Anda di halaman 1dari 14

TOPIK

MOSQUE BASED COMMUNITY EMPOWERMENT AND


THE RESPONSE OF THE BENEFICIARIES

M U H T A D I*

A BSTRACT
Some research problems needed to be arisen were : firstly, how to identify empowerment impact on social
behavior; secondly, supporting factors and challenges in the implementation of community empowerment and
behavioral changes among the beneficiaries. This study employed descriptive survey using random sampling
methods based on Slovin perspectives. The study found that; firstly, process and output program was significant
for the beneficiaries; secondly, the correlation between empowerment process and behavioral changes was varying.
Among others were facilitators had strong correlation with behavioral and skill development, and had weak
correlation with knowledge development; thirdly, community had real influence on the beneficiaries. Some variables
that had real influence were; group programs, and quality development. Among weak influencing variables:
facilitator’s roles and program’s subjects.

KEY WORDS: Community empowerment, beneficiaries of the program, changes in behavior

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID


TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PENERIMA
MANFAAT PROGRAM
ABSTRAK
Permasalahan penelitian pertama, mengidentifikasi pengaruh pemberdayaan masyarakat dalam
upaya perubahan perilaku masyarakat. Kedua, faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam
program pemberdayaan masyarakat untuk perubahan perilaku penerima manfaat program. Metode
penelitian ini adalah metode deskriptif survei dan pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik sampel random sampling pada populasi dari penelitian dengan menggunakan
teori Slovin. Hasil penelitian ini adalah; pertama, proses pemberdayaan dan output pemberdayaan
cukup berarti bagi penerima manfaat program. Kedua, hubungan antara variabel proses
pemberdayaan dan variabel perubahan perilaku bervariasi. Antara lain bahwa variabel peran fasilitator
memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap peningkatan sikap dan peningkatan keterampilan,
tapi pada peningkatan pengetahuan hubungannya rendah. Ketiga, aspek proses penyuluhan
kelompok berpengaruh nyata terhadap perubahan dari perilaku penerima manfaat program. Variabel
yang signifikan berpengaruh nyata bagi perubahan perilaku yaitu; penyuluhan kelompok dan
peningkatan kualitas variabel yang pengaruhnya tidak signifikan terhadap perubahan perilaku
penerima manfaat yaitu; peran fasilitator, dan subjek penyuluhan.

KATA KUNCI: Pemberdayaan masyarakat, penerima manfaat program, perubahan perilaku

*) Dosen pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullahl Jakarta, Jln. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412. Email: muhtadi@uinjkt.ac.id
* Naskah diterima September 2018, direvisi Oktober 2018 dan disetujui untuk diterbitkan November 2018

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 167


A. PENDAHULUAN Masjid juga melakukan kegiatan-kegiatan
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid pemberdayaan pada bina ekonomi, sosial, fisik
melalui program layanan sosial ekonomi untuk dan spiritualitas keagamaan. Kegiatan
kesejahteraan masyarakat (Rosidin, 2018; Choirul pemberdayaan pada masyarakat sebagai bagian
Mahfudz, 2018; Pajar, 2018, Ismail Ruslan, 2012; dari fungsi sosial dari masjid. Kegiatan
Asep Suryanto, Asep Saepulloh, 2016; Sochimin, pemberdayaan ini telah menempatkan masjid
2016). Berdasarkan hasil riset tersebut bahwa pada posisi strategis dalam melakukan perubahan
masjid melalui fungsi non ibadah mahdhah sosial kemasyarakatan ke arah lebih baik sesuai
melakukan berbagai inovasi program atau tuntutan ajaran agama.
layanan untuk pemberdayaan jamaah atau Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
masyarakatnya dalam rangka meningkatkan dan program yang dilaksanakan pengurus
kesejahteraan mereka. Bentuk programnya antara Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) masjid belum
lain pinjaman mikro untuk usaha kecil dan melahirkan perubahan perilaku yang signifikan
beasiswa pendidikan bagi anak-anak kurang pada penerima manfaatnya. Hal ini berimplikasi
mampu. pada belum munculnya perilaku-perilaku yang
Dalam konteks di atas masjid itu memiliki positif dari penerima manfaatnya. Program dan
fungsi ibadah dan non ibadah mahdhah. Masjid kegiatan lebih menekankan pada bantuan teknis
memiliki fungsi pendidikan, sosial sementara perubahan-perubahan perilaku yang
kemasyarakatan, dan ekonomi. Selain tempat seharusnya dapat secara bersamaan belum dapat
ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan diwujudkan.
komunitas muslim. Keberadaan masjid memiliki
fungsi sentral dalam masyarakat karena B. KERANGKA TEORI
umumnya masjid merupakan perwujudan a. Pemberdayaan Masyarakat
aspirasi umat Islam. Dalam konteks ini, masjid Pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan
dituntut sebagai agen perubahan sosial bagi yang adil sehingga meningkatkan kesadaran
masyarakat (Huda: 2007:108). Sebagaimana politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah
Masjid Jogokariyan di Yogyakarta melalui peran serta memperbesar pengaruh mereka terhadap
dari Dewan Kemakmuran Masjid telah mampu “proses dan hasil-hasil pembangunan”(Prijono
memberikan penanaman pendidikan Islam bagi dan Pranarka,1996). Konsep pemberdayaan
jamaah semua usia agar mampu menurut Friedman (1992) adalah pembangunan
mengembangkan unit-unit ekonomi. Unit alternatif yang menekankan keutamaan politik
ekonomi dikelola melalui manajemen profesional melalui otonomi pengambilan keputusan untuk
dan pemasaran ke jaringan yang dimiliki tokoh- melindungi kepentingan rakyat yang
tokoh komunitas Jogokariyan (Arrozy, 2016). berlandaskan pada sumberdaya pribadi,
Unit-unit ekonomi ini telah mampu memberikan langsung melalui partisipasi, demokrasi dan
kesjahteraan bagi warga masyarakat sekitarnya. pembelajaran sosial melalui pengamatan
Masjid memiliki berbagai tujuan dan program langsung.
yang secara ideal bertujuan memelihara perilaku Pemberdayaan menunjuk pada usaha
agama dan perilaku lainnya yang ada dalam suatu pengalokasian kembali kekuasaan melalui
kelompok masyarakat, artinya masjid mampu pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin,
sebagai pranata sosial (Yahya; 1990). 1987). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan
Di antara kegiatan yang tergolong mana rakyat, organisasi, dan komunitas
memakmurkan masjid saat ini adalah (Supardi diarahkan agar mampu menguasai (atau
dkk: 2001:26)1. pengelolaan masjid yang berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).
profesional, 2. menyemarakkan majelis taklim, 3. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan
Taman Pendidikan Al-Qur’an, 4. memberdayakan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah,
remaja masjid, 5. mengelola perpustakaan, 6. untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber
mengelola keuangan masjid sesuai prinsip-prinsip produktif yang memungkinkan mereka dapat
Islam, 7. unit pelayanan zakat, 8. baitul Maal, 9. meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah, dan barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
lain-lain. perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses

168 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


pembangunan dan keputusan-keputusan yang juga duduk bersama mereka dengan sikap yang
mempengaruhi mereka. sangat ramah” (HR Baihaqi). Masjid juga pada
Kartasasmita (1996) menyatakan bahwa zaman Rasulullah Saw memberikan layanan dan
proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tempat untuk mengobati orang sakit, khususnya
tiga proses. Pertama, menciptakan suasana atau pada masa perang. Aisyah ra. Berkata, “Pada hari
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat terjadinya perang Khandaq, Sa‘ad ibn Muadz
berkembang dan tumbuh (enabling). Kedua, mengalami luka-luka karena dipanah oleh
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh seorang kafir Quraisy. Kata Khabban bin Araqah,
masyarakat (empowering), sehingga diperlukan orang tersebut memanah Sa‘ad pada bagian
langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau lehernya. Maka, Nabi Saw, membuatkan tenda
suasana. Ketiga, memberdayakan juga di masjid, agar beliau bisa beristirahat, karena
mengandung arti melindungi. Dalam proses jarak yang dekat.”
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah Sedangkan peran masjid di zaman Rasulullah
menjadi bertambah lemah, oleh karena kurang untuk aspek ekonomi dan pemberdayaan
berdaya dalam menghadapi yang kuat. ekonomi umat dalam tiga hal: penguatan etika
Proses pemberdayaan warga masyarakat bisnis. Perekonomian umat dibangun atas dasar
diharapkan dapat menjadikan masyarakat etika Islam dimana melarang kecurangan,
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan haramnya riba, melarang menipu dan lainnya.
berkamampuan. Kaitannya dengan indikator Kedua, membangun ikatan persaudaraan antara
masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) Slamet Anshar dan Muhajirin. Dimana kaum Anshar
(2003) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat memberikan bantuan usaha atau modal, lahan
berdaya yaitu: (1) ahu, mengerti, faham, bertani memberikan kepada kaum Anshar,
termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan sebagaimana dilakukan oleh Abdurahman bin
peluang, berenergi, (2) mampu bekerjasama, tahu Auf. Kaum Muhajirin yang tadi lemah secara
berbagai alternatif, (3) mampu mengambil ekonomi perlahan-perlahan mampu mandiri
keputusan, berani mengambil resiko, (4) mampu secara ekonomi melalui rintisan usaha. Ketiga,
mencari dan menangkap informasi dan (5) mendirikan pasar di sekitar Masjid Nabawi.
mampu bertindak sesuai dengan situasi dan (6) Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “Inilah pasar
mampu mengarahkan dirinya sendiri, (7) kalian, jangan sampai dikurangi dan jangan juga
memiliki kekuatan untuk berunding, memiliki menetapkan pajak atasnya”. Hal ini dilakukan
bargaining power yang memadai dalam melakukan dalam rangka mendukung pemberdayaan
kerjasama yang saling menguntungkan (8) dan ekonomi umat melalui penyediaan institusi pasar
bertanggungjawab atas tindakannya. Proses dan penerapan ekonomi Islam (Nurjamilah, 2016).
pemberdayaan yang melahirkan masyarakat c. Perubahan Perilaku
yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus Perilaku manusia sebagaian besar ialah
dilakukan secara berkesinambungan dengan perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari,
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara berkaitan dengan itu Walgito (2003) menerangkan
bertanggungjawab. beberapa cara terbentuknya sebuah perilaku
seseorang sebagai berikut :
b. Pemberdayaan berbasis masjid a. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena
Dalam lintasan sejarah Islam, bahwa kebiasaan yang sering dilakukan, misal
pemberdayaan masyarakat melalui masjid itu menggosok gigi sebelum tidur, dan bangun
memiliki akarnya yakni masjid berfungsi pagi sarapan pagi.
menyediakan layanan sosial dan layanan medis b. Pengertian (insight) terbentuknya perilaku
atau kesehatan (Suyudi, 2005). Pada zaman ditempuh dengan pengertian, misalnya bila
Rasulullah masjid menyediakan layanan sosial naik motor harus menggunakan helm, agar
bagi para Muhajirin. Dari Utsman bin Yaman, ia jika terjadi sesuatu di jalan, bisa sedikit
berkata, “Ketika para Muhajirin membanjiri kota menyelamatkan Anda.
Madinah, tanpa memiliki rumah dan tempat c. Penggunaan model, pembentukan perilaku
tinggal, Rasulullah Saw menempatkan mereka di melalui ini, contohnya adalah ada seseorang
masjid dan beliau namai ashabush-shuffah. Beliau yang menjadi sebuah panutan untuk

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 169


seseorang mau berperilaku seperti yang ia lihat kebutuhan untuk berubah; (2) menggunakan
saat itu. hubungan untuk perubahan; (3) mendiagnosis
Perilaku manusia adalah refleksi dari masalah; (4) mendorong motivasi untuk
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, berubah; (5) merencanakan tindakan
persepsi, minat, keinginan, dan sikap. Hal-hal pembaharuan; (6) memelihara program
yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian pembaharuan dan mencegah stagnasi; (7)
terletak dalam diri individu sendiri yang disebut mengembangkan kapasitas kelembagaan; (8)
juga faktor internal, sebagian lagi terletak di luar mencapai hubungan terminal untuk secara
dirinya atau disebut dengan faktor eksternal dinamis mengembangkan proses perubahan yang
yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 1997 ). lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan. Ki
d. Penerima Manfaat Hajar Dewantoro mengartikan fasilitator (1) Ing
Sedangkan penerima manfaat menurut Ngarso sung Tulodo (yang di depan harus bisa
Mardikanto (dalam Mardikanto & Soebianto, menjadi teladan), (2) Ing Madyo Mangun Karso
2013:130) dimaknai sebagai: (yang di tengah harus membangunkan
a. Berbeda dengan kedudukannya sebagai kemauan), (3) Tut Wuri Handayani (yang di
“sasaran”, masyarakat sebagai penerima belakang harus bisa mendorong/menyemangati).
manfaat memiliki kedudukan yang setara Ife J. (1995), ada beberapa peran dan
dengan penentu kebijakan, fasilitator, dan keterampilan yang perlu dimiliki para fasilitator
pemangku kepentingan yang lain. yakni;
b. Penerima manfaat bukanlah obyek atau (a). Peran dan keterampilan memfasilitasi adalah:
sasaran tembak yang layak dipandang rendah (1) semangat sosial, (2) mediasi dan negosiasi,
oleh penentu kebijakan dan para fasilitator, (3) dukungan, (4) membangun konsensus, (5)
melainkan ditempatkan pada posisi terhormat fasilitasi kelompok, (6) pemanfaatan berbagai
yang perlu dilayani dan atau difasilitasi keterampilan dan sumber daya, (7)
sebagai rekan kerja dalam mensukseskan mengorganisasi, dan (8) komunikasi pribadi.
pembangunan. (b).Peranan dan keterampilan mendidik. (1)
c. Berbeda dengan kedudukannya sebagai peningkatan kesadaran, (2) memberikan
sasaran yang tidak punya pilihan atau informasi, (3) konfrontasi, (4) pelatihan.
kesempatan untuk menawar setiap materi Peranan dan Keterampilan Representasi. (1)
yang disampaikan, selain harus menerima/ memperoleh berbagai sumber daya, (2)
mengikutinya, penerima manfaat memiliki advokasi, (3) menggunakan media, (4) humas
posisi tawar yang harus dihargai untuk dan presentasi publik, (5) jaringan kerja
menerima atau menolak inovasi yang (networking), (6) berbagi pengetahuan dan
disampaikan fasilitatornya. pengalaman.
d. Penerima manfaat tidak berada dalam posisi (c). Peranan dan keterampilan teknis. Berbagai
di bawah penentu kebijakan dan para peran keterampilan teknis tersebut adalah: (1)
fasilitator, melainkan dalam kedudukan yang penelitian, (2) menggunakan komputer, (3)
setara bahkan sering justru lebih tinggi presentasi verbal dan tertulis, (4) manajemen,
kedudukannya, dalam arti memiliki kebebasan dan (5) mengatur keuangan
untuk mengikuti ataupun menolak inovasi Berdasarkan definisi dan deskripsi di atas,
yang disampaikan oleh penyuluhnya. fasilitator dapat dirumuskan bahwa istilah yang
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang digunakan untuk orang yang mendampingi dan
dimaksud penerima manfaat dalam penelitian ini memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat ini
adalah peran serta atau keikutsertaan yang penuh adalah pendamping. Peran pendamping adalah
kesadaran dan tanggung jawab, baik secara fisik, kegiatan seseorang memiliki kemampuan
emosi maupun mental yang dilakukan oleh memberi contoh, berempati, berbagi pengalaman,
masyarakat yang menerima manfaat dari suatu membangunkan kesadaran akan berubah,
kegiatan guna mencapai tujuan. memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
e. Peran Pendamping untuk hidup lebih baik, berusaha lebih baik, dan
Sumardjo (2010) menjelaskan bahwa menciptakan lingkungan kehidupan yang lebih
fasilitator memiliki peran (1) membangkitkan baik dan membantu kelompok sasaran sehingga

170 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


tercipta kesejahteraan dan keberdayaan pada bulan. 2. Taman Baca Masyarakat,
individu. mengumpulkan sedekah buku. 3. SEBUK
(Sedekah Buku). 4. Sedekah Sampah. Tujuannya
C. METODE PENELITIAN adalah untuk kalangan masyarakat tidak punya,
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian sedekah tersebut hasilnya untuk beras. 5. Sedekah
ini adalah pendekatan kuantitatif yang Sampah Daur Ulang. Tujuannya adalah untuk
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah menjadikan masyarakat yang tidak punya agar
yang hasilnya dapat di generalisasikan. Jenis mampu berdikari dalam berwirausaha. 6. GEMA
penelitiannya adalah survei. Survei adalah metode TUTUL (Gerakan Masyarakat Tutup L oban g).
riset dengan menggunakan kuesioner sebagai 7. SELAMET (Sedekah Lampu Mati). 8. Klinik
instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya Pelayanan Kesehatan.
untuk memperoleh informasi tentang sejumlah Masjid Al-Mujahidin berada di bawah
responden yang dianggap mewakili populasi naungan Yayasan. Masjid ini bertempat di Jalan
tertentu. Lokasi Penelitian Masjid Jami Ar Pangrango No. 5, RT. 07 / 13, Kedaung, Pamulang,
Rahmah, Masjid Al-Mujahidin dan majlis ta’lim Sawah Lama, Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
khusus Bangkok di Kota Tangerang Selatan. Banten 15415, Indonesia. Program Pemberdayaan
Lokasi masjid yang dipilih secara sengaja karena, Masjid Mujahidin sebagai berikut: a. Pendidikan:
pertama, memiliki program pemberdayaan SMPI Al-Mujahidin; b. Sosial: BMT Al-Mujahidin;
ekonomi produktif yang sudah lama antara 4 -7 c. Ambulan berpaket (dana dari infaq); d. Lapak
tahun. Kedua, penerima manfaat cukup banyak. jual buku dan Al-Qur’an oleh marbot; e. Bidang
Ketiga, program pemberdayaan ekonomi telah lembaga amil zakat & wakaf didirikan pada tahun
meningkatkan pendapatan penerima manfaat. 2016. Mustahiq: wilayah Kecamatan Pamulang
Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Barat Jumlah mustahiq: 1000 orang.
bulan Oktober 2017. Masjid Al Istiqomah merupakan masjid
Populasi dalam penelitian ini adalah penerima pertama dan tertua yang terletak di Desa Cempaka
manfaat program pemberdayaan yang Putih Kecamatan Ciputat, dimana lokasi tersebut
dilaksanakan oleh pengelola layanan sosial sebelum adanya pemekaran desa awalnya adalah
ekonomi dari Masjid. Sampel penelitian ini adalah termasuk wilayah desa Rempoa Kecamatan
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang Ciputat Kota Tangerang Selatan Banten.
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, Beasiswa berprestasi sampai S1 bagi yang
2005:58). Dengan kata lain sampel adalah berkontribusi kepada masjid. Tahun sekarang
sebagian objek penelitian dari keseluruhan objek terdapat 8 anak yang menerima beasiswa, mulai
yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh dari SD sampai S1. Majelis Ta’lim Khusus
populasi yang diteliti. Pengambilan sampel Bangkok berada di Jl. Gunung Indah 3 No. 12,
dilakukan melalui rumus slovin dengan KP. Gunung Utara-Cirendeu. Program
populasinya sejumlah 93 dan didapatkan 73 pemberdayaan adalah memberikan pendidikan
Responden dengan margin error 5%. bagi anak-anak yatim dan dhuafa.
Adapun profil mengenai fasilitator bagi
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pemberdayaan masyarakat di masjid-masjid
a. Profil Masjid dalam Pemberdayaan sebagai berikut: pertama, fasilitatornya adalah
Masyarakat pengurus tersebut. Kedua, kualifikasi antara
Masjid Jami Ar Rahmah Jl. Flamboyan fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat
Cantik, RW. 13, Rempoa, Ciputat Timur, Kota masjid yang ditugaskan di bagian sosial ekonomi,
Tangerang Selatan Banten. Adapun program- atau pengurus lembaga Amil Zakat Masjid di
program pemberdayaannya antara lain: 1. AZIS masjid-masjid secara kualifikasi berbeda-beda,
(Amil Zakat Infak Sadaqah). Program Beras tetapi mereka memiliki kapasitas dan kompetensi
Dhuafa sudah dijalankan sejak tahun 2013. Saat dalam pemberdayaan masyarakat. Fasilitator
ini baru terealisasi 35 keluarga dari 100 keluarga pemberdayaan masyarakat tidak memiliki standar
target. Cakupan yang diberikan yaitu wilayah yang sama. Ketiga, fasilitator dalam pemberdayaan
sekitar masjid, lebih dikhususkan untuk janda. masyarakat ini memiliki tugas untuk memfasilitasi
Santunan Yatim dan Dhuafa diadakan setiap pertemuan rutin, pemberian bantuan teknis, dan

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 171


memberikan motivasi kepada penerima manfaat
untuk memanfaatkan dana secara benar.
b. Data Deskripsi tentang Persepsi
Responden
Penelitian ini mengungkapkan bagaimana
penilaian penerima program terhadap kegiatan
pemberdayaan dilaksanakan tiga masjid di Kota
Tangerang Selatan. Penilaian tersebut didasarkan
pada kepuasan yang dirasakan oleh penerima
program dalam setiap pelayanan kegiatan
pemberdayaan yang mereka terima. Kotler
sebagaimana dikutip Rangkuti (2008) menjelaskan Subjek penyuluhan atau pemberdayaan
bahwa kepuasan adalah “… a person’s feeling of yakni tentang kesediaan dari penerima manfaat
pleasure or disappointment resulting from the comparing dalam program pemberdayaan ini menurut
a product’s received performance (or outcome) in relations cukup baik untuk mengikuti proses
to the persons’s expectation”. Kepuasan merupakan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pengurus
perasaan senang atau kekecewaan seseorang masjid tersebut. Hal ini terkonfirmasi dengan 80,8
sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi persen menjawab setuju, 13,7 menjawab sangat
atau produk yang dirasakan dan diharapkan. setuju dan sisanya 4.1 % tidak setuju serta sangat
Dalam kaitan ini adalah persepsi atas kepuasan tidak setuju yakni 1,4 persen.
penerima manfaat program terhadap kegiatan
pemberdayaan.
Peran fasilitator atau pendamping program
menurut penerima manfaat program cukup baik.
Hal ini terkonfirmasi dengan 87,7 persen
menjawab setuju, 9,6 menjawab sangat setuju dan
sisanya 2.7% tidak setuju.

Dalam kegiatan pemberdayaan ada upaya


untuk peningkatan kualitas. Kegiatan
peningkatan kualitas ini menurut penerima
manfaat program cukup baik. Hal ini
terkonfirmasi dengan 82,2 persen menjawab
setuju, 13,7 menjawab sangat setuju dan sisanya
4.1 % tidak setuju.

Kegiatan penyuluhan kelompok dalam


program pemberdayaan ini menurut penerima
manfaat program cukup. Hal ini terkonfirmasi
dengan 61,1 persen menjawab setuju, 12,3
menjawab sangat setuju dan sisanya 26 % tidak
setuju. Penyuluhan kelompok memberikan
manfaat yang cukup besar dalam proses
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
oleh pengurus masjid tersebut.

172 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


Kegiatan pemberdayaan ini adalah proses menjalankan dan melaksanakan program
untuk peningkatan pengetahuan bagi penerima pemberdayaan tersebut. Hal ini terkonfirmasi
manfaat program. Peningkatan pengetahuan dengan 75,3 persen menjawab setuju, 19,2 persen
dalam kegiatan pemberdayaan ini cukup baik. menjawab sangat setuju dan sisanya 5,5 persen
Artinya penerima manfaat program dapat tidak setuju.
memahami dan mengetahui program
pemberdayaan tersebut. Hal ini terkonfirmasi
dengan 61,6 persen menjawab setuju, 8,2 persen
menjawab sangat setuju dan sisanya 30,1 persen
tidak setuju.

Berdasarkan hal di atas proses pemberdayaan


penerima manfaat program yang dikelola oleh
masjid cukup berjalan dengan baik. Dimana
peran fasilitator, penyuluhan kelompok, subjek
penyuluhan, dan peningkatan kualitas telah
berproses dengan cukup baik. Dengan demikian
program pemberdayaan melalui komponen
fasilitator, penyuluhan kelompok, subjek
Kegiatan pemberdayaan ini adalah proses penyuluhan, dan peningkatan kualitas telah
untuk peningkatan sikap bagi penerima manfaat bekerja dengan baik untuk pelaksanaan program
program. Peningkatan sikap dalam kegiatan pemberdayaan tersebut. Sedangkan aspek
pemberdayaan ini cukup baik. Artinya penerima peningkatan pengetahuan, sikap dan
manfaat program dapat menerima secara sadar keterampilan sebagai output dari proses
program pemberdayaan tersebut. Hal ini pemberdayaan telah menghasilkan perubahan
terkonfirmasi dengan 90,4 persen menjawab perilaku yang cukup pada ketiga aspek, pada
setuju, 8,2 persen menjawab sangat setuju dan penerima manfaat tersebut.
sisanya 1,4 persen tidak setuju.
c. Analisa hubungan Proses Pemberdayaan
dalam Perubahan Perilaku
Berdasarkan tabel 08 bahwa variabel peran
fasilitator memiliki hubungan yang sangat kuat
terhadap peningkatan sikap yakni 0,358 dan
peningkatan keterampilan yakni 0,375, tapi pada
peningkatan pengetahuan hubungannya rendah
yakni 0,201. Hal ini dapat diartikan bahwa
fasilitator dalam kegiatan pemberdayaan lebih
menekankan pada terbentuknya aspek sikap dan
keterampilan dalam pengelolaan program.
Berdasarkan tabel 08 bahwa variabel penyuluhan
kelompok memiliki hubungan yang sangat kuat
Kegiatan pemberdayaan ini adalah proses terhadap peningkatan pengetahuan yakni 0,542
untuk peningkatan keterampilan bagi penerima dan hubungan kuat dengan peningkatan sikap
manfaat program. Peningkatan keterampilan yakni 0,262, tapi pada peningkatan keterampilan
dalam kegiatan pemberdayaan ini cukup baik. sangat rendah yakni 0,107. Hal ini
Artinya penerima manfaat program dapat mengkomfirmasi bahwa kegiatan penyuluhan

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 173


baru sampai pada peningkatan pengetahuan dan d. Analisis Pengaruh proses pemberdayaan
sikap. Kekurangan hubungan dapat dilengkapi dalam perubahan perilaku
oleh peran fasilitator yang melakukan penguatan Proses pemberdayaan yang dilakukan di
pada aspek sikap dan keterampilan. Berdasarkan masjid-masjid diharapkan dapat merubah
tabel 08 bahwa variabel subjek penyuluhan perilaku penerima manfaat program. Untuk
memiliki hubungan kuat terhadap peningkatan menganalisis pengaruh proses pemberdayaan
pengetahuan yakni 0,210 dan hubungan kuat (peran fasilitator, penyuluhan kelompok, subjek
dengan peningkatan keterampilan yakni 0,280, penyuluhan, dan peningkatan kualitas perilaku)
tapi pada peningkatan pengetahuan hubungan terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap
tidak kuat yakni 0,207. Hal ini dan keterampilan) menggunakan analisis regresi
mengkonfirmasikan bahwa subjek penyuluhan berganda dengan bantuan program SPSS for
lebih memprioritaskan pada peningkatan sikap Windows versi 16.0 dengan signifikan pada tingkat
dan keterampilan dari penerima manfaat program. kesalahan maksimal 5% (0,05). Variabel dependen
Berdasarkan tabel 08 bahwa variabel peningkatan adalah perubahan perilaku (Y) dan variabel
kualitas memiliki hubungan kuat terhadap independen (X) peran pemberdayaan.
peningkatan pengetahuan yakni 0,408 dan Berdasarkan hasil uji analisis regresi
hubungan kuat dengan peningkatan ketrampilan berganda dengan menggunakan metode enter,
yakni 0,400, tapi pada peningkatan pengetahuan proses pemberdayaan yang mempengaruhi
hubungannya tidak kuat yakni 0,227. Hal ini perubahan perilaku penerima manfaat program
mengkonfirmasi bahwa peningkatan kualitas dapat dilihat pada tabel 09.
dimaksudkan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dari penerima
manfaat program. Sehingga hal ini agak kurang
memperhatikan aspek peningkatan sikap dari
penerima manfaat program.

Diketahui bahwa proses pemberdayaan yang


mempengaruhi perubahan perilaku penerima
manfaat program ada yang berpengaruh nyata
(signifikan) dan ada yang tidak berpengaruh
nyata (tidak signifikan). Hasil analisis regresi
berganda dapat diketahui bahwa variabel proses
pemberdayaan dengan sub variabel peran
fasilitator dan subjek penyuluhan tidak
berpengaruh nyata (p > 0,05), sedangkan sub
penyuluhan kelompok dan peningkatan kualitas
berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap perubahan
perilaku penerima manfaat program.
Koefisien regresi ganda sebesar -019
menyatakan bahwa setiap pengurangan peran
fasilitator (karena tanda -) satu skor atau nilai
mengurangi perubahan perilaku akan

174 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


memberikan pengurangan sebesar -019. Koefisien penyuluhan kelompok 0,433 dengan nilai
regresi ganda sebesar 0,433 menyatakan bahwa signifikansi 0,042, sedangkan nilai tabel adalah
setiap penambahan penyuluhan kelompok 3,918 dengan demikian variabel independen
(karena tanda +) satu skor atau nilai proses pemberdayaan (meningkatkan kualitas
meningkatkan perubahan perilaku akan perilaku) berpengaruh secara parsial atau
memberikan kenaikan skor sebesar 0,433. sendiri-sendiri terhadap variabel dependen
Koefisien regresi ganda sebesar 0,121 menyatakan perubahan perilaku penerima manfaat
bahwa setiap penambahan subjek penyuluhan program.
(karena tanda +) satu skor atau nilai Berdasarkan hasil analisis regresi linear
meningkatkan perubahan perilaku akan berganda dengan metode enter dapat dijelaskan
memberikan kenaikan skor sebesar 0,121. bahwa terdapat dua variabel signifikan dan dua
Koefisien regresi ganda sebesar 0,259 menyatakan variabel tidak signifikan terhadap perubahan
bahwa setiap penambahan peningkatan kualitas perilaku penerima manfaat program di masjid -
(karena tanda +) satu skor atau nilai masjid. Variabel yang signifikan yaitu;
meningkatkan perubahan perilaku akan penyuluhan kelompok dan peningkatan kualitas.
memberikan kenaikan skors sebesar 0,259. Variabel tersebut berpengaruh secara nyata,
Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: berarti semakin baik pelaksanaan penyuluhan
1. Nilai R2 (koefisien determinasi) merupakan kelompok dan peningkatan kualitas dalam proses
salah satu kriteria untuk menentukan bahwa pemberdayaan, hal ini akan menimbulkan
fungsi regresi yang digunakan cukup tepat dampak bagi peningkatan perubahan perilaku
atau tidak. Nilai R 2 berkisar antara 0 – 1, pada aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/
semakin tinggi nilai R2 maka model fungsi tindakan..
regresi tersebut semakin tepat. Berdasarkan Pada penelitian ini, outcome atau dampak dari
hasil analisis diperoleh nilai R2 0,608, hal ini proses pemberdayaan yakni peningkatan kualitas
berarti 60,8% variasi dari variabel dependen perilaku yang memiliki pengaruh signifikan
(perubahan perilaku) dapat dijelaskan oleh untuk perubahan perilaku. Proses pemberdayaan
variabel independen (meningkatkan kualitas peserta program pemberdayaan masyarakat yang
perilaku), sedangkan sisanya 39,2% dijelaskan ditujukan untuk meningkatkan kualitas mereka
oleh variabel independen lain di luar model telah berhasil mencapai tujuan, karena hal ini
yang digunakan, seperti peran keluarga dan sangat berpengaruh pada perilaku penerima
peran anggota komunitas. manfaat program.
2. Nilai Fhitung merupakan perbandingan antara Sedangkan variabel yang pengaruhnya tidak
rerata kuadrat dari regresi dengan rerata signifikan terhadap perubahan perilaku penerima
kuadrat residu. BerdasarkanTabel 09 manfaat yaitu; peran fasilitator, dan subjek
diperoleh nilai Fhitung 0,166 lebih besar dari Ftabel penyuluhan. Pada aspek ini perlu adanya proses
0,869 dengan nilai signifikansi (0,000) atau perbaikan dari kedua variabel ini agar lebih
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, dengan berpengaruh dalam perubahan perilaku penerima
demikian maka dapat dikatakan bahwa manfaat.
variabel independen proses pemberdayaan Peran fasilitator yang melakukan
(meningkatkan kualitas perilaku) pendampingan belum memiliki pengaruh
berpengaruh secara simultan atau bersama- perubahan perilaku penerima manfaat program.
sama terhadap variabel dependen perubahan Penerima manfaat program belum merasakan
penerima manfaat program adanya pengaruh nyata dari peran fasilitator
3. Nilai t hitung menunjukkan seberapa besar tersebut. Pendampingan dari fasilitator belum
pengaruh variabel independen terhadap dirasakan manfaatnya untuk perubahan perilaku
variabel dependen secara parsial atau sendiri- mereka. Kegiatan pertemuan rutin dan mereka
sendiri. Dengan membandingkan nilai ttabel penerima menjadi subjek penyuluhan itu tidak
dengan thitung, maka dapat diketahui apakah signifikan pula untuk perubahan perilaku.
variabel independen tersebut dapat Karena pertemuan itu tidak ada inovasi dan
berpengaruh secara nyata atau tidak. Dari mereka belum menjadi subjek yang total dalam
Tabel tersebut diketahui nilai thitung variabel kegiatan tersebut.

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 175


Berdasarkan hal ini, peran fasilitator kesempatan yang ada.
sebagaimana dikatakan Sumardjo dan Jim Ife, Secara umum temuan penelitian ini berbeda
yakni peranan dan keterampilan memfasilitasi, dengan hasil penelitian (Muthalib, 2018)
mendidik, dan representasi, mendiagnosis mengatakan bahwa faktor persepsi yang keliru,
masalah, merencanakan tindakan perubahan, dan faktor keterbatasan SDM, faktor keterbatasan
memberikan motivasi itu belum optimal modal, dan faktor posisi yang tidak strategis
dirasakan oleh penerima manfaat program. Hal penyebab belum difungsikannya masjid secara
ini dikarenakan fasilitator itu tidak diberikan optimal di Kota Watampone sebagai tempat
kursus atau pelatihan secara formal mengenai pemberdayaan ekonomi umat. Karena penelitian
peran dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. ini mengkonfirmasi bahwa masjid sudah
Mereka bekerja semi sukarela untuk memfasilitasi berfungsi untuk pemberdayaan masyarakat di
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Temuan bidang ekonomi, tetapi ada peran fasilitator yang
penelitian di atas berbeda hasil riset Zulfa (2015) belum maksimal dan penerima manfaat belum
di Salatiga, dimana peran dai sebagai penggerak menjadi subjek pemberdayaan.
pemberdayaan masjid sangat dominan dan Temuan penelitian di atas juga berbeda
strategis. Dimana dai menjadi penggerak bagi dengan hasil riset Zulfa (2015) di Salatiga, dimana
kegiatan pemberdayaan dengan memberikan peran dai sebagai penggerak pemberdayaan
motivasi, penyuluhan, dan lainnya. masjid sangat dominan dan strategis. Dimana
Penerima manfaat program juga belum dai menjadi penggerak bagi kegiatan
menjadi subyek dalam kegiatan. Mereka masih pemberdayaan dengan memberikan motivasi,
memerlukan bantuan dan fasilitasi untuk subjek penyuluhan dan lainnya. Berbeda karena dalam
dalam kegiatan program tersebut. Dalam kaitan penelitian ini peran fasilitator (baca; dai) lebih
ini, fasilitator dan pertemuan rutin menjadi faktor pada dakwah bil hal. Misalnya mengajar
penting untuk mewujudkan mereka menjadi keterampilan berwirausaha, membuat kelompok,
subjek dalam program pemberdayaan. Karena hal membuat aturan kelompok dan lain sebagainya.
ini dalam rangka membangun kemampuan dan
kemandirian mereka. Agar mereka tidak E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
selamanya mengalami ketergantungan bantuan a. Simpulan
dari pihak luar. Dari hasil penelitian pemberdayaan
Sebagaimana Kartasasmita (1996) masyarakat berbasis program dan layanan yang
menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat diberikan pada penerima manfaat disimpulkan
dilakukan melalui tiga proses. Pertama, bahwa: pertama, peran fasilitator, penyuluhan
menciptakan suasana atau iklim yang kelompok, subjek penyuluhan, dan peningkatan
memungkinkan potensi masyarakat berkembang kualitas telah berproses dengan cukup baik.
dan tumbuh (enabling). Kedua, memperkuat Dengan demikian program pemberdayaan melalui
potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat komponen di dalamnya telah berkerja dengan
(empowering). Ketiga, memberdayakan juga baik untuk pelaksanaan program pemberdayaan
mengandung arti melindungi. Hasil riset ini, tersebut. Kedua; aspek peningkatan
proses pemberdayaan untuk lebih berdaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
dengan potensi penerima manfaat miliki belum ouput dari proses pemberdayaan itu telah
optimal. Hal ini karena faktor internal dari menghasilkan perubahan perilaku yang cukup
penerima manfaat maupun dari faktor eksternal pada ketiga aspek pada penerima manfaat. Ketiga,
di antaranya fasilitator. Bila merujuk pada hubungan antara variabel proses pemberdayaan
indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) terhadap aspek pengetahuan, sikap, dan
Slamet (2003), penerima manfaat ini baru pada keterampilan bervariasi. Variabel peran fasilitator
level tahu, mengerti, paham, termotivasi, memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap
berkesempatan, memanfaatkan peluang, peningkatan sikap dan peningkatan
berenergi. Mereka belum pada level berdaya untuk keterampilan, tapi pada peningkatan pengetahuan
mengambil keputusan sendiri, mengambil risiko hubungannya rendah. variabel penyuluhan
sendiri dan mengarahkan tindakannya secara kelompok memiliki hubungan yang sangat kuat
benar dalam pemanfaatan peluang dan terhadap peningkatan pengetahuan dan

176 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


hubungan kuat dengan peningkatan menyelenggarakan pertemuan rutin diharapkan
ketrampilan, tapi pada peningkatan pengetahuan lebih efektif dan efisien dalam mendorong
sangat rendah. variabel subjek penyuluhan perubahan pada pengetahuan, sikap, perbuatan,
memiliki hubungan kuat terhadap peningkatan dan karya. Sehingga pertemuan rutin ini dapat
pengetahuan dan hubungan kuat dengan menjadi faktor penting untuk perubahan perilaku
peningkatan ketrampilan, tapi pada peningkatan para penerima manfaat program. Ketiga,
pengetahuan hubungan tidak kuat. Variabel Pemberdayaan penerima manfaat program
peningkatan kualitas memiliki hubungan kuat diharapkan dapat mendorong para penerima/
terhadap peningkatan pengetahuan dan kelompok sasaran untuk menjadi subjek
hubungan kuat dengan peningkatan bukannya objek pemberdayaan. Hasil penelitian
ketrampilan, tapi pada peningkatan pengetahuan mendapatkan data bahwa para penerima
hubungan tidak kuat. Keempat, ternyata aspek program itu masih menjadi objek pemberdayaan,
dalam pemberdayaan antaralain; penyuluhan sehingga mereka belum dapat menjadi mandiri.
kelompok, subjek penyuluhan, dan peningkatan
kualitas belum berpengaruh nyata terhadap F. Ucapan Terimakasih
perubahan perilaku bagi penerima manfaat Peneliti mengucapkan banyak terimakasih
program, baik pada aspek kognitif, afektif, dan kepada Pusat Penelitian dan Penerbitan
psikomotornya. Hal yang berpengaruh nyata itu (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah
adalah aspek peran fasilitator kelompok terhadap Jakarta yang memberikan pendanaan penelitian,
perubahan dari perilaku penerima manfaat pengurus, pengelola program di Masjid Jami Ar
program. Rahmah Ciputat Timur, Masjid Al Mujahidin
Pamulang, Masjid Al Istiqomah Ciputat dan
b. Saran Majlis Ta’lim Khusus Bangkok Cirendeu serta
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa penerima manfaat program yang telah berbagi
saran sebagai berikut; pertama, perlu informasi dan berpartisipasi dalam penelitian.[]
ditingkatkan adalah peran pendamping dalam
memfasilitasi penerima manfaat program agar
mereka dapat mengalami perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik dan berkarakter.
Pendamping program agar lebih kreatif dan
inovatif dalam memfasilitasi para penerima
manfaat program. Kedua, Pemberdayaan
penerima manfaat program dalam

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 177


D A F TA R P U S TA K A

Aminuddin, Teuku dan Supardi. Manajemen Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan


Majid dalam pembangunan masyarakat Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta:
(optimalisasi peran dan fungsi). Rineka Cipta, 1997.
Yogyakarta: UII Press, 2001.
Nurjamilah, C. (2016). Pemberdayaan
Amanah, Siti. Makna Penyuluhan dan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam
Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal
Komunikasi Pembangunan 08 No. 1 (2010): Persfektif Dakwah Nabi SAW: Journal of
1-12. Islamic Studies and Humanities Vol. 1,No. 1
(2016) 93-119
Arrozy, Ahmad M. Perubahan Sosial Komunitas
Masjid Kampung Jogokariyan Yogyakarta Pajar Hatma Indra Jaya, Trickle Down Efeck dan
Tinjauan Sosiologi-Sejarah. Jurnal Analisa Perubahan Wajah Masjid di Yogyakarta:
Sosiologi. Vol. 5, No.1 (2016): 92-112 INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan; Vol. 12, No.1 ( 2018): 1-24
Bimo, Walgito. Pengantar Psikologi Umum,
Yogyakarta : ANDI, 2003. Parson et al. The integration of social work
practice, California Wardworth.inc, 1994.
Choirul Mahfud, Filantropi Islam di Komunitas
Muslim Tionghoa Surabaya: Ikhtiar Prijono OS, Pranarka AMW. Pemberdayaan
Manajemen Zakat untuk Kesejahteraan dan (Empowerment) dalam Pemberdayaan:
Harmoni Sosial: INFERENSI, Jurnal Konsep, Kebijakan dan Implementasi.
Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 12, No.1 Jakarta: Centre for Strategic and International
( 2018): 149-176 Studies (CSIS): 1996

Friedman J. 1992. Empowerment the politics of Sochimin, Manajeme Keuangan Masjid Berbasis
alternative development. USA: Blackwell Pemberdayaan Ekonomi Umat, el-JIZYA;
Publishers, Cambridge, 1992 Vol.4, No.1 (2016): 119-150

Huda, Nor dan Abdul Qodir Shaleh. Islam Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.
Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Bandung: ALFABET, 2005.
Indonesia . Yogyakarta. Ar-Ruzz Media, 2007. Sumardjo. Transformasi Model Penyuluhan
Ife, Jim. Community Dvelopment: Creating Community Pembangunan Menuju Pengembangan
Alternatives-Vision, Analysis and Practice. Kemandirian Petani. Disertasi. Bogor:
Meulbourne: Longman, 1995 Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, 1999.
Kartasasmita, Ginanjar, Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Pembelajaran yang Berakar pada Sumardjo. Model Pemberdayaan Masayarakat
Masyarakat. Jakarta: Bappenas, 1996. Dan Pengelolaan Konflik Sosial Pada
Perkebunan Kelapa Sawit Di Propinsi Riau,
Kotler P, Amstrong G. Prinsip-prinsip Pemasaran. Riau: 2010
Jakarta: Erlangga, 2008
Suyudi, 2005. Pendidikan dalam Perspektif al-Quran:
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Integrasi Epistemologi Bayani, Burhani, dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam Irfani. Yogyakarta: Mikraj.
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta: 2013 Suryanto, A. dkk. (2016). Optimasilasi Fungsi dan
Potensi Masjid:Model Pemberdayaan
Muthalib, Ahmad Abdul, Prospek Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di
Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Tasikmalaya: Jurnal Iqtishoduna Vol 8 (2) hal
Kota Watampone: Jurnal Iqtisaduna, 1-27.
Volume 4 Nomor 1 Ed. Juni 2018: page 82-
95 Zulfa. M (2015). Transformasi dan Pemberdayaan

178 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...


Umat Berbasis Masjid: Studi Pada Masjid Rosidin, Persepsi Jamaah Terhadap Pemberdayaan
Nurussa’adah Salatiga. Inferensi Jurnal oleh Takmir Masjid di Kota Madiun Jawa
Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No. 1, hal Timur : INFERENSI, Jurnal Penelitian
257-278 Sosial Keagamaan; Vol. 12, No.1 ( 2018):
177-194.
Swift C, dan Levin G. Empowerment: An
Emerging Mental Healt Technology.USA: Ruslan, Ismail, Pemberdayaan Ekonomi
J Primary Prevention, 1987 Masyarakat di Pontianak, Jurnal
Khatulistiwa, Vol; 2, No.1 (2012):16-25.
Yahya, Yunus, Terobosan Ekonomi
Muhammadiyah. Jakarta: Lembaga
Pengkajian Masalah Pembauran: 1990.

Dialog Vol. 41, No.2, Des 2018 179


180 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid ...

Anda mungkin juga menyukai