Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Dampak positif prestasi anak berbakat ditinjau dari segi fisik, psikologis,
akademik dan social/emosi sebagai berikut :
a. Prestasi fisik/kesehatan yang dapat dicapai oleh anak-anak
berbakat ialah mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang prima serta
koordinasi gerak fisik yang harmonis. Anak berbakat mampu berjalan
dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak normal.
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan mereka memiliki penampilan
yang menarik dan rapi, kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata,
(studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia
tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian
pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong
seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan
hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya
sendiri.
b. Prestasi psikologis (sosial/emosi) anak berbakat memiliki
kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka
adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima, keterlibatan
dalam berbagai kegiatan sosial, memberikan sumbangan positif dan
konstruktif, kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam
pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya, memiliki
kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur, perilakunya
tidak defensif dan memiliki tenggang rasa, bebas dari tekanan emosi dan
mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,
mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang
dewasa, mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan memiliki
kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas,
dan humor. Mereka memandang segala persoalan dari berbagai sudut pandang
dan sangat terbuka pada hal-hal baru. Secara alaminya mereka memiliki
ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak sebaya lainnya.
c. Prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem
syaraf pusat yang prima. Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip
oleh Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan dampak dalam bidang
akademik adalah memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang
akademik khusus, memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep,
metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus, mampu
mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang
dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain, kesediaan mencurahkan
sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi
dalam suatu bidang akademik, memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam
suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik,
dan belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
Secara intelektual-kognitif, anak berbakat memiliki ide yang orisinal
yang tidak lazim, serta berpikir kreatif, sehingga mampu menghubungkan ide-
ide yang nampak tidak berkaitan menjadi sebuah konsep yang utuh. Mereka
mampu menjelaskan hal yang rumit sehingga mudah dipahami. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan mereka untuk menggeneralisasikan segala
sesuatu dengan menggunakan nalar yang sangat tinggi. Mereka mampu
memecahkan masalah dengan cepat, menunjukkan daya imajinasi yang luar
biasa, memiliki perbendaharaan kata yang sangat kaya, serta mampu
mengartikulasikannya dengan baik. Umumnya fasih dalam berkomunikasi
lisan, dan unggul dalam merangkai kata-kata. Oleh sebab itu mereka sangat
cepat memahami pembicaraan atau pelajaran, serta memiliki daya ingat jangka
panjang (long term memory) yang kuat. Oleh karena itu anak-anak berbakat
dapat mencapai tingkat kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir
mengetahui dan komprehensif.
Sumber : Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hal.
3.5-3.8
2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a) Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat
kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari
anak normal.
b) Pembelajaran pada anak berbakat tidak boleh mengembangkan kecerdasan
intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga harus
mendapat perhatian. Menurut Renzulli kesalahan sekolah apabila dalam
penentuan kecerdasan anak berbakat hanya menggunakan satu kriteria saja,
misalnya hanya menggunakan IQ. Konsep Renzulli sebenarnya tidak berhenti
pada konsep ini, tetapi ada perluasan layanan yang menggunakan model
pengayaan triad juga apabila ternyata anak gifted diidentifikasi mempunyai
potensi lebih berupa keunggulan bidang akademik tertentu; misalnya dalam
mata pelajaran matematika atau mata pelajaran lainnya(Van Tiel, 2014:34).
Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi
internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.
Sehubungan dengan pembelajaran ini Kitano, dkk. (1986) dalam Conny
Semiawan (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran anak berbakat
memerlukan konsideransi khusus dalam pendidikannya karena mereka dalam
pendidikannya berbeda secara kualitatif dari individu lainnya. Hafalan dalam
pembelajaran bagi anak berbakat harus sejauh mungkin dicegah dengan
memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan dan
pendekatan induktif.
c) Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,
dan produk. Sehubungan dengan itu, M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3
jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi proses adalah metodologi atau
cara guru mengajar termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa
yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan,
mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan
memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta kecepatan dan variasi proses.
Modifikasi isi adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide,
konsep maupun fakta. Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret, menuju ke
hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil
adalah produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan
proses pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses
yang dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.
Sumber :
Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hal. 3.21-3.22
Van Tiel, J.M. & Widyorini, E. (2014). Deteksi & Penanganan Anak Cerdas
Istimewa (Anak Gifted) Melalui Pola Alamiah Tumbuh Kembangnya. Jakarta:
Prenada.
3. Albinisme adalah kondisi yang herediter (turun-temurun) dimana terdapat kekurangan
pigmen pada sebagian atau seluruh tubuh tidak rambut menjadi putih, karena kulit
sangat terang, dan iris mata berwarna putih atau putih kemerahan tidak orang yang
mengidap albinisme biasanya penglihatannya buruk, retinanya berkembang secara
tidak sempurna, terlalu peka terhadap cahaya dan mengalami nistagmus. Pemberian
perawatan secara intensif dapat meningkatkan penglihatan dan dapat juga mengurangi
perasaan tidak nyaman dengan mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata.
Belum ada pengobatan untuk menyembuhkan albinisme.
Katarak adalah kekeruhan atau kekurangan pada lensa mata sehingga
menghambat masuknya cahaya ke dalam mata titik meskipun bentuk-bentuk katarak
bersifat tertentu bawaan sejak lahir, namun kemungkinan berkembangnya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Perawatan yang efektif adalah pembedahan
membuang lensa yang terkena katarak, pencangkokan lensa intraocular dan
selanjutnya harus memakai kacamata konvensional atau lensa kontak yang kuat.
Amblyopia diterapkan pada penglihatan yang buruk yang tidak diakibatkan
oleh suatu penyakit yang dapat teramati dan yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata tidak kondisi ini dapat bersifat bawaan atau mungkin berkembang kemudian
titik pada penyebabnya tidak diketahui, akan tetapi karena ketunanetraan sering dapat
dicegah jika langkah-langkah yang tepat diambil. Perawatan biasanya berupa
mengoreksi ketidakseimbangan mendasar dari kedua belah matanya melalui
pembedahan atau pemberian lensa korektif dan atau memberi tambalan sementara
pada mata yang kuat untuk memasang mata yang lemah agar bekerja lagi titik
pemeriksaan mata pada saat kelahiran dan diulangi lagi menjelang usia 3 tahun
direkomendasikan untuk meningkatkan kemungkinan deteksi dini dan perawatan yang
efektif
Sumber : Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hal. 4.10-4.14
4. Visualisasi adalah Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan
kenyamanan di dalam lingkungannya dan membantunya bergerak secara mandiri
adalah dengan menggunakan ingatan visual (visual memory) (juga disebut peta
mental). Tunanetra perlu terus waspada terhadap pergerakan orang di dalam ruangan
itu agar visualisasinya tentang ruangan itu beserta kegiatan yang berlangsung di
dalamnya senantiasa tepat. Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu
dengan orang lain dan bercakap-cakap dengannya, jabatan tangan dan suara memberi
banyak informasi.
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan
oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan (yang
dikontrol oleh sistem vestibular). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang
melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama secara berulang-ulang.
Persepsi obyek (object perception) adalah kemampuan yang memungkinkan
individu tunanetra menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau di
hadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak
menyentuh benda itu. Kemampuan persepsi obyek terbentuk karena tunanetra
mendengar gema langkah kakinya sendiri atau bunyi lain yang ditimbulkannya, yang
dipantulkan oleh benda penghambat, atau melalui penginderaan yang dihantarkan
oleh kulitnya. Kemampuan persepsi obyek biasanya dikembangkan oleh mereka yang
buta total dan mungkin tidak dapat dimiliki oleh mereka yang mengalami gangguan
pendengaran. Kemampuan persepsi obyek perlu dilatihkan kepada anak tunanetra
untuk keselamatan.
Sumber : Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hal. 4.36-4.39
5. Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran mempergunakan suatu
program yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu, baik karakteristik,
kebutuhan maupun kemampuan secara perorangan. Strategi ini dikenal dengan
Individualized Educational Program (IEP) atau Program Pendidikan Individualisasi
(PPI). Strategi individualisasi dilakukan secara perseorangan, guru dapat memberikan
pembelajaran bahasa kepada anak tunanetra sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan anak tersebut.
Strategi kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan unsur
gotong royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pada strategi kooperatif anak tunanetra dituntut untuk bekerja sama
dengan anak lainnya dalam pembelajaran bahasa, karena pada strategi ini anak harus
saling membantu dalam mencapai tujuan. Seperi halnya dalam pembelajaran bahasa
anak tunanetra akan berkomunikasi secara langsung dengan anak yang lainnya
sehingga pada strategi ini terbentuklah bahasa anak.
Strategi modifikasi adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui conditioning atau
pembiasaan, serta membantunya untuk lebih produktif sehingga menjadi individu
yang mandiri. Strategi ini dapat diterapkan dalam meningkatkan keterampilan sosial
anak tunanetra. Pada strategi modifikasi guru mengubah perilaku siswa tunanetra dan
ini bisa dilakukan untuk pembelajaran bahasa juga. Misalnya, guru mengubah bahasa
dari anak tersebut yang awalnya bahasa anak tersebut masih kurang menjadi baik.
Sumber : Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hal. 4.62-4.63
6. Upaya pencegahan saat sebelum nikah: menghindari pernikahan sedarah atau
pernikahan dengan saudara dekat; melakukan pemeriksaan darah; dan melakukan
konseling genetika.
Upaya pencegahan saat hamil: menjaga kesehatan dan memeriksakan kehamilan
secara teratur; mengkonsumsi gizi yang baik/seimbang; tidak meminum obat
sembarangan.
Upaya pencegahan pada saat melahirkan: tidak menggunakan alat penyedot dan
apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah vaginanya,maka
kelahiran harus melalui operasi caesar.
Upaya pencegahan pada masa setelah lahir: imunisasi rubela yang sangat penting,
terutama bagi wanita; mencegah sakit influenza yang terlalu lama (terutama pada
anak); dan menjaga telinga dari kebisingan.
Sumber : Buku Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus modul 5
7. Pada umumnya anak tunarungu yang tidak disertai kelainan lain, mempunyai
inteligensi yang normal namun sering ditemui prestasi akademik mereka lebih rendah
dibandingkan dengan anak pendengaran seusianya berkaitan dengan hal tersebut, lani
Gunawan menyatakan bahwa ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam
potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu sering mendapatkan prestasi
akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang mendengar seusianya
nya. Perkembangan kecerdasan anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak
biasanya anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang didengarnya akan tetapi
hal tersebut tidak terjadi pada anak tunarungu.
Disamping itu bahasa merupakan kunci masuknya berbagai ilmu pengetahuan
sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat anak tunarungu
untuk memahami berbagai pengetahuan lainnya. Dalam mengembangkan kemampuan
akademik kemampuan berbahasa baik secara reseptif maupun ekspresif merupakan
peranan penting gerbang ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan disampaikan melalui
bahasa sehingga untuk memahami pengetahuan tersebut seseorang harus memahami
bahasa terlebih dahulu oleh karena itu gangguan dalam kemampuan berbahasa dapat
menghambat seseorang dalam mengembangkan kemampuan akademiknya.
8. Sistem pendidikan integrasi merupakan sistem pendidikan memberikan
kesempatan pada siswa tunarungu untuk belajar bersama-sama dengan siswa di
sekolah atau biasa atau sekolah reguler sistem ini disebut juga sistem terpadu karena
sistem ini menjelaskan keterkaitan antara anak dengan baik dalam belajar maupun
bermain. Pendidikan inklusi bagi penari merupakan pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar bersama-sama dengan siswa mendengar di
sekolah biasa atau reguler pendidikan tersebut untuk melakukan penyesuaian baik
dalam sarana dan prasarana maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai dengan penelitian yang berbeda dengan sistem integrasi dalam
sistem integrasi tingkah lakunya bisa beragam dari perpaduan minimal hingga bagian
itu. Sedangkan dalam pendidikan inklusif siswa seluruhnya dalam sistem integrasi
siswa lebih banyak untuk menyesuaikan diri dengan program yang ada sedangkan
dalam sistem periodik bentuk panjang pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus anak tunarungu. Dengan demikian dalam pendidikan sistem yang
ada di sekolah diadaptasikan dengan kebutuhan proses anak tunarungu dan kebutuhan
khusus lainnya juga pada akhir-akhir ini sistem pendidikan inklusif dibawakan untuk
kebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai