Anda di halaman 1dari 35

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM

MENYUSUN KRRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)


MELALUI IN HOUSE TRAINING

Disusun sebagai laporan Rencana Tindak Kepemimpinan dalam


On The Job Learning pada Diklat Calon Kepala Sekolah
Tahun 2015

Nama : Drs. Joko Indarto


Unit Kerja : SMP Negeri 27 Purworejo
NIP : 19661125 199512 1 001

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH


DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2011
Kata Pengantar

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan semesta alam dan segala isinya,
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat curahan rahmat dan kasih
sayang dari Tuhan, sehingga laporan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)
dalam On The Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Guru dalam
Menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui In House Training”
dalam tersusun dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini,
merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi
penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu
pendamping Diklat, puji syukur akhirnya laporan kegiatan OJL ini selesai juga.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada yang terhormat :
1. Ibu Dian Fajarwati, Master Trainer Calon Kepala Sekolah dari LPPKS
Indonesia
2. Bapak P. Budi Santosa, Master Trainer Calon Kepala Sekolah dari LPPKS
Indonesia.
3. Drs. H. Muh. Wuryanto, M.M. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo.
4. Drs. Subiyanto, Pengawas SMP dari Dikbudpora Kabupaten Purworejo.
5. Rekan-rakan guru dan karyawan SMP Negeri 27 Purworejo yang
terkait dalam program OJL ini.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan semoga
segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai
pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Penulis,

ii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ...................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................... ii
Daftar Lampiran ..................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................... 3
C. Kompetensi Sasaran ................................................................... 3
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ....................................... 4
A. Profil SMPN 1 Binamu ................................................................ 4
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto .................................................. 10
C. Permasalahan yang di Temukan di Lapangan .............................. 16
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN ....................................... 17
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)
dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran
Kepala Sekolah Sebagai Manajer ................................................ 17
B. Implementasi Program .............................................................. 21
C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri Khusus
Jeneponto ............................................................................... 25
D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) .................................. 27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 30
A. Kesimpulan ................................................................................ 30
B. Saran - Saran .............................................................................. 30

iii
Daftar Lampiran

Nomor Halaman

1. Rencana Tindak Kepemimpinan ................................................... 32


2. Instrumen Indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ............................................................................... 36
3. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ............................................................ 38
4. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ........................................................... 40
5. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ............................................................................... 42
6. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ............................................................ 50
7. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ........................................................... 58
8. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian Sekolah Magang lain .............................................. 66
9. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ........................... 72
10. Daftar Hadir Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ............................................................................. 78
11. Foto-foto Kegiatan Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ............................................................................... 81
12. Laporan Pelaksanaan Supervisi Akademik/Observasi Guru Yunior
13. Laporan Hasil Kajian RKS-RKJM
14. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Kurikulum
15. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
16. Laporan Hasil Kajian Sarana dan Prasarana Sekolah
17. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Peserta Didik
18. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan
19. Laporan Hasil Kajian Pembinaan TAS
20. Laporan Hasil Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
21. Laporan Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Program
22. Hasil Penyusunan Silabus, RPP dan Bahan Ajar
23. Dafar Hadir dalam Kegiatan On The Job Learning (OJL)
24. Foto-foto Kegiatan di Sekolah Magang

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu
dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan
yang diharapkan sangat tergantung kepada bagaimana model pengelolaan
terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya
sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan
warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika
kepala sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk
memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga
pendidik yang harus mampu membina guru-guru disekolahnya menjadi guru
kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya
tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina
guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk membina dan mengelola
seluruh komponen sekolah lainnya seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini
adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi
tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa
peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen
sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing
melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah
maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah
mudah. Diperlukan waktu yang cukup untuk belajar bagaimana melaksanakan
tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi
calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas

1
yang diharapkan mampu untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendikas) Republik
Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang
kepala sekolah ataupun calon kepala sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang
telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti
pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman
pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-
dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar
kompetensi kepala sekolah menetapkan dimensi kompetensi manajerial kepala
sekolah merupakan dimensi kompetensi yang menuntut 16 kompetensi.
Jumlah kompetensi ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan
kompetensi pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi
dan sosial. Tingkat kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan,
memberdayakan, menggerakkan, dan mengembangakan sumber daya sekolah
dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung
kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya,
memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi
sekolah merupakan SDM yang cukup untuk terlibat dalam usaha
meningkatkan pelayanan pendidikan menuju peningkatan mutu pendidikan di
sekolah. Namun kenyataannya, SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa
memperlihatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis
selama mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga
administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat sesuatu.
Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada yang mereka bisa
kerjakan.

2
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah dalam
kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam merupakan
modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the job learning (OJL)
selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk
mempraktekkan kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan tatap muka.
Dalam OJL dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah,
RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan tenaga
administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana,
pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK,
monitoring dan evaluasi serta program supervisi akademik.
Sehubungan dengan hasil penilaian analisis kebutuhan pengembangan
keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah yang
menemukan kelemahan terbanyak pada dimensi manajerial, maka penulis
akan mengangkat tema tulisan yang terkait dengan dimensi manajerial kepala
sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengangkat tema tulisan dengan judul “Meningkatkan Kompetensi Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian
melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer”

B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat dalam
tulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah
(TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah (PAS)
dalam mengelola administrasi kepegawaian.

C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan kelemahan
terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka sasaran yang ingin dicapai
dalam tulisan ini adalah pengembangan dimensi kompetensi manajerial kepala
sekolah melalui pembinaan tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam
mengelola administrasi kepegawaian.

3
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG

A. Profil SMPN 1 Binamu


SMPN Binamu berlokasi di jalan Lanto Daeng Pasewang no. 32
Bontosunggu kelurahan Empoang kecamatan Binamu yang diapit oleh dua
perkantoran pemerintah yaitu kantor Bupati Jeneponto dan kantor KPU.
Sekolah ini dibangun pada tahun 1960 di atas lahan seluas 8065 m2 dan mulai
beroperasi tahun 1961 dengan nama SMP 1 Jeneponto. Sekolah ini merupakan
sekolah tertua di kabupaten Jeneponto untuk sekolah tingkat menengah
pertama dan sudah banyak mencetak alumni-alumni yang menduduki jabatan-
jabatan penting, baik di pemerintahan, legislatif ataupun diperusahaan-
perusahaan swasta.
Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina sebanyak
1043 siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar dengan masing-
masing 10 rombongan belajar pertingkatan kelas. Setiap ruang kelas
menampung rata-rata sebanyak 36 siswa.
SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik dan tenaga
administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru sebanyak 54 orang
dengan rincian 44 guru PNS dan 10 orang non PNS sedang jumlah tenaga
asministrasi sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang
non PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang cukup yaitu
laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer. Sekolah juga memiliki 30
ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1
ruang guru, 1 ruang BK, 2 gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung
mushallah, 1 ruang OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos
keamanan, 2 kantin dan 1 aula mini.
Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun terakhir yaitu
juara I tiga tahun berturut-turut guru berprestasi tahun 2007-2009 dan juara II
tahun 2010 tingkat kabupaten Jeneponto, juara II inovasi pembelajaran
tingkat nasional. Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang,

4
pidato (putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara HARDIKNAS
tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan standar
pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang dikembangkan
dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan mempertim-
bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia
peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah
Makassar dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah
yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas
beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua
mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan
Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ
masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam
pelajaran. Mata pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam
pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam pelajaran
perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran
tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per rombel  30 rombel = 960 jam
pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa belum
berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan
belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi
hanya diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi
yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan
perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan

5
tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang
tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang
disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate,
basket dan sepak bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang masing-masing memiliki program
rencana dan pelaksanaan layanan BK. Empat guru BK belum sebanding
dengan siswa yang berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan
layanan rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah
masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang guru BK.

2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih
mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-
perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti
halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-
guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih

6
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan.
Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan
hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan
sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sebahagian sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Sebahagian guru
masih ada yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah mengakibat-
kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan pelarangan penjualan
buku paket di sekolah dan terbatasnya anggaran pengadaan buku paket sangat
merugikan siswa sendiri. Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama
bertahan satu atau dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan
buku-buku paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang
senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah dan guru senior yang
berkompeten, melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya
saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

3. Standar Kompetensi Lulusan


Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010 dan
tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa
Indonesia 6,47 dan 5,62, Bahasa Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan
8,24 serta IPA 7,81 dan 7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan
yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan kegiatan pesantren

7
kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama dengan pondok pesantren IMMIM
Putra Makassar. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi salam
setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Jumlah guru yang mencapai 54 orang dan tenaga administrasi sekolah
sebanyak 20 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sekolah. Guru yang sudah berkualifikasi minimal S1 sebanyak
93% sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 15%, SMA
sebanyak 80% dan SMP sebanyak 5%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 1 Binamu
belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang mengukur berapa tingkat
pencapaian kompetensi masing-masing.

5. Standar Sarana dan Prasarana


SMPN 1 Binamu memiliki luas lahan 8065 m2 dengan jumlah gedung
sebanyak 13 unit yang terdiri dari 2 unit gedung berlantai dua dan 11 unit
gedung berlantai satu.
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar
sebanyak 30 ruang kelas dengan luas masing-masing 63 m2 per ruang kelas.
Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board,
satu meja dan kursi guru, masing-masing satu meja dan kursi untuk setiap
siswa.
Ruang guru berukuran (18  7) m2 memuat 35 pasang meja dan kursi
guru, 1 papan white board, satu meja panjang dan 4 kursi untuk tempat
pimpinan rapat pertemuan, 1 set kursi dan meja tamu, 1 kamar kecil (WC), 2
rak buku, 6 lemari buku, 1 set sound system dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masing-masing
(1015) m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari jumlah siswa.
Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika, biologi,
bahasa dan komputer. Laboratorium komputer memiliki jaringan LAN yang
terkoneksi dengan jaringan internet speedy schoolnet dari jardiknas dan
dilengkapi dengan 2 buah pendingin udara.

8
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC),
2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1
lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5 pasang meja
dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1 pendingin udara dan
dilengkapi dengan jaringan internet speedy schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang
guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran, gudang, jamban
(WC) siswa.

6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku
kepentingan melalui beberapa cara diantaranya menuliskannya ditembok
dinding sekolah, dipasang di blog guru, dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) belum disosialisasikan kepada warga
sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
(RKAS) belum disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah
melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih mengacu pada
cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem
informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah
dapat diakses melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog guru.

7. Standar Pembiayaan
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh kepala
sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan RKAS belum
melibatkan secara langsung pihak komite sekolah ataupun pemangku

9
kepentingan yang relevan, namun demikian tetap mempertimbangkan usulan-
usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum
mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara
transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan
kepada pemerintah sebagai pemberi dana.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah
ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh
sebagian guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya
menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah
dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak
dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian
ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa
komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil
penilaian sikap dan akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil
kepala sekolah urusan kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai koreksi
untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

B. Profil SMPN Khusus Jeneponto


SMPN Khusus Jeneponto yang berlokasi di jalan Kesehatan nomor 101
Bontosunggu kecamatan Binamu didirikan berdasarkan surat keputusan Bupati
Jeneponto nomor 134/VIII/2007 tahun 2007 bersama dua sekolah lainnya

10
yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin
oleh satu orang kepala sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya putra-
putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kebijakan
pemerintah kabupaten Jeneponto dalam pendirian sekolah ini dimaksudkan
untuk menjamin pembinaan siswa-siswa cerdas menjadi putra Jeneponto yang
unggul sebagai pattabba’ (penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian delapan
standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi
budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran
bahasa daerah Makassar dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran
muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat
Jeneponto yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa
daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua
mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan
Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ
masing-masing 2 jam pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam
pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak
yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari
tiga materi pokok yakni ekonomi, sejarah dan geografi. Pengembangan diri
memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam
pelajaran setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per
kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam
pelajaran per rombel  3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.

11
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran remedial dan
pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum berjalan secara sistematis
sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai
ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan
kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum
dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan diluar jam
pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan
tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan ulang
tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang
disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket,
bulutangkis, tenis meja, futsal dan pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki satu orang melayani 60 orang siswa.

2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya
berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti

12
halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-
guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan.
Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan
hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan
sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif,
menantang dan memotivasi siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit
mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang
mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi
dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket
sendiri. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran
pengadaan buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun
daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala sekolah melakukan
supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi
belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

3. Standar Kompetensi Lulusan


Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010 dan
tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa
Indonesia 7,44 dan 8,48, Bahasa Inggris 8,14 dan 9,08, Matematika 7,10 dan
8,90 serta IPA 7,99 dan 8,49. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan
tingginya peningkatan untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua
mata pelajaran tahun 2009/2010 adalah 7,67 dan tahun 2010/2011 adalah
8,74. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan

13
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan
yang jauh lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan kegiatan pesantren
kilat setiap bulan ramadhan. Kegiatan pesantren dikelola oleh pengurus OSIS
dan dikoordinir oleh guru agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan
saling memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 18 orang dan tenaga administrasi
sekolah sebanyak 10 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan
tenaga kependidikan sekolah. Guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 67%,
berkualifikasi S2 sebanyak 33%. Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi
S1 sebanyak 20% dan SMA sebanyak 80%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN Khusus
Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang mengukur
berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar
sebanyak 3 ruang kelas dengan luas masing-masing 63 m2 per ruang kelas.
Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board, satu meja dan
kursi guru, serta 20 meja dan kursi untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9  7) m2 memuat 7 pasang meja dan kursi
guru, 1 papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10  15) m2 yang dibangun khusus
untuk kegiatan perpustakaan sekolah sebahagiannya dimanfaatkan untuk
fungsi laboratorium komputer. Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku
bacaan umum masih sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 12 unit
komputer tetapi sebahagiannya sudah ada yang tidak berfungsi. Laboratorium
lain yang dimiliki hanya laboratorium IPA dan Bahasa.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC),
2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 set

14
komputer PC, dan 1 pendingin udara. Sedangkan ruang wakil kepala sekolah
berukuran (7  6)m2 terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang
guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban (WC) siswa,
lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa.

6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku
kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah.
Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS
yang disusun berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang
mengacu pada pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem
informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah
dapat diakses melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog SMPN
Khusus Jeneponto.

7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh kepala
sekolah dan guru-guru dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari
siswa dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum
mampu untuk mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.

15
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara
transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan
kepada pemerintah sebagai pemberi dana.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah
ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh
sebagian guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya
menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah
dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak
dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian
ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa
komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil
penilaian sikap dan akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil
kepala sekolah urusan kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai koreksi
untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

C. Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan


Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat calon
kepala sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan pembelajaran dan
arena latihan dalam melakoni sebagian peran dan fungsi seorang kepala
sekolah. Penulis sudah berusaha beradaptasi dengan warga sekolah tempat
magang tetapi ternyata melakoni peran kepala sekolah bukanlah hal mudah.
Tak jarang kami menemukan beberapa permasalahan.
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah kurang tersedianya data-
data atau informasi yang penulis butuhkan untuk memenuhi tagihan-tagihan
OJL. Masalah lainnya adalah pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang
mengganggu proses belajar mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan
tugas mengajar di sekolah. Keadaan ini sulit dihindari karena tidak adanya
guru pengganti di sekolah sendiri.

16
BAB III
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam
Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah
Sebagai Manajer.

1. Rasional
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang penting
dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih maju dan
berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi sebagai juru kelola
administrasi sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan data siswa, data
pendidik dan tenaga kependidikan, persuratan, arsip, administrasi sarana-
prasarana, dan administrasi keuangan. TAS juga berperan aktif dalam
memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh pihak yang
berkepentingan.
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu penting dalam
pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah melalui permendiknas nomor
24 tahun 2008 menetapkan standar tenaga administrasi sekolah. Standar ini
mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang tenaga administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber daya yang
harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer,
kepala sekolah harus mampu mengelola TAS dan ketatausahaan dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.

2. Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah


Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh
melalui pendidikan dan/atau latihan. Kompetensi dapat pula dimaknai sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak (Junaidi dalam Herry, 2011). Sedangkan
tenaga administrasi sekolah adalah tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

17
Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS) adalah kemampuan yang
diperoleh TAS melalui pendidikan dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-
tugas administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan menurut Syaefuddin (dalam Risnawati, 2003) memberikan
pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah sebagai kemampuan untuk
melaksanakan tugas, peran dan kemampuan mengintegrasikan pengetahuan
yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam
pelaksanaan pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional
atau teknis administratif di sekolah.
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi
sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Dalam
permendiknas tersebut kompetensi tenaga administrasi sekolah dipetakan ke
dalam empat dimensi kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis
dan manajerial. Untuk dapat memperjelas komponen dimensi kompetensi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi: kompetensi memiliki


integritas dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian diri, rasa percaya
diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan, kreativitas dan inovasi, serta
tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja dalam tim,
memberikan pelayanan prima, kesadaran berorganisasi, berkomunikasi
efektif, dan membangun hubungan kerja.
c. Dimensi kompetensi teknis meliputi: kompetensi melaksanakan
administrasi kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, hubungan
sekolah dengan masyarakat, persuratan dan pengarsipan, administrasi
kesiswaaan, administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga administrasi
sekolah) meliputi: kompetensi mendukung pengelolaan standar

18
nasional pendidikan, menyusun program dan laporan kerja,
mengorganisasikan staf, mengembangkan staf, mengambil keputusan,
menciptakan iklim kerja yang kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya, membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24 tahun
2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih rinci agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi dalam setiap jenis dan jabatan
administrasi sekolah dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.

3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi menjadi tiga
bidang administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan sekolah,
administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan
guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus,
perisapan harian, dan sebagainya
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan ini
administrasi personal pegawai sekolah dalam bidang pengelolaan administrasi
kepegawaian.

4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer


Wahyudi (2009) memberikan pengertian manajemen sebagai suatu
proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengevaluasi usaha
para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan proses
karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya
mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan.

19
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan (TAS) melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada para
guru untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Memberdayakan tenaga administrasi melalui kerjasama dimaksudkan
bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga administrasi, kepala sekolah
harus mementingkan kerjasama dengan tenaga administasi dan pihak lain yang
terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam
rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantu-pembantunya
(wakil-wakil), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan
setiap tindakannya. Kepala sekolah juga harus mampu menghadapi berbagai
persoalan di sekolah, berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus
senantiasa berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi bawahannya
serta berusaha mengambil keputusan yang dapat memuaskan bagi semua.
Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan kepada
para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan profesinya. Kepala
sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada
seluruh guru dan tenaga administrasi untuk mengembangkan potensinya
secara optimal misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun
lokakarya berdasarkan bidangnya masing-masing.
Sebagai manajer, kepala sekolah juga harus mampu mendorong
keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap kegiatan sekolah.
Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.

5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar atau kompetensi

20
minimal yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah. Kenyataan di
sekolah-sekolah memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang
memiliki kompetensi di bawah standar kompetensi yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena proses perekrutan mereka menjadi tenaga administrasi sekolah
tidak mengacu kepada pemenuhan kompetensi berdasarkan permendiknas
tersebut. Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum
diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan administrasi
kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang mengikuti
perubahan dan kemajuan dibidang pendidikan khususnya dan kemajuan
dibidang teknologi informasi dan komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi
yang dimiliki tenaga administrasi dalam mengelola administrasi sekolah ikut
menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah yang
memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar untuk dapat dikelola
secara optimal. Kompetensi tenaga administrasi yang belum memenuhi
standar dapat dikembangkan menjadi tenaga administrasi yang memenuhi
standar melalui pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala
sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola
staf administrasi untuk mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan dan
mengembangkan guna membantu mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala sekolah
sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga administrasi guna
membantu mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya menjadi
tenaga administrasi yang memenuhi standar TAS.

B. Implementasi Program

1. Rancangan tindakan siklus 1


Pada tahap rancangan tindakan siklus 1, dilakukan penyusunan atau
pengadaan instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap

21
pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi
kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih tenaga administrasi atau guru yang dapat diberdayakan
membantu calon kepala sekolah dalam melakukan pembimbingan
terhadap tenaga administrasi berdasarkan kompetensi yang perlu
ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus 1.

2. Pelaksanaan tindakan siklus 1


Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 yaitu
melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi
kompetensi yang dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan
dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang sudah
ditentukan sebelumnya. Pembimbingan dilakukan selama dua minggu dengan
jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan
dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga pembimbing atau saat jam
istirahat. Lama pembimbingan setiap pertemuan tergantung dari waktu
lowong yang dimiliki oleh pembimbing. Kisaran waktu lowong yang dapat
digunakan untuk pembimbingan adalah 30 – 90 menit.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan siklus 1


Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 1, tenaga administrasi
sekolah yang menjadi peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen
monev pelaksanaan tindakan siklus 1. Sebelum melakukan pengisian instrumen
diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa
apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

22
4. Hasil yang di peroleh
Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan
pada pelaksanaan tindakan siklus 1 melalui pengisian instrumen monev 1
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus 1

Kompetensi awal Kompetensi setelah Peningkatan


(%) tindakan 1 kompetensi
(%) (%)
58 68 10

Tabel 1 memperlihatkan tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah

dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti pembimbingan

siklus pertama naik dari 58% menjadi 68%. Peningkatan kompetensi sebesar

10% menunjukkan adanya hasil jerih payah calon kepala sekolah sebagai

manajer dalam melakukan pembimbingan dan menjalankan tugasnya

mengembangkan kompetensi tenaga administrasi sekolah.

5. Rancangan tindakan siklus 2


Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 diperoleh bahwa tenaga
adminstrasi masih memiliki kompetensi yang rendah pada kompetensi-
kompetensi tertentu terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam
pengelolaan administrasi kepegawaian. Untuk itu, pada rancangan kegiatan
siklus 2 akan difokuskan pada usaha pembimbingan pada kompetensi-
kompetensi tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan
siklus 2 antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meminta kembali kesediaan tenaga administrasi atau guru yang
memiliki kompetensi lebih untuk diberdayakan membantu calon kepala
sekolah dalam melakukan pembimbingan terhadap tenaga administrasi
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
b. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus 2.

23
6. Pelaksanaan tindakan siklus 2
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 yaitu
melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan pada kompetensi-
kompetensi yang masih kurang atau rendah berdasarkan analisis hasil kegiatan
monev 1. Pembimbingan dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi
dan guru yang sudah ditunjuk sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling
lama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan.
Pelaksanaan bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga
pembimbing atau saat jam istirahat siswa yang berkisar 30 – 90 menit .

7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2

Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 2, tenaga administrasi


sekolah yang menjadi peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen
monev pelaksanaan tindakan siklus 2. Sebelum melakukan pengisian instrumen
diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa
apapun yang diisikan pada instrumen tersebut tidak akan mempengaruhi
penilaian kinerja mereka.

8. Hasil yang di peroleh

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan

pada pelaksanaan tindakan siklus 2 melalui pengisian instrumen monev 2

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus 2


Kompetensi Kompetensi Peningkatan
setelah tindakan 1 setelah tindakan 2 kompetensi
(%) (%) (%)
68 95 27

Tabel 2 menunjukkan tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah


dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti pembimbingan
yang kedua naik dari 68% menjadi 95%. Kompetensi 95% sudah termasuk
kategori kompetensi sangat baik. Peningkatan kompetensi tenaga adminstrasi
sekolah menunjukkan adanya peningkatan yang drastis yaitu sebesar 27%.

24
Peningkatan tersebut merupakan hasil dari usaha pembimbingan yang
diberikan kepada tenaga administrasi sekolah yang mengelola administrasi
kepegawaian. Pembimbingan tersebut adalah tugas seorang kepala sekolah
membina dan mengembangkan kompetensi TAS dalam perannya sebagai
manajer di sekolah.

C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri Khusus Jeneponto

Untuk lebih meningkatkan kompetensi penulis pada dimensi manajerial


melalui pembinaan dan pembimbingan tenaga administrasi sekolah guna
meningkatkan kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian,
maka penulis melanjutkan pembimbingan TAS di SMP Negeri Khusus
Jeneponto. Proses pembimbingan dilaksanakan mengikuti pembimbingan TAS
di SMPN 1 Binamu. Pembimbingan dilakukan sebelum atau sesudah
melakukan pengkajian-pengkajian.

1. Rancangan tindakan
Pada tahap rancangan tindakan, dilakukan penyusunan atau pengadaan
instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Instrumen-instrumen yang digunakan menggunakan instrumen yang telah
digunakan di SMPN 1 Binamu, yaitu:
a. Instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan adalah
mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian.
Kegiatan identifikasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal TAS yang
kemudian dijadikan sebagai dasar pembimbingan.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen dua TAS yang mengelola
administrasi kepegawaian, diperoleh rata-rata kemampuan awal TAS adalah
68%. Rata-rata kompetensi TAS masih rendah pada aspek yang berhubungan
dengan penyusunan dan penyajian data statistik kepegawaian termasuk
penyajian data statistik dengan menggunakan TIK.

25
2. Pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan
pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi kompetensi
yang dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan
dilakukan selama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali
pertemuan. Pelaksanaan bimbingan dilakukan pada saat kunjungan pengkajian
dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari TAS yang akan
dibimbing, kadang sebelum atau sesudah melakukan pengkajian.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan.


Pada tahap monev pelaksanaan tindakan, tenaga administrasi sekolah
yang menjadi peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen monev
pelaksanaan tindakan. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun
yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

4. Hasil yang di peroleh


Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan
pada pelaksanaan tindakan melalui pengisian instrumen monev diperoleh hasil
sebagai berikut:

Tabel 3. Rata-rata peningkatan kompetensi

Kompetensi awal Kompetensi setelah Peningkatan


(%) tindakan 1 kompetensi
(%) (%)
68 89 21

Tabel 3 memperlihatkan tingkat kompetensi tenaga administrasi

sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah mengikuti

pembimbingan naik dari 68% menjadi 89%. Peningkatan kompetensi sebesar

21% menunjukkan adanya hasil calon kepala sekolah sebagai manajer dalam

melakukan pembimbingan dan menjalankan tugasnya mengembangkan

kompetensi tenaga administrasi sekolah.

26
D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL)

1. Kajian RKS dan RKJM


Setelah mempelajari bahan pembelajaran penyusunan rencana kerja
sekolah (RKS) kemudian mengkaji RKS dan RKJM SMPN 1 Binamu dan
SMPN Khusus Jeneponto penulis mengerti dan memahami beberapa cara
penyusunan RKS dan RKJM diantaranya model RKS/RKJM yang
dikembangkan oleh DBE dan RKS/RKJM yang disusun berdasarkan hasil
rekomendasi EDS.
Pemahaman penulis tentang penyusunan RK sekolah belum utuh dan
sempurna karena belum pernah menyusun RK sekolah secara lengkap. Untuk
memaksimalkan penguasaan kompetensi penulis tentang penyusunan
RKS/RKJM, penulis berharap agar dalam penyusunan RK sekolah pada tahun
berikutnya dapat dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang
telah dimiliki.

2. Kajian Kurikulum
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan kurikulum
kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang, penulis
lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan
kurikulum, bentuk-bentuk silabus dan RPP. Penulis merasa belum
sepenuhnya mampu menyusun silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai
karakter bangsa sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk
memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk
penyusunan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter, penulis akan
lebih banyak belajar dan berusaha selalu terlibat secara langsung dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah.

3. Kajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan pendidik dan
tenaga kependidikan kemudian mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan sekolah tempat magang, penulis mengetahui keadaan guru
dan pegawai, kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan
pembagian tugasnya masing-masing. Penulis juga memahami kompetensi

27
pendidik dan tenaga kependidikan setelah mempelajari permendiknas-
permendiknas terkait. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan petakan oleh kepala
sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan
pembinaannya secara berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah,
penulis berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk
mengetahui tingkat kompetensinya.

4. Kajian Sarana dan Prasarana


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan sarana dan
prasarana sekolah kemudian mengkaji pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah tempat magang, penulis mengetahui sumber daya sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah magang. Penulis juga mendapat pemahaman
tentang perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan
penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar sarana dan prasarana
sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007 harus dijadikan
sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.

5. Kajian Peserta Didik


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan peserta didik
kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang,
penulis memiliki pemahaman tentang perencanaan dan penerimaan peserta
didik baru. Penulis juga mendapat informasi dan pengetahuan tentang
kegiatan-kegiatan pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan
bakat, minat, kreativitas dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan
penguasaan kompetensi dalam pengelolaan peserta didik, penulis akan lebih
banyak membaca bahan-bahan pembelajaran terkait pengelolaan peserta
didik dari berbagai sumber.

6. Kajian Pengelolaan Keuangan


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan keuangan
sekolah kemudian mengkaji pengelolaan keuangan sekolah tempat magang,
penulis dapat mengetahui sumber-sumber keuangan sekolah serta dapat
memahami penentuan alokasi pembiayaan sekolah. Kompetensi yang belum

28
penulis kuasai adalah pengetahuan tentang bentuk laporan pertanggung-
jawaban penggunaan keuangan sekolah. Untuk memaksimalkan penguasaan
tentang pengelolaan keuangan sekolah secara keseluruhan, penulis berharap
dapat mempelajari contoh laporan pertanggungjawaban keuangan suatu
sekolah.

7. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pembinaan tenaga
administrasi sekolah, permendiknas nomor 24 tahun 2008 kemudian
mengkaji pembinaan TAS tempat magang, penulis mendapat pengetahuan
tentang kompetensi TAS yang harus dibina oleh kepala sekolah. Penulis juga
memperoleh pengetahuan tentang model-model pembinaan TAS.

8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran


Setelah mempelajari bahan pembelajaran TIK dalam pembelajaran
kemudian mengkaji pemanfaatn TIK dalam pembelajaran sekolah tempat
magang, penulis mendapat informasi tentang sumber daya sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta
mendapat gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK
terutama komputer.

9. Kajian Monitoring dan Evaluasi


Setelah mempelajari bahan pembelajaran monitoring dan evaluasi
program sekolah kemudian mengkaji monitoring dan evaluasi sekolah
tempat magang, penulis memahami pengertian, tujuan, prinsip dan proses
monitoring dan evaluasi (monev) program. Penulis belum mendapatkan
hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang
berdasarkan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi sehingga belum
memperoleh pengetahuan yang utuh yaitu paham secara teori dan praktek.
Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi penulis dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi program sekolah, maka penulis berharap agar dapat
dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan monev program-program
sekolah dimasa yang akan datang.

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan tindakan
kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus maka dibuat
kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga administrasi sekolah ikut


menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Kompetensi tenaga administrasi sekolah dalam mengelola administrasi
kepegawaian dapat ditingkatkan melalui pembimbingan oleh kepala
sekolah dalam kapasitasnya sebagai manajer di sekolah.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka terdapat
saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah secara berkala sebaiknya melakukan monitoring evaluasi


diri TAS untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi mereka sehingga
dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan kompetensi
TAS yang memenuhi standar mengikuti perkembangan dan kemajuan
teknologi di bidang pendidikan.
2. Dalam usaha meningkatkan kompetensi TAS, kepala sekolah sebaiknya
memberdayakan tenaga administrasi lain atau guru yang memiliki
kompetensi lebih untuk membantu melakukan pembimbingan terhadap
tenaga administrasi yang kompetensinya masih tergolong kategori
rendah atau di bawah standar.

30
31

Anda mungkin juga menyukai