Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN DAN TANTANGAN DALAM MANAJEMEN PONDOK


PESANTREN ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pondok
Pesantren

Dosen Pengampu : Dr. Herry Saparudin, S. Pd., M. Pd.

Kelompok 2 :

Siti Moethiara F 1204030104

Ummi Fauziyah 1204030112

Wahyudi Ramadhan 1204030114

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik serta tepat waktu. Shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama Islam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Manajemen Pondok Pesantren. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambahkan wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Herry Saparudin, S.


Pd. I., M. Pd. I. selaku dosen mata kuliah Manajemen Pondok Pesantren yang
telah memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kita tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Masalah ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren ...............................................3


B. Pendekatan dalam Manajemen Pondok Pesantren Islam .........................4
C. Tantangan dalam Manajemen Pondok Pesantren Isslam .........................9

BAB III PENUTUP ............................................................................................11

A. Kesimpulan ...............................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumusan tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang nomor


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokrasi dan bertanggungjawab.
Salah satu manusia berkualitas dalam rumusan undang-undang No. 20
Tahun 2003 diatas adalah mereka yang beriman dan bertaqwa serta memiliki
akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri kompetensi keluaran
pendidikan nasional adalah ketangguhan dalam iman, taqwa serta akhlak
mulia.
Salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia adalah pesantren.
Banyak ahli mengemukakan bahwa pesantren merupakan salah satu
institusi pendidikan yang terpenting dan tertua di Indonesia yang bergerak
di bidang pengembangan pengetahuan keagamaan Islam. Sebelum
Belanda datang. Lembaga pendidikan tipe pesantren telah terlebih dahulu
berdiri di tanah nusantara.
Pada awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang, dan
tersebar di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga
keislaman yang sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki
nilai-nilai strategis dalam pengembangan masyarakat Indonesia.2 Inilah
yang mendasari pemahaman bahwa pesantren memiliki basis kultur yang
kuat sebab dimulai keberpengaruhannya dari suara dan hasrat masyarakat
1
muslim akar rumput pedesaan. Oleh karenanya secara substansial,
pesantren merupakan isntitusi keagamaan yang tidak mungkin lepas dari
masarakat, sebab tumbuh dan kembangnya adalah dari dan untuk
masyarakat. Dalam konteks ini, pendidikan pesantren pada dasarnya
merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa transformasi sosial.3
Kegiatan pesantren merupakan benih potensial yang menjadikannya salah
satu alternatif dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Manajemen Pondok Pesantren?


2. Apa Pendekatan-Pendekatan dalam Manajemen Pondok Pesantren Islam?
3. Apa Tantangan dalam Manajemen Pondok Pesantren Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Pondok Pesantren


2. Untuk mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam Manajemen Pondok
Pesantren Islam
3. Untuk mengetahui Tantangan dan dalam Manajemen Pondok Pesantren
Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren

Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang


di-kembangkan secara indigenous oleh masyarakat Indonesia. Karena
sebenarnya pesantren merupakan produk budaya masyarakat Indonesia yang
sadar sepenuhnya akan pentingnya arti sebuah pendidikan bagi orang pribumi
yang tumbuh secara natural. Terlepas dari mana tradisi dan sistem tersebut
diadopsi, tidak akan mempengaruhi pola yang unik (khas) dan telah mengakar
serta hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Terkait dengan manajemen pesantren yang merupakan sarana


penggunaan seumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran maka perlu
adanya stretegi atau siasat seperti ditegas oleh Bapak Mujamail Qomar bahwa
manajemen penuh siasat yang diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan.
Sebagai seni, manajemen lebih menitik beratkan pada peranan manusia
sebagai pelaku manajemen dengan menggunakan pendekatan scientific, tetapi
juga professional. Merupakan Lembaga Pendidikan Islam yang paling variatif
adalah Pesantren, mengingat adanya kebebasan dari kiai pendirinya untuk
mewarnai pesantrennya itu penekannya pada kajian tertentu. Misalnya, ada
pesantren ilmu “ alat”, pesantren fiqih, Pesantren Al Qur’an, Pesantren hadits,
atau pesantren tasawuf. Masing-Masing didasarkan pada keahlian kiainnya.
Ditinjau dari kesegiterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari
luar, pesantren dapat dibagi dua : Pertama Pesantren salafi dan kedua
pesantren Pesantren khalafi.Pesantern salafi bersifat kenservatif sedangan
khalafi bersifat adaptif Adaptasi dilakukukan terhadap perubahan dan
pengembangan pendidikan yang merupakan akibat dari tuntutan perkebangan
sains dan teknologi.
3
Perbedaan pesantren tradisional dengan pesantren modern dapat
diidenfifikasi dari perpespektif manajerialnnya. Pesantren modern dapat telah
dikelola secara rapi dan sistematis dengan mengikuti kaidah-kaidah
manajerial yang umum. Sementara itu, pesantren tradisional berjalan secara
alami tanpa berupaya mengelola secara efektif. Maka pembahasan
manajemen ini lebih diarahkan pada pesantren tradisional karena pesantren
ini mengahadapi tantangan multidiensi.

Pada awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang, dan tersebar


di berbagai pedesaan.Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang
sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis
dalam pengembangan masyarakat Indonesia. Inilah yang mendasari
pemahaman bahwa pesantren memiliki basis kultur yang kuat sebab dimulai
keberpengaruhannya dari suara dan hasrat masyarakat muslim akar rumput
pedesaan. Oleh karenanya secara substansial, pesantren merupakan isntitusi
keagamaan yang tidak mungkin lepas dari masarakat, sebab tumbuh dan
kembangnya adalah dari dan untuk masyarakat. Dalam konteks ini,
pendidikan pesantren pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat
dengan nuansa transformasi sosial.

B. Pendekatan-Pendekatan dalam Manajemen Pondok Pesantren Islam

Manajemen sama tuanya dengan peradaban di Yunani


kuno dan kerajaan Romawi, ditemukan berlimpah-berlimpah bukti
dari manajemen dalam arsip sejarah pemerintahan, tentara dan
pengadilan-pengadilan. Menjelang pertengahan pertama abad ke 19,
manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan peningkatan alat-
alat produksi. Perangsang-perangsang, penentuan biaya produksi
dan ukuran kerja mulai digunakan. Penggunaaan matematika dan
statistic merupakan pendekatan yang baru terhadap manajemen. Yang
lebih akhir adalah masuknya pendekatan-pendekatan lain, seperti
4
pemusatan pada pengambilan keputusan dan analisisa sistem-sistem,
ke dalam arus utama pemikiran manajemen. Terdapat beberapa
macam pendekatan yaitu:

1. Pendekatan-pendekatan Ilmu Manajemen

Manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan


peningkatan alat-alat produksi. Perangsang-perangsang, penentuan
biaya produksi dan ukuran kerja mulai digunakan. Penggunaaan
matematika dan statistik merupakan pendekatan yang baru
terhadap manajemen. Yang lebih akhir adalah masuknya
pendekatan-pendekatan lain, seperti pemusatan pada pengambilan
keputusan dan analisisa system-sistem, ke dalam arus utama
pemikiran manajemen. Terdapat lima macam pendekatan utama:

1) Proses pendekatan operasional

Manajemen dianalisa dari sudut pandangan apa yang


diperbuat seorang manajer untuk memenuhi persyaratan
sebagai seorang manajer. Kegiatan-kegiatan itu atau fungsi-
fungsi dasar ke dalam mana para manajer terlibat, membentuk
suatu proses yang dinamakan proses manajemen. Pendekatan
proses itu memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dasar
manajemen. Proses pendekatan itu banyak digunakan, karena
ia sangat menolong dalam mengembangkan pemikiran
manajemen dan membantu menentukan bentuk manajemen
dalam ketentuan-ketentuan yang mudah dipahami.

2) Pendekatan Perilaku Manusia.

Inti pendekatan ini adalah perilaku manusia. Hal itu


5
memberikan manajemen metode-metode dan konsep ilmu-
ilmu social yang bersangkutan, khususnya sosiologi dan
antropologi. Penekanan diberikan kepada hubungan-hubungan
atara perorangan serta dampaknya. Pada manajemen, individu
dipandang sebagai makhluk sosio- psikologis. Seni
manajemen diberi penakanan dan seluruh bidang hubungan
manusia dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Sebagian
orang memandang manajer itu sebagai pemimpin dan
memerlakukan semua kegiatan-kegiatan orang yang
dipimpinnya sebagai keadaan-keadaan managerial.

3) Pendekatan Sistem Sosial

Para pendukung pendekatan ini memandang


manajemen sebagai system social, atau dengan perkataan lain,
sebagai suatu system iterelasi budaya. Ia berorientasi secara
sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok social dan
hubungan- hubungan dengan budayanya serta berusaha
menyatukan kelompok-kelompok social dan hubungan-
hubungan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-
kelompok ini kedalam suatu system social. Suatau organisasi
dianggap sebagai sebuah orgaisme social, takluk kepada
segala pertentangan dan interaksi para anggotanya.

4) Pendekatan Sistem-Sistem

Konsep-konsep system-sistem umum merupakan


bagian-bagian sentral yang dikembangkan pendekatan ini.
Suatu system dapat dipandang sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dua komponen atau lebih, yang saling berada dalam
pola hubungan tertentu dan antara mana suatu kegiatan
6
menimbulkan reaksi pihak lain. Dengan kata lain sebuah
system adalah separangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling bereaksi.

5) Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan ini sudah menunjukkan kegunaan


manajerialnya yang besar. Manajemen dipadang sebagai
sebuah kekuatan yang logis, yang kalau diungkapkan dan
dihubungkan dalam istilah-istilah kuantitatif dan diproses
dengan suatu metodologi yang diterima, menghasilkan
jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan manajerial, yang
didefinisikan secara hati-hati. Pedekatan ini memaksa
untuk si pemakai mendefiniskan dengan tepat segala tujuan
persoalan dan hubungan dengan cara yang dapat diukur.

2. Pendekatan Terpadu

Yang dimaksud dengan pendekatan terpadu yang dilakukan


dalam proses pembelajaran adalah dengan memadukan secara
serentak beberapa pendekatan- pendekatan, yaitu :

 Pendekatan keimanan memberikan peluang kepada peserta


didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan
sebagai sumber kehidupan makhluk- Nya.
 Pendekatan Pengalaman, yaitu memberikan pengalaman
keagamaan kepada siswa dalam penanaman nilai-nilai
keagamaan, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman
ibadah dan akhlak dalam kehidupan.
 Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan

7
kepada siswa untuk senantiasa membiasakan sikap dan
perilaku baik sesuia dengan ajaran Islam dan budaya bangsa
dalam menghadapi masalah kehidupan.
 Pendekatan Emosional, yaitu usaha untuk menggugah
perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan
menghayati ajaran agama dan budaya bangsa.
 Pendekatan Rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan
kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran ajaran agama.
 Pendekatam Fungsional, yaitu usaha menyajikan ajarn
agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi
siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
 Pendekatan keteladan, menjadikan figure guru serta petugas
sekolah lainnya mau pun orang tua peserta didik sebagai
cermin manusia berkepribadian agamis.
3. Pendekatan Persuasif
Pendekatan persuasif ini dapat menciptakan keakraban
antara ustadz dengan santri. Dengan pendekatan persuasif ini
siswa mudah menerima dan memahami nasehat-nasehat dari
ustadz, sehingga teraplikasikan dengan perbuatan dan tingkah laku
yang baik dalam keseharian mereka.
4. Pendekatan yang dipegang didasarkan pada segala sesuatu yang
telah akrab dengan masyarakat dan perpaduan antara aspek teoritis
dan praktis.
Pola ini membawa pesantren pada sistem pendidikan yang penuh
fleksibilitas dan spektrum yang luas, melampaui batas-batas
pesantren itu sendiri. Keberadaaan pesantren diperkuat dengan
tradisi keilmuannya yang integral.

8
C. Tantangan dalam Manajemen Pondok Pesantren

Pondok pesantren setidaknya akan dihadapkan pada tiga tantangan


besar di masa yang akan datang. Ketiga tantangan tersebut adalah kelangkaan
ulama, modernitas, dan masalah kebangsaan.

1. Tantangan pertama bagi pesantren di masa yang akan datang adalah


semakin langkanya kyai atau ulama.
Mencetak kyai atau ulama tidak mudah karena harus memenuhi
persyaratan lahiriah dan batiniah. Persyaratan lahiriahnya, seorang ulama
harus memiliki seperangkat keilmuan agama yang komprehensif.
Sedangkan persyaratan batinnya, seorang ulama harus memiliki tingkat
spiritualitas yang hebat. Untuk sampai tingkatan itu, dibutuhkan proses
pelatihan dan riyadlah yang luar biasa dan itu membutuhkan waktu lama.
tantangan ini yang luar biasa. Solusi nya MQK ini bisa menjadi
instrumen untuk ke depan bahwa akan ada yang mempunyai pemahaman
baik terhadap kitab kuning, diharapkan ketika dibina se ulama,” harap
Nur Syam.
MQK adalah salah satu jawaban bahwa pesantren tidak kehiangan
auranya untuk terus mengkaji dan mengakrabi ilmu-ilmu yang
terkandung dalam Kitab Kuning.
2. Tantangan pesantren yang kedua adalah modernitas.
Sebagian masayarakat masih ada yang meragukan eksistensi
pesantren sebagai tempat penyemaian modernitas. Padahal salah satu
doktrinnya kalangan pesantren adalah melestarikan warisan terdahulu
yang baik sambil mengadopsi hal-hal kekinian yang lebih baik lagi.
Pesantren itu modern, tidak tidak meninggalkan tradisi yang
selama ini diakrabi namun pesantren ke depan tidak hanya harus
mempertahanknan tradisi membaca kitab kuning, tetapi juga harus
mengadaptasi perubahan zaman yang luar biasa. Yang perlu dikuatkan ke

9
depan, bagaimana pesantren mengembangkan kehidupan modern, tapi
tidak tercantum atau menghilangkan dari fungsi tafaqquh fid-din.
3. Tantangan pesantren ketiga terkait dengan persoalan kebangsaan.
Dikatakan bahwa ke depan kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan
dihadapkan pada pertarungan ideologis yang sangat luar biasa. Pesantren
harus menjadi garda terdepan dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,”
4. Tantangan Inovasi Kurikulum dan Khususnya Pembelajaran

Lembaga pendidikan islam di Indonesia saat ini


mengalami kritis dalam menghadapi permasalahan yang timbul
karena perkembangan sosial politik dan budaya, terutama
menyusul merebaknya globalisasi. Pendidikan Islam
dihadapkan pada persoalan kesiapan dalam merespon tuntunan
dan tantangan inovasi, khususnya dalam kaitannya dengan
kurikulum digunakan praktek pendidikan islam. Sejauh ini
masih menggunakan metode-metode yang lama yang dalam
banyak kasus lemah dalam merespon isu-isu aktual. Kondisi ini
mengakibatkan ilmu-ilmu yang lebih modern memiliki predikat
khusus sebagai ilmu yang kurang penting untuk dipelajari di
lingkungan pendidikan islam.

5. Tantangan Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan


Menurut Abdur Rahman Shaleh desentralisasi adalah
pemberian pendelegasian kewenangan, umumnya dari pemilik
wewenang (atasan) pada pelaksana (penguasa dibawahnya)
dalam mengambil keputusan. Sedang otonomi adalah
kemandirian dalam wujud memiliki yang disertai adanya
kemampuan.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan memiliki karakteristik

10
sebagai berikut :
• Unit yang lebih rendah diberi kewenangan dan kekuasaan
untuk memobilitasi sumber-sumber yang ada dan
kekuasaan untuk melakukan realokasi sumber-sumber yang
telah diberikannya sesuai kebutuhan prioritasnya.
• Unit perencanaan yang lebih rendah turut berpartisipasi
dalam proses perencanaan dengan unit yang lebih tinggi
(propinsi atau pusat dimana posisi unit yang lebih rendah
sebagai bawahan melainkan sebagai potret dari unit
propinsi atau pusat).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pesantren merupakan suatu komunitas dimana pengasuh (kyai),


ustadz, santri, dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu
lingkungan pendidikan, berlandaskan dengan nlai-nilai agama Islam,
norma-norma, serta kebiasaan-kebiasaannya sendiri yang secara eks-
klusif berbeda dengan masyarakat umum, elit khususnya.
Sebagai lembaga pendidikan agama sekaligus bagian komunitas dunia
yang menjunjung nilai-nilai moral keagamaan, pesantren dituntut untuk
menyikapi realitas kehidupan sebagai persoalan kemanusiaan. Dalam bahsa
lain, pesantren dituntut untuk mencari solusi dalam menyelesaikan problem
kehidupan. Dalam pesantren, ilmu dan segala seluk beluknya tidak dapat
dilepaskan dari proses kependidikan.

B. Saran
Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kr. itik yang bisa
membangun dari pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. 2006. Pembaruan Pesantren.Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Kemenag. 2014. Tiga Tantangan Pesantren di Masa Depan. Diakses pada tanggal
14 Maret 2023 pukul 23.50. diakses dari https://kemenag.go.id/read/tiga-
tantangan-pesantren-di-masa-depan

Sartonocakep. 2015. Manajemen Pesantren Modern. Diakses pada tanggal 14


Maret 2023 pukul 23.45. diakses dari
https://managemenpesantren.wordpress.com/2015/08/30/manajemen-
pondok-pesantren/

12

Anda mungkin juga menyukai