Anda di halaman 1dari 42

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
yang diampu oleh:
Dr. Suryadi, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 1

Adiena Filosofianita 2102404

Azriel M Arriadi Hidayat 2102527

Gibran Faiz Kemal 2105909

Hana Rizqillah Az Zahra 2102887

Muhammad Idan Ramdhan 2105955

Novita Zahraini 2102982

Syintia Pratiwi 2107092

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Peserta Didik” ini tepat pada
waktunya.

Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengelolaan Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas
Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia. Kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan
yaitu Bapak Dr. Suryadi, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini, semoga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait materi pada makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya, akan tetapi kami pun
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun senantiasa kami terima demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi kami
dan bagi pembaca lain.

Bandung, 07 Oktober 2022

Penuli

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PERMASALAHAN....................................................................................................... 3
A. Contoh Kasus........................................................................................................ 3
BAB III .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
A. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik ............................................................ 4
1. Pengertian ...................................................................................................... 4
2. Tujuan dan Fungsi ......................................................................................... 5
3. Peranan .......................................................................................................... 6
4. Prinsip ............................................................................................................ 7
B. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik ......................................................... 8
1. Analisis Kebutuhan........................................................................................ 8
2. Rekruitmen .................................................................................................... 9
3. Seleksi ........................................................................................................... 11
4. Orientasi ....................................................................................................... 12
5. Penempatan.................................................................................................. 13
6. Pembinaan dan Pengembangan .................................................................. 15
7. Pencatatan dan Pelaporan ........................................................................... 16
8. Kelulusan dan Alumni ................................................................................. 18
D. Layanan Khusus Dalam Manajemen Peserta Didik....................................... 19
1. Layanan BK ................................................................................................. 19
2. Layanan Perpustakaan ................................................................................ 23
3. Layanan Kantin ........................................................................................... 28
4. Layanan Kesehatan ..................................................................................... 30
5. Layanan Transportasi Sekolah ................................................................... 31

ii
6. Layanan Asrama.......................................................................................... 32
BAB IV ........................................................................................................................ 35
PENUTUP ................................................................................................................... 35
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 35
B. Saran ................................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan peserta didik merupakan salah satu bagian dari pengelolaan
pendidikan dan memiliki peranan yang penting dalam layanan pendidikan.
Kegiatan yang berlangsung baik di dalam maupun di luar institusi pendidikan
atau sekolah berfokuskan kepada peserta didik. Salah satu komponen yang
menentukan mutu proses belajar-mengajar di sekolah adalah peserta didik itu
sendiri.Untuk itu sekolah di bawah kepemimpinan instansi pendidikan dan
kepala sekolah harus memberikan perhatian yang komprehensif terhadap
pengelolaan peserta didik. Menurut Arikunto (1986) bahwa peserta didik
adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga
pendidikan. Peserta didik merupakan orang yang terdaftar dalam suatu
jalur,jenjang,dan jenis lembaga pendidikan tertentu,yang selalu ingin
mengembangkan potensi dirinya baik dalam aspek akademik maupun non
akademik melalui proses pembelajaran yang di selenggarakan.
Pengelolaan peserta didik sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena
peserta didik merupakan subjek sekaligus objek dalam proses kegiatan
pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan bergantung pada perkembangan
potensi,fisik. kecerdasan intelektual, sosial, emosional,dan kejiwaan peserta
didik. Menurut Hanif Rahman (2017) manajemen peserta didik merupakan
suatu penataan dan pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta
didik dari masuknya peserta didik sampai keluarnya peserta didik tersebut dari
suatu lembaga pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengelolaan peserta didik memiliki peranan
yang sangat penting untuk menunjang proses pendidikan itu sendiri.
Pengelolaan peserta didik bertujuan untuk mengatur kegiatan peserta didik agar
seluruh kegiatan tersebut dapat menunjang dan mengarah pada pencapaian
kompetensi yang telah di tentukan dalam suatu proses pendidikan. Oleh karena
itu, di dalam makalah ini akan membahas lebih mendalam mengenai
pengelolaan peserta didik di dalam sistem pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas,
yaitu:
1. Apa saja konsep dasar manajemen peserta didik?
2. Apa saja ruang lingkup manajemen peserta didik?
3. Bagaimana layanan khusus dalam manajemen peserta didik?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan makalah
ini, yaitu:
1. Dapat mendeskripsikan konsep dasar mengenai manajamen peserta didik.
2. Dapat menjelaskan ruang lingkup dalam manajemen peserta didik.
3. Dapat menjelaskan layanan khusus dalam manajemen peserta didik.

2
BAB II

PERMASALAHAN
A. Contoh Kasus
1. Penempatan Peserta Didik

Pembagian Kelas adalah kegiatan pengelompokan peserta didik


yang dilakukan dengan sistem kelas, pengelompokan ini biasanya dilakukan
berdasarkan kesamaan antara peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur.
Selain itu ada beberapa hal lain seperti minat, bakat dan kemampuan.

Pengelompokan kelas ini akan menghasilkan beberapa kelas yang


biasanya dilambangkan dengan alfabet (A, B, C, D, E) dan pengelompokan
ini biasanya diurutkan berdasarkan kepintara siswa yang diambil dari nilai
rapor atau ujian antar individu.

Namun ada beberapa kekurangan dan kelebihanya jika


pengelompokan kelas berdasarkan nilai akademik siswa:

Kekurangan:

a. Adanya perasaan superior


b. Menimbulkan rasa minder pada kelas yang dianggap “Rendah”
c. Dan adanya perbedaan layanan pada kelas berprestasi dalam bidang
akademik.

Kelebihan:

a. Lingkungan belajar yang sesuai dapat mendukung berkembangnya


potensi seseorang
b. Dengan beberapa fasilitas yang ada maka potensi siswa akan terkelola
secara maksimal

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik


1. Pengertian
Kata manajemen, secara etimologis, adalah terjemahan dari kata
bahasa Inggris, yakni management (Annas, 2017). Kamus Bahasa Indonesia
mengartikan manajemen sebagai proses penggunaan sumber daya secara
efektif (KBBI, 2013). Manajemen pada arti yang luas adalah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari sumber daya organisasi
(SDO) supaya bisa mencapai tujuan yang efektif dan efisien dan untuk arti
sempit dari manajemen adalah manajemen sekolah yang berisi perencanaan
program sekolah, pelaksanaan program sekolah, kepemimpinan kepala
sekolah, pengawasan, dan sistem informasi (Setiawan, 2021). Kesimpulan
dari beberapa pengertian tersebut, manajemen adalah suatu kegiatan yang
dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dengan tujuan mencapai
sesuatu.

Istilah peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar di sebuah


lembaga pendidikan sebagai objek didik (Amirin, 2013). UU Sidiknas No.
20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 4, menyatakan bahwa peserta didik adalah
anggota dari masyarakat yang berupaya dengan tujuan mengembangkan diri
lewat proses pendidikan dengan jenjang, jenis, dan jalur pendidikan yang
sudah ditentukan (Annas, 2017).

Kazenky memberikan definisi untuk manajemen peserta didik yang


menjadi pusat perhatian untuk pengaturan, pengawasan layanan peserta
didik di dalam dan di luar kelas, seperti pengenalan dan pendaftaran,
layanan individu seperti pengembangan kemampuan secara menyeluruh,
kebutuhan, dan minat peserta didik (Itaria & Somantri, 2020). Suryosubroto
(dalam Rifa’i, 2018), manajemen pendidikan merupakan pekerjaan atau
kegiatan melakukan pencatatan peserta didik semenjak dari proses peserta

4
didik masuk hingga keluar dari pendidikan di sekolah karena sudah tamat
melakukan rangkaian kegiatan pendidikan. Mulyono (Setiawan, 2021)
memberikan definisi manajemen peserta didik sebagai seluruh proses
kegiatan yang sudah direncanakan dan diusahakan dengan sengaja dan
pembinaan secara berkelanjutan terhadap seluruh peserta didik suapa bisa
mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan efisien.

2. Tujuan dan Fungsi

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-


kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar di sekolah (Nasihin & Sururi, 2009). Manajemen peserta
didik harus dilakukan agar proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan
(Mulyasa, 2003).
Tujuan khusus manajemen peserta didik (Imron, 2016) adalah
sebagai berikut, antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan),
bakat dan minat peserta didik.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
d. Dengan terpenuhinya hal di atas diharapkan peserta didik dapat
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut, dapat
belajar dengan baik dan tercapainya cita-cita mereka.
Selanjutnya, fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi
sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya
(Imron, 2016). Berikut adalah fungsi manajemen peserta didik secara
khusus (Rifa’i, M., dkk., 2018), antara lain:
a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan idividualitas peserta
didik, agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi bawaan tersebut

5
meliputi kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus dan
kemampuan lainnya
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta
didik, agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan teman
sebayanya, dengan orang tua, keluarga, dengan lingkungan sosial
sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakat. Fungsi ini berkaitan
dengan hakekat peserta didik sebagai mahluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik, agar peserta didik tersalurkan hobinya, kesenangan dan minatnya
karena hal itu dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik, hal ini sangat penting karena kemungkinan
dia akan memikirkan pula kesejahteraan teman sebayanya.

3. Peranan
Peranan Manajemen Peserta Didik
Peranan Peserta Didik, yaitu (Sururi, 2018):

a. Peserta didik menjaga norma-norma pendidikan supaya


kelangsungan proses pendidikan bisa terjamin.
b. Ikut serta dalam menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan,
kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban untuk
ikut serta menanggung biaya yang sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Peranan Peserta Didik Menurut Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan

1. Aliran Idealisme
Pesarta didik bebas mengembangkan bakat yang mereka miliki dan
kepribadiannya yang ada dalam dirinya

2. Aliran Realisme
Peserta didik bisa melakukan penguasaan pengetahuan yang dapat
berubah-ubah. Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik

6
sangat penting dalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin
mental dan moral untuk setiap tingkat kebijakan

3. Aliran Scholatisisme
Peserta didik berperan pasif karena pengajaran terpusat pada guru.

4. Aliran Empirisme
Peserta didik berperan pasif, karena pengajaran berpusat pada
guru.

5. Aliran Pragmatisme
Peserta didik adalah sebuah organisme yang mampu tumbuh.

6. Aliran Neopositivisme
Aliran ini beranggapan bawha peserta didik kurang dilengkapi
dengan insting, tetapi memiliki kemampuan terpendam yang
memiliki kemungkinan bagi dirinya untuk berpikir di tingkatan yang
tetinggi. Peserta didik tidak hanya pasif menerima bantuan, tetapi
aktif melakukan latihan dan peniruan
4. Prinsip

Tim dosen manajemen pendidikan UPI Bandung (2008)


memberikan beberapa prinsip pelaksanaan manajemen peserta didik, yakni:

a) Seluruh kegiatan harus berdasarkan peraturan yang berlaku.


b) Bisa dipandang sebagai sebagian dari seluruh manajemen
kelembagaan.
c) Kegiatan manajemen peserta didik harus dalam rangka misi
pendidikan atau tujuan pendidikan.
d) Ditujukan untuk menyatukan peserta didik yang memiliki latar
belakang yang beragam supaya bisa saling mengerti, memahami,
dan menghargai.
e) Bisa mendorong dan memacu kemandirian potensi dalam diri
peserta didik.

7
f) Di dalam kehidupan peserta didik, baik di lembaga pendiidkan
maupun di masa depannya, manajemen peserta didik harus berjalan
dengan fungsional.
Secara singkat, prinsip manajemen peserta didik adalah sebagai
berikut (Muspawi, 2020):
1) Manajemen peserta didik dilakukan dengan ketentuan yang berlaku
2) Adalah bagian dari keseluruhan manajemen pendidikan yang
menyeluruh.
3) Bisa menghasilkan kegiatan yang bisa memfasilitasi perkembangan
potensi peserta didik di ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik

B. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik


Ruang Lingkup dalam manajemen/pengelolaan peserta didik meliputi
manajemen bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk personil sekolah,
kurikulum, sarana dan pra-sarana, anggaran, tata-laksana, hingga hubungan
masyarakat. Keberhasilan pengelolaan pendidikan dan/atau peserta didik perlu
dicapai dengan bantuan masing-masing ruang lingkup ini, yang tidak bisa
dipandang sebagai objek, atas krusialnya kontribusi yang bisa mereka berikan
(Hartani, 2011).

1. Analisis Kebutuhan
Sebelum bisa memulai proses manajemen peserta didik, perlu dilaksanakan
analisis kebutuhan. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan perlu menetapkan
apa kebutuhannya. Berikut sejumlah tindakan yang perlu dilakukan oleh
sekolah:
1. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima
Jumlah peserta didik yang nantinya akan diterima perlu direncanakan
dan dipikirkan oleh lembaga pendidikan, agar layanan terhadap peserta
didik bisa dilakukan secara optimal, sesuai dengan sumber daya yang
mereka miliki. Jumlah peserta didik yang akan diterima perlu
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
a) Daya tampung kelas dan Jumlah kelas yang tersedia. Jumlah peserta
didik dalam satu kelas (ukuran kelas) menurut Standar Nasional
Pendidikan berkisar dari 28 hingga 32 orang per kelasnya. Berdasarkan

8
Permendikbud No. 17 Tahun 2017 Pada Pasal 24 tertulis, Jumlah peserta
didik dalam satu Rombongan Belajar diatur sebagaimana berikut
1) SD dalam satu kelas berjumlah setidaknya 20 (dua puluh) peserta
didik dan sebanyak-banyaknya 28 (dua puluh delapan) peserta didik;
2) SMP dalam satu kelas berjumlah setidaknya 20 (dua puluh) peserta
didik dan sebanyak-banyaknya 32 (tiga puluh dua) peserta didik;
3) SMA dalam satu kelas berjumlah setidaknya 20 (dua puluh) peserta
didik dan sebanyak-banyaknya 36 (tiga puluh enam) peserta didik;
4) SMK dalam satu kelas berjumlah setidaknya 15 (lima belas) peserta
didik dan sebanyak-sebanyaknya 36 (tiga puluh enam) peserta didik.
5) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dalam satu kelas berjumlah
maksimal 5 (lima) peserta didik; dan
6) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dalam satu kelas berjumlah
maksimal 8 (delapan) peserta didik.

Rasio murid dan guru. Perbandingan antara jumlah peserta didik


dengan guru menjadi faktor penting juga. Secara ideal, rasio murid guru
adalah 1 banding 30. Sesudah menentukan daya tampung sekolah
berdasarkan jumlah kelas, serta sumber daya manusia yang dimiliki oleh
sekolah, baru bisa lembaga pendidikan melakukan tahap-tahapan
selanjutnya.
2. Menyusun program kegiatan kesiswaan
Penyusunan program kegiatan disusun untuk siswa ikuti selama
terdaftar di lembaga. Program ini umumnya berdasarkan:
a. Visi misi lembaga pendidikan yang merumuskan
b. Minat dan bakat yang dimiliki peserta didik
c. Sarana dan pra-sarana yang tersedia
d. Anggaran
e. Tenaga kependidikan/sumber daya manusia yang tersedia.
2. Rekruitmen
Rekrutmen peserta didik di lembaga pendidikan dan/atau sekolah pada
dasarnya proses pencarian, penentuan, serta advertising dan/atau menarik

9
pelamar yang mampu dan berkeinginan untuk menjadi peserta didik di lembaga
pendidikan (sekolah) tersebut. Langkah-langkah rekrutmen peserta didik
(siswa baru) termasuk:
1) Pembentukan panitia penerimaan siswa baru yang disusun dengan
proses musyawarah dan sebisa mungkin menyangkut semua aspek
dan tenaga kerja yang bersangkutan. Mulai dari guru, tenaga tata
usaha, hingga dewan/komite sekolah sebisa mungkin terlibat
dalam panitian penerimaan siswa baru. Susunan kepanitiaan ini
umumnya mencakup Ketua Umum, Ketua Pelaksana, Sekretaris,
Bendahara, dan Anggota/seksi. Panitia ini yang mengadakan
pendaftaran calon siswa, menyeleksi sesuai dengan standar di
lembaga pendidikan tersebut, lalu menerima kembali pendaftaran
siswa yang diterima.
2) Panitia ini yang mengadakan pendaftaran calon siswa, menyeleksi
sesuai dengan standar di lembaga pendidikan tersebut, lalu
menerima kembali pendaftaran siswa yang diterima. Gambaran
singkat lembaga pendidikan. Pada bagian ini umumnya dibahas
sejarah/perkembangan sekolah, Visi dan Misi lembaga/sekolah,
fasilitas sekolah serta kelengkapan fasilitas yang dimiliki,
ketersediaan tenaga kependidikan yang dimiliki, serta hal-hal lain
yang bisa menarik calon pelamar.
a) Persyaratan pendaftaran siswa baru yang perlu meliputi:
Surat sehat dari dokter, Batasan usia yang ditunjukkan
dengan akte kelahiran (TK maksimal 6 tahun, SD maksimal
12 tahun, SLTP maksimal 15 tahun, SLTA maksimal 18
tahun), surat keterangan berperilaku baik, transkrip nilai
(raport/STTB/nilai UAN) dari sekolah-sekolah sebelumnya,
pas foto sesuai dengan ukuran yang diperlukan
b) Cara mendaftar. Pendaftaran dapat dilakukan secara
individu, ataupun kolektif dari lembaga pendidikan
sebelumnya.

10
c) Waktu/jadwal pendaftaran. Kapan pendaftaran dibuka, dan
kapan pendaftaran ditutup.
d) Tempat pendaftaran. Hal ini menentukan dimana saja calon
peserta didik dapat mendaftarkan diri.
e) Biaya pendaftaran. Baik itu jumlah, metode penyerahan,
hingga kepada siapa uang tersebut diserahkan, perlu
disertakan dengan detil.
f) Waktu dan tempat seleksi.
g) Pengumuman hasil seleksi serta detil informasi waktu
pengumuman hasil seleksi dan dimana calon peserta didik
dapat memperolehnya.
3. Seleksi
Seleksi peserta didik adalah kegiatan berikutnya dalam ruang lingkup
manajemen peserta didik. Ini adalah proses memilih calon peserta didik serta
penentuan diterima atau tidaknya salah seorang calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh panitia seleksi.
Seleksi peserta didik penting dilakukan bagi lembaga pendidikan yang
memiliki jumlah calon peserta didik yang melebihi daya tampung yang tersedia
di lembaga pendidikan tersebut. Cara-cara seleksi yang digunakan sebagai
berikut:
1) Tes atau Ujian. Baik itu psikotes, tes jasmani, tes kesehatan, tes
akademik ataupun tes keterampilan.
2) Penelusuran Bakat Kemampuan. Penelusuran ini umumnya
didasarkan prestasi yang sebelumnya telah diraih oleh calon peserta didik
dalam bidang olahraga, kesenian atau lainnya.
3) Berdasarkan transkrip nilai
Dari hasil seleksi terhadap peserta didik bisa dihasilkan kebijakan sekolah
yang menentukan calon peserta didik yang diterima dan yang tidak. Kebijakan
tambahan (ketika diperlukan) adalah adanya penerimaan sejumlah peserta
didik yang diterima sebagai cadangan.

11
Sesudah penetapan peserta yang diterima dan yang tidak, hasil tersebut
diumumkan. Pengumuman ini bisa dilakukan secara terbuka atau secara
tertutup.
Contoh pengumuman secara terbuka:
a. Media massa (internet, koran, dst)
b. Mading pengumuman
Contoh pengumuman secara tertutup:
a. Surat/pesan pribadi
c. Penyampaian langsung

Sesudah fase ini, calon peserta didik yang telag diterima perlu mendaftar
ulang pada lembaga pendidikan. Pada pendaftaran ulang, calon peserta didik
mulai perlu menyediakan kelengkapan persyaratan-persyaratan administratif
yang diperlukan, umumnya data peserta didik di lembaga pendidikan.
4. Orientasi
Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan
mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta
didik dalam menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini meliputi
lingkungan fisik sekolah serta lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik
sekolah seperti halaman, tempat olah raga, gedung dan perlengkapan sekolah
serta fasilitas-fasilitas lainnya yang tersedia di sekolah. Lingkungan sosial
sekolah, pada sisi lain akan meliputi kepala sekolah, guru-guru, tenaga
administratif sekolah, teman sebaya, kakak-kakak kelas, peraturan serta tata
tertib sekolah, layanan-layanan sekolah bagi peserta didik serta kegiatan-
kegiatan dan organisasi kesiswaan yang ada di lembaga yang dimaksud.
Kegiatan orientasi disertakan untuk peserta didik dengan tujuan:
a. Memberikan peserta didik pemahaman serta keinginan untuk mematuhi
peraturan di sekolah.
b. Menstimulasi peserta didik untuk ingin berpartisipasi aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diselenggerakan oleh sekolah.
d. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi lingkungannya yang
baru baik secara fisik, mental dan emosional dan membuat peserta didik

12
senang serta tetap nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran di
sekolah.
Sejumlah istilah yang digunakan untuk memberi nama kegiatan orientasi
siswa baru ini. Ada kegiatan seperti MOS (Masa Orientasi Siswa), MOPD
(Masa Orientasi Peserta Didik), POS (Pekan Orientasi Siswa) dan lain-lain.

5. Penempatan
Sebelum peserta didik yang telah diterima pada sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu
ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Pengelompokkan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas. Dalam mengelompokkan
peserta didik, William A Jeager (1949) membaginya berdasarkan dua hal
ini:
1) Fungsi Integrasi, yaitu pengelompokkan yang didasarkan atas
kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik, seperti
dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur dan sebagainya.
Pengelompokkan ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
2) Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarkan
kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu peserta didik,
seperti minat, bakat, kemampuan dan sebagainya. Pengelompokkan ini
menghasilkan pembelajaran individual.
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, dasar-dasar pengelompokkan
peserta didik ada 5 macam, yaitu :
1) Friendship Grouping
Pengelompokkan peserta didik didasarkan pada kesukaan di dalam
memilih teman antar peserta didik itu sendiri. Jadi dalam hal ini peserta
didik mempunyai kebebasan di dalam memilih teman untuk dijadikan
sebagai anggota kelompoknya.
2) Achievement Grouping
Pengelompokkan peserta didik didasarkan pada prestasi yang dicapai
oleh siswa. Dalam pengelompokan ini biasanya diadakan percampuran

13
antara peserta didik yang berprestasi tinggi dengan peserta didik yang
berprestasi rendah.
3) Aptitude Grouping
Pengelompokkan peserta didik didasarkan atas kemampuan dan bakat
yang sesuai dengan apa yang dimiliki peserta didik itu sendiri.
4) Attention or Interest Grouping
Pengelompokkan peserta didik didasarkan atas perhatian atau minat
yang didasari kesenangan peserta didik itu sendiri. Pengelompokkan ini
didasari oleh adanya peserta didik yang mempunyai bakat dalam bidang
tertentu namun si peserta didik tersebut tidak senang dengan bakat yang
dimilikinya.
5) Intelligence Grouping
Pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas hasil tes
intelegensi yang diberikan kepada peserta didik itu sendiri.
Penempatan peserta didik ini biasanya berada dalam sekolah-
sekolah reguler. Selain sekolah reguler, ada juga sekolah inklusi yang
melayani anak berkebutuhan khusus, yaitu peserta didik yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami
hambatan dan kesulitan. Apriyanto (2005:82) menyatakan bahwa
pendidikan inklusi adalah pendidikan sekolah reguler yang mengkoordiansi
dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam
program yang sama. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi juga
dapat dimaknai sebagai satu bentuk reformasi pendidikan yang menekankan
sikap anti diskriminasi, persamaan hak, kesempatan, keadilan, dan
perluasan akses pendidikan bagi semua untuk peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini merupakan upaya strategis dalam menuntaskan wajib
belajar sembilan tahun, dan upaya merubah nilai-nilai karakter tidak
tergantung pada orang lain serta sikap masyarakat terhadap anak
berkebutuhan khusus.
Secara mendasar, konsep dan praktik penyelenggaraan pendidikan
inklusi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di berbagai belahan dunia

14
saat ini mengacu kepada dokumen internasional pernyataan Salamanca dan
kerangka aksi pada pendidikan kebutuhan khusus pada tahun 1994 yang
berisi:
1. Prinsip dasar dari sekolah inklusif adalah bahwa selama
memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama,
tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada
pada diri mereka.
2. Anak yang menyandang kebutuhan khusus seyogyanya menerima
segala dukungan tambahan yang mereka perlukan untuk menjamin
efektifnya pendidikan mereka.
6. Pembinaan dan Pengembangan
Langkah berikutnya dalam manajemen peserta didik adalah melakukan
pembinaan dan pengembangan terhadap peserta didik. Pembinaan dan
pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan
bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa
yang akan datang. Untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman
belajar ini, peserta didik harus melaksanakan bermacam-macam kegiatan
yang diselenggarakan lembaga pendidikan (sekolah) yang biasa disebut
dengan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di
dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran.
Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses belajar mengajar di kelas dengan
nama mata pelajaran atau bidang studi yang ada di sekolah. Sedangkan
kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan peserta didik yang
dilaksanakan di luar ketentuan yang telah ada di dalam kurikulum. Kegiatan
ekstra kurikuler ini biasanya terbentuk berdasarkan bakat dan minat yang
dimiliki oleh peserta didik.
Dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan inilah peserta didik
diproses untuk menjadi manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pendidikan. Bakat, minat dan kemampuan peserta didik harus
ditumbuhkembangkan secara optimal melalui kegiatan kurikuler dan ekstra
kurikuler. Dalam manajemen peserta didik, tidak boleh ada anggapan bahwa

15
kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstra kurikuler atau
sebaliknya. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan karena saling menunjang
dalam proses pembinaan dan pengembangan kemampuan peserta didik.
Keberhasilan pembinaan dan pengembangan peserta didik diukur
melalui proses penilaian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan (oleh
guru). Ukuran yang sering digunakan adalah naik kelas dan tidak naik kelas
bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat akhir serta lulus dan tidak
lulus bagi peserta didik di tingkat akhir sebuah lembaga pendidikan
(sekolah). Penilaian yang dilakukan oleh guru tentu saja didasarkan prinsip-
prinsip penilaian yang berlaku di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan sangat diperlukan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini
dimulai sejak peserta didik pertama kali diterima sampai dengan mereka
lulus dari sekolah tersebut. Pencatatan tentang kondisi peserta didik harus
dilakukan agar pihak lembaga pendidikan (sekolah) dapat memberikan
bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan
dilakukan sebagai wujud tanggung jawab lembaga pendidikan agar pihak-
pihak terkait dapat mengetahui perkembangan peserta didik di lembaga
tersebut.

Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan diperlukan peralatan


dan perlengkapan yang dapat mempermudah. Peralatan dan perlengkapan
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Buku induk siswa

Buku ini disebut juga buku pokok atau stambuk. Buku ini berisi
catatan tentang peserta didik yang masuk pada sekolah tersebut. Setiap
pencatatan peserta didik disertai dengan nomor pokok/stambuk, dan
dilengkapi pula dengan data-data lain setiap peserta didik.

2) Buku klapper

16
Pencatatan buku ini dapat diambil dari buku induk, tetapi
penulisannya disusun berdasarkan abjad. Hal ini untuk memudahkan
pencarian data peserta didik kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.

3) Daftar presensi

Daftar hadir peserta didik sangat penting sebab frekuensi kehadiran


setiap peserta didik dapat diketahui/dikontrol. Untuk memeriksa kehadiran
peserta didik pada keseluruhan kegiatan di sekolah, setiap hari biasanya
daftar kehadiran itu dipegang oleh petugas khusus atau penanggung jawab
mata pelajaran tertentu. Sedangkan untuk memeriksa kehadiran peserta
didik di kelas pada jam-jam pelajaran, daftar hadir itu dipegang oleh guru.

4) Daftar mutasi peserta didik

Untuk mengetahui keadaan jumlah peserta didik, sekolah harus


mempunyai buku/daftar mutasi peserta didik. Daftar mutasi digunakan
untuk mencatat jumlah peserta didik yang masuk dan keluar setiap bulan,
semester atau setahun. Pendataan tersebut harus dilakukan karena keadaan
jumlah peserta didik yang tidak tetap dan akan selalu berubah.

5) Buku catatan pribadi tentang peserta didik

Buku catatan peserta didik ini memuat data yang lebih lengkap
tentang setiap peserta didik. Buku ini antara lain berisi: identitas peserta
didik, keterangan mengenai keadaan keluarga, keadaan jasmani dan
kesehatan, riwayat pendidikan serta hasil belajar, data psikologis (sikap,
minat, dan cita-cita) dan juga kegiatan di luar sekolah. Buku ini biasanya
disimpan di ruang BK dan dikerjakan oleh guru BK.

6) Daftar nilai

Daftar nilai ini dimiliki oleh setiap guru bidang studi, khusus untuk
mencatat hasil tes setiap peserta didik pada bidang studi/mata pelajaran
tertentu. Dalam daftar nilai ini dapat diketahui kemajuan belajar peserta
didik, karena setiap nilai hasil tes dicatat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut
sebagai bahan olahan nilai raport.

17
7) Buku Legger

Buku legger merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang studi


untuk setiap peserta didik. Pengisian/pencatatan nilai-nilai dalam legger ini
dikerjakan oleh wali kelas sebagai bahan pengisian raport. Pencatatan nilai-
nilai dalam legger biasanya satu tahun dua kali (sesuai dengan pembagian
raport).

8) Buku raport

Buku raport merupakan alat untuk melaporkan prestasi belajar


peserta didik kepada orang tua/ wali atau kepada peserta didik itu sendiri.
Selain prestasi belajar, dilaporkan pula tentang kehadiran, tingkah laku
peserta didik dan sebagainya. Buku ini diberikan tiga kali dalam satu tahun
untuk tingkat SD dan dua kali untuk tingkat SMP/SMA.\

Semua buku atau daftar tersebut saling melengkapi dan


berhubungan satu sama lain. Dengan demikian diharapkan pihak sekolah
dapat mencatat semua aspek yang diperlukan mengenai segala hal yang
berhubungan dengan peserta didik.

8. Kelulusan dan Alumni


Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta
didik. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan (sekolah)
tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh
peserta didik. Setelah peserta didik selesai mengikuti seluruh program
pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan berhasil lulus, maka lembaga
pendidikan memberikan surat keterangan lulus atau sertfikat. Umumnya
surat keterangan tersebut sering disebut ijazah atau Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB).
Ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara
peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan
hubungan antara para alumni dan sekolah tetap terjalin. Dari hubungan
sekolah dan alumni ini, lembaga pendidikan (sekolah) bisa memanfaatkan

18
hasil-hasilnya. Lembaga pendidikan (sekolah) juga menjaring berbagai
informasi yang dapat membantu alumni. Misalnya, informasi tentang materi
pelajaran mana yang sangat membantu untuk studi selanjutnya dan juga
informasi tentang lapangan kerja yang bisa dijangkau bagi alumni lainnya.
Hubungan antara sekolah dengan alumni ini dapat dipelihara lewat
pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh alumni, yang biasa
disebut “reuni”. Selain itu, prestasi yang dicapai oleh alumni juga harus
dicatat oleh lembaga karena, catatan tersebut sangat berguna bagi lembaga
dalam mempromosikan lembaga pendidikannya.

D. Layanan Khusus Dalam Manajemen Peserta Didik


Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan
untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran, serta dapat
memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Kusmintardjo (1992)
mengemukakan bahwa pelayanan khusus atau pelayanan bantuan
diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar
pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai layanan-layanan
khusus di sekolah:

1. Layanan BK

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu melibatkan tiga


komponen pokok, yakni program instruksional yang baik, administrasi yang
lancar dan bimbingan yang terarah serta adanya sarana/prasarana yang
memadai (Mortensen & Schmuller, 1965).
Baik secara teoritis maupun berdasarkan kenyataan yang ada di
lapangan, pelaksanaan bimbingan di sekolah bervariasi. Pada sekolah dasar
dilaksanakan secara terpadu (inklusif dalam kegiatan sekolah secara
keseluruhan). Di sekolah lanjutan dilaksanakan secara paralel, ditangani
oleh staf khusus sebagai pembimbing. Di perguruan tinggi, layanan

19
bimbingan dilaksanakan di laboratorium khusus bimbingan dan ada pula
yang dilaksanakan di luar lembaga yang bersangkutan.
Dalam PP No. 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar dan PP No. 29
tahun 1990 tentang pendidikan menengah digunakan istilah bimbingan.
Pengertian bimbingan menurut PP. No. 29 Tahun 1990 Bab 10 Pasal 27,
yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Bimbingan
diberikan oleh guru pembimbing.
Menurut Hendyat Soetopo (dalam Norhadiana, 2021), bimbingan
adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan
kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam
rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan
situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Bimbingan dan
konseling sebagai bagian integral dari pendidikan adalah upaya
memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka tercapainya
perkembangan yang utuh dan optimal.
Pengertian layanan bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis,
objektif, logis, berkelanjutan dan terprogram yang dilakukan oleh konselor
atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud
kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan,
dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya (Permendikbud, 2014).
Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara langsung (tatap
muka) antara guru bimbingan dan konseling/konselor dengan konseli dan
tidak langsung (menggunakan media tertentu), dan diberikan secara
individual (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani satu orang),
kelompok (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satu orang),
klasikal (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satuan
kelompok), dan kelas besar atau lintas kelas (jumlah peserta didik/konseli
yang dilayani lebih dari satuan klasikal).

20
Fungsi layanan bimbingan dan konseling, antara lain:
a. Pemahaman, yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman
yang lebih baik terhadap dirinya dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, budaya, dan norma agama).
b. Fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek pribadinya.
c. Penyesuaian, yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri
dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
d. Penyaluran, yaitu membantu konseli merencanakan pendidikan,
pekerjaan dan karir masa depan, termasuk juga memilih program
peminatan yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, keahlian
dan ciri-ciri kepribadiannya.
e. Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan termasuk
kepala satuan pendidikan, staf administrasi, dan guru mata pelajaran
atau guru kelas untuk menyesuaikan program dan aktivitas
pendidikan dengan latar belakang pendidikan, minat, kemampuan,
dan kebutuhan peserta didik/konseli.
f. Pencegahan, yaitu membantu peserta didik/konseli dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan timbulnya masalah dan
berupaya untuk mencegahnya supaya peserta didik/konseli tidak
mengalami masalah dalam kehidupannya.
g. Perbaikan dan Penyembuhan, yaitu membantu peserta didik/konseli
yang bermasalah agar dapat memperbaiki kekeliruan berfikir,
berperasaan, berkehendak, dan bertindak. Konselor atau guru
bimbingan dan konseling harus memberikan perlakuan terhadap
konseli supaya memiliki pola fikir yang rasional dan memiliki
perasaan yang tepat, sehingga konseli berkehendak merencanakan
dan melaksanakan tindakan yang produktif dan normatif.

21
h. Pemeliharaan, yaitu membantu peserta didik/konseli supaya dapat
menjaga kondisi pribadi yang sehat dan normal, serta
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
i. Pengembangan, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
yang memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli melalui
pembangunan jejaring yang bersifat kolaboratif.
j. Advokasi, yaitu membantu peserta didik/konseli berupa pembelaan
terhadap hak-hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif.
Selanjutnya, tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik/konseli agar dapat mencapai kematangan dan
kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas
perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir
secara utuh dan optimal.
Sedangkan tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling adalah
membantu konseli agar mampu:
a. Memahami dan menerima diri dan lingkungannya.
b. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
dan kehidupannya di masa yang akan datang.
c. Mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
d. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
e. Mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam
kehidupannya.
f. Mengaktualisasikan potensi dirinya.
Komponen Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan profesional yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan mencakup komponen program,
bidang layanan, struktur dan program layanan, kegiatan dan alokasi waktu
layanan. Komponen program meliputi layanan dasar, layanan peminatan
dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem,
sedangkan bidang layanan terdiri atas bidang layanan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.

22
Komponen program dan bidang layanan dituangkan ke dalam
program tahunan dan semesteran dengan mempertimbangkan komposisi,
proporsi dan alokasi waktu layanan, baik di dalam maupun di luar kelas.
Program kerja layanan bimbingan dan konseling disusun
berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik/konseli dan struktur
program dengan menggunakan sistematika minimal, meliputi: rasional, visi
dan misi, deskripsi kebutuhan, komponen program, bidang layanan, rencana
operasional, pengembangan tema/topik, pengembangan RPLBK, evaluasi
pelaporan - tindak lanjut, dan anggaran biaya.
Ruang lingkup bimbingan di sekolah, yaitu:
1) Layanan kepada peserta didik
a) Dilihat dari jenis permasalahan yang dihadapi peserta didik,
mencakup bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
pendidikan, bimbingan pekerjaan (bimbingan karir).
b) Dilihat dari urutan kegiatan, mencakup layanan orientasi, layanan
pengumpulan data pribadi, layanan pemberian informasi, layanan
penempatan, layanan penyuluhan, layanan pengiriman (referal),
layanan tindak lanjut.
2) Layanan kepada guru
3) Layanan kepada kepala sekolah
4) Layanan kepada calon peserta didik (feeder school)
5) Layanan kepada orang tua
6) Layanan kepada dunia kerja, terutama dilaksanakan di sekolah kejuruan
7) Layanan kepada lembaga-lembaga dan masyarakat lain

2. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan adalah salah satu komponen yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang
proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang
dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka (Imron, 1995).

23
Perpustakaan sekolah merupakan perangkat kelengkapan
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Oleh karenanya,
keberadaan perpustakaan di sekolah sangatlah penting. Perpustakaan
sekolah sering disebut sebagai jantungnya sekolah, karena yang menjadi
denyut nadi proses pembelajaran di sekolah adalah perpustakaan.
Perpustakaan juga dipandang sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti
setiap proses pembelajaran di sekolah.
Tujuan perpustakaan sekolah:
a. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan khususnya
dalam membaca, serta mendayagunakan budaya tulisan.
b. Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien.
c. Meletakkan dasar ke arah belajar mandiri.
d. Memupuk bakat dan minat.
e. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan tanggung
jawab sendiri.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu:
a. Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar
mengajar.
b. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk kegiatan
konsultasi bagi peserta dan pendidik.
c. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekreatif
yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan
selera mengembangkan daya kreatif.
d. Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan
menarik sehingga pendidikan peserta didik tertarik dan terbiasa
dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.
Perpustakaan sekolah diselenggarakan di setiap sekolah.
Penyelenggaranya adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah, baik
sebagai ahli perpustakaan atau guru yang ditugaskan di perpustakaan dan
telah mendapat kursus/latihan sebelumnya.

24
Layanan perpustakaan bertujuan untuk menyajikan informasi untuk
peningkatan proses belajar mengajar serta rekreasi bagi semua warga
sekolah dengan mempergunakan bahan pustaka. Secara operasional,
layanan perpustakaan terdiri dari layanan sirkulasi, referensi, dan
bimbingan membaca.
Terdapat tiga jenis layanan perpustakaan sesuai dengan sasaran yang
ditujunya, yaitu antara lain:
1) Layanan kepada guru, meliputi kegiatan berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan guru mengenai subyek yang menjadi
bidang.
b) Membantu guru dalam mengajar di kelas dengan menyediakan alat
audio-visual dan lain-lain.
c) Menyediakan bahan pustaka pesanan yang diperlukan mata
pelajaran tertentu.
d) Menyediakan bahan informasi bagi kepentingan penelitian yang
diperlukan oleh guru dalam rangka meningkatkan profesinya.
e) Untuk sekolah dasar menyediakan jam bercerita, pembacaan buku,
dan permainan boneka.
f) Mengisi jam pelajaran yang kosong.
2) Layanan kepada peserta didik, meliputi:
a) Menyediakan bahan pustaka yang memperkaya dan memperluas
cakrawala kurikulum.
b) Menyediakan bahan pustaka yang dapat membantu peserta didik
memperdalam pengetahuannya mengenai subyek yang
diminatinya.
c) Menyediakan bahan untuk meningkatkan ketrampilan.
d) Menyediakan kemudahan untuk untuk membantu peserta didik
mengadakan penelitian.
e) Meningkatkan minat baca peserta didik dengan cara mengadakan
bimbingan membaca, bagaimana menggunakan perpustakaan,
mengenalkan jenis-jenis koleksi, buku, bercerita, membaca keras,
membuat isi ringkas, kliping dan lain-lain.

25
3) Layanan terhadap manajemen sekolah.
Perpustakaan secara aktif membantu pimpinan sekolah dan
guru dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan, pemanduan dan
penilaian program pendidikan di sekolah.
Organisasi dan tata laksana perpustakaan sekolah adalah:
a) Sebagai perangkat pendidikan di sekolah
b) Unit pelaksana teknis
c) Mata rantai dalam sistem nasional layanan perpustakaan
Sebagai perangkat pendidikan di sekolah, perpustakaan
merupakan bagian integral dari sekolah. Perpustakaan berfungsi
sebagai pusat belajar dan mengajar, pusat informasi, pusat penelitian
sederhana dan rekreasi sehat. Sebagai unit pelaksana teknis di sekolah,
perpustakaan sekolah dipimpin oleh seorang kepala pepustakaan yang
di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
Perpustakaan sekolah melaksanakan kegiatan teknis yang mencakup
keadaan, pengolahan, penyusunan buku dan katalog. Sedangkan
kegiatan layanan sirkulasi, layanan buku rujukan dan layanan baca,
Sebagai mata rantai dalam sistem nasional, layanan
perpustakaan dalam rangka meningkatkan kemampuan menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan, perpustakaan dapat melakukan kerja
sama dengan perpustakaan lain. Koleksi perpustakaan sekolah terdiri
dari bahan pustaka yang menjadi bahan pokok dan penunjang
kurikulum sekolah yang sesuai dengan jenis dan jenjangnya.
Jenis koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari:
a) Bahan cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, pamflet,
guntingan surat kabar, majalah, dan sebagainya.
b) Bahan bukan cetak, seperti karya tulis guru dan murid, peta
gambar, globe, relif, slide, filmstrif, film, pita rekaman, dan
sebagainya.
Tenaga perpustakaan terdiri dari:
a) Pustakawan, adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang
disamping tugas mengajar juga mengolah perpustakaan. Untuk ini

26
diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi perpustakaan kurang
lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan mempunyai
kedudukan sejajar dengan guru.
b) Tenaga pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan
tenaga administrasi, dapat seorang guru atau tenaga administrasi
dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 120 jam.
Lokasi perpustakaan mempunyai persyaratan berada di pusat
gedung sekolah sehingga mudah dicapai dan tempatnya tenang. Untuk
tata ruangnya, perpustakaan diatur agar layanan berlangsung lancar,
memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari, serta
pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik. Dekorasi yang baik
untuk perpustakan yaitu cat ruangan tidak menyilaukan dan tidak
suram. Penerangannya jika mungkin menggunakan cahaya matahari
sebagai sumber penerangan, tetapi usahakan untuk tidak langsung
terkena buku. Sedangkan suhu udara, ruangan diusahakan sejuk
sehingga menunjang motivasi belajar dan membaca buku di
perpustakaan. Suhu yang baik sekitar 22 derajat celcius dengan
kelembaban 45-50 %. Jika tidak dapat menggunakan penyejuk udara,
tanamilah pohon-pohon penyejuk.
Jenis ruangan perpustakaan dibagi berdasarkan aktivitas
perpustakaan, yaitu:
1. Ruangan penyimpan koleksi bahan pustaka
2. Ruangan penerbitan berkala
3. Ruangan alat audio-visual
4. Ruangan baca
5. Ruangan layanan pembaca
6. Ruangan pustakawan
7. Ruangan serbaguna
Jenis fasilitas atau perlengkapan perpustakaan yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
1. Meja sirkulasi/layanan
2. Rak penitipan/loker

27
3. Rak buku
4. Rak majalah
5. Rak surat kabar
6. Meja baca dan kursi
7. Papan pengumuman/papan panjang
8. Perabot (furnitur) dan perlengkapan untuk ruang pengolahan
3. Layanan Kantin

Kantin/kafetaria/warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah


supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan
cukup mengandung gizi. Layanan kantin atau kafetaria merupakan salah
satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha menyediakan
makanan dan minuman yang dibutuhkan siswa atau personil sekolah.
Peranan lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran
mencari makanan keluar lingkungan sekolah. Pengelola kantin sebaiknya
dipegang oleh orang dalam atau keluarga karyawan sekolah yang
bersangkutan, agar segala makanan yang dijual di kantin tersebut terjamin
dan bermanfaat bagi peserta didik.
Adapun fungsi-fungsi kantin sekolah:
1. membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan
menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
2. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
3. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
4. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada
kesehatan seseorang;
5. memberikan bantuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
6. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang
berlaku di masyarakat;
7. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah,
dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

28
1. kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan
keuntungan di sekolah;
2. program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari
program sekolah secara keseluruhan
3. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa
4. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat
5. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat
mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program
kantin
6. personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang
bergizi dan menarik, serta menjamin selera pembeli;
7. memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong
berkembangnya program kantin, karena dapat menarik pembeli
8. program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan
harga, begitu juga gizi.
Terkait dengan bentuk pelayanan kantin sekolah, terdapat 3 (tiga)
alternatif bentuk layanan, yaitu:
1. Self-service system. Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya
sendiri makanan yang diingini;
2. Wait service system. Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu
dilayani oleh petugas kantin sesuai dengan pesanan;
3. Tray service system. Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas
kantin, dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau
nampan.
Dengan demikian, keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum siswa semata,
namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang
kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, disiplin dan nilai-nilai
lainnya.

29
4. Layanan Kesehatan
Menurut (Muhammad Rifa’i, 2018) usaha kesehatan sekolah adalah
usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup
sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh
(komprehensif) dan terpadu (integrative). Sedangkan, menurut Dolores dan
Habibie, (2016) menyatakan usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan
sebuah wahana pelayanan, pendidikan dan pembinaan kesehatan yang ada
di sekolah. Pembinaan dan pengembangan UKS merupakan salah satu
upaya meningkatkan derajat kesehatan yang ditujukan kepada peserta didik
(usia sekolah), yang merupakan salah satu bentuk usaha dalam
meningkatkan kualitas fisik manusia.Dengan demikian,dapat disimpulkan
bahwa UKS merupakan sebuah badan dalam layanan kesehatan yang
memadukan antara upaya pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan
dan memiliki peranan dalam membina,mengembangkan serta
mengoptimalkan perkembangan peseta didik di lingkungan sekolah yang
berfokuskan pada kesehatan peserta didik itu sendiri.
Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Tujuan umum UKS
adalah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat (Mukminin &
Tasu’ah, 2016). Sedangkan tujuan khusus dari UKS adalah untuk memupuk
kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
yang mencakup: (1) menurunkan angka kesakitan anak sekolah, (2)
meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial. (3)
agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam
usaha peningkatan kesehatan di sekolah, (4) meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah, (5) meningkatkan daya tangkal
dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat
berbahaya lainnya.
Adapun program dalam usaha kesehatan sekolah yang dikenal
sebagai Trias UKS yaitu: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta

30
pembinaan lingkungan sekolah sehat. Tujuanya dari Trias UKS yaitu : (1)
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak didik, (2) mengetahui
kelainan atau gangguan kesehatan sedini mungkin, (3)pencegahan penyakit
menular, (4) pengobatan secepat-cepatnya, dan (5) pelayanan kesehatan di
sekolah yang meliputi segi-segi fisik, mental,dan sosial.
Dalam mewujudkan program UKS, haruslah dimiliki pelaksana
UKS. Pelaksana UKS ialah seseorang yang berdasarkan fungsi, tugas, dan
kewajibanya berhubungan dengan anak didik dan lingkungan sekolah.
Petugas UKS biasa dilakukan oleh seorang guru sebagai pembina dari UKS
dan anak didik yang melaksanakan tugas dan menjaga UKS yang biasanya
dibimbing oleh guru di sekolah.Adapun sasaran UKS yairy peserta didik
dari tingkat pendidikan yang mencakup : sekolah taman kanak-kanak,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan
kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa).
5. Layanan Transportasi Sekolah

Sarana angkutan (transportasi) bagi para peserta didik merupakan salah


satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Para peserta didik
akan merasa aman dan dapat masuk/pulang sekolah dengan waktu yang tepat.
Transportasi diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah
dan pendidikan dasar. Penyelenggaran transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh
sekolah yang bersangkutan atau pihak swasta (misalnya dengan cara
abodemen).
Layanan transportasi sekolah merupakan sarana transportasi bagi siswa
untuk kelancaran proses belajar mengajar. Siswa akan merasa aman dan dapat
masuk atau pulang sekolah dengan waktu yang tepat. Penyelenggara
transportasi sekolah adalah sekolah itu sendiri atau pihak swasta yang bekerja
sama dengan sekolah tersebut. Adanya layanan transportasi sekolah ini, siswa
tidak akan terlambat ke sekolah dan tentunya para orang tua akan merasa
terbantu.
Tujuan utama dengan adanya transportasi sekolah yaitu membawa siswa
ke sekolah dan mengantarkan pulang kerumahnya masing-masing dengan
harapan selamat sampai tujuan. Transportasi juga dimaksudkan untuk kegiatan

31
karya wisata atau mengangkut siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Smith
Atkinson dalam bukunya “The Educator Encyclopedia” menyebutkan tujuan
transportasi, sebagai berikut:
1) Untuk memberikan layanan transportasi bagi seluruh siswa, karena alasan
jarak antara sekolah dan rumah
2) Untuk melengkapi kemungkinan keamanan transportasi
3) Untuk transportasi kemungkinan dengan program instruksional
4) Untuk menciptakan kondisi yang lebih positif, baik mental, moral, dan
fisik dari siswa-siswa
5) Pengoperan transportasi agar dapat diperoleh efisiensi dan ekonomis
6) Menunjukan simpati masyarakat bahwa transportasi dimaksudkan untuk
keamanan, efisiensi, dan merupakan terstandard.
6. Layanan Asrama

Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk


anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya
merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati
oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di
asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel. Alasan untuk
memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal penghuni
yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah
dibandingkan bentuk penginapan lain, seperti apartemen. Selain untuk
menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati oleh para peserta
yang mengikuti suatu lomba olahraga tertentu. Alfin Toffler (dalam
Kusmintardjo, 1993) memberikan batasan asrama sekolah (school-house)
sebagai berikut: “The school house: that is only place where children are
thaught during the day fulfills its primary function only this much” (Asrama
adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi
pengajaran atau bersekolah).

Sedangkan Good (1959) dalam “Dictionary of Education”


memberikan batasan asrama sekolah (boarding-school) sebagai
berikut:“Boarding school is in educational institution at the primary or
secondary level in which pupils are recidence while enrolled in as

32
instruction program, as apposed to a school to which pupils comute froms
their homes, inchedes school which offer reguler and or special educational
curricula” (Asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat
dasar ataupun tingkat menengah yang menjadi tempat bagi para siswa untuk
dapat bertempat tinggal selama mengikuti program pengajaran).

Dengan demikian asrama sekolah dapat diartikan sebagai suatu


tempat di mana para siswa bertempat tinggal dalam jangka waktu yang
relatif tetap bersama dengan guru sebagai pengasuhnya yang memberikan
bantuan kepada para siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui
proses penghayatan dan pengembangan nilai budaya. Pengembangan
pribadi disini disesuaikan dengan bidang atau profesi yang sedang ditempuh
di sekolah yang bersangkutan. Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar
pembentukan kebiasaan dan kesan-kesan sensoris, namun juga suatu proses
pembentukan nilai-nilai hidup.

Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah


dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya
diperlukan adanya asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama
mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut.
Manfaat asrama bagi peserta didik yaitu:

1) Tugas sekolah dapat dikerjakan dengan cepat dan sebaik-baiknya


terutama jika berbentuk tugas kelompok.

2) Sikap dan tingkah laku peserta didik dapat diawasi oleh petugas asrama
dan para pendidik.

3) Jika diantara peserta didik mempunyai kesulitan (terlambat, sakit, dan


sebagainya) dapat saling membantu.

4) Meringankan kecemasan orang tua terhadap putra-putrinya.

5) Dapat juga merupakan salah satu cara untuk mengendalikan tingkah


laku remaja yang kurang baik (negatif).

33
Sedangkan, manfaat asrama bagi pendidik/petugas asrama adalah
sebagai berikut:

(a) Mengetahui, memahami dan menguasai tingkah laku peserta didik,


bukan hanya terbatas di sekolah tetapi juga di luar sekolah.

(b) Guru dapat dengan cepat mengontrol tugas yang diberikan kepada
peserta didik.

34
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen peserta didik termasuk salah satu pokok dari
pengelolaan pendidikan dan menduduki posisi strategis karena merupakan
pusat layanan pendidikan. Semua kegiatan pendidikan senantiasa
diupayakan agar menjadi layanan pendidikan yang cakap bagi peserta didik.
Seluruh kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, manajemen
peserta didik sangat penting untuk menciptakan kondisi agar peserta didik
dapat mengembangkan diri secara optimal.
Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk
melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan
meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Untuk
memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut, maka sekolah memerlukan
suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan
peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.
B. Saran
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat memberikan
pengetahuan serta pemahaman yang baru mengenai Manajemen Peserta
Didik, umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi kami selaku penyusun
makalah ini. Adapun mungkin karena keterbatasan materi yang kami
sampaikan, pembaca dapat menambah wawasan yang lebih luas melalui
sumber lain yang relevan.
Kami juga berharap dengan dibuatnya makalah ini, dapat berguna
bagi banyak orang khususnya kita semua sebagai calon guru BK/konselor
dalam memahami dan mendalami hal-hal yang harus diperhatikan terkait
Manajemen Peserta Didik.

35
DAFTAR PUSTAKA
Annas, A. N. (2017). Manajemen Peserta Didik Berbasis Kecerdasan Spiritual
Pendidikan Islam. TADBIR: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 132-142.

Apriyanto, Nunung. (2005). Seluk Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.


Yogyakarta: Javalitera.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Benjamin, H. (1959). Dictionary of education. McGrwa Hill series in Education.

Dunham, J. (2003). Developing effective school management. Routledge.

Everard, K. B., Morris, G., & Wilson, I. (2004). Effective school


management. Sage..

Farikhah, S. (2015). Manajemen lembaga pendidikan.

Habibie Mahdi dan Dolores Juanita H.N. 2016. Survei Pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan Peran Guru Pendidikan Jasmani si SMP Se-
Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Jurnal Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan 2016. 40-47
Hartani, A. L. (2011). Manajemen Pendidikan.

Imron, A. (1995). Manajemen Peserta Didik Di Sekolah. Malang: IKIP Malang.


Imron, A. (2016). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Itaria, M., & Somantri, M. (2020). PENGELOLAAN PESERTA
DIDIK. MANAJER PENDIDIKAN, 14(1), 12-16.

JAMBI, S. T. S. (2009). Manajemen Pendidikan.

Kusmintardjo. (1992). Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I). Malang:


IKIP Malang.

Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah:Jilid II. Depdikbud


IKIP Malang.

Meilina, Bustari. 2005 Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta

36
Mortensen & Schmuller. (1965). Educational Counseling. Dār al-Nahḍah al-
ʻArabīyah.
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muspawi, M. (2020). Memahami Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(3), 744-750.
Mustari, M., & Rahman, M. T. (2014). Manajemen pendidikan.

Nasihin, S. & Sururi. (2009). Manajemen Peserta Didik. Dalam Manajemen


Pendidikan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Norhadiana, N. (2021). Optimalisasi Program Layanan Khusus di Sekolah Untuk
Peningkatan Kualitas Peserta Didik. Journal of Practice Learning and
Educational Development, 1(1), 22-28.
Permendikbud No. 111 Tahun 2014, tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
PP RI No. 28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar.
PP RI No. 29 Tahun 199, tentang Pendidikan Menengah. Bab 10 Pasal 27.
Rahman, M. H. (2017). Implementasi Manajemen Peserta Didik Di MA Ma’arif 04
Kalirejo Lampung Tengah (Doctoral dissertation, IAIN Raden Intan
Lampung).
Rifa’i, M., dkk. (2018). Manajemen Peserta Didik (Pengelolaan Peserta Didik
Untuk Efektivitas Pembelajaran). CV. Pusdikra Mitra Jaya.
Setiawan, H. R. (2021). Manajemen Peserta Didik:(Upaya Peningkatan Kualitas
Lulusan (Vol. 1). Umsu Press.

Suhelayanti, S., Aziz, M. R., Sari, D. C., Safitri, M., Saputra, S., Purba, S.,
... & Simarmata, J. (2020). Manajemen Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.

Sururi. (2008). Manajemen Peserta Didik.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI Bandung. (2008). Manajemen


Pendidikan. Bandung. Alfabeta

William, A. (1949). Administration and The Pupil, New York: Hapers and Brother

37
Yendi, F. M., Ardi, Z., & Ifdil, I. (2014). Counseling Services for Women
in Marriage Age. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 2(3), 31-36.

Yuliana, L., & Arikunto, S. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:


Teras.

Muhammad Rifa’i. (2018). Manajement Peserta Didik. In Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Mukminin, A., & Tasu’ah, N. (2016). Pengembangan model layanan program
usaha kesehatan sekolah (UKS) terintegrasi pada lembaga pendidikan anak
usia dini (PAUD) di Kota Semarang (Studi pada lembaga taman kanak-
kanak di Kota Semarang). Jurnal Penelitian Pendidikan, 33(2), 117–126.

38

Anda mungkin juga menyukai