuai dengan peraturan PPDB 2015 yang sudah ditentukan oleh


pihak SMK Miftahul Huda Ciwaringin untuk menyeleksi calon siswa,
maka diperlukan kriteria-kriteria untuk penentuan dalam menetapkan
seorang siswa baru, maka dibutuhkan sebuah sistem dengan metode
Simple Additive Weighting (SAW).

13
Metode SAW ini mengharuskan pembuat keputusan menentukan
bobot bagi setiap atribut. Skor total untuk alternatif diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara rating (yang dapat
dibandingkan lintas atribut) dan bobot tiap atribut. Sistem ini akan
menampilkan prioritas-prioritas tertinggi hingga terendah dari calon-
calon siswa tersebut, sehingga akan memudahkan dan membantu
pihak sekolah dalam mengambil keputusan. Dengan menggunakan
metode SAW dalam sistem seleksi siswa baru di SMK Miftahul Huda
Ciwaringin bertujuan untuk memudahkan panitia dalam menentukan
perankingan calon siswa untuk menyeleksi siswa yang memiliki skor
nilai yang sama, mempermudah proses dalam sistem seleksi
penerimaan calon siswa baru di SMK Miftahul Huda Ciwaringin.

c. Metode Elimination Et Choix Tranduisant La Realité (ELECTRE)


dan Technique for Order Preference
Calon peserta didik dirasakan masih sulit dikarenakan oleh
kemampuan pihak sekolah dalam memilih calon peserta didik yang
masih menggunakan sistem manual. Keterbatasan tenaga kerja pun
dirasakan membuat proses seleksi penerimaan peserta didik baru
kurang efektif. Penggunaan sistem pendukung keputusan, dapat
memberikan solusi bagi pengguna dalam membantu proses
pengambilan keputusan terkait seleksi penerimaan peserta didik baru.

Proses seleksi penerimaan peserta didik baru menerapkan metode


Elimination Et Choix Tranduisant La Realité (ELECTRE) dan
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS). Metode tersebut digunakan untuk mengolah data peserta
didik mulai dari nilai tes tulis hingga nilai wawancara orang tua dalam
menentukan peserta didik yang diterima dan yang tidak diterima.
Hasil pengujian fungsionalitas sistem memiliki tingkat kesesuaian
persentase sebesar 100%. Sedangkan hasil pengujian akurasi sistem
antara perhitungan manual dengan hasil perhitungan metode
ELECTRE dan TOPSIS menggunakan 67 data peserta didik dan 35

14
data peserta didik memiliki tingkat keakurasian tertinggi sebesar
88.06% dan tingkat keakurasian terendah 32.84%.

d. Naïve Bayes Classifier


Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya belum memiliki sistem
informasi seleksi penerima beasiswa yang terkomputerisasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dibangun sebuah
sistem menggunakan algoritma Naive Bayes Classifier untuk
meningkatkan akurasi dan efisiensi. Metode penelitian yang
digunakan Research and Development (R&D). Perangkat dibuat
dengan framework Microsoft Visual Studio 2013. Uji kelayakan
dilakukan dengan pengujian 1 dan 2. Hasil penelitian dari pengujian 1
sebesar 96,56%, dan pengujian 2 sebesar 90,33%, termasuk dalam
kategori sangat layak. Pada penelitian ditemukan bahwa sistem
menggunakan algoritma Naive Bayes Classifier menghasilkan akurasi
yang tinggi. Sistem dengan akurasi tinggi dan efisien bermanfaat
dalam menentukan calon penerima beasiswa. Manfaat lainnya berupa
pengembangan ilmu pengetahuan tentang implementasi data mining
yaitu algoritma Naive Bayes Classifier.

C. Orientasi Peserta Didik


Menurut KBBI, orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah,
tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar. Menurut UU No. 20 Tahun 2003,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Sementara berdasarkan buku Bunga Rampai Administrasi
Pendidikan Teori dan Praktik, orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan
siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan atau
sekolah tempat peserta didik itu menempuh pendidikan.

Situasi dan kondisi yang dimaksudkan dari orientasi peserta didik mencakup
lingkungan fisik sekolah, dan lingkungan sosial sekolah. Saroni (dalam Safitri dan
Furqon, 2018, hlm.128) mengatakan lingkungan fisik sekolah adalah lingkungan

15
yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan dengan upaya
penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat
membosankan. Lingkungan fisik sekolah di antaranya jalan menuju sekolah,
halaman sekolah, tempat olahraga, gedung, perlengkapan sekolah, serta fasilitas
lainnya yang disediakan oleh lembaga. Sementara lingkungan sosial atau non fisik
dapat meliputi kepala sekolah, guru-guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak kelas,
peraturan atau tata tertib sekolah, layanan-layanan sekolah, serta organisasi yang
ada di sekolah.

Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain: (1) Agar peserta
didik dapat mengerti, memahami, dan menaati segala peraturan yang berlaku di
sekolah; (2) Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan sekolah; dan (3) Agar peserta didik siap menghadapi
lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental, dan emosional sehingga ia
merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.

D. Penempatan Peserta Didik


Sebelum peserta didik memasuki sekolah atau lembaga dan mengikuti proses
pembelajaran, maka peserta didik akan ditempatkan dan dikelompokkan dalam
kelompok belajarnya, dan hal ini disebut dengan penempatan. Penempatan peserta
didik ini dilakukan karena peserta didik pasti memiliki kesamaan dan perbedaan
yang beragam.

Pada praktiknya, pengelompokan peserta didik bisa bersifat heterogen (terdiri


dari berbagai unsur yang sifatnya berlainan) atau homogen (terdiri dari unsur yang
sifatnya sama). Apabila secara heterogen, maka pengelompokan peserta didik
dilakukan berdasarkan perbedaan kemampuan, minat, bakat. Sedangkan apabila
secara homogen, maka pengelompokan peserta didik dilakukan berdasarkan usia,
serta jenis kelamin.

Secara umum, tujuan pengelompokan peserta didik adalah untuk


mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin. Hal ini juga dilakukan
agar guru mudah mengenali potensi dari peserta didik. Sedangkan tujuan

16
pengelompokan peserta didik pada kelas-kelas, yaitu agar setiap anak di kelas
belajar dengan tertib, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.

Dikutip dari Tesis Manajemen Pengelompokan Peserta Didik dalam Rangka


Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri Jetis
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018, menurut Dirjen Dikdasmen, yang menjadi
tujuan pengelolaan kelas yaitu:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik


bisa mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.

Menurut Slavin (dalam Buku Bunga Rampai Administrasi Pendidikan Teori


dan Praktik, 2018, hal. 164) pengelompokan yang biasanya dilakukan di sekolah
adalah sebagai berikut.
1. Ability-grouped class assignment
Merupakan pengelompokan peserta didik sesuai dengan tingkat
kemampuan akademis peserta didik, yang nantinya memungkinkan
seorang guru untuk memberikan tingkat keseragaman instruksional ke
seluruh kelompok.
2. Ability grouping for selected subjects
Merupakan penempatan siswa pada kelas heterogen, namun pada saat
tertentu juga dikelompokkan kembali sesuai tingkat pencapaian untuk satu
atau lebih mata pelajaran. Misalnya saja re-grouping pada pelajaran
matematika, atau pelajaran lainnya.

17
3. Nongraded plans
Program yang penetapan tingkat kelas sepenuhnya dilakukan secara
berulang dan siswa ditempatkan dalam kelompok fleksibel sesuai dengan
tingkat kinerjanya, bukan umur.
4. Within-class ability grouping
Pengelompokan berdasarkan kemampuan. Sebagai contohnya adalah
beberapa siswa dipilih kemudian ditugaskan ke kelompok kecil yang
dibentuk guru di dalam kelas, guna membantu temannya yang lain
meningkatkan kemampuan pada mata pelajaran tertentu.

Sementara dikutip dari Tesis Manajemen Pengelompokan Peserta Didik dalam


Rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri
Jetis Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018, dasar-dasar pengelompokan peserta
didik dapat dilihat berdasarkan:
1. Friendship grouping, pengelompokan berdasarkan pada kesukaan di
dalam memilih teman peserta didik. Misalnya saja pada pembagian
kelompok yang dibebaskan dalam memilih anggotanya.
2. Achievment Grouping, pengelompokan peserta didik berdasarkan prestasi
yang dicapai.
3. Aptitude Grouping, pengelompokan peserta didik didasarkan atas
kemampuan dan bakat yang dimiliki siswa.
4. Attention or Interest Grouping, pengelompokan peserta didik didasarkan
atas perhatian atau minat yang didasari kesenangan.
5. Intelligence Grouping, pengelompokan peserta didik didasarkan atas hasil
tes intelegensi yang diberikan peserta didik itu sendiri.

E. Proses Pembelajaran dan Output


1. Perkembangan Pembelajaran
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen
dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling
bergantung. Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan

18
pada proses pendidikan meliputi: pendidik dan non pendidik, kurikulum
(materi pendidikan), prasarana dan sarana, administrasi, dan anggaran.

Woolfolk & Nicolich (1984:159) mengatakan bahwa “Learning is a


change in a person that comes about as a result of experience”. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya,
daya penerimaanya dari lain-lain aspek yang ada pada individu (Nana Sujana,
2004:28).

2. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan dimulai sejak peserta didik itu diterima
di sekolah tersebut sampai mereka tamat atau meninggalkan sekolah tersebut.
Pencatatan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan dengan optimal.
Sedangkan, pelaporan dilakukan sebagai wujud tanggung jawab lembaga agar
pihak-pihak terkait dapat mengetahui perkembangan peserta didik di lembaga
tersebut. Instrumen yang dibutuhkan, antara lain:

a. Buku Induk
Buku induk yaitu suatu buku yang merangkum semua kegiatan peserta
didik mulai dari masuk sekolah hingga tamat serta merangkum semua
kegiatan yang ada di sekolah termasuk kedalamnya sarana dan
prasarana sekolah.
b. Buku Klaper
Buku ini berfungsi mencatat data-data kepribadian siswa mulai dari
abjad a hingga z semua tercatat di buku ini.
c. Buku/Daftar Keadaan Siswa
Buku ini di gunakan dan di berlakukan mulai siswa memulai pelajaran
di sekolah tersebut hingga siswa tersebut tamat dari sekolah tersebut,
maka buku tersebut tidak di gunakan lagi.
d. Daftar Hadir Siswa
Daftar hadir siswa sangat penting dilakukan guna untuk mengetahui
keadaan setiap hari siswa saat melakukan proses pembelajaran
(Asnawir, 2005).

19
e. File Penyimpan Berkas Siswa
f. Berkas-berkas yang sifatnya terlepas-lepas perlu diarsip kan mulai
dari foto foto siswa hingga ijazah saat tamat siswa ada pada file berkas
siswa.

Menurut ahli yaitu (Asnawir,2005) berpendapat bahwa ada beberapa


intrumen yang diperlukan dalam administrasi peserta didik yaitu:

a. Buku Induk Siswa


b. Buku Klaper
c. Daftar Keadaan Siswa
d. Buku Mutasi Siswa

Dalam bidang pendidikan Stufflebean menggolongkan sistem pendidikan


atas 4 dimensi, yaitu context, input, process dan product, sehingga model
evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan singkatan
ke empat dimensi tersebut.

Nana Sudjana & Ibrahim (2004:230-232) menampilkan sejumlah


sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dari
pembelajaran, yaitu :

a. Konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program


pembelajaran
b. Keterlaksanaan oleh guru
c. Keterlaksanaan dari segi siswa
d. Perhatian yang diperhatikan para siswa terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung
e. Keaktifan para siswa dalam proses belajar
f. Kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran
dalam situasi yang nyata
g. Pola interaksi antara guru dan siswa
h. Kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu

20
3. Output
Desain program, implementasi dan hasil-hasil yang dicapai oleh kegiatan
pembelajaran merupakan ketiga komponen yang perlu dievaluasi. Hasil yang
dicapai dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (output) maupun
mengacu pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcame). Outcome program
pembelajaran tidak kalah pentingnya dengan output. Karena dalam outcome
akan dinilai seberapa jauh siswa mampu mengimplementasikan kompetensi
yang dipelajari di kelas ke dalam dunia nyata (realworld) dalam memecahkan
berbagai persoalan hidup dan kehidupan dalam masyarakat.

a. Kelulusan
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta
didik. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan tentang
diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta
didik. Setelah peserta didik selesai dan berhasil mengikuti seluruh
program pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan berhasil lulus
pada ujian akhir. Maka kepada peserta didik tersebut diberikan surat
keterangan lulus atau sertifikat. Setelah lulus status mereka menjadi
alumni.
b. Alumni
Alumni dilakukan untuk menyediakan wadah bagi para lulusan yang
diikat dalam suatu organisasi sekolah. Alumni sekolah bertujuan
sebagai berikut:
1) Membangun jaringan silaturahmi kepada para alumni sehingga
tercipta rasa cinta terhadap almamater sekolah
2) Memberdayakan alumni untuk membina peserta didik di sekolah
3) Memberdayakan alumni untuk membantu mensukseskan
program sekolah
4) Mendapatkan informasi tentang pemetaan alumni yang
melanjutkan studi dan tempat kerja

21
F. Layanan Peserta Didik
Layanan peserta didik merupakan bidang garapan manajemen peserta didik.
Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan
proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja,
melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani
peserta didik. Karena itu, layanan peserta didik ini sering disebut juga sebagai
layanan khusus.

Layanan peserta didik merupakan salah satu dari substansi ekstensi manejemen
pendidikan. Layanan peserta didik diselenggarakan di sekolah dengan maksud
untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Manajemen layanan peserta didik adalah suatu proses
kegiatan memberikan pelayanan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

1. Layanan Bimbingan dan Konseling


Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan
memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang
dihadapi dalam perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan
situasi lingkungan sekolah. Keluarga, dan masyarakat. Sedangkan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk para peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya sekolah. Bimbingan dan konseling
memiliki fungsi (Prayitno dan Erman Amti, 1994; Heru Mugiharso dkk, 2010)
diantaranya berikut ini.
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memahami diri dan lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mengatasi masalah yang dialaminya.

22
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan
berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
e. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan yang kurang
mendapat perhatian.

2. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada
peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran
di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberi
layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. Terdapat lima unsur pokok
dalam pengertian perpustakaan yaitu: merupakan unit kerja, bberfungsi sebagai
tempat menyimpan koleksi bahan pustaka, koleksi bahan pustaka itu dikelola
dan diatur secara sistematis denga cara tertentu, bertujuan untuk digunakan
oleh pemakainya, dan sebagai sumber informasi.

Keberadaan perpustakaan dalam sebuah pendidikan membuat para


pendidik dan peserta didik untuk berkesempatan memperluas dan
memperdalam ilmu pengetahuan tan teknologi. Melalui perpustakaan, selain
para peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mandiri atau belajar
kelompok, para pendidik juga dapat memperkaya materi-materi yang disajikan
dalam proses belajar-mengajar.

3. Layanan Kantin/Kafetaria
Layanan kantin atau kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus
di lembaga pendidikan yang berusaha menyediakan makanan dan minuman
yang dibutuhkan peserta didik atau stakeholder lembaga pendidikan. Para
pendidik diharapkan sekali-kali mengontrol kantin dan berkonsultasi dengan
pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi.

Peran lain kantin yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari
makanan keluar lingkungan lembaga pendidikan. Kantin juga dimanfaatkan
sebagai media penanaman nilai hidup sehat bagi peserta didik.

23
4. Layanan Kesehatan
Layanan kesehaan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah. Program-program dari UKS itu
sendiri diantaranya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta
pembinaan lingkungan sekolah sehat; merupakan suatu hal penting dalam
mewujudkan peserta didik yang sehat dan cerdas.

Tujuan minimum pelayanan kesehatan sekolah untuk membantu


mengatasi masalah-masalah kesehatan anak dan remaja yang dapat
mengganggu pencapaian maksimum dalam proses pendidikan dan
pembelajaran, serta untuk membimbing anak dan remaja memahami akan
pentingnya kesehatan fisik dan mental.

5. Layanan Transportasi
Sarana angkutan (transportasi) bagi para peserta didik merupakan salah
satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Transportasi
diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah dan
pendidikan dasar.

Pada prinsipnya, transportasi ini memberi fasilitas kepada peserta didik


atau staf lembaga pendidikan untuk menuju ke sebuah lembaga pendidikan
menggunakan kendaraan yang disediakan. Sehingga mereka akan merasa aman
dan dapat masuk atau pulang dengan tepat waktu. Orang tua peserta didik tidak
khawatir mengenai keselamatan anaknya, karena sudah ada aturan yang telah
disepakati bersama tentang adanya layanan transportasi dan secara tidak
langsung juga akan meringankan beban orang tua.

6. Layanan Asrama
Asrama dikatakan sebagai salah satu tempat di lingkungan pendidikan
yang dapat membentuk sikap professional peserta didik. Manajemen asrama
digunakan untuk mengelola asrama lembaga pendidikan agar dapat memenuhi
kebutuhan para peserta didik yang menempatinya. Hidup di asrama untuk

24
pembentukan nilai-nilai: keagamaan, kebenaran, kebersamaan, yuridis,
keindahan, ekonomis, dan sebagainya.

7. Layanan Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstra kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran dan pelayanan untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di lembaga pendidikan.

Menurut Lunenburg ekstra kulikuler memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Reinforcing Learning, kegiatan ini digunakan untuk memperkaya dan


memperluas kegiatan dalam kelas.
b. Supplementing Coursework, melengkapi mata pelajaran yang bersifat
efektif.
c. Integrating Knowledge, ekstra kulikuler tidak memberikan
pengalaman belajar yang terisolasi dari pengalaman, melainkan
mensintesis banyak aspek situasi kehidupan nyata.
d. Democratization, sekolah mencurahkan perhatian bagian pada
kurikulum yang diperlukan untuk mempelajari pengembangan,
struktur, dan masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstra kulikuler di lembaga pendidikan


adalah (1) Kegiatan ekstra kulikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif, efektif, dan psikomotor; (2) Mengembangkan bakat
dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya positif; dan (3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan
antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

25
BAB IV
KESIMPULAN

Peserta didik adalah orang/ individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan


sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan
baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
pendidiknya.

Manajemen peserta didik adalah layanan yang memusatkan perhatian pada


pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti:
pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan
kemampuan minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.

Tujuan manajemen peserta didik menurut Nasihin dan Sururi (2009:206)


adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah), lebih lanjut
fungsinya adalah agar proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan konstribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, H. (2019). Administrasi Peserta Didik.

Aprianto, Iwan, dkk. 2020. Manajemen Peserta Didik. Klaten: Lakeisha.

Asesanti, A. (2015). Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Peserta


Didik Baru SMP Menggunakan Metode ELECTRE dan TOPSIS (Studi
Kasus: SMP Brawijaya Smart School (BSS) Kota Malang (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).

Baihaqi, Fahrian. 2014. Manajemen Pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata


(ODTW) Masjid Agung Jawa Tengah. Masters thesis, Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang. Diakses dari:
http://eprints.walisongo.ac.id/3534

Buku manajemen siswa. Diakses pada 28 September 2020, di:


www.staffnew.uny.ac.id

KKBI V

Lestari, Y., Sunardi, S., & Fadlil, A. (2020). Seleksi Peserta Didik Baru
Menggunakan Metode AHP Dan SAW. J-SAKTI (Jurnal Sains
Komputer dan Informatika), 4(1), 18-28.

Magdalena, L., & Rachman, A. (2017). Aplikasi Pendaftaran Siswa Baru Dengan
Sistem Seleksi Menggunakan Metode Simple Additive Weighting
(Saw) Pada Smk Miftahul Huda Ciwaringin. Jurnal Digit, 7(1).

Pengertian Peserta dDidik. 2019, Diakses pada 28 September 2020,di


www.silabus.wed.id

Pengertian sekolah. 2019, Diakses pada 28 September 2020 di


www.seputarpengetahuan.co.id

Rahman, A. A., & Suryanto, A. (2017). Implementasi Sistem Informasi Seleksi


Penerima Beasiswa dengan Metode Naive Bayes Classifier. Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia, 2(3).

27
Safitri, N & Furqon, C. (2018). Pengelolaan Lingkungan Kelas dalam Mencapai

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Manajerial, 3(4),


124 136. Tersedia di: http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Tim Penyusun. 2018. Bunga Rampai Administrasi Pendidikan Teori dan Praktik.
Bandung: Penerbit Alfabeta.

Wakhanda, E.L. (2018). Manajemen Pengelompokan Peserta Didik dalam Rangka


Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri
Jetis Sukoharjo Tahun Pelaharan 2017/2018. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri, Surakarta.

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 238.

Yahya, F. A. (2015). Problem Manajemen Pesantren, Sekolah Dan Madrasah:


Problem Mutu Dan Kualitas Input-proses-output. EL TARBAWI, 8(1),
93-109.

28

Anda mungkin juga menyukai