Anda di halaman 1dari 17

PERAN PESANTREN DALAM PROSES PEMBANGUNAN

Mata Kuliah:

Manajemen Pondok Pesantren

Kelompok 6

Ria Damai Yanti : 21420911432

Dosen Pegampu : Irwansyah, M.Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang mana beliau
telah memberikan rahmat dan hidayah nya kepada kita semua, Alhamdulillah
berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Peran Pesantren Dalam Pembangunan" yang merupakan salah satu tugas di
mata kuliah Studi manajemen pesantren.

Makalah ini telah kami susun dengan seluruh kemampuan kami dengan
mendapat bantuan dan referensi sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan lancar, maka dari itu kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelompok kami. Maka dari itu jika ada
kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami selaku kelompok
Satu meminta maaf, dan kami akan menerima segala saran dan kritikan dari
pembaca, kami juga berharap makalah kami ini dapat bermanfaat
bagi orang banyak.

Takengon 24 Oktober 2023

Ria Damai Yanti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................... 3


A. Peran Pesantren Dalam Pembangunan Karakter Pondok Pesantren
............................................................................................................
............................................................................................................
3
B. Peran Pesantren Dalam Membina Karakteristik
............................................................................................................
............................................................................................................
4
C. Peran Pesantren Dalam Pembangunan Sistem Pendidikan
Nasional
............................................................................................................
............................................................................................................
7
D. Manajemen Berbasis Sekolah
............................................................................................................
............................................................................................................
8
E. Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS./M
............................................................................................................
............................................................................................................
9

3
BAB III : PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu ide tentang pengambilan
keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolahal. Pemberdayaan sekolah dengan memberikan
otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan efisiensi,
mutu, dan pemerataan pendidikan. Penekanan aspek-aspek tersebut sifatnya
situasional dan kondisional sesuai dengan masalah yang dihadapi dan politik
yang dianut pemerintah.
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu wujud reformasi
pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur
kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para

4
tenaga kependidikan, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok
terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Manajemen berbasis madrasah istilah manajemen berbasis madrasah
merupakan terjemahan dari “School Based Management” . Istilah ini pertama
kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan
relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
setempat. MBM ini muncul pada tahun 1970-an sebagai alternatif untuk
mereformasi pengelolaan pendidikan atau sekolahal.reformasi itu dapat
diperlukan karena kinerja sekolah selama puluhan tahun tidak dapat
menunjukan peningkatan yang berarti dalam memenuhi tuntutan perubaha
lingkungan sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagamaimana Peran Pesantren Dalam Pembangunan Karakter Pondok
Pesantren ?
2. Bagamaimana Peran Pesantren Dalam Pembinaan Peran Pesantren Dalam?
3. Apa Yang Dimaksud Manajemen Berbasis Sekolah ?
4. Apa Yang Dimaksud Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS./M ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetaui Peran Pesantren Dalam Pembangunan Karakter Pondok
Pesantren
2. Untuk Mengetaui Peran Pesantren Dalam Pembinaan Peran Pesantren
Dalam
3. Memahami Bagaimana Dimaksud Manajemen Berbasis Sekolah
4. Memahami Bagaimana Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS./M

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Pesantren Dalam Pembangunan Karakter Pondok Pesantren


Peran adalah usaha atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa. Pesantren adalah tempat untuk mencari ilmu atau lembaga
keislaman yang berada di sekitar masyarakat. Jadi, peran pesantren adalah
usaha atau tindakan yang dilakukan oleh pesantren dalam suatu peristiwa
mewujudkan akhlak yang mulia peran pesantren dalam pembangunan karakter
pondok pesantren ada beberapa yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi untuk menyebar
luaskan dan mengembangkan ilmu-ilmu keagamaan islam.
2. Pesantren berfungsi sebagai lembaga pengkaderan yang berhasil mencetak
kader umat dan kader bangsa.
3. Pesantren juga befungsi sebagai agen reformasi sosial yang menciptakan
perubahan dan perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Pesantren

6
memiliki pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan pada
umumnya.1
Di pesantren terdapat pengawasan yang ketat menyangkut tata norma
atau nilai terutama tentang perilaku peribadatan khusus dan mu'amalat
tertentu. Bimbingan dan norma belajar supaya cepat pintar dan cepat selesai
boleh dikatakan hampir tidak ada, jadi pendidikan dipesantren titik tekannya
bukan pada aspek kognitif, tetapi justru pada aspek afektif dan psikomotorik.
norma-norma.
 Seperti firman ALLAH dalam Q.S Al-qiyamaah {75}:36

Artinya:
Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?
Karakter pesantren yang demikian itu menjadikan pesantren dapat
dipandang sebagai institusi yang efektif dalam pembangunan akhlak. Disinilah
pesantren mengambil menanggulangi persoalan-persoalan peran untuk
tersebut khususnya krisis moral yang sedang melanda. karena pendidikan
pesantren merupakan pendidikan yang terkenal dengan pendidikan agama dan
seharusnya mampu untuk mencetak generasi-generasi berkarakter yang sarat
dengan nilai-nilai Islam dengan demikian pondok pesantren diharapkan
mampu mencetak manusia muslim sebagai penyuluh atau pelopor
pembangunan yang taqwa, cakap, berbudi luhur untuk bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa serta mampu
menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem pendidikan
nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam rangka
membangun manusia seutuhnya.

1
Diklat, Manajemen Pesantren ,hal 75

7
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

B. Peran Pesantren Dalam Membina Karakteristik


Adapun peranan pembembentukan karakter pada santri adalah sebagai
berikut:
1. Memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan
cara:
a. Menembahkan nilai kebaikan kepada santri (knowing the good)
b. Menggunakan cara yang dapat membuat santri memiliki alasan atau
keinginan untuk berbuat baik (desiring the good)
c. Mengembangkan sikap mencintai untuk berbuat baik (loving the
good).
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala
tingkah laku santri.
3. Pemamtuan pelaksanaan). secara kontinue (wujud dalam Pemamantuan
secara kontinue dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Kedisplinan masuk pesantren
b. Kebiasaan saat makan di kantin
c. Kebiasaan berbicara
d. Kebiasaan ketika berada di masjid
e. Kebiasaan ketika mengikuti kegiatan di pesantren.
Menurut Muhammad Syukri Salleh menurut pembangunan berteraskan
Islam memenuhi tujuh prinsip pembangunan diantaranya ialah
sebagai berikut:2

2
Diklat, Manajemen Pesantren ,hal 77

8
1. Tasawwuf Islam sebagai acuan pembangunan Maksud dari tasawwur
Islam disini adalah gambaran bentuk Islam yang hakiki, yang menjelaskan
secara keseluruhan prinsip asas Islam secara benar dan lengkap, sehingga
menyatu dalam diri orang yang memahaminya. Al-qur'an secara langsung
dan tidak langsung telah menggambarkan tentang terdapatnya tiga pokok
utuma tasawwur Islam ini. yang pertama, bahwa Allah Swt adalah
pencipta, kedua bahwa manusia adalah makhluk, dan ketiga bahwa sumber
alam juga adalah makhluk yang juga seperti manusia, tunduk kepada Allah
Swt. oleh sebab itu tasawwur lah yang mencorakkan segala kehidupan
manusia, maka pembangunan yang muncul dari tasawwur bukan
merupakan pembangunan Islam asli.
2. Manusia Sebagai Pelaku Pembangunan Setiap pembangunan memerlukan
aktor pembangunan. dalam pembangunan berteraskan islam, pelakunya
ialah manusia. Pelaku pembangunan yang dimaksud disini bukan hanya
manusia sebagai pengeluar atau pengguna yang memperdulikan kekuatan
fisik, akal, kemahiran. Aktivitas pengeluaran dan kepenggunaan hanyalah
sebagian dari alat manusia untuk membuktikan ketaatannya kepada Allah
swt. Dalam proses pembagunan, manusia tidak boleh terjerumus menjadi
hamba pembangunan karena pembangunan sebenarnya untuk manusia,
bukan manusia untuk pembangunan. Dengan itulah baru pelaku
pembangunan benar-benar dapat menghasilkan pembangunan yang di
redhai Allah
3. Alam Roh dunia Dan akhirat sebagai skala waktu pembangunan secara
berkesinambungan sebenarnya kehidupan manusia itu melalui tiga alam,
yang bermula dari alam roh, kemudian alam dunia dan alam akhirat Antara
satu alam dengan alam lain, ada alam-alam transisi yang lebih kecil. Di
alam roh dan alam dunia ada alam yang dikenal sebagai alam rahim.
Dialam dunia dan alam akhirat ada dua alam yang di kenal sebagai alam
sakaratulmaut dan alam barzakh (alam kubur). Alam rahim merupakan

9
alam transisi dari alam roh ke alam dunia, sedangkan alam sakaratulmaut
dan alam barzah merupakan transisi dari alam dunia ke alam akhirat.3
Dengan kata lain, manusia hidup di dunia harus melalui tahapan
pembangunan di mulai dari alam roh, kemudia alam rahim, alam dunia,
alam sakaratulmaut, alam barzah dan akhir sekalian alam akhirat.
4. Ilmu Fardu Ain sebagai kerangka pembangunan ilmu fardhu ain bersipat
wajib artinya disini setiap umat manusia (muslim) mempelajari ilmu
fardhu 'ain. Karena ilmu wajib fardhu 'ain merupakan tanggung jawab
tanggung jawab individu.
Imu fardu 'ain terbagi kepada tiga jenis, yakni ilmu tauhid, fiqh dan imu
tasawwuf. Ilmu tauhid berhubungan dengan aqidah dan terkandung di
dalamnya rukun-rukun islam dan iman. Ilmu figh berhubungan dengan
dengan syariat. Sedangkan ilmu tasawuf berhubungan dengan akhlak. la
memadukan manusia mengenali sifat-sifat keji(mazmumah) yang ada
dalam diri masing- masing dan menyediakan menghapuskannya serta
kaedah menggantikannya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah).4

C. Peran Pesantren Dalam Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


Lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab yang cukup berat
dalam perananya mengahadapi gaya kehidupan masa kini di tengah-tengah
gaya kehidupan teknologi informasi dunia modern. Umat Islam Indonesia
telah berupaya untuk mencari model, pendidikan yang islami dengan segenap
ekprimennya yang cukup mendasar yautu sebagai implikasi dari tujuan
Islam.Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional pesantren maka
manusianya harus mampu membangun dirinya dengan mandiri, maka jelas
pesantren sebagai tempat anak didik di persiapkan untuk itu, bahkan ikut andil
juga sebagai sosok lembaga berpartisipasi dalam pembangunan nasional. 5

3
Syafrudin,Mpd,Manajemen Pendidikan Islam,(Sumatra Barat,Mitra Cendekia Media 2016)hal
23.
4
Abdullah Syafi ie,Pendidikan Pesantren Perkembangan social Masayrakat,(Yogyakarta:Budi
Utama 2018)hal15
5
Kompri,Manajemen dan kepemimpinan pesateren,(Dki Jakarta:Prenadamedia Group 2018) hal
42

10
Pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya yakni
dari segi jasmani maupun rohani mencakup material spritual. Jadi sasaran
pembangunan adalah manusia dengan budaya yang didalamnya mengandung
unsur- unsur akal, rasa, kehendak dan keinginan serta kemandirian. Maka,
pembangunan nasional berarti mendidik manusia sebagai subjek sekalipun
objek. Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan semakin
sadar akan dunianya yang terlepas dari tuntutan modernisasi dan perubahn
sosial. di katakana Pesantren di pentas nasional dapat sebagai penyumbang
dan pembentuk manusia berkualitas yang beriman dan bertaqwa, berbudi
luhur, kemandirian yang kesemuanya itu merupakan bagian dari tujuan
pendidikan nasional. Berarti pada intinya sistem pendidikan pesantren sejalan
dengan sistem pendidikan nasional. Dengan demikian pesantren sebagai
lembaga keagamaan mempunyai peluang.

D. Manajemen Berbasis Sekolah


Dalam sebuah institusi pendidikan peran manajemen sebetulnya
merupakan topik perbincangan yang selalu hangat untuk didiskusikan, salah
satu alternatif yang ditawarkan oleh pemerintah dalam program desentralisasi
di bidang pendidikan adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)/Madrasah
maupun pesantren. MBS memberikan otonomi kepada sekolah untuk
menentukan kebijakan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah/madrasah maupun pesantren hal ini mempunyai
tujuan utama sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suryosubroto yaitu: 6
a) Mensosialisasikan konsep dasar manajemen pendidikan mutu berbasis
sekolah khususnya kepada masyarakat.
b) Memperoleh masukan supaya konsep manajemen dapat
diimplementasikan dengan mudah sesuai dengan kondisi lingkungan
Indonesia yang memiliki keragaman kultural.

6
Azyumardi Azra, “Pembaruan Pendidikan Islam: Sebuah Pengantar” pada buku Marwan Saridjo,
Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Depag RI, 1996), hal. 13

11
c) Menambah wawasan pengetahuan masyarakat sekolah dan individu yang
peduli terhadap pendidikan khususnya peningkatan mutu pendidikan.
d) Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlihat berpikir mengenai
peningkatan mutu pendidikan.
e) Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif
dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu Pendidikan
Berdasarkan pernyataan di atas , sekolah diberi kewenangan yang lebih
besar untuk mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
sekolahnya.Sekolah diberi keleluasaan untuk mengelola sumber daya yang
ada sehingga dituntut kemandirian dan kreativitas dari sekolah dalam
mengelola pendidikan.disamping itu, sekolah menjalin 7kerjasama yang erat
dengan masyarakat dan pemerintah sehingga sekolah dituntut memiliki
tanggung jawab yang besar.
Hal ini menandakan perlunya pengelolaan mandiri yang dilakukan
oleh pihak sekolah, madrasah maupun pesantren melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah, madrasah dan pesantren. Pendidikan
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa
dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta
sarana dalam membangun watak bangsa,salah satu tujuan pendidikan adalah
menyiapkan individu untuk dapat beradaptasi/ menyesuaikan diri atau
memenuhi tuntutantuntutan sesuai wilayah tertentu yang senantiasa berubah.

E. Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS./M


Adalah salah satu bentuk alternatif sebagai kebijakan desentralisasi
pendidikan. kepemimpinan kepala sekolah berpotensi untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat, efisiensi serta melahirkan manajemen yang bertumpu
di tingkat sekolahal. hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi
sekolah, dalam mengelola sekolah dan menciptakan kepala sekolah, guru dan
administrator profesional. kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan

7
Jamal ma,umar Asmani,Buku Panduan Internalisasi Penidikan Karakter Di Sekolah (diva
Press,2011)hal 26.

12
yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dari masing-masing
kepala sekolahal.Sebuah organisasi merupakan wadah bagi beroperasinya
manajemen. di sini aktivitas manajemen menjadi salah satu subsistem dari
organisasi.
Manajemen menjadi teknik atau alat yang menggerakkan organisasi
menuju tercapainya tujuan yang diinginkan. dalam konteks tugas manajer,
pengambilan keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang disebut
peranan desisional, yaitu :
1. Pengambilan keputusan erat kaitannya dengan kepemimpinan. artinya,
pemimpinlah yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan.
bila dikaitkan dalam kepemimpinan lembaga pendidikan umum ataupun
Islam, masih banyak kepala sekolah, madrasah, dan pesantren
menjalankan kepemimpinannya dengan kebijakan serba mono,
yaitu monomanajemen, monokepemimpinan, monokeputusan, dan lain
sebagainya.
2. Keadaan ini menimbulkan kesan kurang teratur dan otoriter. Bila figur
kepala sekolah, madrasah, pimpinan pesantren tidak profesional, maka
justru menjadi musibah bagi lembaga pendidikan dan pendidikan Islam
yang akan mendatangkan berbagai kerugian. Misalnya, kemerosotan
kualitas, penurunan prestasi, citra buruk, respon negatif dari masyarakat,
konflik, dan berbagai fenomena kontraproduktif. Idealnya, kepala sekolah,
madrasah, dan pesantren harus lebih tertib, teratur serta melibatkan semua
pihak yang terkait sehingga kepemimpinannya 8
3. mencerminkan kepemimpinan demokratis-partisipatif. Pengambilan
keputusan berhubungan dengan masalah yang dihadapi dalam suatu
organisasi. Sutjahjanti menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupa
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah dengan cara pengumpulan
fakta dan data atau informasi yang relevan dengan masalah tersebut

8
Santoso S Hamijoyo,Perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah(Dki Jakarta:Media Grub
2011)hal 16

13
sehingga dapat ditentukan alternatif yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang tepat.
a. Secara leksikal, manajemen berbasis sekolah atau madrasah berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolahal. Manajemen
adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti
dasar atau asas. Sekolah atau madrasah adalah lembaga untuk belajar
dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran.
Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS atau MBM dapat
diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada
sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
b. Manajemen berbasis sekolah/madrasah dapat diartikan sebagai model
pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung
jawab yang lebih besar kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/
keluwesan kepada sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari
warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat
(orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha) dan
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta peraturan perundangundangan yang berlaku. dengan
otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggung jawab
untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan
dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada.
c. MBM/MBS pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
stakeholder yang terkait langsung dengan sekolah dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.9
d. Di sisi lain ada lembaga yang mempunyai andil dalam dinamika
pendidikan, yaitu pondok pesantren. sebagaimana yang kita ketahui
lembaga ini jika disandingkan dengan lembaga

9
E.Mulyasa,Manajemen Berbasis Sekolah(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2005)hal 11

14
pendidikan yang pernah muncul di Indonesia merupakan sistem
pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya
Indonesia yang indigenous.,pendidikan ini awalnya merupakan
pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat
islam di nusantara pada abad ke-13.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu wujud reformasi
pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur
kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolahuntuk meningkatkan kinerja para
tenaga kependidikan, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok
terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Pendidikan.
Di pesantren terdapat pengawasan yang ketat menyangkut tata norma
atau nilai terutama tentang perilaku peribadatan khusus dan mu'amalat
tertentu. Bimbingan dan norma belajar supaya cepat pintar dan cepat selesai
boleh dikatakan hampir tidak ada, jadi pendidikan dipesantren titik tekannya

15
bukan pada aspek kognitif, tetapi justru pada aspek afektif dan psikomotorik.
norma-norma.
Manajemen berbasis sekolah/madrasah dapat diartikan sebagai model
pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab
yang lebih besar kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/ keluwesan kepada
sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha) dan meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau
stakeholder yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, 2008, Manajemen Madrasah Berbasis


Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra).

Dhofier, Zamakhsyari 2011, Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta; LPEES).

Haedari, Amin dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren
dan Madrasah Diniyah. (Jakarta:Diva Pustaka).

Halim, A dkk, 2005, Manajemen Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi


Aksara).

Jawwad, M. Abdul Menjadi Manajer Sukses, 2004, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani).

16
17

Anda mungkin juga menyukai