Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pondok Pesantren dan Globalisasi”


Disajikan untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Pesantren
Dosen pengampu:H.M Adlin .D

Disusun oleh kelompok 3:


PUTRI HASANAH HASIBUAN : 0307193115
MUHAMMAD RIPANZA : 0307192085
NURUL ZAHARA BANCIN. : 0307202115

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahillah ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-
Nya sehingga tugas ini dapat diterselesaikan. Shalawat bertangkaikan salam tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.Tujuan kami dari kelompok 4 menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas
dari dosen pembimbing Dr. Muhammad Rifa’i, M. Pd dalam mata kuliah “Manajemen
Kepemimpinan Pendidikan”.
Telepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, oleh karena itu dengan senang hati menerima segala saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kami
dari kelompok 4 khususnya.

Medan, 5 Juny 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan…………........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Pengertian Pesantren .................................................................................................3
B. Jenis Jenis Pesantren..................................................................................................4
C. Dinamika Pesantren....................................................................................................5
D. Pengertian Globalisasi................................................................................................6
E. Dampak Globalisasi Pada Pesantren……………………………………………......8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................11


A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini masalah moral yang terjadi jauh lebih banyak dan lebih kompleks
dibanding dengan masalah-masalah moral yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Masalah
moral yang terjadi di kalangan generasi muda meliputi penggunaan narkotika, miras, pornografi,
penipuan, tawuran dan bentuk aksi kriminal lainnya, sudah menjadi masalah sosial yang sampai
saat ini belum teratasi.
Supaya tidak terjadi fenomena tersebut, perlu adanya pembentukan karakter generasi muda,
karena generasi muda yang demikian dapat menjadikan negara semakin terpuruk, karena
generasi muda adalah subjek utama penggerak suatu bangsa dan sebagai potret bagaimana
peradaban di suatu negara, generasi muda dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman
dengan tidak menyalah gunakannya, memiliki rekonstruksi pemikiran yang ideal, untuk
mewujudkan sebuah bangsa yang terhormat.
Krisis moral pada umumnya terjadi karena salah satu dalam memahami agama dan hilangnya
tokoh panutan, semakin permisif nya para orang tua, bergesernya fungsi lembaga pendidikan
menjadi lembaga bisnis, dan sebagainya.
Terbinanya kepribadian seseorang diharapkan dapat secara bertahap mengatur kehidupannya,
mengatasi persoalan-persoalan guna mencukupi kebutuhannya, dan juga dapat mengarahkan
hidupnya kepada sesuatu yang lebih berguna secara mandiri. Pondok pesantren adalah lembaga
yang merupakan wujud perkembangan sistem pendidikan Islam, di mana Pesantren menjadi
salah satu media utama pengaruh Islam dalam pembinaan moral dan karakter bangsa Indonesia.
Pendidikan pondok pesantren lebih mengedepankan pendidikan agama, karena pendidikan
agama merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang berkaitan dengan aspek aspek
sikap dan nilai. Fungsi Pesantren adalah mencetak ulama dan ahli agama. Kegiatan pembelajaran
yang terjadi Pesantren tidak sekedar memindahkan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu
tetapi yang terpenting adalah penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pesantren?
2. Apa saja jenis jenis pesantren ?
3. Apa saja menjadi faktor faktor terjadinya dinamika pesantren?
4. Apa yang dimaksud dengan globalisasi?
5. Bagaimana dampak globalisasi pada pesantren?

1
C. Tujuan
Memberi pemahaman kepada mahasiswa mengenai suatu pengaruh globalisasi pada pondok
pesantren , Sehingga kita dapat mengambil dampak positif dari globalisasi dan menjauhi dampak
negatif dari globalisasi itu sendiri.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren

Pendidikan Pesantren secara umum dikenal sebagai bentuk pendidikan


tradisional yang menekankan pada ajaran pokok agama Islam seperti tauhid atau
akidah, Alquran, hadits,fiqih, ushul fiqih, dan tata cara beribadah sesuai tuntutan
Alquran dan hadis. Pendidikan Pesantren berkembang sejak Islam pertama kali
masuk kepulauan nusantara. Eksistensi historis tersebut menjadikan Pesantren
sebagai budaya asli bangsa Indonesia yang tidak terbantahkan. Pesantren tumbuh
dan berkembang dalam kultur ke Indonesia yang terbuka dan toleran. Hal tersebut
kemudian membentuk identitas dan tradisi Pesantren menjadi lembaga pendidikan
berbasis kearifan lokal, di mana nilai-nilai kesederhanaan, keterbukaan dan
kebersamaan dijunjung tinggi.

Pesantren pada dasarnya merupakan subkultur dari kultur masyarakat yang


lebih luas. Pengertian Pesantren sebagai subkultur tangible diwakili oleh sistem
sistem dan struktur yang unik di dalamnya. Yang mana secara umum dilihat dari
kualitas pendidikannya seperti bangunan-bangunan, proses belajar, metode
sistem, pola, interaksi dan perilaku belajar. Sedangkan yang kedua dilihat dari
kehidupan sehari-hari seperti aktivitas pendidikannya yang terpisah dengan
lingkungan pondok.

Menurut pengertian dasarnya Pesantren adalah tempat belajar para santri,


sedang pondok berarti rumah atau tempat sederhana yang terbuat dari bambu. Di
samping itu, anda mungkin juga berasal dari bahasa Arab” funduk” berarti hotel
atau asrama. Perkataan Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan “pe” dan
akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri. Dengan nada yang sama
swoegarda poerbakawatja menjelaskan Pesantren asal katanya adalah santri, yaitu
seseorang yang belajar agama Islam hingga dengan demikian Pesantren
mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.

KH. Nawawi memberikan definisi Pesantren sesuai dengan esensi dan


fungsi fundamentalnya, Pesantren adalah lembaga yang berfungsi untuk
membentuk para anggotanya agar bertakwa kepada Allah SWT. Dilihat dari
didirikannya masjid yang berfungsi untuk membangun ketaqwaan bagi setiap
individu muslim, maka demikian pula Pesantren juga bangun dengan asas yang
membentuk masjid.

3
Menurut Abdul Mujib, pondok pesantren bersumber dari “ kuttab” yang
berasal pada masa Bani Umayyah sebagai tempat belajar ilmu-ilmu keislaman.
Sehingga beliau mendefinisikan pondok pesantren sebagai suatu lembaga
pendidikan Islam yang didalamnya terdapat seorang kyai atau pendidik yang
mengajar dan mendidik para santri dengan sarana masjid yang digunakan untuk
menyelenggarakan pendidikan tersebut serta didukung adanya pembentukan atau
asrama sebagai tempat tinggal para santri1.

Mu’thi Ali berpendapat bahwa Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan


yang sistem pendidikan dan pengajaran yang mempunyai ciri-ciri tertentu2.
Menurut K H. Imam zarkasyi, mengatakan bahwa definisi yang umum Pesantren
adalah terwujudnya hal-hal, lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama,
kyai sebagai sentra figurnya, masjid sebagai titik pusat yang menjiwai3.

Jadi secara umum, Pesantren itu bertujuan untuk membina warga negara
agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran ajaran agama Islam yang
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan Nya serta
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.

B. Tipe- Tipe Pesantren

Tipe-tipe Pesantren berdasarkan kurikulum atau sistem pendidikannya


mempunyai tiga tipe yaitu:
1. Pesantren tradisional atau salaf
Pesantren ini masih mempertahankan bentuk aslinya dengan mengajarkan kitab
yang ditulis oleh ulama abad ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola
pengajaran nya dengan menerapkan sistem kalakah atau mengaji tudang yang
dilaksanakan di masjid. Hakikat dari sistem pengajaran halalkah ini adalah
penghafalan yang. Akhirnya dari segi metodologi cenderung kepada terciptanya
santri yang menerima dan memiliki ilmu. Artinya ilmu tidak berkembang kearah
Paripurna nya ilmu itu, melainkan hanya terbatas pada apa yang diberikan kyai.

2. Pesantren modern
Pesantren ini merupakan pengembangan timur Pesantren karena orientasi
belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar klasikal dan
meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini
terutama tampak pada penggunaan kata belajar baik dalam bentuk benda rasa
maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional. Kedudukan
1
Abdul Mujib, ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: kencana prenada media, 2006), hal 234-235
2
Suismanto, menelusuri jejak pesantren, (Yogyakarta: Alief Press,2004),hal 49
3
Ibid

4
para kyai sebagai koordinator pelaksana proses pembelajaran dan sebagai
pengajar di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan Madrasah terletak pada
posisi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai
kurikulum lokal.

3. Pesantren Komprehensif
di pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara
tradisional dan modern. Pendidikan diterapkan dengan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan yang biasanya diajarkan pada
malam hari sesudah salat Maghrib dan sesudah salat subuh. Proses pembelajaran
sistem klasikal dilaksanakan pada pagi sampai siang hari seperti madrasah atau
sekolah pada umumnya.4

C. Dinamika Pesantren

Pesantren sebagai salah satu format lembaga pendidikan yang dipercaya


sebagai formula jitu yang dapat menangani permasalahan-permasalahan umat
dewasa ini, mengingat perkembangan dunia pendidikan dewasa ini tampak sangat
memprihatinkan. Tidak hanya pendidikan Islam saja bisa tanpa mengurangi nilai
nilai-nilai dan pandangan hidup yang sudah berjalan di pesantren. Oleh karena itu,
sejak lebih dari dasawarsa terakhir, diskursus mengenai pesantren menunjukkan
perkembangan yang pesat. Hal ini tercermin dari berbagai fokus wacana, kajian
dan peneilitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan peran
pesantren yang bukan saja sebagai “subkultur” untuk menunjuk kepada lembaga
yang bertipologi unik dan menyimpang dari pola kehidupan umum di negeri ini
sebagaimana yang dikatakan Abdurrahman Wahid.5 Tetapi juga sebagai “instansi
kultural” untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang mempunyai karakter
yang unik, sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal6

Data sejarah mengenai asal usul berdirinya pesantren sulit ditelusuri dan
tidak bisa didapatkan secara pasti. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Subdit Pesantren Depag RI. Pada tahun 1994/1995 diperoleh keterangan bahwa
pondok pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 dengan nama pesantren Jan
Tampes II di Pamekasan, Madura. Namun data ini memunculkan pertanyaan lebih
lanjut: jika ada pesantren dengan nama Jan Tampes II tentu sebelumnya ada
pesantren dengan nama Jan Tampes I, yang tentunya pula lebih tua daripada

4
Ricky Satria Wiranata. 2019. Tantangan, prospek dan peran pesantren dalam pendidikan karakter di era revolusi
industri. Jurnal komunikasi dan pendidikan Islam.Vol 8 No 1.
5
Wahid, Abdurahman.2007. menggerakkan tradisi.Esai esai Pesantren.(Yogyakarta: Lukis Yogyakarta).
6
Choirman,Anis,2010. Dinamika pendidikan pesantren.Salatiga

5
pesantren sesudahnya.7. Namun hal ini belum dapat dibuktikan secara pasti
mengingat data yang mendokumentasikan hal tersebut tidak ditemukan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pada dasarnya merupakan


kelanjutan dari pendidikan yang dilaksanakan di masjid ataupun langgar. Seiring
dengan perkembangan zaman, lambat laun pola pendidikan yang diselenggarakan
di masjid mengalami banyak perubahan dan pembaharuan-pembaharuan. Berawal
dari pendidikan itu, maka muncullah pendidikan pesantren sebagai solusi dan
alternatif pendidikan yang diselenggarakan oleh masjid. Oleh sebab itu,
pendidikan yang diselenggarakan di masjid ini merupakan embrio lahirnya
pendidikan pesantren. Bahkan dalam perjalanan selanjutnya, masjid disebut-sebut
sebagai eleman pokok pendidikan pesantren.

Berangkat dari latar belakang tersebut, maka sebenarnya pesantren berada


dalam posisi yang sangat dilematis. Di satu sisi pesantren mempunyai ciri khas
tradisi yang perlu dilestarikan, sedangkan di sisi yang lain lembaga pesantren
serasa mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dalam mengembangkan
amanat dakwah Islam yang selalu dihadapkan dengan kondisi zaman yang selalu
berubah, terlebih lagi modernisasi yang ditawarkan lebih mempunyai banyak
kelemahan dari pada kelebihan. Dengan demikian, dinamika pengembangan
pendidikan pesantren sebenarnya tidak bertentangan dengan kaidah yang
melandasi transformasi pesantren itu sendiri melalui adigum yaitu:
“Mempertahankan konsep lama yang masih baik serta menerapkan konsepbaru
yang lebih representatif”.

Dari uraian di atas sebenarnya memunculkan beberapa persoalan yang


cukup menarik yang selalu dilakukan sebagai kajian. Pertama, bagaimana
pesantren dengan elemen-elemennya menyikapi berbagai perubahan yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat modern.Kedua, nilai-nilai positif apa yang dimiliki
pesantren sehingga pesantren masih tetap eksis sampai sekarang ataupun waktu
yang akan datang.

D. Pengertian Globalisasi

Secara etimologis globalisasi berasal dari kata globe yang berarti bola dunia,
sedangkan arti sasi mengandung makna sebuah “proses” atau keadaan yang
sedang berjalan atau terjadi saat ini.Jadi secara etimologis, globalisasi
mengandung pengertian sebuah proses mendunia yang tengah terjadi saat ini
menyangkut berbagai bidang dan aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara-negara di dunia. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali
sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana
7
Tim Penulis,2004. Intelektualisme pesantren.Potret Tokoh dan Cakrawala pemikiran daerah pertumbuhan
pesantren. (Jakarta:Diva Pustaka).

6
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial ataupun
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara
didunia makin terikat satu sama lain8

Pengertian globalisasi menurut para ahli antara lain:

1. Selo Soemardjan

Globalisasi merupakan suatu proses terbentuknya sistem


organisasi komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia, tujuan
dari globaslisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah
tertentu yang tak memiliki perbedaan atau sama contoh
terbentuknya PBB.

2. Ahmad Suparman

Globalisasi ialah proses menjadikan suatu benda ataupun perilaku


sebagai ciri dan setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh sebuah
wilayah.

3. Thomas L.Frienman

Globalisasi mempunyai dimensi ideologi dan teknologi. Dimensi


ideologi adalah kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi
teknologi merupakan teknologi informasi yang telah menyatukan
dunia.

4. Malcom Waters

Globalisasi merupakan proses sosial yang berakibat bahwa


pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang
penting, yang terjelma dalam kesadaran manusia.

5. Emanuel Rither

Globalisasi ialalah cabang kerja korban secara bersamaan


menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar- pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.⁷

8
Wasisto Raharjo Jati. Pengantar kajian globalisasi; Alisa teori dan dampaknya di dunia ke-3. (Jakarta: PT .Mitra
Wacana Media,2013). Hal 3

7
6. N. Drayef R.F. Al-Rodhan

Globalisasi proses yang meliputi penyebab, kasus dan


konsekuensi dari integrasi transnasional ( keluar dari batas-batas
negara) dan transkultural (memperluas dari kebudayaan manusia)
dan non-manusia.

7. Anthony Giddens

Globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial seluruh dunia


yang menghubungkan daerah yang jauh dalam sedemikian rupa
sehngga kejadian lokal dibentuk oleh peristiwa yang terjadi sangat
jauhnya dan sebaliknya.

Menurut pendapat sendiri Globalisasi adalah suatu proses tatanan


masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah atau daerah.
Globalisasi pada hakikatnyasuatu proses dari gagasan yang dimunculkan, setelah
itu ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu
titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
diseluruh dunia. Proses dari globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu
dimensi ruang dan waktu, globalisasi berlangsung disemua bidang kehidupan
seperti bidang ideologi, politik, ekonomi dan terutama pada bidang pendidikan.
Teknologi, informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Pada era ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat
dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas keseluruh dunia.
Oleh sebab itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan.

E . Dampak Globalisasi Pada Pesantren

Dampak globalisasi Sebagaimana telah kita ketahui, era globalisasi ditandai


dengan kemajuan di bidang teknologi komunikasi, transportasi dan informasi yang
sedemikian cepat. Kemajuan di bidang ini membuat segala kejadian di negeri yang jauh
bahkan di benua yang lain dapat kita ketahui saat itu juga, sementara jarak tempuh yang
sedemikian jauh dapat dijangkau dalam waktu yang singkat sehingga dunia ini menjadi
seperti sebuah kampung yang kecil, segala sesuatu yang terjadi bisa diketahui dan tempat
tertentu bisa dicapai dalam waktu yang amat singkat.

8
Membicarakan globalisasi, ketika kita kaitkan dengan dunia pesantren maka
banyak terjadi kepincangan dalam sistem pesantren. Di tengah pergulatan masyarakat
internasional, pesantren ‘dipaksa’ memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan
lainnya, terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luar negeri yang
menambah semakin ketatnya persaingan mutu out-put pendidikan. Kompetisi yang
semakin ketat itu, memposisikan lembaga pesantren untuk senantiasa dapat
mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan menjadi pilihan
masyarakat, khususnya umat Islam. Ini menunjukkan, bahwa pesantren perlu banyak
melakukan pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu
pendidikannya dengan tetap memperhatikan misi awal pesantren itu sendiri. Persoalan ini
tentu saja berkorelasi positif dengan konteks pengajaran di pesantren.

Di mana, secara tidak langsung mengharuskan adanya pembaharuan


(modernisasi) kalau boleh dikatakan demikian dalam berbagai aspek pendidikan di dunia
pesantren. Misalnya, mengenai kurikulum, sarana-prasarana, tenaga administrasi, guru,
manajemen (pengelolaan), sistem evaluasi dan aspek-aspek lainnya dalam
penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Jika aspek-aspek pendidikan seperti ini tidak
mendapatkan perhatian yang proporsional untuk segera dimodernisasi, atau minimal
disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat (social needs and demand), tentu
akan mengancam survival pesantren di masa depan.

Masyarakat akan semakin tidak tertarik dan lambat laun akan meninggalkan
pendidikan pesantren, kemudian lebih memilih institusi pendidikan yang lebih menjamin
kualitas out-put-nya. Pada taraf ini, pesantren berhadap-hadapan dengan dilema antara
tradisi dan modernitas. Ketika pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya
berkutat dan mempertahankan otentisitas tradisi pengajarannya yang khas tradisional,
dengan pengajaran yang melulu bermuatan al-Qur’an dan al-Hadis serta kitab-kitab
klasiknya, tanpa adanya pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren
harus siap ditinggalkan oleh masyarakat. Pengajaran Islam tradisional dengan muatan-
muatan yang telah disebutkan di muka, tentu saja harus lebih dikembangkan agar
penguasaan materi keagamaan anak didik (baca: santri) dapat lebih maksimal, di samping
juga perlu memasukkan materi-materi pengetahuan non-agama dalam proses pengajaran
di pesantren.

Dengan begitu, pengembangan pesantren tidak saja dilakukan dengan cara


memasukkan pengetahuan non-agama, melainkan agar lebih efektif dan signifikan,
praktek pengajaran harus menerapkan metodologi yang lebih baru dan modern. Sebab,
ketika didaktik-metodik yang diterapkan masih berkutat pada cara-cara lama yang

9
ketinggalan zaman, maka selama itu pula pesantren sulit untuk berkompetisi dengan
institusi pendidikan lainnya.

Dampak Positif dan Negatif Globalisasi


Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, baik ekonomi,
sosial, budaya dan pendidikan.Globalisasi ini memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak positif globalisasi antara lain:


1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
4. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan

Adapun dampak negatif globalisasi antara lain:


1. Informasi yang tidak tersaring
2. Prilaku konsumtif
3. Pendewaan aspek rasio yang berlebihan
4. Membuat sikap menutup diri, berfkir sempit
5. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
6. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan
suatu negara.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari zaman ke zaman, generasi ke generasi peran pesantren dalam fungsi dan tugas
utama ulama beserta sanksinya adalah memperjuangkan tegaknya nilai-nilai religius serta
berjihad mentransformasikannya ke dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Tujuan yang dimaksud adalah agar kehidupan masyarakat berada dalam kondisi berimbang atau
balance antara aspek dunia dan akhirat.

Berdasarkan yang kita ketahui mengenai tentang tipe-tipe pesantren, yang kita ketahui bahwa
ruang lingkup Pesantren itu sangat luas. Sehingga kita tidak hanya melihat dari segi
kesederhanaannya, namun Pesantren juga memiliki segi modern nya bahkan ada yang mengikuti
globalisasi sekarang ini, namun di era globalisasi ini, banyak sekali budaya budaya asing masuk
ke dalam Indonesia, sehingga tidak jarang kita melihat anak-anak mudah mengikuti tren gaya
barat. Namun dampak globalisasi tidaklah selalu negatif, tentunya kita sebagai pemuda yang
cerdas harus mampu menyaring kultur-kultur budaya globalisasi dengan menampung hal-hal
positif nya saja. Maka oleh itu, pemuda-pemuda haruslah dibekalkan oleh ilmu-ilmu agama, agar
kelak antara kehidupan akhirat dan dunia mereka seimbang. Apakah pendidikan Pesantren
sangatlah penting untuk pemuda pemuda di masa globalisasi saat ini.

B. SARAN
Semoga para audiensi dengan membaca makalah kami, dapat memotivasi diri untuk
lebih berhati-hati pada ada di zaman era globalisasi ini, dan juga semoga makalah kami,
dapat menjadi salah satu indikator ilmu untuk menambahnya wawasan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, Abdurrahman. 2007. Menggerakkan Tradis; Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKis


Yogyakarta,.
Choirman,Anis, 2010. Dinamika Pendidikan Pesantren, Salatiga.
Tim Penulis, 2004. Intelektualisme Pesantren, Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Pertumbuhan Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka.
Departemen Agama RI, 2002. Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Surabaya: Departemen
Agama.
Jati, Raharjo Wasisto, Pengantar Kajian Globalisasi: Alisa Teori dan Dampaknya Di Dunia
Ketiga (Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2013.
Fatona, Ahmad, pengertian Globalisasi: Segi Bahasa, Istilah, dan Pendapat Para Ahli,
Jakarta: Zona Siswa, 2014.
Sari, Puspa Mira dan Salim, Kalbin, Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan,
Jurusan Mangemen Pendidikan Islam: STAI Abdurahman Kepulauan Riau, 2015
Bachtiar Effendi, Masyarakat Agama dan Tantangan Globalisasi: Mempertimbangkan
Konsep Deprivatisasi Agama, Makalah tidak diterbitkan, h. 2
Yusuf al-Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia, (terj.), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, h.. 21-
23
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern
(Jakarta: LP3ES, 1986), h. 167.
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritikan Norcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 121-140.
Sri andri astute, Pesantren Dan Globalisasi Jurnal Tarbawiyah Volume 11 nomor 1 edisi
januari-juli 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai