Jurnal Ilmiah
Disusun oleh :
MOHAMMAD RIFKY KHARIRI
165020507111011
ABSTRAK
B. Landasan teori
1) Bina Manusia
Bentuk pemberdayaan bina manusia ini adalah salah satu bentuk
pemberdayaan yang perlu diperhatikan dalam upaya pemberdayaannya. Dengan
landasan pemahaman bahwasanya tujuannya untuk pembangunan serta untuk
perbaikan kesejahteraan masyarakat atau perbaikan mutu. kegiatan yang
dilakukan dalam bentuk bina manusia ini bertujuan untuk pengembangan kualitas
indivdiu,
2) Bina Usaha
Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan oleh pesantren dalam melakukan
pemberdayaan ekonomi, seperti dari sisi lapangan pekerjaan, peluang usaha dan juga
pendirian badan usaha, lembaga sosial atau lembaga keuangan pesantren dan
mengedukasi santri, yang pertama dari sisi lapangan pekerjaan, pesantren terus
melakukan inovasi-inovasi baru demi terwujudnya pendidikan berkualitas bagi santri-
santrinya. Untuk itu, selalu diadakan pembangunan dari segi sarana dan prasarana di
pesantren, dalam pembangunan ini melibatkan tenaga kerja yang cukup banyak
sehingga pesantren telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyakarat.
Pembukaan lapangan pekerjaan ini termasuk kedalam salah satu upaya
memberdayakan masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan akan
mendapatkan pekerjaan dari pesantren sehingga berdampak pada peningkatan
kesejahteraan. Selain itu, pembukaan lapangan pekerjaan, hal ini sudah sesuai
dengan sistem dakwah dikarenakan tenaga kerja yang bekerja di pesantren pada
dasarnya sedang bekerja di lingkungan islami sehingga akan memberikan dampak
yang baik bagi mereka karena dikelilingi orang yang religius di tempat kerjanya.
Beberapa pekerjaan yang dibutuhkan di pondok pesantren antara lain pekerja
bangunan, guru, pekerja cuci (laundry), petugas keamanan, pegawai badan usaha
pesantren, petani lahan pesantren, tukang masak, dan petugas kebersihan (Sugandi
dkk., 2017).
Kedua, dari segi peluang usaha, para pelaku umkm dan industri rumahan
merupakan target dari pemberdayaan yang dilakukan oleh pesantren. Warga di
sekitar pesantren bisa berjualan produknya di lingkungan pesantren atau menitipkan
produknya di kopontren. potensi usaha ini bisa dibilang menguntungkan dan
menjanjikan, apabila masyarakat pesantren dan sekitar pesantren membutuhkan
atau tertarik dengan produk tersebut. Produk yang dititipkan bisa berupa makanan,
minuman maupun barang-barang lainnya (Sugandi dkk., 2017).
Ketiga, lembaga keuangan pesantren dan pendirian badan usaha. Koperasi
merupakan salah satu bentuk badan usaha pesanten, selain badan usaha pesantren
juga dapat mendirikan lembaga keuangan sendiri seperti BMT, Bank Wakaf Mikro
(BWM) atau lembaga sosial seperti lembaga zakat. Lembaga-lembaga tersebut
memiliki tugas utama untuk meningkatkan perekonomian masuarakat. Koperasi bisa
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat caranya dengan mamberi
bantuan berupa pinjaman yang bisa digunakan sebagai modal usaha,
Keempat, edukasi santri. Pemberdayaan ekonomi dengan cara memberikan
edukasi kepada santri merupakan pemberdayaan secara tidak langsung. Para alumni
pesantren memang tekah didik untuk menjadi seorang pendakwah agar dapat
menyebarkan ilmu-ilmunya kepada masyarakat. Adapun beberapa pekerjaan yang
tepat bagi para alumni pesantren seperti ustad, kyai, guru, tokoh agama dan lainnya
yang berkaitan dengan keagamaan. Namun, banyak juga lulusan pesantren yang
sudah memiliki usaha, dengan demikian para santri perlu dibekali ilmu mengenai
entrepreneurship, skill entrepreneurship yang akan diajarkan di pesantren ahrus
sesuai dengan prinsip syariah. Harapannya, setelah lulus nanti para santri yang
berkeinginan menjadi pengusaha maka meraka sudah memiliki ilmun beruapa skill
enterprenurship.
1. Jaringan
Budaya atau tradisi yang ada di pesantren merupakan dasar dari norma
yang berlaku bagi masyarakat pesantren, budaya atau tradisi tersebut telah
disahkan oleh pimpinan pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan
kiai.
Norma merupakan standart perilaku yang dibuat karena suatu alasan
dan tetap dipertahankan oleh masyarakat. Norma itu sendiri diabagi kedalam
2 macam tedapat norma formal dan norma informal. Nroma formal pada
umumnya bersifat tertulis dan terdapat hukuman bagi para pelanggar norma
yang ada. Sedangakn norma informal adalah norma yang berlaku di
masyarakat yang sifatnya tidak tertulis. Norma informal ini merupakan aturan-
aturan yang disepakati oleh masyarakat sekitar tentang apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam ha linin tidak terdapat sanksi
tertulis namun lebih kepada sanksi moral.
C. Metode Penelitian
Selain peran - peran tersebut terdapat juga peran modal sosial yang dimiliki
oleh kopontren Al-hikam dalam menjalankan pemberdayaan ekonomi. Berikut
merupakan peranan modal sosial yang dilakukan oleh kopontren dalam melakukan
pemberdayaan ekonomi :
1. Peran jaringan
Selain adanya hubungan dengan OJK dan kementrian koperasi, kopontren Al-
Hikam juga meniliki hubungan erat dengan santri, mahasiswa di perguruan tinggi Al-
Hikam, dan masyarakat sekitar. Dengan adanya hubungan tersebut bisa membentuk
suatu pasar yang mana peran kopontren Al-Hikam dalam hal ini sebagai tempat bagi
para mitra untuk memasarkan produknya kepada masyarakat dalam lingkup jaringan
pondok pesantren Al-Hikam dan dengan relasi yang kuat inilah akan menimbulkan
dampak baik bagi masyarakat berupa keuntungan dan peluang.
2. Peran Kepercayaan
Peran kepercayaan ini bisa menjadi modal sosial bagi pesantren dalam
menjalankan pemberdayaan dengan adanya kepercayaan dari masyarakat ini para
mitra kopontren Al-Hikam akan mendapatkan rasa aman ketika bekerjasama dengan
kopontren Al-Hikam
3. Peran Norma
Peran norma pada modal sosial ini penting untuk dilakukan oleh kopontren
dalam melakukan pemberdayaan, karena dengan menjalankan norma-norma yang
ada seperti kejujuran dan tanggung jawab maka para mitra kopontren ini tidak akan
merasakan adanya permasalahan saat bekerjasama dengan kopontren Al-Hikam.
Dalam proses pemberdayaan ini peran modal sosial juga memiliki pengaruh
seperti adanya jaringan, kepercayaan, nilai-nilai dan norma. Pengaruh yang didapat
oleh para mitra antara lain yaitu adanya target pasar yang jelas yaitu jaringan yang
ada di lingkup pondok pesantren Al-Hikam Malang dan juga mitra kopontren tidak
merasakan adanya permasalahan karena adanya peran norma yang merupakan
bagian dari modal sosial.
Kesimpulan tersebut diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
cara pendekatan kualitatif dengan melibatkan beberapa informan dan juga dari
kesamaan teori yang ada pada bab 2 yang merupakan kajian pustaka
Saran
Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi kepenulisan,
penyajian data, kurangnya teori yang digunakan, dan juga data yang telah
dikumpulkan. Oleh karena itu penelitian ini membutuhkan kritik dan masukan. Namun
apabila dalam penelitian ini bermanfaat, maka harapanya semoga ini bisa menjadi
acuan sebagai pemberdayaan ekonomi guna mengembangkan ekonomi terutama
untuk koperasi pondok pesantren Al-Hikam Malang.
Saran dari hasil penelitian ini, untuk kedepanya kopontren Al-Hikam perlu
mengoptimalkan peran sebagai organisasi pemberdayan ekonomi masyarakat salah
satu caranya, kopontren dapat memberikan pegarahan terhadap mitra- mitranya agar
produk yang dijual dapat menarik perhatian konsumen atau bisa juga dengan
membuat program-program bagi para mitra kopontren agar dapat mengembangkan
usahanya dengan optimal
Mathew B. Miles & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.2009. Jakarta:UI
Press.
Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah. 2007. Peraturan Nomor:
35.2 /Per/M.KUKM/X/2007. Tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah
Koperasi.www.depkop.go.id, diakses pada 10 November 2019.