Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan semesta alam dan segala isinya,
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat curahan rahmat dan kasih
sayang dari Tuhan, sehingga laporan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)
dalam On The Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Guru dalam
Menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui In House Training”
dalam tersusun dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini,
merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi
penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu
pendamping Diklat, puji syukur akhirnya laporan kegiatan OJL ini selesai juga.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada yang terhormat :
1. Ibu Dian Fajarwati, Master Trainer Calon Kepala Sekolah dari LPPKS
Indonesia
2. Bapak P. Budi Santosa, Master Trainer Calon Kepala Sekolah dari LPPKS
Indonesia.
3. Drs. H. Muh. Wuryanto, M.M. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo.
4. Drs. Subiyanto, Pengawas SMP dari Dikbudpora Kabupaten Purworejo.
5. Rekan-rakan guru dan karyawan SMP Negeri 27 Purworejo yang
terkait dalam program OJL ini.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan semoga
segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai
pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.
Penulis,
ii
Daftar Isi
Halaman
iii
Daftar Lampiran
Nomor Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu
dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan
yang diharapkan sangat tergantung kepada bagaimana model pengelolaan
terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya
sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan
warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika
kepala sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk
memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga
pendidik yang harus mampu membina guru-guru disekolahnya menjadi guru
kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya
tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina
guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk membina dan mengelola
seluruh komponen sekolah lainnya seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini
adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi
tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa
peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen
sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah
maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah
mudah. Diperlukan waktu yang cukup untuk belajar bagaimana melaksanakan
tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi
calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas
1
yang diharapkan mampu untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendikas) Republik
Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang
kepala sekolah ataupun calon kepala sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang
telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti
pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman
pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-
dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar
kompetensi kepala sekolah menetapkan dimensi kompetensi manajerial kepala
sekolah merupakan dimensi kompetensi yang menuntut 16 kompetensi.
Jumlah kompetensi ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan
kompetensi pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi
dan sosial. Tingkat kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan,
memberdayakan, menggerakkan, dan mengembangakan sumber daya sekolah
dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung
kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya,
memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi
sekolah merupakan SDM yang cukup untuk terlibat dalam usaha
meningkatkan pelayanan pendidikan menuju peningkatan mutu pendidikan di
sekolah. Namun kenyataannya, SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa
memperlihatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis
selama mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga
administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat sesuatu.
Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada yang mereka bisa
kerjakan.
2
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah dalam
kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam merupakan
modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the job learning (OJL)
selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk
mempraktekkan kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan tatap muka.
Dalam OJL dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah,
RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan tenaga
administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana,
pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK,
monitoring dan evaluasi serta program supervisi akademik.
Sehubungan dengan hasil penilaian analisis kebutuhan pengembangan
keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah yang
menemukan kelemahan terbanyak pada dimensi manajerial, maka penulis
akan mengangkat tema tulisan yang terkait dengan dimensi manajerial kepala
sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengangkat tema tulisan dengan judul “Meningkatkan Kompetensi Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian
melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer”
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat dalam
tulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah
(TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah (PAS)
dalam mengelola administrasi kepegawaian.
C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan kelemahan
terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka sasaran yang ingin dicapai
dalam tulisan ini adalah pengembangan dimensi kompetensi manajerial kepala
sekolah melalui pembinaan tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam
mengelola administrasi kepegawaian.
3
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
4
pidato (putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara HARDIKNAS
tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan standar
pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang dikembangkan
dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan mempertim-
bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia
peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah
Makassar dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah
yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas
beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua
mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan
Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ
masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam
pelajaran. Mata pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam
pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam pelajaran
perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran
tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per rombel 30 rombel = 960 jam
pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa belum
berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan
belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi
hanya diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi
yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan
perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan
5
tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang
tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang
disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate,
basket dan sepak bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang masing-masing memiliki program
rencana dan pelaksanaan layanan BK. Empat guru BK belum sebanding
dengan siswa yang berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan
layanan rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah
masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang guru BK.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih
mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-
perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti
halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-
guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
6
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan.
Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan
hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan
sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sebahagian sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Sebahagian guru
masih ada yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah mengakibat-
kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan pelarangan penjualan
buku paket di sekolah dan terbatasnya anggaran pengadaan buku paket sangat
merugikan siswa sendiri. Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama
bertahan satu atau dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan
buku-buku paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang
senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah dan guru senior yang
berkompeten, melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya
saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
7
kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama dengan pondok pesantren IMMIM
Putra Makassar. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi salam
setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
8
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC),
2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1
lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5 pasang meja
dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1 pendingin udara dan
dilengkapi dengan jaringan internet speedy schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang
guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran, gudang, jamban
(WC) siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku
kepentingan melalui beberapa cara diantaranya menuliskannya ditembok
dinding sekolah, dipasang di blog guru, dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) belum disosialisasikan kepada warga
sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
(RKAS) belum disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah
melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih mengacu pada
cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem
informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah
dapat diakses melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog guru.
7. Standar Pembiayaan
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh kepala
sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan RKAS belum
melibatkan secara langsung pihak komite sekolah ataupun pemangku
9
kepentingan yang relevan, namun demikian tetap mempertimbangkan usulan-
usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum
mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara
transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan
kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
10
yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin
oleh satu orang kepala sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya putra-
putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kebijakan
pemerintah kabupaten Jeneponto dalam pendirian sekolah ini dimaksudkan
untuk menjamin pembinaan siswa-siswa cerdas menjadi putra Jeneponto yang
unggul sebagai pattabba’ (penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian delapan
standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi
budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran
bahasa daerah Makassar dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran
muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat
Jeneponto yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa
daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua
mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan
Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ
masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam
pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak
yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari
tiga materi pokok yakni ekonomi, sejarah dan geografi. Pengembangan diri
memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam
pelajaran setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per
kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam
pelajaran per rombel 3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.
11
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran remedial dan
pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum berjalan secara sistematis
sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai
ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan
kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum
dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan diluar jam
pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan
tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang
tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang
disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket,
bulutangkis, tenis meja, futsal dan pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki satu orang melayani 60 orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya
berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti
12
halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-
guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan.
Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan
hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan
sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif,
menantang dan memotivasi siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit
mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang
mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi
dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket
sendiri. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran
pengadaan buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun
daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala sekolah melakukan
supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi
belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
13
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan
yang jauh lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan kegiatan pesantren
kilat setiap bulan ramadhan. Kegiatan pesantren dikelola oleh pengurus OSIS
dan dikoordinir oleh guru agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan
saling memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
14
komputer PC, dan 1 pendingin udara. Sedangkan ruang wakil kepala sekolah
berukuran (7 6)m2 terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang
guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban (WC) siswa,
lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku
kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah.
Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS
yang disusun berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang
mengacu pada pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem
informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah
dapat diakses melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog SMPN
Khusus Jeneponto.
7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh kepala
sekolah dan guru-guru dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari
siswa dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum
mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
15
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara
transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan
kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
16
BAB III
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam
Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah
Sebagai Manajer.
1. Rasional
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang penting
dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih maju dan
berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi sebagai juru kelola
administrasi sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan data siswa, data
pendidik dan tenaga kependidikan, persuratan, arsip, administrasi sarana-
prasarana, dan administrasi keuangan. TAS juga berperan aktif dalam
memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh pihak yang
berkepentingan.
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu penting dalam
pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah melalui permendiknas nomor
24 tahun 2008 menetapkan standar tenaga administrasi sekolah. Standar ini
mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang tenaga administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber daya yang
harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer,
kepala sekolah harus mampu mengelola TAS dan ketatausahaan dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.
17
Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS) adalah kemampuan yang
diperoleh TAS melalui pendidikan dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-
tugas administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan menurut Syaefuddin (dalam Risnawati, 2003) memberikan
pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah sebagai kemampuan untuk
melaksanakan tugas, peran dan kemampuan mengintegrasikan pengetahuan
yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam
pelaksanaan pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional
atau teknis administratif di sekolah.
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi
sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Dalam
permendiknas tersebut kompetensi tenaga administrasi sekolah dipetakan ke
dalam empat dimensi kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis
dan manajerial. Untuk dapat memperjelas komponen dimensi kompetensi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
18
nasional pendidikan, menyusun program dan laporan kerja,
mengorganisasikan staf, mengembangkan staf, mengambil keputusan,
menciptakan iklim kerja yang kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya, membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24 tahun
2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih rinci agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi dalam setiap jenis dan jabatan
administrasi sekolah dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi menjadi tiga
bidang administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan sekolah,
administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan
guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus,
perisapan harian, dan sebagainya
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan ini
administrasi personal pegawai sekolah dalam bidang pengelolaan administrasi
kepegawaian.
19
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan (TAS) melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada para
guru untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Memberdayakan tenaga administrasi melalui kerjasama dimaksudkan
bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga administrasi, kepala sekolah
harus mementingkan kerjasama dengan tenaga administasi dan pihak lain yang
terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam
rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantu-pembantunya
(wakil-wakil), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan
setiap tindakannya. Kepala sekolah juga harus mampu menghadapi berbagai
persoalan di sekolah, berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus
senantiasa berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi bawahannya
serta berusaha mengambil keputusan yang dapat memuaskan bagi semua.
Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan kepada
para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan profesinya. Kepala
sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada
seluruh guru dan tenaga administrasi untuk mengembangkan potensinya
secara optimal misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun
lokakarya berdasarkan bidangnya masing-masing.
Sebagai manajer, kepala sekolah juga harus mampu mendorong
keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap kegiatan sekolah.
Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.
5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar atau kompetensi
20
minimal yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah. Kenyataan di
sekolah-sekolah memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang
memiliki kompetensi di bawah standar kompetensi yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena proses perekrutan mereka menjadi tenaga administrasi sekolah
tidak mengacu kepada pemenuhan kompetensi berdasarkan permendiknas
tersebut. Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum
diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan administrasi
kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang mengikuti
perubahan dan kemajuan dibidang pendidikan khususnya dan kemajuan
dibidang teknologi informasi dan komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi
yang dimiliki tenaga administrasi dalam mengelola administrasi sekolah ikut
menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah yang
memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar untuk dapat dikelola
secara optimal. Kompetensi tenaga administrasi yang belum memenuhi
standar dapat dikembangkan menjadi tenaga administrasi yang memenuhi
standar melalui pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala
sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola
staf administrasi untuk mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan dan
mengembangkan guna membantu mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala sekolah
sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga administrasi guna
membantu mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya menjadi
tenaga administrasi yang memenuhi standar TAS.
B. Implementasi Program
21
pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi
kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih tenaga administrasi atau guru yang dapat diberdayakan
membantu calon kepala sekolah dalam melakukan pembimbingan
terhadap tenaga administrasi berdasarkan kompetensi yang perlu
ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus 1.
22
4. Hasil yang di peroleh
Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan
pada pelaksanaan tindakan siklus 1 melalui pengisian instrumen monev 1
diperoleh hasil sebagai berikut:
siklus pertama naik dari 58% menjadi 68%. Peningkatan kompetensi sebesar
10% menunjukkan adanya hasil jerih payah calon kepala sekolah sebagai
23
6. Pelaksanaan tindakan siklus 2
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 yaitu
melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan pada kompetensi-
kompetensi yang masih kurang atau rendah berdasarkan analisis hasil kegiatan
monev 1. Pembimbingan dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi
dan guru yang sudah ditunjuk sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling
lama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan.
Pelaksanaan bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga
pembimbing atau saat jam istirahat siswa yang berkisar 30 – 90 menit .
24
Peningkatan tersebut merupakan hasil dari usaha pembimbingan yang
diberikan kepada tenaga administrasi sekolah yang mengelola administrasi
kepegawaian. Pembimbingan tersebut adalah tugas seorang kepala sekolah
membina dan mengembangkan kompetensi TAS dalam perannya sebagai
manajer di sekolah.
1. Rancangan tindakan
Pada tahap rancangan tindakan, dilakukan penyusunan atau pengadaan
instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Instrumen-instrumen yang digunakan menggunakan instrumen yang telah
digunakan di SMPN 1 Binamu, yaitu:
a. Instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan adalah
mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian.
Kegiatan identifikasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal TAS yang
kemudian dijadikan sebagai dasar pembimbingan.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen dua TAS yang mengelola
administrasi kepegawaian, diperoleh rata-rata kemampuan awal TAS adalah
68%. Rata-rata kompetensi TAS masih rendah pada aspek yang berhubungan
dengan penyusunan dan penyajian data statistik kepegawaian termasuk
penyajian data statistik dengan menggunakan TIK.
25
2. Pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan
pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi kompetensi
yang dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan
dilakukan selama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali
pertemuan. Pelaksanaan bimbingan dilakukan pada saat kunjungan pengkajian
dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari TAS yang akan
dibimbing, kadang sebelum atau sesudah melakukan pengkajian.
21% menunjukkan adanya hasil calon kepala sekolah sebagai manajer dalam
26
D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL)
2. Kajian Kurikulum
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan kurikulum
kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang, penulis
lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan
kurikulum, bentuk-bentuk silabus dan RPP. Penulis merasa belum
sepenuhnya mampu menyusun silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai
karakter bangsa sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk
memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk
penyusunan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter, penulis akan
lebih banyak belajar dan berusaha selalu terlibat secara langsung dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah.
27
pendidik dan tenaga kependidikan setelah mempelajari permendiknas-
permendiknas terkait. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan petakan oleh kepala
sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan
pembinaannya secara berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah,
penulis berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk
mengetahui tingkat kompetensinya.
28
penulis kuasai adalah pengetahuan tentang bentuk laporan pertanggung-
jawaban penggunaan keuangan sekolah. Untuk memaksimalkan penguasaan
tentang pengelolaan keuangan sekolah secara keseluruhan, penulis berharap
dapat mempelajari contoh laporan pertanggungjawaban keuangan suatu
sekolah.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan tindakan
kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus maka dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka terdapat
saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
30
31