Disusun oleh:
Abi Rahman Fadila (1908109011)
Elda Suci Putri Aida (1908109013)
Fikri Nurhalizah (1908109024)
Jl. Perjuangan, Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Masa Orientasi Siswa Baru. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia
dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah Manajemen
Peserta Didik dan diharapkan kepada seluruh pembaca untuk dapat memahaminya secara
mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang disampaikan yakni tentang
Manajemen Peserta Didik yang Berkualitas.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
Manajemen Peserta Didik yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, yang tidak mungkin dapat disebutkan
satu persatu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya. Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu jika proses belajar mengajarnya dapat
berlangsung secara efektif dan efisien sehingga materi ajar yang akan disampaikan dapat sesuai
dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan. Proses pendidikan yang bermutu akan
menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Dan untuk menghasilkan
lulusan yang bermutu dalam hal ini tidak dapat terlepas dari bagaimana me-manage peserta
didiknya.
Di dunia pendidikan salah satu yang menjadi fokus perhatian dan sangat penting adalah peserta
didik. Karena salah satu indikator bisa dikatakan keberhasilan pengelenggaraan pendidikan di
sekolah adalah bisa di lihat dari prestasi peserta didik, sehingga sekolah perlu sekali memahami
dan mendalami bagaimana memanage dan mengembangkan potensi dalam diri peserta didik.
Sehingga di sekolah nantinya mampu mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki
oleh peserta didik.
Peserta didik dalam UU Sisdiknas tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Oleh karenanya sekolah diharapkan bisa menjalankan isi dari undang-
undang tersebut agar tujuan yang diharapkan dari peserta didik bisa tercapai. Sebagai akibat dari
adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada
peserta didik yang cepat perkembangannya. Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada
usaha dan kegiatan manajemen, ialah manajemen peserta didik.
Demikian juga peserta didik yang bermasalah sebagai akibat dari adanya kompetisi akan dapat
ditangani dengan baik manakala manajemen peserta didik-nya baik.Dalam upaya
mengembangkan diri tersebut, ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-menarik dalam hal
pemenuhan pemrioritasannya. Di satu sisi, para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi
akademiknya, di sisi lain, ia ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan sebayanya. Bahkan tidak
itu saja, dalam hal mengejar keduanya, ia ingin senantiasa berada dalam keadaan sejahtera.
Pilihan-pilihan yang tepat atas ketiga hal yang sama-sama menarik tersebut, tidak jarang
menimbulkan masalah bagi para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan tertentu yang
dikelola dengan baik, agar manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan tersebut
B. Rumusan Masalah
1
2. Bagaimana Tata Tertib Upacara Bendera?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penjelasan tentang Tata Tertib di Sekolah bagi Peserta Didik
3. Untuk mengetahui Penjelasan tentang Etika dan Sopan Santun Peserta Didik
2
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum undang- undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan
untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik
adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang
seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan
sendiri".
Kehadiran siswa di sekolah (school attandence) adalah kehadiran dan keikutsertaan siswa secara
fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan
ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa terhadap kegiatan-kegiatan
sekolah. Pada jam-jam efektif sekolah, siswa memang harus berada di sekolah. Kalau tidak ada
3
di sekolah, seharusnya dapat memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang tua
atau walinya.
Kriteria mengenai Kehadiran Siswa yang harus diketahui bahkan harus dipatuhi, yaitu :
2) Keterlambatan hadir kurang dari 10 menit harus masuk kelas / mengikuti pelajaran seijin guru
Piket.
3) Keterlambatan lebih dari 10 menit tidak diizinkan masuk / mengikuti pelajaran dan akan
diberikan ijin masuk pada jam berikutnya setelah mendapat surat ijin dari guru Piket
4) Apabila siswa tidak masuk sekolah karena sakit, atau ijin harus mengirimkan surat ijin yang
sah dari orang tua / wali murid pada hari itu juga atau lewat telpon sekolah.
5) Jumlah hari hadir selama satu Semester sekurang-kurang 95% hari yang efektif sekolah, dan
kriteria tidak terpenuhi maka dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk penentuan kenaikan klas.
Apabila siswa akan meninggalkan sekolah sebelum jam belajar sekolah berakhir oleh karena
sakit atau ijin keperluan lain, harus minta ijin kepada semua guru Bidang Studi yang
ditanggalkan, dan baru boleh meninggalkan sekolah setelah mendapat surat ijin meninggalkan
sekolah dari guru Piket. Apabila siswa akan meninggalkan kelas atau jam pelajaran harus minta
ijin kepada guru yang mengajar di kelas yang sesuai dan surat ijin ditanggapi di kelas. Mengikuti
semua kegiatan belajar mengajar sejak jam pertama hingga jam terakhir, serta pulang secara
bersama-sama setelah tanda bel pelajaran dibunyikan. Berada di dalam kelas pada jam-jam
kegiatan belajar mengajar dan tetap berada dilingkungan halaman sekolah pada saat jam
istirahat.
1) Mengenakan pakaian seragam OSIS lengkap dengan atributnya pada hari Senin sd Kamis
serta pada hari-hari Upacara yang ditentukan.
2) Mengenakan pakaian seragam Pramuka lengkap dengan atributnya pada hari Jumat
3) Mengenakan pakaian seragam putih - putih lengkap dengan atributnya pada hari Sabtu
Potongan dan bahan pakaian seragam serta atribut sesuai dengan ketentuan sekolah / model yang
telah ditetapkan oleh antara lain:
6) Pakaian seragam dalam keadaan bersih dan rapi (tidak kotor / lusuh).
6) Baju bagian bawah dimasukan pada celana / Rok sehingga tampak ikat pinggangnya.
Pelaksanaan Upacara bendera di Sekolah adalah hal penting. Untuk itu diperlukan Pedoman
Upacara Bendera. Pedoman Upacara Bendera di Sekolah diatur dengan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2018. Upacara bendera di sekolah merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang mencakup nilai-nilai penanaman sikap disiplin, kerjasama, rasa percaya diri,
dan tanggung jawab yang mendorong lahirnya sikap dan kesadaran berbangsa dan bernegara
serta cinta tanah air di kalangan peserta didik. Agar pelaksanaan Upacara Bendera di Sekolah
mecapai tujuannya, maka upacara bendera harus diselenggarakan dengan sebaik-baiknya,
sehingga perlu disusun pedoman mengenai tata cara penyelenggaraan upacara bendera.
Upacara Bendera atau Upacara adalah penaikan Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera adalah Sang
Merah Putih. Pembina Upacara adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, pejabat
pemerintahan, atau tokoh masyarakat. Pemimpin Upacara adalah peserta didik yang dipilih untuk
memimpin jalannya Upacara di sekolah. Pengatur Upacara adalah guru yang bertugas
menyiapkan rencana acara Upacara serta segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
Upacara di sekolah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman
Upacara di Sekolah ditandatangani Mendikbur Muhadjir Effendy pada tanggal 25 Juni 2018 dan
diundangkan oleh Dirjen Peraturan Perundang-Undangan Kemenkumham RI dalam Berita
Negara Republik Indonesi Tahun 2018 Nomor 830 pada tanggal 29 Juni 2018 di Jakarta. Mulai
setelah dundangkan maka Pedoman Upacara di Sekolah berlaku di seluruh Indonesia.
1) Upacara di sekolah paling sedikit dilaksanakan pada pagi hari setiap peringatan Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus, setiap hari Senin dan setiap hari Besar
Nasional.
2) Unsur pelaksana Upacara di sekolah terdiri atas Pejabat Upacara, Petugas Upacara dan
Peserta Upacara.
3) Pejabat Upacara terdiri atas Pembina Upacara, Pemimpin Upacara, Pengatur Upacara dan
Pemandu Upacara.
5
4) Petugas Upacara paling sedikit meliputi Pembaca Naskah Pancasila, Pembaca Teks
Pembukaan UUD 1945, Pembaca Teks Janji Siswa, Pembaca Doa, Pemimpin Lagu/Dirigen,
Kelompok Pengibar Bendera dan Kelompok Paduan Suara.
5) Peserta Upacara terdiri atas Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Tenaga
Kependidikan, Peserta didik dan Tamu undangan.
Menurut kamus besar umum Bahasa Indonesia, sopan adalah hormat dan takzim (akan, kepada),
atau tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah
lakunya) atau sabar dan tenang. Jika digabungkan sopan santun adalah sifat yang baik, tingkah
laku tutur yang baik,berkenaan dengan budi pekertiyang baik, tata krama, peradaban, tingkah
laku tutur yang baik, kesusilaan. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Widayati (2008: 2)
mengatakan bahwa "sopan santun terdiri dari 4 kata yaitu: tolong, terima kasih, maaf, dan
permisi". Hal-hal yang terkait dengan sopan santun atau kesopanan tersebut merupakan nilai-
nilai kebaikan atau kebajikan.
Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang
yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak
mulia. Perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain
melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain.
Dalam budaya jawa sikap sopan santun salah satu ditandai dengan perilaku menghormati kepada
yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong. Menurut
Rusyan (2012:212) berpendapat bahwa "sopan santun itu merupakan tata cara mengatur
kehidupan kita sehari-hari dengan baik sehingga semuanya lancar. Tidak ada gangguan pikiran,
maupun gangguan perasaan
Dasar sopan santun atau etika itu terletak pada ketidak sombongan, kelancaran, selera baik,
perpatutan, dan saling normal, serta menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat. Dengan dasar
itu pula kita dapat diterima orang lain dalam pergaulan (Rusyan, 2012:212). Etika itu sendiri
akan kita lakukan bukan untuk kebaikan orang lain, semata-mata untuk kebaikan kita sendiri,
supaya kita sejahtera, damai dan tentram (Rusyam 2012:214).
Peraturan dan tata tertib tentang tata krama dan etika sosial di lingkungan satuan pendidikan
mengatur etika dan sopan santun dalam pergaulan di lingkungan satuan pendidikan, mengatur
hubungan sesama peserta didik, peserta didik dengan pendidik dan peserta didik.dengan tenaga
kependidikan lainnya, misalnya aturan yang berkaitan dengan anjuran untuk bertegur sapa,
mengucapkan salam, tersenyum, dan berjabatan tangan setiap kali bertemu (sesama peserta
didik, peserta didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan tenaga kependidikan lainnya),
anjuran untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada teman, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya yang mendapatkan kesulitan atau musibah, anjuran mengembangkan sikap
6
saling menghormati, bekerja sama, toleransi, mengembangkan sikap sopan serta santun, dan lain
sebagainya.
Sopan santun sesungguhnya merupakan suatu tingkah laku yang amat polos. Semua orang tahu,
memiliki pengalaman mengenainya, dan menyukainya. Dalam kehidupan sehari-hari perlunya
perilaku sopan santun karena sopan santun juga merupakan nilai yang natural, iya bukan nilai
yang mesti dijabarkan panjang lebar di buku-buku dan iya bagian dari situasi keseharian. Adapun
macam-macam sopan santun itu adalah sebagai berikut:
Bahasa menunjukan bangsa, di dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan alat komunikasi
penting yang menjembatani seseorang dengan orang lainnya. Santun bahasa menunjukan
bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap orang
harus menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang
dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menetukan keberhasilam pembicaraan (Kuraesin
dalam Rusmini, 2012:6). Implementasi sopan santun berbahasa di sekolah menurut Kristiyana
(2008:38), yaitu:
Menurut Widayati (2008:46-47) mengatakan bahwa "orang yang tahu sopan santun pasti
disenangi dalam pergaulan karena tidak ada orang yang akan tersinggung oleh tindakan atau
tutur katanya, sopan santun lainnya seperti menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik pada
siapa pun juga, tidak memotong pembicaraan orang lain.
Chazawi dalam Rusmini (2012:6) mengatakan bahwa "Santun adalah satu kata sederhana yang
memiliki arti banyak dan dalam, yang berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku
dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan
pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri
dimanapun dan kapan pun. Santun yang tercermin dalam perilaku bangsa Indonesia ini tidak
tumbuh dengan sendirinya namun juga merupakan suatu proses yang tidak bisa dilepaskan dari
sejarah bangsa yang luhur. Implementasi sopan santun berperilaku di sekolah menurut Widayati
(2008:25-27), yaitu:
7
(1) selalu memperhatikan semua pelajaran secara cermat, tekun, dan tenang di tempat duduk
masing-masing
(4) jika masuk kelas lain minta izin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar.
(5) berbuat baik kepada sesama, tolong menolong atau bekerja sama
Menurut Rusyan (2012:213) menyatakan beberapa contoh tata cara bersopan santun dalam
kehidupan kita yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut:
c. Memiliki toleransi dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun kita berada.
f. Tidak menyalahgunakan kedudukan, jabatan, ilmu pengetahuan, atau kekayaan pada hal-hal
yang tidak terpuji dan tidak sesuai dengan aturan agama dan adat-istadat.
k. Mau berbicara dan mengeluarkan pendapat secara jujur dan dengan cara yang baik dan benar.
Peraturan dan tata tertib tentang kedisiplinan berkaitan dengan ketentuan yang mengatur
kedisiplinan peserta didik dalam hal datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
8
ditetapkan, kedisiplinan dalam mengikuti semua kegiatan satuan pendidikan yang telah
terjadwal, kedisiplinan mengikuti proses pembelajaran, dan lain sebagainya.
Adapun peraturan dan tata tertib tentang pemeliharaan alat-alat dan fasilitas satuan pendidikan
mengatur perilaku peserta didik dalam hubungannya dengan peralatan dan fasilitas satuan
pendidikan. Dalam hal ini, peserta didik dilarang merusak alat dan fasilitas yang ada, dilarang
mencoret-coret tembok, kursi, dan meja, dilarang menginjak-injak tanaman, memelihara alat
tulis yang ada di kelas (kapur tulis, atau spidol), mematikan lampu dan kipas di ruangan kelas
bila telah selesai digunakan, dan lain sebagainya.
Larangan membawa dan menggunakan benda atau barang yang berbahaya merupakan ketentuan
yang mengatur peserta didik untuk tidak memakai dan menggunakan barang dan benda yang
berbahaya, seperti larangan membawa senjata api yang tajam, larangan menggunakan narkoba,
larangan membawa hewan peliharaan, larangan membawa barang-barang berharga, larangan
membawa alat-alat permainan yang dapat mengalihkan perhatian peserta didik, dan lain
sebagainya.
Bentuk-bentuk larangan yang diberlakukan pihak institusi pendidikan terhadap peserta didik
yang melanggar aturan adalah sebagai berikut:
1. Larangan ringan yang bersifat pelanggaran tata krama dan peraturan kehidupan peserta didik
di lingkungan sekolah
3. Larangan berat yang bersifat pelanggaran norma dan hukum pidana yang tidak dapat ditolerir
oleh pihak institusi.
Sanksi berasal dari bahasa Belanda yaitu Sanctie yang artinya ancaman hukuman, merupakan
suatu alat pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, undang-undang misalnya sanksi terhadap
pelanggaran suatu undang-undang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sanksi adalah
tindakan-tindakan (hukuman) untuk memaksa seseorang menaati aturan atau menaati ketentuan
undang-undang.
Sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan pengadilan yang bertugas untuk memberi hukuman
bagi siswa yang bersalah. Segala hal yang dilakukan pihak sekolah harus dapat dimaknai sebagai
bagian dari proses pendidikan. Hal ini termasuk saat harus memberikan hukuman untuk memberi
efek jera bagi siswa.
9
Guru yang suka memberi hukuman pada siswanya dapat berakibat buruk, salah satunya siswa
jadi tidak suka. Akan tetapi, bukan berarti guru dilarang menghukum siswa. Siswa yang
melakukan kesalahan memang sebaiknya diberikan sanksi agar jera. Baik bagi siswa yang
bersangkutan, maupun siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan serupa. Hukuman harus
membebani siswa agar timbul efek jera, namun juga harus menjadi bagian dari proses
pembelajaran.
Adapun tahapan bentuk-bentuk sanksi yang diberlakukan pihak institusi pendidikan terhadap
peserta didik yang melanggar aturan adalah sebagai berikut:
1. Jenis sanksi ringan yang bersifat teguran ringan dan pembelajaran bagi peserta didik.
2. Jenis sanksi sedang yang bersifat teguran peringatan berat dan tugas yang mendidik bagi
peserta didik.
3. Jenis sanksi berat yang bersifat menghukum dan pelimpahan ke pihak kepolisian bahkan
hingga pemecatan bagi peserta didik.
A. Kesimpulan
Pelaksanaan Upacara bendera di Sekolah adalah hal penting. Untuk itu diperlukan Pedoman
Upacara Bendera. Pedoman Upacara Bendera di Sekolah diatur dengan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2018. Upacara bendera di sekolah merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang mencakup nilai-nilai penanaman sikap disiplin, kerjasama, rasa percaya diri,
dan tanggung jawab yang mendorong lahirnya sikap dan kesadaran berbangsa dan bernegara
serta cinta tanah air di kalangan peserta didik. Agar pelaksanaan Upacara Bendera di Sekolah
mecapai tujuannya, maka upacara bendera harus diselenggarakan dengan sebaik-baiknya,
sehingga perlu disusun pedoman mengenai tata cara penyelenggaraan upacara bendera.
Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang
yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak
mulia. Perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain
10
melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain.
Dalam budaya jawa sikap sopan santun salah satu ditandai dengan perilaku menghormati kepada
yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong.
Adapun peraturan dan tata tertib tentang pemeliharaan alat-alat dan fasilitas satuan pendidikan
mengatur perilaku peserta didik dalam hubungannya dengan peralatan dan fasilitas satuan
pendidikan. Dalam hal ini, peserta didik dilarang merusak alat dan fasilitas yang ada, dilarang
mencoret-coret tembok, kursi, dan meja, dilarang menginjak-injak tanaman, memelihara alat
tulis yang ada di kelas (kapur tulis, atau spidol), mematikan lampu dan kipas di ruangan kelas
bila telah selesai digunakan, dan lain sebagainya.
Sanksi berasal dari bahasa Belanda yaitu Sanctie yang artinya ancaman hukuman, merupakan
suatu alat pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, undang-undang misalnya sanksi terhadap
pelanggaran suatu undang-undang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sanksi adalah
tindakan-tindakan (hukuman) untuk memaksa seseorang menaati aturan atau menaati ketentuan
undang-undang.
Sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan pengadilan yang bertugas untuk memberi hukuman
bagi siswa yang bersalah. Segala hal yang dilakukan pihak sekolah harus dapat dimaknai sebagai
bagian dari proses pendidikan. Hal ini termasuk saat harus memberikan hukuman untuk memberi
efek jera bagi siswa.
B. Saran
Sebagaimana mestinya makalah ini dibuat adalah untuk pembaca yang sebelumnya itu belum
mengetahui tentang masa masa orientasi siswa yang didalamnya meliputi tata tertib sekolah
untuk.peserta didik, larangan untuk peserta didik.bahkan sanksi yang diberikan untuk peserta
didik.itu sendiri. Demikian makalah ini kami buat dengan sebenar- benarnya, dan kami
memohon maaf apabila dalam makalah ini terkandung perkataan yang membuat tidak enak hati
para pembaca, serta kami yakin jika makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Karena
sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
11
DAFTAR PUSTAKA
- Aditya Kurniawan, Wisnu. 2018. Budaya Tertib Siswa di Sekolah (Penguatan Pendidikan
Karakter Siswa). Sukabumi : CV Jejak
- Rusyan, A. Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bandung
Remadja Karya
- Setiawan, Irfan. 2013. Pembinaan dan Pembimbingan Peserta Didik Pada Institusi Pendidikan
Berasrama. Sumedang : Writing Revolution
12