Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PENGELOLAAN PONDOK PESANTREN

KONVERSIONAL STUDI KASUS DAYAH AL-IKHLAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Dosen Pengampu:

Dr. Wahyu Khafidah,MA.

Di Susun Oleh:

ELFI ALUFIA (2112010014)

UNVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Banda Aceh, 23 Oktober 2022

Penyusun

MAWAR LINDA

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................. 2

C. Tujuan Masalah ................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren…......…… 3


B. Elemen-elemen Pondok Pesantren.............................. 4
C. Struktur Organisasi pondok pesantren........................ 9
D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren. 10
E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren.... 12

BAB IIII PENUTUP

Kesimpulan .................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara
asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi benar tertib dan teratur
dan proses-proses juga harus diikuti dengan tertib.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda yang artinya


“Sesungguh Allah sangat mencintati orang yg jika melakukan sesuatu
pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat terarah jelas dan tuntas)”. (HR
Thabrani)

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang berbasiskan


pada kesatuan keagamaan sekaligus berbasiskan pendidikan. Pondok
pesantren bisa menjadi “social agent” yang bagus untuk membantu
pemerintah dalam perbaikan sektor ekonomi,budaya dan sosial
masyarakat, tapi dengan satu syarat bahwa secara organisasional pondok
pesantren harus mau untuk berubah, baik dan secara kultur, cara
pendekatan dan aspek-aspek manajemen. Di dalam pondok pesantren
sendiri terdapat empat unsur pembangun yaitu: ustadz, santri, kitab, dan
masjid. Setiap komponen tersebut masing-masing mempunyai peran yang
berbeda-beda.

Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlaq


mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup
semua potensi baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pondok
pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya menekankan aspek
kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga menekankan pada aspek
afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilai – nilai dan norma
yang sesuai dengan syariat Islam serta membekali para santri dengan
ketrampilan – ketrampilan yang berguna bagi kehidupan sehari – hari.

Maka dari itu, dalam rangka menjadi menjadi pondok pesantren


yang ideal, perlu diadakan manajemen pengelolaan serta pengembangan
podok pesantren tersebut. Dengan begitu segala potensi yang dimiliki
pondok pesantren dapat tereksplore secara optimal. Sehingga pondok
pesantren mampu memberikan

1
2

andil yang besar terhadap masyarakat Tentu, reformasi pesantren dalam


dinamika yang panjang dimaksudkan uuntuk mencari format yang ideal
peningkatan mutu pendidikan pesantren.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen pondok pesantren ?
2. Apa saja elemen-elemen Pondok Pesantren ?
3. Bagaimana Struktur Pengurusan Pondok pesantren ?
4. Bagaimana Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ?
5. Bagaimana langkah Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren
?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian manajemen pondok pesantren
2. Untuk Mengetahui elemen-elemen Pondok Pesantren
3. Untuk Mengetahui Struktur Pengurusan Pondok pesantren
4. Untuk Mengetahui Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren
5. Untuk Mengetahui Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren


Sebelum membahas tentang pengertian manajemen pondok
pesantren, maka kita harus tahu dulu apa itu manajemen dan apa itu
pesantren. Kata “manajemen” berasal dari bahasa Inggris yaitu
management yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya
mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia
Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin managiare, yang berasal dari
kata manus yang artinya tangan. 1

Adapun pengertian Manajemen menurut M. Manulang terkandung


pada tiga arti, yaitu : Pertama, Manajemen suatu proses. Kedua,
Manajemen sebagai kolektifitas orang – orang yang melakukan aktifitas
manajemen. Ketiga, Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai
suatu ilmu.2 Sedangkan pesantren yaitu berasal dari kata santri yang
mendapat awalam pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri
Prof. Jons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa tamil
yang berarti menjadi guru. Secara umum pesantren atau pondok
didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama,
kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang
menjiwainya.”3 Maka Manajemen Pondok Pesantren adalah suatu
proses penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang
melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan
mencapai tujuan Pendidikan Pesantren secara efektif dan efisien.” Jadi,
manajemen pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam sehingga
dapat manajemen pesantren sejalan dengan manajemen pendidikan
Islam.4 Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan
figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral,
otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya
denggan dua faktor :

1
Evi Hanifah, Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok
Pesantren Tradisional), dalam https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-
pondok-pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/ Diunggah pada 18
Mei 2013 pukul 20.19 WIB
2
M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1996), hlm. 2
3
Sophie Mauliedia, Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam
http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-pondok-
pesantren.html Diunggah pada 06 juni 2011 pukul 13.07 WIB
4
Ismi Nur Laili, Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam
http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-pesantren.html.
Diunggah pada 03 Desember 2015 pukul 14.54 WIB

3
4

Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang


bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik.
Kebanyakan pesantren menganut pola mono manjemen dan mono
administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja
yang ada dalam organisasi.

Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga


bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh
pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab
atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan
pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada
komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali
menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil. 5

B. Elemen-Elemen Pondok Pesantren


Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari
beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen
dasar pesantren, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Kelima elemen tersebut meliputi: ustadz, santri, podok, mesjid dan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan kitab
kuning.
1. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin
baik dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam,
karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid
memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam
mengabdi kepada Allah yang disimbolkan sebagai adanya masjid
(tempat sujud). Atas dasar pemikiran itu dapat difahami bahwa
masjid tidak hanya terbatas pada pandangan materialistik,
melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat didalamnya.
Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid
sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam
hal ini secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah
symbol kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena
itu seluruh kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu
memiliki nilai ibadah yang tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya
mengharapkan keridhoan Allah yang bersifat Ilahiyah, berkaitan
dengan pahala dan balasan dari Allah.
Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral
kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun

5
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren,
cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).14-15.
5

tradisional. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi


pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar –
mengajar adalah masjid. Dapat juga dikatakan masjid identik
dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin mengembangkan
sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan mendirikan
masjid di dekat rumahnya.
Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian
dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok
pesantren. Di dalam masijd para santri dibina mental dan
dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh
karena itu masjid di samping dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan
ibadah juga sebagai tempat latihan. Latihan seperti muhadharah,
qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh para ulama abad 15
(pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang merupakan
salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara
bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan
metode klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar
dengan pola seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya
dalam mengkaji dan menelaah kitab – kitab tersebut.6
2. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan.
Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang
sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok
Pesantren”. yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren
merupakan wadah penggemblengan, pembinaan dan pendidikan
serta pengajaran ilmu pengetahuan.
Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial
sebab didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya
dengan control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin
pesantren itu. Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan
mudah kyai mendidik dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu
yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula melalui
pondok santri dapat melatih diri dengan ilmu – ilmu praktis seperti
kepandaian berbahasa : Arab dan Inggris juga mampu menghafal
Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang lain. Sebab di dalam
pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan terbina
kesatuan mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri
dengan ilmu pengetahuan.

6
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 18 – 19
6

3. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah
adanya seorang kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang
diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang
agama dalam hal ini agama Islam. Terlepas dari anggapan kyai
sebagai gelar yang sacral, maka sebutan kyai muncul di dunia
pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai merupakan suatu
personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu pondok
pesantren.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali.
Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki
tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren
sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan
pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Di tangan sorang
kyailah pesantren itu berada. Oleh karena itu kyai dan pesantren
merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama. Bahkan “kyai
bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik
pondok pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak sebagai
koordinator.7

4. Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin
sebuah pesantren. Oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan
erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri
yang belajar di pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari
Dhofier: a). Santri Mukim
Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal
bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari
seorang kyai. Dapat juga secara langsung sebagai
pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas
keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah
lama menetap dalam pesantren secara tidak langsung
bertindak sebagai wakil kyai.
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri
mukim :

7
Ibid hlm. 19 – 21
7

1) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang


dengan maksud menuntut ilmu dari kyainya.
2) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang
santri belajar secara tidak langsung agar santri
tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak
yang terpuji sesuai dengan akhlak kyainya.
b). Santri Kalong
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid
yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang
pola belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam
pondok pesantren, melainkan semata – mata belajar dan
secara langsung pulang ke rumah setelah belajar di
pesantren.
Sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin
banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di samping terdapat
pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya. 8

5. Pengajaran Kitab – kitab Islam Klasik


Kitab – kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah
kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab – kitab itu ditulis
oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman
seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.
Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab – kitab
tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak
langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab
tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah tamat
belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa
Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan
studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab
dan sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut
menjadi bahasanya.9
Mastuhu mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren
meliputi aktor atau pelaku seperti ustadz dan santri. Perangkat keras
pesantren meliputi mesjid, asrama, pondok dan sebagainya. Sementara
perangkat lunaknya adalah tujuan kurikulum, metode pengajaran,
evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya. Namun demikian
elemen-elemen pesantren tergantung pada besar kecilnya, program
pendidikan yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang berskala
kecil dan hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja, maka hanya

8
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 22 – 23
9
Ibid.hlm 24
8

kelima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan


kelima elemen inilah yang menjadi objek manajemen.

C. Struktur Organisasi Pondok pesantren


Untuk mencapai visi dan misinya, pondok pesantren membentuk
struktur organisasi. Struktur organisasi tersebut disusun beserta dengan
deskripsi kerja pada setiap bagian. Deskripsi kerja disusun sedemikian
rupa sehingga dapat bersinergi satu dengan lainnya untuk mencapai visi
dan misi pondok pesantren tersebut.
Setiap pesantren memiliki struktur organisasi sendiri-sendiri yang
berbeda-beda satu terhadap yang lain, sesuai dengan kebutuhan masing-
masing. Meskipun demikian, daripadanya dapat di simpulkan adanya
kesamaan-kesamaan yang menjadi ciri-ciri umum struktur organisasi
pesantren, dan tampak adanya kecenderungan perubahan yang sama di
dalam menatap masa depannya, sebagai berikut :
a. Pada dasarnya struktur organisasi pesantren dapat digolongkan
menjadi dua sayap sesuai dengan pembagian jenis nilai yang
mendasarinya, yaitu nilai agama dengan kebenaran absolut dan
nilai agama dengan kebenaran relatif.
b. Sesuai dengan hierarkis pembagian jenis nilai, maka sayap 1
mempunyai supremasi terhadap sayap 2, dan oleh karena itu
sayap 2 tidak boleh bertentangan dengan sayap 1, apalagi kalau
sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar akidah-
syariah agama dan sunnah pondok.
c. Sayap satu dijaga oleh kyai utama dan dibantu oleh kiai-kiai dan
ustadz yang telah dinilai kemampuan ilmu agamanya oleh kyai
utama. Para pembantu kyai utama ini adalah juga santri-santri dari
kyai utama. Sayap 2 dijaga oleh kyai-kyai muda, ustaz dan santri.
Semua kerja sayap 2, bahkan semua perilaku warga pesantren
harus memperoleh restu dari kyai utama, atau setidak-tidaknya
diperbolehkan atau tidak dilarang oleh kyai utama.
d. Kyai utama merupakan pimpinan spritual dan tokoh kunci
pesantren. Kedudukan, kewenangan, dan kekuasaannya amat
kuat. Hubungan antarsantri, dan antara santri dan pimpinan (kiai,
ustaz, dan pengurus) bersifat kekeluargaan dan penuh hormat.
e. Pembagian kerja antar unit-unit kerja sering kali kurang tajam dan
banyak terdapat kesamaan. Misalnya antara unit yang mengurusi
pendidikan dan pengajaran dengan unit yang mengurusi pengajian,
kehumasan, kemasyarakatan, kesejahteraan santri, dan
sebagainya sering kali mempunyai tugas yang sama.
9

f. Gaya kerja dalam struktur organisasi pesantren pada umumnya


masih merupakan garis lurus ke atas, artinya setiap unit kerja
bergantung pada atasan langsung. 10

D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren


Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang
berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan
yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai
hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut
pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi
dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan
kurang efisien.
Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih
akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat
ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan
profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi
yang ideal dan utuh yaitu idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi
konsep manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat
mempertahankan eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat
menigkatkan daya kompetitif pesantren dalam era global di sisi lainya.
Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep manajemen pondok
pesantren denggan karakteristik baru yang ideal. Selain itu juga dapat
disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP). Dengan
MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan karakteristik
pondok pesantren yang efektif.11
Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan
pendekatan system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari
atas pemikiran bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem
sehingga menguraikan karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses
output yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren secara
keseluruhan.12 Dimana karakteristik tersebut ditandai dengan adanya
pondok pesantren yang didasarkan pada input maupun ouput yang ada. 13

10
Evi Hanifah, MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (Pola Manajemen
Pondok Pesantren Tradisional) dalam
https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-pola-
manajemen-pondok-pesantren-tradisional/. Diunggah pada 18 Mei 2013 pukul 10.03
WIB
11
Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok
Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-
dan.html. Diunggah pada 01 April 2014 pukul 07.28 WIB
12
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media
Nusantara 2008,). hlm. 19.
13
M. Yacub, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT.
Angkasa, 2006). hlm. 62.
10

Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan input mengingat
output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki
tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input
memiliki tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output.
1. Output yang diharapkan
Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik
pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan
pembelajaran serta manajemen di pondok pesantren.
Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam:
a. Output berupa prestasi penggetahuan akademik
keagamaan.
b. Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.
c. Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan
hidup.
d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
2. Input podok pesantren
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya
adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.
a. Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Sumber daya tersrdia dan siap.
c. Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul
karimah.
d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e. Focus pada pelanggan khususnya para santri.
f. Adanya imput manajemen yang memadai untuk
menjalankan roda pondok pesantren.

E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren


Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok
pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus
perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini
dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun
meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki
pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem
pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal
dengan Sunan Ampel. Terkait denggan sistem pengelolaan pondok
pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat
modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri
11

sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah


pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD, sampai
perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan
perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila
yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah
Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan
pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab
ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam
kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya
masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem
pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang
ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga. 14
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem
pendidikanya denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak
lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan
materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari
teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain
berdasarkan sistem pendidikan modern..15
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan
sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah
garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem
pendidikan tradisional dan konvensional denggan membatasi diri pada
penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.
Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus
menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut
terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan
scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi
pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi
karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah
bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah
berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. 16
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan
pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik
individual maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat

14
A inurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra, 2008). hlm. 18.
15
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1,
(Jakarta: Diva Pustaka, 2003).hlm.14-15.
16
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 77.
12

pembagian penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran


pembanggunan serta anggaran incidental jika perlu
Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:
1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3. Terbuka dan transparan
4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi
dalam negeri sejauh hal ini di mungkinkan17
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan
membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan
dan membantu menggontrol kebijakan program pesantren termasuk
penggaliaan dan penggunaan keuanggan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun
anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran
pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi
penggelola pesantren melaksanakan menejemen keuanggan yang baik
hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:
a. Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang
bersangkutan, meliputi:
1) Konstribusi santri.
2) Sumbanggan dari individu dan organisasi.
3) Sumbanggan dari pemerintah bila ada.
4) Dari hasil usaha.
b. Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun
anggaran perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan
pesantren dapat berjalan dengan baik. Penggunaan uang
pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang
berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk
dana operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana
pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan
bahkan dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan denggan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana
anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip
anggaran berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus
seimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
Denggan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan
menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan
menjadi kunci dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini
tercapai, kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan

17
Binti Maunah, Landasan Pendidikan , cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2011). hlm.. 34
13

terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan


keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre. Hal ini perlu dilakukan
dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban keuanggan. Setiap
penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan keuanggan
secara tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang
termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah
pengawasanya.
Berkaitan denggan penggelolaan keuanggan ada hal-hal yang
perlu di perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a) Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus
membuat laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di
cocokan dengan RAPBP.
b) Laporan keuanggan harus di lampiri bukti-bukti
penggeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN
dan PPh) bila ada.
c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan
honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain yang
sah.
d) Neraca keuanggan juga harus di tunjukan untuk di periksa
oleh tim bertanggung jawaban keuanggan dari komite pesantren. 18

18
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 73.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Manajemen pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai


perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang berlangsung dalam pondok pesantren

Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai.
Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan
pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua
faktor :

 Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang


bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik.
Kebanyakan pesantren menganut pola mono manjemen dan mono
administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit
kerja yang ada dalam organisasi.
 Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan
komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh
pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor
nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan
kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota)
yang di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes.
Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren
seperti kerajaan kecil.

2. Elemen-elemen pesantren meliputi lima elemen dasar yaitu; kyai, santri,


podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering
disebut dengan kitab kuning.

3. Dalam struktur organisasi pesantren peran kyai sangat menonjol, kyai


sering kali menempapti atau bahkan ditempatkan sebagai pemimpin
tunggal yang mempunyai kelebihan (maziyah) yang tidak dimiliki oleh
masyarakat pada umumnya.

14
15

4. Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang


berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan
yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai
hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut
pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi
dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan
kurang efisien.
5. Pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya
dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource)
merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan
kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian
setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Penggembangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Dawam, A inurrofiq dan Ta’rifin, Ahmad. 2008. Manajemen Madrasah


Berbasis Pesantren, Jakarta:PT. Lista Farika Putra.
Ghazali, M. Bahri. 2001. Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan,
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.
Hanifah, Evi. 2013. Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen
Pondok Pesantren Tradisional), dalam
https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-
pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/.
Laili, Ismi Nur. 2015. Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam
http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-
pondok-pesantren.html.
Manullang, M. 1996. Dasar – dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Masyhud, M. Sulthon dan Khusnurridlo, M. 2003. Manajemen Pondok
Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka.
Mauliedia, Sophie. 2011. Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam
http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-
pondok-pesantren.html
Maunah, Binti. 2011. Landasan Pendidikan , Yogyakarta: Teras.
Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok
Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-
manajemen-pendidikan-dan.html.
Yacub, M. 2006. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa,
Bandung:PT. Angkasa
YAPPI, MU. 2008 Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren.
Jakarta: Media Nusantara

Anda mungkin juga menyukai