Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : TRISNA NUR HALIM

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 857497691

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002/Perkembangan Peserta Didik

Kode/Nama UPBJJ : 24/BANDUNG

Masa Ujian : 2022/23.2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Penjelasan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak pada usia 8-12 tahun:
Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak pada usia 8 hingga 12 tahun mengalami
perubahan yang signifikan. Selama periode ini, anak memasuki tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang pest yang biasanya terjadi sebelum masa pubertas. Berikut adalah
penjelasan mengenai pertumbuhan berat badan dan tinggi badan pada rentang usia tersebut:
Pertumbuhan Berat Badan:
• Pada usia 8 hingga 12 tahun, anak cenderung mengalami peningkatan berat badan yang stabil.
Rata-rata, anak dapat menambah berat badan sekitar 2 hingga 3 kilogram per tahun selama
periode ini.
• Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan berat badan meliputi faktor genetik, nutrisi
yang adekuat, aktivitas fisik, dan kesehatan secara umum. Penting bagi anak untuk memperoleh
nutrisi yang seimbang dan memadai untuk mendukung pertumbuhan berat badan yang optimal.
Asupan makanan yang kaya akan protein, karbohidrat, lemak sehat, serta vitamin dan mineral
penting.
Pertumbuhan Tinggi Badan:
• Usia 8 hingga 12 tahun merupakan periode pertumbuhan tinggi badan yang signifikan. Anak
cenderung mengalami lonjakan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
• Pada usia ini, anak biasanya mengalami peningkatan tinggi badan sekitar 5 hingga 7,5
sentimeter per tahun. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon pertumbuhan,
pola tidur yang cukup, nutrisi yang balk, serta gaya hidup sehat secara umum.
• Faktor-faktor seperti pola tidur yang cukup, olahraga secara teratur, dan pemenuhan kebutuhan
nutrisi yang tepat akan berperan penting dalam mendukung pertumbuhan tinggi badan yang
optimal pada anak.

2. Contoh perkembangan kognitif anak pada tahap sensorimotor 0 – 2 tahun, yaitu:


• Koordinasi Sensorimotor
Selama periode ini, bayi belajar mengkoordinasikan gerakan fisik mereka dengan indera
mereka. Misalnya, mereka belajar meraih dan memegang mainan, menggoyangkan gendongan
mereka untuk membuat bunyi, atau menendang bola.
• Imitasi
Selama tahap sensorimotor, anak-anak mulai menunjukkan kemampuan meniru tindakan
orang dewasa di sekitar mereka. Mereka mungkin meniru suara, gerakan, atau tindakan
seperti menyapu lantai dengan sapu mainan.
Selama tahap sensorimotor, anak-anak mengalami perkembangan kognitif yang signifikan. Ini
adalah periode dari kelahiran hingga sekitar usia 2 tahun di mana anak-anak mulai
mengembangkan pemahaman tentang dunia di sekitar mereka melalui panca indera dan
gerakan fisik mereka.
3. Contoh nyata pelibatan peserta didik dalam pembelajaran aktif:
• Simulasi atau permainan peran
Guru menggunakan simulasi atau permainan peran untuk melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran aktif. Misalnya, peserta didik dapat memainkan peran sebagai ilmuwan,
sejarawan, atau karakter fiksi dalam situasi tertentu. Mereka harus memecahkan teka-teki,
mengambil keputusan, atau berinteraksi dengan peserta didik lainnya dalam konteks yang
relevan dengan pembelajaran.
Melalui simulasi atau permainan peran, peserta didik dapat mengalami pembelajaran secara
langsung dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
• Diskusi kelompok
Guru memberikan topik pembelajaran kepada peserta didik dan membagi mereka menjadi
kelompok kecil.
• Presentasi atau pemecahan masalah dalam kelompok
Peserta didik diberi tugas untuk bekerja dalam kelompok dan mempresentasikan pengetahuan
atau solusi mereka kepada kelas. Mereka harus berkolaborasi, berbagi ide, dan mengorganisir
presentasi mereka. Proses ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam berkomunikasi,
mempresentasikan, dan mempertahankan gagasan mereka di depan kelas.
Peserta didik juga dapat diberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik dan pertanyaan
terhadap presentasi kelompok lainnya.

4. Contoh penerapan teori kognitif oleh pendidik dalam penentuan jurusan anak ketika di sekolah
menengah atas, yaitu:
Dalam teori belajar kognitif, diharapkan siswa mampu mendapatkan ilmu pengetahuan yang
berasal dari komunikasi dan interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran
kognitif memiliki 3 aspek penting yaitu aspek pemahaman, aspek memori, dan aspek
pengimplementasian.
• Pendekatan Berbasis Minat:
Pendidik dapat menerapkan pendekatan berbasis minat untuk membantu siswa dalam memilih
jurusan yang sesuai dengan minat dan kecenderungan kognitif mereka. Dalam pendekatan ini,
pendidik akan menggunakan instrumen atau tes minat untuk mengidentifikasi minat dan
preferensi siswa terhadap bidang-bidang tertentu, seperti sains, seni, matematika, atau bahasa.
Dengan memahami minat dan kecenderungan kognitif siswa, pendidik dapat memberikan
informasi yang lebih baik dan bimbingan yang sesuai dalam memilth jurusan yang sesuai dengan
minat dan potensi kognitif siswa.
• Pendekatan Berbasis Keterampilan:
Pendidik juga dapat menerapkan pendekatan berbasis keterampilan dalam penentuan jurusan
anak. Pendekatan ini melibatkan identifikasi dan penilaian keterampilan kognitif yang dimiliki
oleh siswa, seperti kemampuan logika, analisis, pemecahan masalah, dan komunikasi. Dengan
menganalisis keterampilan kognitif siswa, pendidik dapat memberikan informasi yang objektif
tentang bidang studi yang sesuai dengan keterampilan kognitif mereka. Misalnya, siswa dengan
keterampilan analitis yang kuat mungkin lebih cook untuk jurusan ilmu pengetahuan, sementara
siswa dengan keterampilan komunikasi yang baik mungkin lebih cook untuk jurusan bahasa atau
komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai