Anda di halaman 1dari 10

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir

Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah


Bringin
Rizal Fathurrohman1*, Siti Komala2, Riska Ratna Dewi3, Syergi
Dziasyafiq4, Wahyudi Ramadhan5, Puteri Diesy Fitriyani6
1Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,
Bandung
2Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung
3Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung
4Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung
5Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung
6Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung

*Email : rizalfathurrohman07@gmail.com
Syergi2407@gmail.com
stkomala30@gmail.com
riskaratnadewi18@gmail.com

ABSTRAK
BMT (Baitul Maal Wattamwil) merupakan salah satu lembaga keuangan
yang berdasarkan sistem syariah yang kegiatannya menerima dana dari
masyarakat yang mengalami kelebihan dana dan menyalurkan kembali dalam
bentuk pembiayaan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui prosedur
pemberian pembiayaan pada BMT Al-Muaawanah Bringin. Dalam penelitian ini
dijelaskan mengenai prosedur pemberian pembiayaan yang diterapkan sejak
berdirinya BMTA Al-Mu’awaanah Bringin sampai sekarang. Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif,yaitu penelitian yang menggunakan observasi
serta pengamatan sebuah objek. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
produk pembiayaan yang ada di Al-Muaawanah Bringin sudah baik meskipun
masih ada sedikit kekurangan.

Kata Kunci : Organisasi, Ekonomi, Pembiayaan

ABSTRACT
Diterima: Bulan Tahun. Disetujui: Bulan Tahun. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1
Rizal Fathurrohman, Syergi Dziasyafiq, Siti Komala, Riska R Dewi, Wahyudi Ramadhan

BMT (Baitul Maal Wattamwil) is a financial institution based on the sharia system whose
activities receive funds from people who experience excess funds and channel it back in form of
financing. This writing aims to find out the procedure for providing financing to BMT Al-
Muaawanah Bringin. In this study, it is explained about the procedure for providing financing
that has been implemented since the establishment of BMTA Al-Mu'awaanah Bringin until
now. This research method uses qualitative methods, namely research that uses observation and
observation of an object. The results of this study indicate that the financing products at Al-
Muaawanah Bringin are good even though there are still some deficiencies.

Keywords : Organization, Economy, Financing

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi telah membawa dampak yang begitu luas terhadap


perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Dampak negatif akibat krisis
mengakibatkan lesunya kegiatan ekonomi di berbagai sektor, baik sektor
perbankan maupun sektor riil. Di sektor riil kegiatan investigasi dan produksi
menurun. Pada dunia usaha, banyak perusahaan yang terpaksa harus mengalami
kebangkrutan. Sementara perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan dan
selamat dari krisis ekonomi dituntut sehati-hatinya dalam mengelola perusahaan
tersebut agar tidak mengalami kebangkrutan. Upaya pemulihan ekonomi akibat
krisis perlu dilakukan untuk mengembalikan aktivitas ekonomi terutama sektor
riil. Untuk membangkitkan dunia usaha, peran permodalan sangatlah penting
guna menciptakan iklim usaha yang kondusif. Namun saat ini masih sulit untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan modal usaha. Menyadari adanya kesulitan
yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah yang terkait dengan
permodalan, maka dibutuhkan pelaku-pelaku ekonomi yang diharapkan bisa
membantu para pengusaha kecil dan menengah dalam pemenuhan kebutuhan
modal.

Baitul Maal Wa Tamwil atau BMT adalah salah satu lembaga keuangan
yang sistem operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam kegiatan
operasionalnya BMT mempunyai berbagai macam jenis produk pengumpulan
dana (funding) dan pengeluaran dana (financing). Kegiatan penghimpunan dana
merupakan kegiatan lembaga dalam mendapatkan dana baik yang berasal dari
pemilik, internal lembaga maupun dari masyarakat dalam bentuk mobilisasi dana
masyarakat atau dana pihak ketiga. Sedangkan kegiatan penyaluran dana atau
pembiayaan merupakan kegiatan BMT dalam memanfaatkan dan menyalurkan
dana masyarakat yang telah terkumpul ke dalam sektor-sektor yang diperbolehkan
menurut syariah Isalam. (Nabhan, 2007)

2 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah Bringin

Peluang berkembangnya BMT dan Lembaga Keuangan Syariah sangat


terbuka mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Dengan
kondisi tersebut, maka penulis tergugah untuk mensosialisasikan sistem ekonomi
sesuai syariah, khususnya yang berhubungan dengan hal pendanaan atau
pemberian kredit. Ada beberapa macam produk pembiayaan pada BMT Al
Mu'aawanah Bringin, diantaranya pembiayan Mudharabah, Musyarokah, Ba'i
Bitsaman, Ajil, Murabahah, dan Qardhul Hasan. Terkait dengan pembiayaan
diperlukan strategi agar masyarakat tertarik untuk mengambil pembiayaan di
BMT. Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, dalam memberikan pembiayaan
BMT mempunyai tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam
pengajuan pembiayaan. Cara-cara dan prosedur yang diterapkan lembaga
keuangan pada umumnya. Dengan berlandaskan pada langkah-langkah dan
prosedur-prosedur dalam pemberian kredit yang disesuaikan pada aturan
perbankan, maka penulis ingin membahas lebih Ianjut tentang prinsip dasar
tentang prosedur pemberian pembiayaan dalam perspektif perbankan di BMT AI
Mu'aawanah.

Dari latar belakang masalah diatas yaitu untuk mengetahui secara


menyeluruh metode pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah Bringin maka penulis
mengambil judul Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah
Bringin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui macam-macam
produk pembiayaan pada BMT Al-Mua’aawanah dan mengetahui metode
pemberian pembiayaan pada BMT Al-Mu’aawanah.

LANDASAN TEORITIS
Baitul Maal Wat at Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu
adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi kan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat
dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas
prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh mayarakat setempat dengan
berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan),
kedamaian, dan kesejahteraan (Sumar'in, 2012).
Baitul Maal (Bait: Rumah, at-Tamwil: Harta) menerima titipan dana Zakat,
Infak dan Shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya. BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salam,
yaitu penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Prinsip dasar BMT yaitu
: Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), Thayyiban (terindah), Ahsanu’amala
(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salam: keselamatan,
kedamaian, dan kesejahteraan, Barokah, artinya berdayaguna, berhasil guna,
adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3
Rizal Fathurrohman, Syergi Dziasyafiq, Siti Komala, Riska R Dewi, Wahyudi Ramadhan

sepenuhnya kepada masyarakat, spiritual communication (penguatan nilai


ruhiyah), Demokratis, partisipatif, dan inklusif dan lain sebagainya.
Dalam BMT terdapat berbagai metode pembiayaan atau produk yang
ditawarkan kepada nasabah, pembiayaan dalam arti sempit dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti
Bank Syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan orang lain
(Kasmir, 2012). Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah
dan legal. Sebagai lembaga keuangan syari’ah, BMT harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip syari’ah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinanuntuk mau
tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk
mencapai sukses didunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan
tamwil (sosial dan bisnis).
Pembiayaan berasal dari kata biaya yag berarti uang yang dikeluarkan
untuk mengadakan (mendirikan, melakukan dan sebagainya) sesuatu, ongkos,
belanja dan pengeluaran. Jadi pembiayaan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan biaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007)
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan penjam
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
sejumlah imbalan atau hasil (Ridwan :2007). Menurut Kasmir, pembiayaan adalah
penyediaan uang aau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2012). Pembiayaan
berdasarkan UU No 7 tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang
dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam untuk melinasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu di tambah
dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil (Ridwan, Manajemen
Baitul Maal Wa Tamwil, 2004). Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan atau finaning adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak yang lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri maupun secara lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yag dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
dengan sistem bagi hasil.
Landasan hukum pembiayaan adalah dalam Al-Qur’an surat Shaad
ayat 24 yang berbunyi :

4 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah Bringin

َ َ‫يرا ِمنَ ْٱل ُخل‬


‫طا ٓ ِء لَيَ ْب ِغى‬ ِ َ‫س َؤا ِل نَ ْع َجتِكَ إِلَ ٰى نِع‬
ً ِ‫اج ِۦه ۖ َوإِ َّن َكث‬ ُ ِ‫ظلَ َمكَ ب‬ َ ْ‫قَا َل لَقَد‬
َ ‫ت َوقَ ِلي ٌل َّما هُ ْم ۗ َو‬
‫ظ َّن‬ ۟ ُ ‫ع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ِ ‫ص ِل ٰ َح‬ ۟ ُ‫ض ِإ ََّّل ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
َ ‫وا َو‬ ٍ ‫علَ ٰى بَ ْع‬ َ ‫ض ُه ْم‬ ُ ‫بَ ْع‬
۩ ‫َاب‬ ٰ
َ ‫اود ُ أَنَّ َما فَتَنَّهُ فَٱ ْست َ ْغفَ َر َربَّ ۥه ُ َوخ ََّر َرا ِكعًا َوأَن‬
‫دَ ُۥ‬
Artinya:
“Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat
sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya;
maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat.
Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Perbankan bahwa ada unsur-unsur yang terkandung dalam suatu fasilitas
pembiayaan adalah sebagai berikut: (1) Kepercayaan, Kepercayaan adalah suatu
keyakinan pemberian pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau
jasa akan diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. (2) Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. (3)Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah
disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang
tidak memiliki jangka waktu. (4) Resiko, Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan
dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau
membayar pembiyaannya padahal mampu dan resiko kerugian yang di akibatkan
karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana
alam..(5) Balas Jasa, Akibat dari pemberian fasilitas pembiyaan bank tentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas
pemberian suatu pembiyaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga
bank prinsip konvensional. Sedangkan bagi basil yang berdasarkan
prinsip syari'ah balas jasanya ditentukan dengan bagi basil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Baitul mal wat tamwil (BMT) merupakan satu organisasi usaha yang
bersifat mandiri yang memiliki kegiatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan
usaha yang bersifat produktif dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dari
kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh para Masyarakat kecil dan juga para
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Rizal Fathurrohman, Syergi Dziasyafiq, Siti Komala, Riska R Dewi, Wahyudi Ramadhan

pengusaha kecil. Kegiatan yang sering dilakukan oleh BMT adalah mendorong
agar masyarakat menabung di BMT serta juga membiayai kegiatan ekonomi yang
dijalankan oleh mereka. Selain kegiatan tersebut BMT juga dapat menerima dana-
dana untuk keperluan zakat, infak dan sedekah dan lalu menyalurkan kepada
pihak-pihak yang memerlukannya sesuai aturan yang ada. Sebagai satu Lembaga
keuangan syariah BMT merupakan Lembaga keuangan syariah yang memiliki sifat
yang lebih informal. Dan berbeda dengan entitas syariah lainnya yang lebih
formal, seperti bank syariah dan juga entitas pasar modal syariah.
BMT merupakan Lembaga keuangan syariah yang memiliki posisi yang
unik. Mengapa unik, karena secara legal BMT merupakan Lembaga mikro dengan
badan hukum koperasi. Meski begitu system operasional dari BMT pada dasarnya
menganut system yang sama dengan bank syariah, yaitu konsep bagi hasil. Baitul
maal dalam arti di Bahasa Indonesia adalah rumah harta. Karena berfungsi sebagai
rumah harta maka BMT berhak untuk melakukan pengelolaan atas dana zakat,
infak dan juga sedekah. Hal ini yang menjadi keunggulan dari BMT, karena bisa
memberikan pinjaman kepada kalangan masyarakat di bawah, terutama level
menengah ke bawah yang tidak memiliki persyaratan jaminan yang cukup bila
berhubungan dengan bank syariah. BMT juga memiiki konsep pinjaman kebajikan
atau dana qardh yang diambil dari dana-dana ZIS yang dikelola oleh BMT.
Dalam konsep lain, selain sebagai Baitul maal atau rumah harta, BMT juga
berfungsi sebaga baitut tamwil. Dalam Bahasa Indonesia artinya adalah rumah
pembiayaan. Dalam hal ini, pembiayan yang dilakukan oleh BMT tentunya dengan
konsep syariah, yaitu berbasis bagi hasil. Selain konsep bagi hasil. BMT juga
menyediakan pembiayaan dengan akad lain, seperti murabahah dan salam serta
ijarah. Tenntunya dengan kesadaran bahwa nasabah yang berhubungan dengan
BMT merupakan nasabah yang rata-rata berasal dari kalangan ekonomi mikro.
Profil BMT BMT Al Mu'aawanah
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al Mu'aawanah Bringin didirikan oleh
tokoh masyarakat muslim Bringin yang mempunyai gagasan meningkatkan
perekonomian di wilayah Bringin. BMT AI Mu'aawanah Bringin muncul setelah
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) mengadakan program P3T yaitu
Proyek Penanggulangan Pekerja Terampil. BMT Al Mu'aawanah berdiri pada
tanggal 8 Agustus 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1998. BMT
Al Mu'awanah adalah unit usaha jasa keuangan syari'ah yang berbadan hukum
nomor 084/BH/KDK.III/IV/1999 tanggal 5 April 1999 didirikan oleh kurang
lebih 20 orang, dengan semboyan " Dari umat, oleh umat, untuk umat". Kegiatan
usaha BMT Al Mu'aawanah masih pada bidang simpan pinjam yang berdasarkan

6 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah Bringin

pada prinsip syariah. BMT AI Mu'aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam
melayani berbagai macam jenis simpanan uang, baik dalam bentuk simpanan
harian yang dapat diambil sewaktu-waktu maupun simpanan berjangka. Selain
melayani simpanan BMT Al Mu'aawanah juga melayani pembiayaan.
Visi dan Misi BMT Al Mu'aawanah
Setiap organisasi tentunya memiliki visi dan misi organisasi sebagai
landasan pergerakan dan berdirinya organisasi tersebut. Begitupun dengan BMT
Al-Mu’aawanah yang memiliki visi menjadi mitra yang handal dalam kegiatan
ekonomi umat. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka BMT Al-Mu’aawanah
memiliki misi yaitu menjalankan usaha syari'ah yang efektif, efisien, dan
transparan serta menyelenggarakan pelayanan yang handal dan prima.
Tujuan dan Sasaran BMT Al Mu'aawanah
Dibentuknya visi dan misi sebuah organisasi adalah untuk mencapai
tujuan dan sasaran oranisasi itu dibentuk. Tujuan dari didirikanya BMT Al-
Mu’aawanah adalah sebagai berikut : (1) Meningkatkan usaha ekonomi ditingkat
masyarakat menengah ke bawah sehingga mampu bekerja sama dengan semua
komponen penggerak ekonomi, baik swasta, perorangan maupun pemerintah. (2)
Memberdayakan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial dibidang produksi,
distribusi, konsumsi, jasa dan pelayanan sosial dalam usaha pengembangan nilai-
nilai sosial ekonomi yang islami. (3) Menciptakan kader-kader usahawan yang
memiliki jiwa dan integritas terhadap pengembangan masyarakat yang masih
berada dalam taraf keterbelakangan.
Adapun sasaran pengembangan BMT A1 Mu'aawanah Bringin yaitu : (1)
Terciptanya lembaga ekonomi yang mampu menjadi motor penggerak
perekonomian baik berupa lembaga produksi, distribusi, konsumsi maupun
lembaga keuangan ditingkat masyarakat menengah ke bawah. (2) Terciptanya
struktur lembaga ekonomi yang saling sinergi untuk mengembangkan
perekonomian masyarakat menengah ke bawah. (3) Terbinanya hubungan
mobilitas dan akselerasi pembangunan masyarakat sehingga diperoleh dukungan
moral maupun materiil uang yang terwujud dalam rasa memiliki terhadap lembaga
aliran dan dari masyarakat.
Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Mu’aawanah

Dalam prinsip syariah pembiayaan merupakan penyedia uang atau tagihan


yang disamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar pihak BMT
dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah sampainya jangka waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7
Rizal Fathurrohman, Syergi Dziasyafiq, Siti Komala, Riska R Dewi, Wahyudi Ramadhan

sistem imbalan atau sistem bagi hasil. Dalam pemberian pembiayaan ada beberapa
hal yang berkaitan yang perlu diuraikan yaitu pada beberapa ciri dan unsur yang
harus dipenuhi diantaranya : (a) adanya suatu penyerahan uang atau barang, yang
menimbulkan tagihan. (b) pemberian didasarkan atas adanya suatu akad perjanjian
yang saling mempercayai. (c) di dalamnya terdapat kesepakatan pelunasan uang
dan sistem margin atau bagi hasil.

Adapun mengenai skema proses pengajuan pembiayaan di BMT Al


Mu'aawanah yaitu pertama-tama nasabah harus mengajukan pembiayaan ke BMT
melalui bagian pembiayaan, kemudian setelah berkas masuk ke bagian pembiayaan
berkas tersebut akan diserahkan kepada bagian surverior untuk disurvei dengan
tujuan untuk mengetahui kebenaran identitas nasabah dan kebenaran jaminan
yang digunakan nasabah dalam mengajukan pembiayaan. Setelah disurvei maka
hasil dari survei akan diserahkan kepada bagian komite pembiayaan, akan tetapi
apabila jumlah pembiayaan merupakan jumlah yang besar maka jumlah komite
pembiayaan bisa lebih banyak. Kemudian Apabila pembiayaan ditolak maka
berkas pengajuan pembiayaan akan dikembalikan kepada nasabah, dan apabila
pembiayaan diterima maka pengajuan pembiayaan akan direalisasikan dengan
dibuatnya akad yang nantinya akan di tandatangani oleh bagian pembiayaan,
nasabah dan manajer akad. Kemudian setelah pembuatan akad selesai dan akad
telah ditandatangani oleh bagian pembiayaan, nasabah dan manajer akad akan
diserahkan ke kasir. Kemudian nasabah akan menerima uang serta kartu angsuran
dari pihak kasir, yang mana kartu angsuran ini harus dibawa pada saat membayar
angsuran karena kartu angsuran akan menjadi bukti bahwa nasabah
sudah mengangsur. Dalam pengajuan pembiayaan pihak BMT Al Mu'aawanah
memberikan beberapa syarat atau dokumen yang harus dibawa oleh pihak
nasabah ketika hendak mengajukan pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah, syarat-
syarat atau dokumen yang harus dibawa ialah sebagai berikut : (a) Fotocopy KTP
suami istri yang masih berlaku, sebanyak 2 lembar. (b) Fotocopy kartu keluarga
dan surat nikah, sebanyak 2 lembar. (c) Fotocopy jaminan seperti jaminan BPKB
sepeda motor dan fotocopy STNK atau sertifikat tanah. (d) rekening PDAM,
rekening listrik, dan slip gaji (jika ada).

Dalam penyaluran pembiayaan BMT Al muawanah memiliki beberapa


pertimbangan. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut di terbagi kepada
beberapa faktor yaitu : (A) Likuiditas. Dari segi likuiditas ini dapat dilihat dari dana
kas yang tersedia di kantor kas, dari modal pernyataan yaitu seseorang yang
menginvestasikan uangnya di BMT dengan imbalan bagi hasil tiap bulannya, dan
dari hibah yang mana seorang yang memberikan sejumlah uang secara sukarela
tanpa harus mengembalikan dengan tujuan agar BMT bisa berkembang. (B)
Sebelum memberikan pembiayaan Al Mu'aawanah akan menilai kekayaan dalam

8 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Metode Pemberian Pembiayaan Pada BMT Al-Muaawanah Bringin

pemberian pembiayaan. Penilaian tersebut menggunakan teori 5C yaitu : (1)


Character, yang mana karakter calon nasabah akan dilihat dari data yang telah
diperoleh oleh BMT Al Mu'aawanah dari formulir permohonan, wawancara, dan
kenyataan di lapangan serta hal-hal lainnya yang bisa dijadikan sumber dalam
menilai karakter nasabah. (2) Capacity, BMT Al Mu'aawanah akan melihat
kemampuan dari calon nasabah tersebut dalam membayar pembiayaan yang
kemudian dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnisnya serta
kemampuan mencari laba. (3) Capital, BMT Al Mu'aawanah akan melihat sumber-
sumber usaha pembiayaan yang dimiliki oleh calon nasabah tersebut terhadap
suatu usaha yang akan dibiayai oleh pihak BMT. (4) Collateral, BMT Al
Mu'aawanah juga akan melihat jaminan yang akan diberikan oleh calon nasabah
kepada pihak BMT Al Mu'aawanah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan
(5) Condition, bmtl muawanah akan memperhatikan kondisi dari calon
nasabahnya tersebut juga dari segi prospek usaha tersebut yang akan datang. (C)
Kebijakan pemerintah. Yaitu keputusan pemerintah dalam kegiatan perbankan
tetapi selama ini belum ada.

PENUTUP
Baitul mal wat tamwil merupakan satu organisasi usaha yang bersifat
mandiri yang memiliki kegiatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan usaha
yang bersifat produktif dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan
ekonomi yang dijalankan oleh para masyarakat kecil dan juga para pengusaha
kecil. Kegiatan yang sering dilakukan oleh BMT adalah mendorong agar
masyarakat menabung di BMT serta juga membiayai kegiatan ekonomi yang
dijalankan mereka. Selain kegiatan tersebut, BMT juga dapat menerima dana-dana
untuk keperluan zakat, infak dan sedekah dan lalu menyalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukannya sesuai aturan yang ada.

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al Mu'aawanah Bringin didirikan oleh


tokoh masyarakat muslim Bringin yang mempunyai gagasan meningkatkan
perekonomian di wilayah Bringin. Kegiatan usaha BMT Al Mu'aawanah masih
pada bidang simpan pinjam yang berdasarkan pada prinsip syariah. BMT AI
Mu'aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai macam jenis
simpanan uang, baik dalam bentuk simpanan harian yang dapat diambil sewaktu-
waktu maupun simpanan berjangka. Selain melayani simpanan BMT Al
Mu'aawanah juga melayani pembiayaan.

Dalam prinsip syariah pembiayaan merupakan penyedia uang atau tagihan


yang disamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar pihak BMT
dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Rizal Fathurrohman, Syergi Dziasyafiq, Siti Komala, Riska R Dewi, Wahyudi Ramadhan

setelah sampainya jangka waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan


sistem imbalan atau sistem bagi hasil. Dalam pemberian pembiayaan ada beberapa
hal yang berkaitan yang perlu diuraikan yaitu pada beberapa ciri dan unsur yang
harus dipenuhi diantaranya : (a) adanya suatu penyerahan uang atau barang, yang
menimbulkan tagihan. (b) pemberian didasarkan atas adanya suatu akad perjanjian
yang saling mempercayai. (c) di dalamnya terdapat kesepakatan pelunasan uang
dan sistem margin atau bagi hasil.

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. (2012). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo.
Kebudayaan, D. P. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nabhan, F. (2007). Pengantar Akuntansi Bank syari'ah. Salatiga.
Pendidikan dan Kebudayaan, D. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ridwan, M. (2004). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII PRESS.
Ridwan, M. (Pustaka SM). Konstruksi Bank syari'ah Indonesia. 2007.
Sumar'in. (2012). Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

10 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx

Anda mungkin juga menyukai