Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DETEKSI MASALAH USIA ANAK


Intelegensi, sulit berkonsentrasi dan masalah belajar
pada siswa SD
Di susun
Oleh:
Kelompok:2
1. Nurrizka
2. Rina karisa putri
3. Masura
4. Abdul Azis

FAKULTAS FKIP JURUSAN PGSD


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2022
🗣️ INTELEGENSI
Intelegensi – Teori intelegensi pertama kali diperkenalkan oleh Charles Darwin yaitu
pencetus teori evolusi. Namun, apa sebenarnya intelegensi itu? Intelegensi secara umum
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalaman dan berusaha
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang efektif untuk beradaptasi
dengan lingkungan atau kondisi baru.Istilah intelegensi sangat akrab dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran. Intelegensi merupakan salah satu kemampuan manusia.

Dilansir dari buku Biopsikologi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi (2017) oleh Hasanuddin,
definisi intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional.

Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan perwujudan dari proses berpikir secara
rasional tersebut.

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi
merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya
akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal
Intelegensi Adalah kecakapan individu yang global dan tersusun untuk Dapat untuk dapat
bertindak terarah, berfikir yang bermakna, dan bergaul dengan Lingkungan secara efisien
(Monk;1989). Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa Intelegensi merupakan suatu
faktor yang dapat menunjang pencapaian prestasi belajar, Karena di dalamnya terdapat
faktor berpikir yang diperlukan seseoarang dalam belajar. Bila intelegensi rendah akan
menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam Belajar.
Ternyata tidak hanya anak yang mempunyai intelegensi rendah saja yang Menglami
kesulitan dalam belajar, tetapi anak yang berintelegensi tinggi pun dapat Mengalami
kesulitan belajar di sekolah.

1.Intelegensi rendah
Intelegensi merupakan faktor yang penting dalam belajar, walaupun bukan satu-satunya
faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Memang banyak kenyataan yang
menunjukkan bahwa anak dengan tingkat intelegensi rendah pada umumnya mengalami
kegagalan dalam belajar. Anak tersebut lambat belajar (slow learner). Anak membutuhkan
waktu belajar lebih banyak bila dibandingkan dengan anak-anak yang intelegensinya
normal. Anak ini akan sulit menerima pelajaran biasa di sekolah. Karena itu guru perlu
menambah waktu belajar khusus pada anak tersebut. Dengan memperpanjang waktu,
diharapkan anak dapat menguasai pelajaran sehingga anak berhasil
Intelegensi rendah disebut dengan istilah retardasi mental (lemah mental). Lemah mental
dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu; ringan dengan IQ, 50 – 70, Sedang dengan IQ,
35 – 49, berat dengan IQ 20 – 34.
a. Retardasi mental ringan (debil atau moron)
Jenis ini sama dengan kategori “dapat dididik” dalam lembaga pendidikan Untuk anak
normal. Dari kelompok retardasi mental, kelompok ini paling banyak Jumlahnya. Pada saat
di TK anak ini masih dapat mengembangkan keterampilan Sosial dan komunikasi.
b. Retardasi mental sedang (embesil)
Retardasi ini sama dengan apa yang disebut “mampu latih” dalam lembaga pendidikan
untuk anak normal. Mereka dapat belajar berkomunikasi selama berada di Taman Kanak-
kanak, tetapi kesadaran akan norma sosial sangat rendah. Anak dengan retardasi mental
siang ini hanya mungkin diberi pelajaran keterampilan yang sederhana, misalnya cara-cara
merawat diri (gosok gigi, mandi, bersisir dsb).
c. Retardasi mental berat (idiot)
Selama berada di Tman Kanak-kanak, jelas sekali terlihat kemampuan motorik anak jauh
lebih rendah bila dibandingkan dengan teman-teman sebanyanya. sangat minim. Mereka
hanya mampu mengembangkan sedikitkemampuan berbicara pada saat di sekolah. Karena
itu disarankan agar anak yang mengalami retardasi berat ini bersekolah di sekolah khusus.
Dengan bersekolah di sekolah khusus itu, diharapkan pada saat dewasa anak dapat
mengerjakan tugas-tugas sederhana yang berguna bagi kehidupannya. Misalnya
kemampuan untuk merawat diri yang paling sederhana, di bawah pengawasan yang sangat
ketat.
Anak yang mempunyai intelegensi rendah, terutama tingkat sedang dan berat segera
dapat terlihat dari keaadaan jasmaninya, sebab ada tanda-tanda yang menolok. Dua bentuk
yang mencolok yang dapat dilihat adalah :
1. Mongolisme, yaitu wajah seperti orang Mongol.
Tanda-tandanya ialah hidung kecil dan pesek. Jarak antara kedua mata berjauhan, mulut
sering terbuka dan mengeluarkan air liur, lidah besar sering Menjulur ke luar, kulit muka
merah, perkembangan tubuh tidak sempurna, tangan Lebar serta jari-jarinya pendek. Anak
mongoloid ini masih dapat dilatih, karena taraf Intelegensinya sedang atau embecil.
Dengan diberi latihan-latihan, anak mongoloid Ini dapat menguasai keterampilan tertentu,
sehinga dia dapat menolong dirinya Sendiri dan menguasai beberapa kemampuan untuk
mengadakan hubungan sosial.
Tanda-tanda lain yang dapat dideteksi adalah adanya gangguan fungsi hati, Dan
kemungkinan menderita leukimia
2. Kreatinisme
Yaitu, keadaan jasmani dengan tanda-tanda badannya cebol, kulit muka dan Badan tebal
berlipat-lipat, muka menggembung dan tampak bodoh. Lidahnya Menjulur keluar dan
dahinya penuh rambut. Bila guru melihat jenis kelainan ini di Sekolah, guru lebih baik
menganjurkan kepada orangtua anak untuk Menyekolahkannya di tempat khusus, sebab
sekolah umum tidak dapat mendidik Anak-anak yang mengalami kelainan ini. Penyebab
kretinisme ini ialah gangguan Perkembangan kelenjar thyroid (kelenjar gondok). Anak
kretin ini biasanya mulai Berjalan dan berbicara lebih lambat daripada anak normal, umur
mentalnya hanya Mencapai umur mental 3 sampai 4 tahun, sehingga dapat dikategorikan
lemah mental Berat.

2. intelgensi tinggi
Cara-cara khusus untuk menangani anak yang berintelegensi tinggi atau berbakat Ialah
dengan percepatan, pengelompokan khusus dan pengayaan.
a) Percepatan:
Percepatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berskippin
1.Meloncatkan anak ke kelas yang lebih tinggi (skipping)
2.Memberikan kegiatan lebih banyak daripada yang biasa diterima di kelasnya. Hal ini
karena anak berbakat dapat menyelesaikan suatu tugas Dengan cepat, sehingga
membutuhkan tambahan kegiatan.
b) pengelompokan khusus
Ada 4 model yang dapat dilakukan dalam pengelompokan ini, yaitu :
(1) Model A
Terdiri dari kelas biasa secara penuh ditambah kelas khusus. Anak berbakat Tetap
mengikuti program klasikal. Setelah selesai program klasikal, anak Memperoleh pelajaran
tambahan dalam kelas khusus. Bahan dan waktu Pelajaran bagi anak berbakat menjadi
bertambah.
(2) Model B
Terdiri dari kelas biasa tidak penuh (50%-75%), kemudian mengikuti kelas Khusus. Anak
berbakat mengikuti kegiatan di kelas secara penuh, misalnya Hanya 50
%-70%, kemudian dia mengikuti kegiatan khusus untuk anak-anak Berbakat.
( 3) model C
model ini semua anak berbakat dikumpulkan dalam satu kelas khusus Secara penuh.
Kurikulum dan gurunya disediakan secara khusus. Keuntungan model ini ialah mudah
dalam pengaturan administrasinya, Karena ada keseragaman kondisi anak. Keuntungan
lain ialah adanya Persaingan sehat antar siswa. Adapun kelemahan model ini ialah terlihat
Munculnya kelompok eksklusif (terpisah), yang menyebabkan proses Sosialisasi di sekolah
berkurang. Di samping itu timbul pula sikap Superiority (merasa paling pandai) pada diri
anak.
(4) Model D
Model ini merupakan satu kelas khusus yang terdiri dari anak-anak berbakat. Kelas seperti
ini tidak terdapat pada sekolah biasa, karena anak-anak Berbakat termasuk kategori luar
biasa kemampuannya, maka kelas yang terdiri dari anak-anak berbakat ini pada hakikatnya
adalah sekolah luar biasa. Jadi pengelolaannya mirip dengan Sekolah Luar Biasa.

C) pengayaan
Pengayaan adalah kegiatan penambahan materi pelajaran atau tugas-tugas Bagi anak
berbakat. Hal ini dimungkinkan karena anak berbakat lebih cepat Menyelesaikan tugas dan
lebih cepat memahami materi pelajaran, sehingga ia Mempunyai sisa waktu.
Pengayaan ini dapat dilakukan dengan cara vertikal, dapat pula ssecar Horizontal.Secara
vertikal artinya memberi tugas kepada anak untuk Memperdalam dan mengintensifkan
pelajaran yang sudah dikuasai, sedangkan Secara horizontal artinya memberikan tugas
kepada anak untuk mernperluas Pelajaran di luar materi yang diperoleh. Kecuali
pengayaan secara horizontal dan vertikal, ada satu bentuk kegiatan Yang dapat melatih
berpikir. Contohnya permainan catur, halma, teka-teki silang Dan Iain-lain. Tindakan apa
yang akan diberikan kepada anak berbakat tergantung pada Beberapa faktor, yaitu :
1. Kondisi dan sifat anak
2. Keadaan masyarakat atau lingkungan
3. Kemampuan guru
4. Fasilitas.
Perlu pula diketahui bahwa cara-cara yang telah disebutkan di atas dapat Juga
dikombinasi, dengan tujuan memperbesar keuntungan dan memperkecil kelemahannya.

✌️Contoh Intelegensi
Contoh dari suatu Inteligensi yaitu apabila seorang anak mengamati suatu lingkungan
misalnya sebuah kebun binatang, maka itu hannyalah sebuah persepsi.Akan tetapi apabila
anak tersebut mulai mengelompokkan jenis hewan yang ada, menghitung, serta
membandingkan antar hewan yang ada pada kebun binatang tersebut, maka yang anak
lakukan sudah termasuk perbuatan yang berinteligensi. mengukur suatu tingkatan
Inteligensi dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi, dengan melakukan evaluasi itu
artinya menentukan nilai materi serta metode guna mencapai tujuan tertentu. Penilaian
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana
materi serta metode tertentu yang dikuasai.
Untuk melakukan penilaian harus berdasarkan bukti internal seperti evaluasi yang
didasarkan atas logika, sedangkan penilaian berdasarkan bukti eksternal seperti
mengevaluasi materi berdasarkan kriteria yang ditetapkan atau diingat. Faktor Yang
Mempengaruhi Intelegensi .

✌️Inteligensi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kognitif seperti:


1. Mengingat, proses mengingat yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka
panjang.
2. Memahami, proses kognitif dalam tingkatan pemahaman seperti menafsirkan,
mengklasifikasikan, memberikan contoh, menyimpulkan, membandingkan, serta
menjelaskan.
3. Mengaplikasikan, dalam hal ini melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk
menyelesaikan masalah.
4. Menganalisis, meliputi proses kognitif membedakan, mengatribusikan, dan
mengorganisi
5. Mengevaluasi, dapat diartikan dalam membuat keputusan harus berdasarkan standar dan
kriteria tertentu.
6. Mencipta, dalam proses mencipta, melibatkan proses penyusunan elemen menjadi
sebuah keseluruhan yang koheren

Kesimpulan
Guru dituntut telah memiliki pengetahuan dan kemampuan menanggulangi permasalahaan
intelegensia siswanya, sehingga bisa langsung bersikap dan bertindak sesuai dengan
permasalahan masalah intelegensia siswa apakah berintelegensia rendah atau tinggi. Jika
mendapatkan siswa dengan intelegensia tertentu Guru diharapkan dapat mengetahuinya
degan segera, sehingga dapat dicari kelas khusus untuk siswa tersebut. Untuk menghadapi
anak berintelegensi rendah guru harus meluangkan waktu lebih banyak dalam nenerangkan
sesuatu, sebab dengan penjelasan satu kali saja anak ini belum mengerti. Selain itu guru
harus sabar menghadapi anak ini, sebab bila tidak, anak akan menjadi takut dan tertekan,
dan akan memperlambat proses penyerapan informasi yang diberikan. Cara-cara khusus
untuk menangani anak yang berintelegensi tinggi atau berbakat ialah dengan percepatan,
pengelompokan khu
🗣️ SULIT BERKONSENTRASI
Latar Belakang
Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti Konsentrasi
pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan
konsentrasi dalam belajar merupakan pemusatan Perhatian terhadap mata pelajaran dengan
mengenyampingkan semua hal Yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Maka dari itu
konsentrasi Merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi
Yang baik dan apabila konsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti Pelajaran di kelas
maupun belajar secara pribadi akan terganggu.Konsentrasi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (seperti suara, Pencahayaan, temperatur dan desain belajar), pergaulan,
psikologi dan Modalitas belajar. Faktor-faktor inilah yang menentukan siswa dapat
Memproses setiap informasi (Tonienase, 2007).
Menurut Slameto (2003) Seseorang yang sering mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi disebabkan Oleh kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari,
terganggu oleh Keadaan lingkungan (bising, keadaan yang semrawut, cuaca buruk dan
lainlain), pikiran kacau dengan banyak urusan/masalah-masalah kesehatan (jiwa Dan raga)
yang terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah
Konsentrasi pikiran sangat diperlukan dalam mengerjakan tugas sehari-hari.Saat kita tidak
dapat berkonsentrasi, kita juga tidak bisa berpikir jernih sehingga berisiko besar melakukan
kesalahan dalam mengambil keputusan.Tidak mampu berkonsentrasi memengaruhi orang
secara berbeda. Mereka yang sulit berkonsetrasi biasanya mengalami hal berikut:
1. tidak dapat mengingat hal-hal yang terjadi beberapa waktu yang lalu
2. kesulitan duduk diam
3. kesulitan berpikir jernih
4. sering kehilangan barang atau kesulitan mengingat di mana meletak barang
5. ketidakmampuan untuk membuat keputusan
6. ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang rumit
7. kurang fokus
8. kekurangan energi fisik atau mental untuk berkonsentrasi
9. membuat kesalahan ceroboh.
10. Baca juga: Penyebab Tidur
11. Sulit berkonsetrasi dalam waktu tertentu mungkin bukan masalah besar. Namun, hal ini
juga bisa terjadi secara persisten sehingga menganggu kualitas hidup seseorang.
Selain itu, sulit konsentrasi bisa dipengaruhi oleh berbagai kondisi medis. Melansir laman
healthline, berikut kondisi medis yang bisa membuat seseorang sulit berkonsetrasi:
1. Bening unable to concentrate can be the result of a chronic condition, including:
2. ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder
3. sindrom kelelahan kronis
4. benturan keras di kepala
5. sindrom cushing atau gangguan karena tingginya kortisol dalam tubuh
6. demensia
7. epilepsi
8. insomnia
9. gangguan depresi mayor
10. gangguan mental, seperti skizofrenia
11. sindrom kaki gelisah.
Gaya hidup tertentu seperti kurang tidur, kondisi lapar, kegelisahan, hingga stres berlebih
juga bisa membuat seseorang sulit konsentrasi.Selain itu, tidak mampu berkonsentrasi juga
merupakan efek samping dari beberapa obat.

Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Konsentrasi Belajar


Faktor-faktor pendukung konsentrasi belajar seorang siswa dipengaruhi Oleh 2 faktor yakni:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah sesuatu hal yang berada dalam diri seseorang. Ada 2 factor internal
pendukung konsestrasi belajar yaitu jasmani dan rohani.
Jasmani : (a) kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan Atau bebas dari penyakit
yang serius, (b) kondisi badan di atas normal Atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, (c)
cukup tidur dan istirahat, (d) cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi
Memenuhi standar gizi untuk hidup sehat, (e) seluruh panca indera Berfungsi dengan baik,
(f) detak jantung normal. Detak jantung ini Mempengaruhi ketenangan dan sangat
mempengaruhi konsentrasi efektif, dan (g) irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan
efektif, dan (g) irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas juga
sangat mempengaruhi ketenangan.
2) Rohani : (a) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat baik, (c) taat
beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi
berbagai jenis masalah yang terlalu berat, (e) tidak emosional, (f) memiliki rasa percaya diri
yang cukup, (g) tidak mudah putus asa, (h) memiliki kemauan keras yang tidak mudah
padam, dan (i) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan
gelisah.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal berarti hal-hal yang berada di luar diri seseorang Atau dapat dikatakan
hal-hal yang berada di sekitar lingkungan. Beberapa Factor eksternal yang
mempengaruhi belajar adalah:
1) Lingkungan : terbebas dari berbagai suara yang keras dan bising mengganggu
ketenangan. Udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari polusi dan bau yang
mengganggu.
2) Penerangan harus cukup agar tidak mengganggu penglihatan.
3) Orang-orang di sekitar harus mendukung suasana tenang apalagi lingkungan tersebut
merupakan lingkungan belajar.

Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat konsentrasi


belajar. Faktor penghambat tersebut menjadi penyebab terjadinya konsentrasi belajar. Ada
dua faktor penyebab gangguan konsentrasi yakni faktor internal dan eksternal, adapun
penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :26
a. Faktor internal
1) Faktor jasmaniah, yang bersumber dari kondisi jasmani seseorang yang tidak berada di
dalam kondisi normal atau mengalami gangguan kesehatan, misalnya mengantuk, lapar,
haus, gangguan panca indra, gangguan pencernaan, gangguan jantung, gangguan
pernapasan, dan sejenisnya.
2) Faktor rohaniah, berasal dari mental seseorang yang dapat menimbulkan gangguan
konsentrasi seseorang, misalnya tidak tenang, mudah gugup, emosional, tidak sabar, mudah
cemas, stres, depresi, dan sejenisnya.
b. Faktor eksternal
Gangguan yang sering dialami adalah adanya rasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai
kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya ruang belajar yang sempit, kotor,
udara yang berpolusi, dan suhu udara yang panas.

,✌️ Cara mengatasi


Menemukan penyebabnya adalah kunci untuk menangani hal ini. Itu sebabnya, kita perlu
bantuan dokter.
Dokter biasanya akan memulai diagnosis dengan mengumpulkan riwayat kesehatan serta
mendiskusikan gejala.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa obat-obatan atau suplemen yang kita konsumsi.
Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, dokter akan membuat diagnosis atau
merekomendasikan pengujian lebih lanjut. Jika sulit konsentrasi diakibatkan karena kondisi
medis tertentu, biasanya dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan seperti
• Tes darah untuk menentukan kadar hormon
• CT scan untuk melihat kelainan otak
• Pemeriksaan dengfan electroencephalography (EEG) yang mengukur aktivitas listrik di
kulit kepala.

Untuk meningkatkan kemampuan konsnetrasi, kita juga bisa melakukan perubahan gaya
hidup seperti:
• Mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang seperti biji-bijian, buah-buahan, sayuran,
dan protein tanpa lemak.
• Tidur yang cukup
• Mengurangi asupan kafein
• Melakukan relaksasi seperti meditasi atau menulis jurnal.

Perawatan yang diperlukan untuk mengatasi hal ini juga tergantung diagnosis spesifik yang
dilakukan oleh dokter.
Misalnya, orang yang didiagnosis ADHD biasanya memerlukan pemberian obat tertentu
yang dikombinasikan dengan terapi perilaku.

🗣️ MASALAH BELAJAR PADA SISWA SD


✌️ Langkah-langkah penyelesaian Masalah Kesulitan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam Belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui
langkah-langkah sebagai Berikut:

Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan
layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga
mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:

• Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara
bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar
membutuhkan layanan bimbingan.

• Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga
tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui
berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja,
misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

• Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah


penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan
dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat,
dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.

• Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan
jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.

• Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah
yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat
berkenaan dengan aspek: substansial-material; structural-fungsional; behavioral; dan
personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. Telah mengembangkan
suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap
Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang
dihadapi siswa, seputar aspek : jasmani dan kesehatan; diri pribadi; hubungan sosial;
ekonomi dan keuangan; karier dan pekerjaan; pendidikan dan pelajaran; agama, nilai dan
moral; hubungan muda-mudi; keadaan dan hubungan keluarga; dan waktu senggang.

faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar adalah:


1. Kurang menaruh minat terhadap pelajaran sekolah.
2. Banyak melakukan aktivitas atau pekerjaan yang bertentangan dan tidak menunjang
pekerjaan sekolah, malas belajar.
3. Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
4. Sering izin tidak mengikuti pelajaran sekolah.
5. Kelemahan dalam kondisi keluarga ( status ekonomi, pendidikan )

Permasalahan dalam kesulitan belajar yang dihadapi siswa maka dapat diberi cara
penyelesaian masalah sebagai berikut:
1. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang kurang menaruh minat tehadap pelajaran
sekolah dan malas belajar, guru harus bisa memberi inovasi pelajaran dalam kelas,
pemberian tugas dan tugas rumah yang mempunyai nilai pendidikan
2. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja
yang salah, Guru mengarahkan agar siswa merubah cara belajarnya dengan cara menentukan
metode Pembelajaran yang sesuai dengan diri siswa tersebut karena setiap siswa mempunyai
perbedaan Dalam belajar.
3. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang sering izin, dari sekolah harus memberi
penegasan dalam Aturan sekolah dan tata tertib yang ada dan mencari penyebab sering
izinnya siswa dengan menemui Orang tua.
4. Untuk pemecahan masalah kelemahan dalam kondisi keluarga dan siswa juga harus
membantu Orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga, guru harus bisa memberikan
arahan agar antara Siswa tugas utamanya adalah belajar dan dalam mengerjakan pekerjan
lain harus bisa-bisa mengatur Waktu, mempunyai perencanan yang akhirnya tidak
mengutamakan pekerjaan lain tersebut.

Dan orang tua juga mempunyai peran penting dalam penyelesaian kesulitan belajar yang
Dihadapi anaknya dengan cara memberi dorongan belajar, mengawasi dan perhatian pada
anak, motivasi Dalam belajar, dan member bimbingan yang baik agar si anak bisa merubah
dan bisa merubah Kesulitannya dalam belajar. Namun dalam pemecahan masalah kesulitan
belajar ini akan berjalan dan Berguna apabila dari diri anak atau siswa muncul dorongan dan
keinginan melakukan perubahan untuk Pencapaian pemecahan masalah ke yang baik dan
mendapatkan hasil perubahan dalam diri anak atau Siswa tersebut.

✌️KESIMPULAN
Kesulitan dalam belajar merupakan suatu hal yang sering terjadi dan dialami semua siswa,
baik Siswa yang sudah mencapai nilai yang baik di kelas. Untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa mencari Kelemahan diri dan mencari solusinya dan orang tua juga mempunyai peran
penting dalam penyelesaian Kesulitan belajar yang dihadapi anaknya dengan cara memberi
dorongan belajar, mengawasi dan Perhatian pada anak, motivasi dalam belajar, dan member
bimbingan yang baik agar si anak bisa Merubah dan bisa merubah kesulitannya dalam belaj

Anda mungkin juga menyukai