Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Admin dan Manajemen Pendidikan
Islam
Oleh:
M..SATIBI AL AFIATA
ANAS HIDAYAT
Semester 4
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ungkapan rasa terimakasih yang tak terhingga kami haturkan
kepada Bapak D0ni Saputra, M. Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Admin dan Manajemen
Pendidikan Islam yang telah membimbing kami dalam memahami seluk beluk materi selama satu
semester ini.
Dan tak lupa ucapan terimakasih kami haturkan kepada beberapa pihak yang ikut andil dalam
mensukseskan penyusunan makalah ini, selanjutnya makalah yang kami beri judul Manajemen
berbasis sekolah dan madrasah ini semoga bisa memeberikan sedikit informasi kepada pembaca.
Makalah yang kami susun ini tentulah sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kritik serta saran
yang membangun sangat kami harapkan semi mencapai kemajuan di bidang keilmuan.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
PENDAHULUAN
Dalam prinsip ajaran Islam, segala sesuatu tidak boleh dilakukansecara asal-asalan melainkan
harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teraturdan proses-prosesnya juga harus diikuti dengan
tertib. Dalam sebuah riwayatRasulullah saw bersabda : yang artinya : “Sesungguhnya Allah sangat
mencintaiorang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat,terarah, jelas
dan tuntas)”. (HR Thabrani)Setiap kali kita berbicara tentang pendidikan, tentu masih banyakmasalah
yang harus segera diselesaikan. Baik itu dari sisi pemerintah, masyarakat,dan pendidik, semua berhak
punya kesempatan dalam memperbaiki duniapendidikan. Jika dilihat dari sisi pendidikan Islam itu
sendiri, masih banyak sekalipermasalahan yang patut dibahas dan dicarikan solusi kedepannya. Salah
satunyayaitu masalah pesantren.Pengembangan manajemen pesantren merupakan salah satu
solusiyang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas atau mutu pesantren.Manajemen mengawal
dan memberikan arahan pada proses berjalannya sebuahlembaga pesantren dapat terpantau. Tak
berbeda dengan lembaga pendidikan lainseperti sekolah formal, pendidikan pesantren juga
membutuhkan manajemenuntuk mengembangkan atau memajukan sebuah pesantren.Sebenarnya,
manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agardilakukan dengan baik, tepat dan tuntas
merupakan hal yang disyariatkan dalamajaran Islam, sebab dalam islam arah gayah (tujuan) yang
jelas, landasan yangkokoh, dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang dicintai
AllahSwt. Setiap organisasi, termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktivitaspekerjaan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitastersebut adalah manajemen.
Dengan pengetahuan manajemen, pengelola pondokpesantren bisa mengangkat dan menerapkan
prinsip-prinsip dasar serta ilmu yangada di dalam Al-Qur‟an dan Hadis ke dalam lembaganya tersebut
Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan matarantai yang sangat penting.
Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannyayang relatif lama, tetapi juga karena pesantren telah
secara signifikan ikut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya,
pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat (society basededucation). Dalam
kenyataannya, pesantren telah mengakar dan tumbuh dari masyarakat, kemudian dikembangkan oleh
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana manajemen dalampesantren tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dalam pesantren dan manajemen yang ada di dalam
pesantren.
PEMBAHASAN
Sebelum membahas apa itu manajemen pesantren maka kita harus tahu dahulu apa itu sistem
manajemen dan apa itu pesantren. Sistem adalah cara, sarana, upaya, dan organ. Dan manajemen
berasal dari bahasa Inggris yaitu managemen artinya yang dikembangkan dari kata to manage, yang
artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi
dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan. Dalam bahasa Arab
berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata beberapa hal dan menggabungkan beberapa
antara satu dengan yang lain.2 Sedangkan secara terminologi manajemen menurut yang dikutip oleh
Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas, hal ini
memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen sementara itu salah satu manajemen sebagai peranan disebutkan peranan
administrasi eksekutif.3 Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola
orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah pengorganisasian dan
pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan yang telah ditentukan. Jadi Sistem pondok
pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.4 Sudah menjadi common sense bahwa
pesantren lekat dengan figur kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figur pesantren sentral, otoritatif,
dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya dengan dua faktor : Pertama,
kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang
bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola mono manajemen dan mono administrasi
sehingga tidak ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua,
kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan komunal. Otoritas individu kyai
sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat. Faktor
nasab atau keturunan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak
yang dipercaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem sepert ini kerap kali
mengundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.5 Sejalan dengan penyelenggaraan
pendidikan formal beberapa pesantren mengalami pengembangan pada aspek manajemen, organisasi,
dan administrasi penggelolan keuangan. Perkembanggan ini dimulai dari perubahan gaya
kepemimpinan pesantren dari karismatik ke rasionalostik, dari otoriter paternalistic ke diplomatik
partisipatif. Beberapa pesantren sudah membentuk badan pengurus harian sebagai lembaga payung
yang khusus mengelola dan menangani kegiatan pesantren misalnya pendidikan formal, diniyah,
pengajian majelis ta‟lim, sampai pada masalah penginapan (asrama santri), kerumah tanggaan,
kehumasan. Pada tipe pesantren ini pembagian kerja antar unit sudah berjalan dengan baik, meskipun
tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat.
Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan „pe‟ danakhiran „an‟ yang
menunjuk arti kata tempat. Kata santri itu sendiri merupakangabungan dari dua suku kata yaitu sant
(manusia baik) dan tra (suka menolong),sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan
untuk membina manusia menjadi orang yang baik.7Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan,
yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama
dan Islam. Selanjutnya KH. Muchtar Rasidi berpendapat pondok pesantren adalah 7Hasbi Indra,
Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta: Rida Mulia,2005), hal. 193.; pertama, lembaga
Pembina karakter building bangsa. Kedua, panti pendidikankepribadian bangsa. Ketiga, tempat
pemupukan jiwa gotong-royong. Keempat,arena pendidikan self help. Kelima, kancah
penggemblengan jiwa patriotisme.8Pada sejarah awal berdirinya, pesantren mengkonsentrasikan
diripada tiga fungsi utamanya yaitu : mengajarkan atau menyebar luaskan ajaranIslam, mencetak para
ulama, menanamkan tradisi Islam dalam masyarakat.Kurikulum dalam pesantren sampai awal abad
ke-20 belum digunakan. Dengan kata lain, sistem pembelajaran lebih ditekankan pada pemahaman
kitab secara apa adanya, dan memberikan pembedaan arahan pembelajaran dan pendidikan hanya
didasarkan pada kategorisasi perbedaan kitab. Sebelum masuknya sistem madrasah bakat dan
kemampuan santri di pesantren tidak mendapatkan perhatian dari kyai dan pembantunya. Selanjutnya
sebagaimana kita ketahui bahwa akhirakhir ini hampir semua pesantren telah mengubah dan
mengembangkan dirinya memiliki madrasah. Era 1970-an perubahan dan perkembangan pesatren
dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan jumlah yang luar
biasa. Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe
yakni : pertama, Pesantren yang mendirikan pendidikan formal dan menerapkan kurikulum nasional.
Kedua, Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan
mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional. Ketiga, Pesantren yang
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah. Keempat, Pesantren yang
hanya sekedar menjadi tempat pengajian.9 Pondok pesantren secara garis besar dapat dikelompokkan,
sebagaimana dituangkan dalam PMA No.3 Tahun 1979 yang mengkategorikan pondok pesantren
menjadi :
a. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok pesantren yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional.
b. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal.
c. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya merupakan asrama sedangkan
santrinya belajar diluar.
d. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yangmenyelenggarakan sistem pondok pesantren
dan sekaligus sistemsekolah atau madrasah.10Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang
berkembangdalam masyarakat, yang meliputi :
1. Potensi pendidikan.
2. Pengembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisite pendidikan pondok pesantren
adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel. Terkait dengan sistem pengelolaan
pondok pesantren dalam
semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial.Dan pesantren
dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopang berkembangnya
sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya
berupa formal dan tentunya nonformal juga.13 Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik
pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan
modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa
pondok pesantren seperti Darussalam (GONTOR), pesantren Assalam (Pabelan-Surakarta), pesantren
Darun Najah (Jakarta), dan pesantren al- Amin (Madura). Sementara itu tidak semua pesantren
melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah
garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan
konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral
keagamaan. Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan dengan
pengelolaan keuangan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan
yang serius apabila pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuangan pesantren yang baik sebenarnya
merupakan upaya melindungi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau pengelola
pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren.14 Selama ini banyak
pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan harta milik individu,
walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan
individu. Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan
antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar
kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain,
termasuk orang tua santri. Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah pengurusan dan
pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individualmaupun lembaga.
Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaandan pengeluaran anggaran rutin dan
anggaran pembangunan serta anggaranincidental jika perlu. Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan
sebagai berikut:
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri denganmembentuk komite pesantren yang dapat
memberikan pertimbangan danmembantu mengontrol kebijakan program pesantren termasuk
penggaliaan dan penggunaan keuangan pesantren.Selanjutnya pihak pesantren bersama komite
pesantren pada setiaptahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran
pendapatandan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi pengelola pesantrenmelaksanakan
manajemen keuangan yang baik.Hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:
a) Konstribusi santri.
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perludi rencanakan dengan baik agar
kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik.Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut
seluruh pengeluaran yang berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana
operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas pesantren,
dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan dengan baik. Satu hal yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah
menerapkan prinsip anggaran berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang
diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan RAPBP yang berimbang maka
kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuangan yang akan menjadi
kunci dari kemandirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas pesantren di mata
masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan
keuangan terfokus pada bendaharawan pesantren. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka
mempermudah pertanggung jawaban keuangan. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan ada hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a. Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat laporan keuangan kepada komite
pesantren untuk dicocokan dengan RAPBP.
b. Laporan keuangan harus di lampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran
pajak (PPN dan PPh) bila ada.
c. Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau bukti
pengeluaran lain yang sah.
d. Neraca keuangan juga harus di tunjukan untuk diperiksa oleh timbertanggung jawaban keuangan
dari komite pesantren
d. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agamadan ideologi demi ketahanan
sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan termasuk pengelola
sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu
pendidikan.
Sebenarnya pondok pesantren memiliki potensi untuk maju danberkembang memberdayakan diri dan
masyarakat lingkungannya. Faktor pendukung potensi pondok pesantren, antara lain:
a) Pondok pesantren adalah lembaga pedidikan yang populis, didirikansecara mandiri oleh dan untuk
masyarakat, sangat berperan dalampembentukan moral bangsa.
b) Adanya tokoh kharismatik pada pondok pesantren yang disegani danmenjadi panutan masyarakat
sekitar, sehingga fatwanya bisaberpengaruh dan memberikan kontribusi pada perubahan pesantren
dan lingkungan masyarakat dalam menghadapi era globalisasi.
d) Jiwa kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan yang tumbuh dikalanganpara santri dan keluarga
besar pesantren. Sehingga mampu tetapbertahan dalam kejujuran dan tidak menuruti serakah duniawi
yang ditawarkan di era globalisasi.
e) Tersedianya cukup banyak waktu bagi para santri, karena mereka mukim di asrama, waktu yang
banyak bisa dimanfaatkan para santri untuk menambah kecakapan hidup seperti belajar komputer,
menyetir mobil,bengkel/teknik, dll.
f) Adanya jaringan yang kuat dikalangan pondok pesantren, yangdikembangkan alumninya. Hal ini
bisa memberikan peluang bagi pesantren mengembangkan baik segi modal (soft skill) santri dengan
cara tukar kecakapan atau kerjasama antar pondok pesantren.
Kelemahan atau disini lebih tepat dengan sebutan hambatan yang dimiliki pesantren diantaranya
yaitu:
a) Manajemen pengelolaan pesantren, hal ini karena masih banyakpesantren yang masih tradisional.
c) Belum kuatnya budaya demokratis pesantren dan disiplin. Sehingga masih banyak pesantren yang
menutup diri dari kritik dan saran.
d) Sebagian masyarakat memandang pesantren sebagai lembaga pendidikan kelas dua dan hanya
belajar agama.
Apabila mencari pendidikan yang asli Indonesia dan berakar dalammasyarakat, tentu akan
menempatkan pesantren ditangga teratas, namun ironisnya lembaga yang dianggap merakyat ini
ternyata masih menyisihkan berbagai masalah dan diragukan kemampuannya dalam menjawab
tantangan zaman, terutama ketika berhadapan dengan arus moden. , . Seiring berjalannya waktu
desakan dan hantaman justru masuk darisisi yang lain, yaitu globalisasi. Banyak fenomena yang
membuat lingkungansekitar sangat merinding, fakta menggambarkan bahwa sudah terjadi
pemelesetantunas bangsa dari beberapa aspek lini kehidupan. Banyak generasi yang bercokol tidak
sebagai generasi yang subur. Pun demikian banyak sekali komunitas terpelajar yang berujar “bahwa
keharuman negeri itu bisa dilihat bagaimana putraputri bangsa ini.” Pesantren Harus Akomodatif.
Adalah sebuah keniscayaan apabila perubahan zaman dinafikan, sebab perubahan itu justru akan
menampilkan ciri kepribadian dan pencintraan pesantren itu dapat dipegang dengan kuat. Pesantren
secara historis mampu menjadi benteng pertahanan, oleh KH. M. Sya‟roni Ahmadi, beliau
menjabarkan, bahwa urgensi pesantren sangat berperan aktif dalam kerangka memperjuangkan
kemerdekaan sampai titik darah penghabisan. Kalau pesantren pada masa itu tidak memahami
ahlussunnah wal jama‟ah, tentu dapat kita gambarkan bagaimana agama yang akan dianut penduduk
Indonesia secara mayoritas. Perlawanan ini tidaklah bermuara pada keterlibatan wawasan keagamaan
saja, tetapi juga fisik dan mental untuk mengusir kaum penjajah yang selalu mendzalimi bangsa
Indonesia saat itu18. Bahkan sampai detik ini, pesantren tetap waspada dengan segala modernitas
zaman, imperialisme budaya, deskontruksi moral, serta indikator lain yang begitu kuat merongrong
dan mendesak budaya ketimuran secara hegemonik.
Pesantren harus mampu menjadi muara peradilan agar tidak terseret kedalam arusitu, yang
senantiasa menjebaknya dalam kehampaan spiritual. Secara kontinyupesantren harus membuktikan
kesuksesanya untuk menjawab tantangan zaman.Mengenai bagaimana masa depan pesantren
selanjutnya, tentu ia harus mampumenjadi lembaga yang tanggap akan segala persoalan yang
pluralistik tanpamenghilangkan jati dirinya. Masalah tersebut tampaknya harus diambil langkah
kongkrit dengan sikapnya yang akomodatif.
BAB III
KESIMPULAN
1. Sistem manajemen pendidikan pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi
yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.
2. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat,yang
meliputi :
3. Manajemen pendidikan Islam itu sendiri adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga
pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
4. Problematika baru pesantren sebagai akibat dari arus globalisasi antara lain adalah :
a. Adanya penggunaaan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang memengaruhi lahirnya
pola komunikasi, interaksi, sistem pelayanan public, dll.
b. Masuknya nilai-nilai budaya modern yang bercorak materialistik, hedonistik dan sekularistik yang
menjadi penyebab dekadensi moral.
e. Adanya kebijakan pasar bebas yang memasukkan pendidikan sebagai komoditas yang
diperdagangkan. Persaingan dengan output dari pendidikan asing yang menjadi salah satu tantangan
pesantren.
DAFTAR PUSTAKA
Fikr, Sholih, Sistem Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren, dalam
http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-dan.html,
Indra, Hasbi. 2005. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta: Rida Mulia.
Jawwad, M. Abdul. 2004. Menjadi Manajer Sukses, cet. 1, Jakarta: Gema Insani.
Rahmat, Jalaluddin, 1996. Islam Aktual Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim,
Bandung: Mizan.
http://nomaworld.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-pesantren.html,
Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen, cet. 1, Ed. 1, Jakarta: Perpustakaan
Negara.