Abstrak
Masjid merupakan salah satu organisasi sektor publik yang tergolong dalam
organisasi nirlaba yang dalam menjalankan aktivitasnya, dengan mengelola sumber
daya yang dimilikinya dan sumber daya yang diperoleh dari masyarakat secara
sukarela dan ikhlas. Sehubungan dengan dana masyarakat ini maka pengelolaan
keuangan harus mampu dipertanggungjawabkan yaitu dengan cara disajikan secara
akuntabel dan transparan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) dasar
pembentukan kepanitian pembangunan Masjid Darul Hidayah, (2) sumber pendanaan
pembangunan Masjid Darul Hidayah, (3) proses akuntabilitas pengelolaan keuangan
pembangunan Masjid Darul Hidayah, dan (4) proses transparansi pengelolaan
keuangan pembangunan Masjid Darul Hidayah.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang
digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi
yang selanjutnya data dianalisis dengan tahapan (1) pengumpulan data, (2) reduksi
data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dasar pembentukan kepanitian
pembangunan Masjid Darul Hidayah yakni dilakukan atas dasar musyawarah
bersama dengan para jamaah masjid, (2) sumber pendanaan berasal dari iuran wajib
jamaah, infaq dan sedekah jamaah, dan bantuan pemerintah, (3) panitia
pembangunan Masjid Darul Hidayah sudah menerapkan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan dengan mengedepankan sikap amanah baik itu secara
vertikal (Tuhan) maupun secara horizontal (Jamaah), (4) proses transparansi pada
Masjid Darul Hidayah masih kurang optimal dikarenakan panitia menyampaikan
pemasukan dana dan penggunaan dana hanya melalui lisan saja.
Abstract
yang berupa infaq serta sedekah dari para Hidayah merupakan salah satu poin yang
jamaah masjid. menarik untuk dapat dikaji lebih mendalam
Namun demikian, belakangan ini karena hal tersebut mejadi hakikat utama
muncul fenomena kecurigaan di kalangan bagi entitas publik untuk dapat bertahan
masyarakat tentang pengelolaan dana dan memaksimalkan perannya, apalagi
masjid yang di amanahkan kepada bagi entitas publik yang berada pada
pengurus masjid atau panitia lingkup sosial budaya yang berbeda
pembangunan masjid kecenderungan dana dengan entitas publik lainnya.
bisa saja digunakan secara pribadi oleh Penyampaian informasi
pengurus dengan mengaburkan dana pertanggungjawaban keuangan ini sangat
donasi dari masyarakat, hal ini dikarenakan diperlukan dan sangat disarankan dapat
lemahnya pengelolaan keuangan masjid, tersampaikan ke masyarakat secara merata
salah satu pemicunya adalah kurang dan adil sehingga seluruh informasi terkait
pahamnya pengurus dalam penyajian pengelolaan keuangan dapat diketahui oleh
laporan keuangan secara akuntabel dan masyarakat luas dan dengan hal itu pula
transparan. Selain itu proses pembangunan dapat mencerminkan pertanggungjawaban
masjid yang terlalu lama dan tidak sesuai ke masyarakat telah terlaksana dengan
target yakni penyelesaian yang diperkirakan baik.
selesai dalam rentang waktu 3 tahun tetapi Berkaitan dengan hal tersebut, maka
realisasinya tidak tercapai juga menjadi beberapa permasalahan penelitian yang
pemicu munculnya kecurigaan di kalangan akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu : (1)
masyarakat. Ditambah lagi jamaah masjid apa dasar pembentukan kepanitian
diminta untuk memberi sumbangan kembali pembangunan di Masjid Darul Hidayah, (2)
untuk melanjutkan proses pembangunan darimana saja sumber dana pembangunan
masjid meskipun diminta secara sukarela. Masjid Darul Hidayah, (3) bagaimana
Sama halnya seperti masjid-masjid proses akuntabilitas pengelolaan keuangan
yang ada di banyak desa di Indonesia yang pembangunan Masjid Darul Hidayah, dan
biasanya mempercayakan kepada (4) bagaimana proses transparansi
seorang ulama, ustad atau takmir masjid pengelolaan keuangan pembangunan
yang dipercayai untuk mengelola sumber Masjid Darul Hidayah.
dana masjid termasuk pengelolan sumber
dana pembangunan masjid, sehingga METODE
akuntabilitas dan transparansi tidak terlalu Penelitian dilakukan dengan
diperhatikan karena cukup dengan adanya menggunakan metode kualitatif. Dalam
kepercayaan pada amanah yang diberikan penelitian ini dilakukan pada Masjid Darul
oleh jamaah masjid atau masyarakat Hidayah, Desa Airkuning, Kecamatan
terkait. Pada pembangunan Masjid Darul Jembrana, Kabupaten Jembrana. Data
Hidayah ini, rata-rata pendidikan pengurus dalam penelitian ini dikumpulkan dari
pembangunan masjid tidak ada yang sumber primer yaitu data yang diperoleh
mencapai sarjana, tetapi hanya sampai dari informan berupa hasil wawancara dan
pada tingkat SMA, SMP, bahkan SD. observasi, serta sumber sekunder yaitu
Dalam penyajian laporan keuangan selama data yang diperoleh dari dokumentasi yang
ini hanya menampilkan total uang masuk terkait dengan masalah penelitian.
dan keluar serta posisi saldo dan tidak Infoeman dalam penelitian ini ditentukan
diuraikan secara rinci berdasarkan buku secara purposive, artinya dimulai dengan
kas harian sehingga terkesan ada informasi informan kunci yang dianggap paling
dan data yang tidak tersampaikan. Selain mengetahui permasalahan penelitian.
itu, pelaporan keuangan ke masyarakat Data dianalisis dengan
atau jamaah dilaporkan tidak secara teratur menggunakan analisis data. Tahap analisis
setiap bulannya, dan pelaporannya data dimulai dengan pengumpulan data,
terkadang hanya dilakukan secara lisan reduksi data, apabila diperlukan selanjutnya
pada saat-saat tertentu. penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Akuntabilitas dan transparansi praktik
pengelolaan keuangan pada Masjid Darul
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
setiap kepala keluarga itu Rp. sedekah. Sedangkan yang menjadi kendala
1.000.000,00 per tahun dan kita minta dalam pembangunan Masjid Darul Hidayah
selama tiga tahun, selain itu juga ada juga berasal dari jamaah itu sendiri dimana
bantuan dari pemerintah kabupaten notabenenya para jamaah mayoritas
juga desa, dan ada tambahan juga bermata pencaharian sebagai nelayan
dari infaq dan sedekah jamaah lewat sehingga jika musim ikan sepi akan
kotak amal pada saat jum’atan dik”. berpengaruh pula terhadap pelunasan iuran
Sumber pendanaan Masjid Darul juga wajib dari jamaah itu sendiri. Maka dari itu
disampaikan oleh Bapak Saipurrahman pembangunan masjid dilakukan bertahap
selaku bendahara pembangunan Masjid seperti penuturan hasil wawancara dengan
Darul Hidayah : ketua pembangunan Masjid Darul Hidayah.
“Sumber pendanaan masjid ini yang
utama dari iuran masyarakat secara Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
langsung dan juga ada sumbangan Pembangunan Masjid Darul Hidayah
dari donator yang tidak mengikat Akuntabilitas dalam sebuah
seperti infaq, selain itu juga setiap organisasi keagamaan bukan hanya
tahun ada bantuan dari pemerintah sekedar pertanggungjawaban secara
daerah kabupaten juga desa,… Untuk duniawi, melainkan juga
dana yang berasal dari pemerintah pertanggungjawaban secara spiritual yang
tersebut, sebelumnya biasanya kita melibatkan sikap dan watak orang itu
mengajukan proposal terlebih dahulu sendiri. Seperti yang dinyatakan Yulianti
untuk meminta bantuan dana untuk (2008) bahwa akuntabilitas yang dilihat dari
pembangunan masjid ini”. sikap dan watak manusia meliputi
Selama ini yang menjadi sorotan akuntabilitas intern dan ekstren.
utama di Masjid Darul Hidayah adalah Akuntabilitas secara intern disebut sebagai
proses pembangunan yang sangat lama, akuntabilitas secara spiritual karena
dimana awal renovasi masjid dilakukan merupakan pertanggungjawaban
pada tahun 2009 namun sampai sekarang seseorang kepada tuhannya, sedangkan
perampungan masjid belum juga selesai akuntabilitas secara ekstren
seratus persen. Hal tersebut juga sering pertanggungjawaban seseorang kepada
menjadi pemicu kecurigaan di kalangan lingkungan secara formal (terhadap atasan)
masyarakat dan juga jamaah masjid. maupun informal (terhadap masyarakat).
Berdasarkan wawancara dengan ketua Dalam hal pertanggungjawaban,
pembangunan masjid Bapak H. Sahran akuntabilitas terdapat dua jenis
mengatakan bahwa pembangunan masjid akuntabilitas publik, yaitu akuntabilitas
sering mengalami kesulitan dana sehingga horizontal (horizontal accountability) dan
pembangunan dilakukan secara bertahap, akuntabilitas vertikal (vertical
seperti penuturannya sebagai berikut : accountability). Akuntabilitas vertikal
“Kendala yang dihadapi disini kadang (vertical accountability) adalah
pelunasan dari jamaah itu telat, ya pertanggungjawaban atas pengelolaan
kita maklumi lah soalnya disini dana kepada otoritas yang lebih tinggi.
sebagian besar bekerja menjadi Sedangkan akuntabilitas horizontal
nelayan dik, kita juga tidak bisa (horizontal accountability) adalah bentuk
memaksakan mereka, apalagi kalau pertanggungjawaban kepada masyarakat
kondisi musim ikan lagi sepi, jadi luas. Dilihat dari sudut akuntabilitas
karena kondisi tersebut kita lakukan horizontal dan vertikal. Panitia
pembangunan masjidnya secara pembangunan masjid dalam mengelola
bertahap”. dana dan melaksanakan proses
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan sudah melakukan upaya-
sumber pendanaan utama dari upaya untuk mencapai
pembangunan Masjid Darul Hidayah adalah pertanggungjawaban tersebut meskipun
bersumber dari iuran wajib para jamaah belum begitu optimal dalam
masjid, selain itu ada bantuan dari pelaksanaannya. Bapak H. Sahran selaku
pemerintah dan dari pemasukan infaq dan ketua pembangunan masjid, menuturkan,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Pedoman Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen
Manajemen Masjid. Jakarta : Pustaka Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi
Quantum. Offset.
Halim, Abdul. 2010. Akuntansi Sektor Maries, Novie Kiftiah. 2017. “Menelaah
Publik. Jakarta : Salemba Empat. Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Pada
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Yayasan Pendidikan Full Day
Pernyataan Standar Akuntansi Mardlatillah Singaraja”. E-Jurnal
Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Ilmiah Ak Universitas Pendidikan
Indonesia. Undiksha Jurusan Akuntansi Program
S1 (Volume :7 No: 1 Tahun 2017).
Irfan, H Muhammad. 2007. Akuntabilitas
dan Good Governance. Jakarta: Moelong, Lexy. J. 2010. Metodologi
Departemen Agama RI. Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Rahmanurrasjid, Amin. 2008. “Akuntabilitas
Persada. dan Transparansi dalam
Pertanggungjawaban Pemrintah
Komara, Endang. 2011. Filsafat Ilmu dan Daerah untuk Mewujudkan
Metodologi Penelitian. Bandung: PT Pemerintahan yang Baik di Daerah.
Refika Aditama. Tesis. Semarang. Program Magister
Ilmu Hukum-Universitas Diponegoro.
Lawang, Robert M.Z. 1985. Pengantar
Sosiologi. Karunika. Jakarta. Randa Fransiskus. 2011. Akuntabilitas
Keuangan Dalam Organisasi
Lestari Dewi, Ayu Komang. 2014. Keagamaan (Studi Etnografi Pada
“Membedah Akuntabilitas Praktik Sebuah Gereja Katolik Di Tana
Pengelolaan Keuangan Desa Toraja). Skripsi FE Universitas Atma
Pakraman Kubutambahan, Jaya Makasar.
Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali Shafratunnisa. Fierda. 2015. “Penerapan
(Sebuah Studi Interpretif Pada Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas
Organisasi Publik Non dalam Pengelolaan Keuangan Kepada
Pemerintahan.)”. Jurnal Ilmiah Stakeholder di SD Islam Binakheir”.
Mahasiswa Akuntansi S1. Universitas Skripsi. Jurusan Manajemen
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)