Anda di halaman 1dari 11

KECERDASAN ISTIMEWA

I Jero Nyoman Krisna Aditya (2216011052)


M. Zakky Habibi Suher (2216011066)
Jero@student.undiksha.ac.id
zakky@student.undiksha.ac.id

Abstrak
Anak Cerdas Istimewa (Gifted Children) menunjukkan kecerdasannya sejak
usia dini. Penelitian ini bertujuan mengetahui kecerdasan anak cerdas istimewa
pada usia dini, yaitu antara usia 3-5 tahun. Metode yang digunakan adalah kualitatif
dengan melakukan wawancara terhadap tiga ibu dari anak cerdas istimewa. Data
dianalisis dengan analisis tematik. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak cerdas
istimewa mempunyai kemampuan membaca lebih awal, kritis, dan mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Hal ini menunjukkan anak cerdas istimewa usia dini
mengalami lompatan kecerdasan.
PENDAHULUAN
Pada masa anak dengan sensitivitas yang tinggi terhadap penerimaan segala
pengaruh perkembangan perlu diberikan sejak dini, karena dengan kepekaan yang
dimiliki oleh anak lebih mudah untuk diterima secara optimal. Aspek
perkembangan tersebut akan optimal apabila distimulasi sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang anak. Peran guru dalam pemberian stimulasi pada fisik anak
sangat penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan kemampuan otot-otot
besar dan otot-otot halus pada anak. Perkembangan fisik anak secara khusus
berkaitan juga dengan kecerdasan jamak Multiple Intelligences yang bertujuan
untuk memecahkan masalah atau melakukan sesuatu yang ada nilainya dalam
kehidupan.

Perkembangan fisik digolongkan kedalam kecerdasan kinestetik karena


berkaitan dengan pengoptimalan yang dimiliki anak dalam menggunakan dan
mengendalikan gerakan tubuh. peneliti melihat betapa pentingnya kegiatan gerak
dan lagu yang sudah dikreasikan secara sederhana dan disukai oleh anak. Oleh
karena itu kegiatan gerak dan lagu merupakan kegiatan yang didalamnya anak dapat
menikmati dan mengenal lagu disertai dengan gerakan anggota tubuh. Berdasarkan
paparan hasil penelitian terdahulu, maka perlu adanya penelitian yang berorientasi
pada kemampuan kecerdasan kinestetik anak kelompok B agar dapat meningkat.
Pada dasarnya karakteristik anak pada usia 5-6 tahun adalah aktif bergerak melalui
kegiatan yang menyenangkan, maka salah satu cara mengembangkan kecerdasan
kinestetik dengan menggunakan kegiatan gerak dan lagu.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KECERDASAN KINESTETIK

Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan anak menggunakan


ketangkasan tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan menggunakan
keterampilan tangan untuk mengubah atau menciptakan sesuatu. Kecerdasan
kinestetik lebih kepada kemampuan fisik seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki kemampuan memproses
informasi secara fisik, lewat gerakan tangan, tubuh, ekspresi juga kontrol.
Tentunya anak kecerdasan kinestetik memiliki kelihaian bergerak lebih daripada
anak lain. Lingkungan kelas yang dirancang agar anak anaknya duduk diam,
mendengarkan dan harus berkonsentrasi untuk memperhatikan, bisa jadi
merupakan hambatan si anak kinestetik. Tapi sayangnya, anak anak yang kurang
bisa berhasil belajar di ruang kelas seperti ini seringnya diberi label hiperaktif,
ADD atau ADHD.
Kecerdasan kinestetik merupakan salah satu jenis kecerdasan majemuk.
Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan seluruh
tubuh atau fisiknya untuk mengekspresikan ide dan perasaan, serta keterampilan
menggunakan tangan untuk mengubah atau menciptakan sesuatu (Amstrong).
Kecerdasan kinestetik juga dapat diartikan sebagai cara berpikir dengan
menggunakan tubuhnya yang ditunjukkan dengan ketangkasan tubuh untuk
memahami perintah otak.
Sedangkan menurut Howard Gardner kecerdasan kinestetik adalah
kemampuan melakukan gerakan gerakan yang bagus seperti berlari, menari,
membuat kerajinan tangan dan lain sebagainya. Seseorang dengan kecerdasan
ini memiliki kemampuan memahami sesuatu dengan cara terlibat secara aktif
pada suatu aktivitas. Kecerdasan ini memiliki pola yang telah ditentukan, seperti
menari memiliki gerakan gerakan tertentu yang harus sesuai dengan makna atau
tema tarian. Selain itu kecerdasan ini juga memiliki fleksibilitas dalam proses
belajarnya, misalnya tim olahraga.
Dalam tim olahraga terdapat beberapa taktik yang harus dimiliki oleh
anggota tim yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap situasi dan
kondisi yang mungkin terjadi saat pertandingan. Kecerdasan kinestetik dapat
diamati sejak awal dengan beberapa ciri ciri yaitu mampu menggunakan fisik
untuk mengekspresikan dirinya, terampil bekerja dengan objek, mampu
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa nonverbal atau gerakan tubuh,
mampu mengontrol gerakan tubuhnya menjadi gerakan yang gesit, mampu
menirukan gerakan orang lain dengan baik, mampu mempelajari segala hal yang
berkaitan dengan kemampuan gerak secara cepat dan mampu
mengkoordinasikan keselarasan gerakan anggota tubuhnya.

B. KARAKTERISTIK
Karakteristik anak berbakat dapat dibedakan mejadi karakteristik belajar,
karakteristik motivasi, karakteristik kreativitas, dan karakteristik sosio-
emosional. Berikut penjelasan masing-masing karakteristik anak berbakat.
1. Karakteristik belajar: ditunjukkan dengan sikap belajar yang lebih cepat dan
mudah, menyukai tantangan dan tugas yang kompleks, mengetahui banyak
hal, mempunyai kosakata yang lebih luas dan lancar dibanding anak
seusianya, terampil dalam memecahkan suatu masalah, gemar mengajukan
pertanyaan yang kritis dan tak terduga, serta memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi .
2. Karakteristik motivasi: meliputi sikap senang mengerjakan tugas secara
mandiri, memiliki komitmen kuat pada tugas yang telah dipilih, dan
memiliki persisten dalam menyelesaikan tugas.
3. Karakteristik kreativitas: meliputi sikap sensitif terhadap estetika, senang
melakukan eksperimen, mengekspresikan rasa humor dengan spontan, dan
memiliki banyak ide dalam menghadapi tantangan.
4. Karakteristik sosio-emosional: meliputi rasa percaya diri yang tinggi,
cenderung perfeksionis, mudah beradaptasi pada situasi baru, dan lebih
menyukai teman yang lebih tua dan memiliki minat yang sama.
Melihat karakteristik tersebut, diperlukan beberapa model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk anak berbakat, diantaranya model struktur intelek
dari Guilford yang digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi dengan tahap
analisis konten (simbolik), tahap produk (hubungan), dan operasi (evaluasi)
(Tarjiah, 2019). Selain itu, terdapat model belajar kreatif dari Treffiger yang
meliputi tahap basic tool, practice with process, dan working real problem. Lebih
lanjutnya, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat efektif
digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak CIBI dalam memecahkan
masalah. Model pembelajaran PBL yang dikombinasikan dengan project
learning dapat juga menjadi alternatif pembelajaran bagi anak CIBI di masa
pandemi Covid-19 ini guna mengasah kemampuan kognitif dan psikomotorik
anak.
C. FAKTOR PENYEBAB
Kecerdasan siswa tidak hanya terbatas pada kemampuannya berpikir atau
belajar, tetapi juga mencakup kemampuannya dalam memahami lingkungan di
sekitarnya, problem solving, serta mencari tahu apa yang harus dilakukannya.
Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang dipengaruhi faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yang dikategorikan
sebagai faktor internal adalah faktor genetik atau keturunan. Sama seperti
sifat yang dimiliki manusia lainnya, kecerdasan setiap anak juga berbeda-
beda. Masyarakat banyak yang memiliki anggapan bahwa kecerdasan anak
diwariskan dari orang tua yang juga cerdas. Pepatah yang populer terkait
hal ini adalah buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
b. Faktor Eksternal
Selain gen penentu kecerdasan anak, faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual dari luar atau faktor eksternal adalah lingkungan,
stimulasi, gaya belajar, dan nutrisi.
1. Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan siswa yang pertama adalah faktor
lingkungan. Yang masuk dalam faktor lingkungan antara lain tempat
tinggal, yang juga berdampak pada kecerdasan anak.
2. Stimulasi
Faktor yang mempengaruhi IQ siswa berikutnya adalah stimulasi yang
diberikan kepada anak atau siswa. Interaksi Ibu dengan anak di tahun-
tahun pertama kehidupannya akan sangat menentukan perkembangan
kognitif anak.
3. Kesesuaian Gaya Belajar
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang
gaya belajarnya visual atau melalui gambar-gambar, ada yang gaya
belajarnya auditori atau mengandalkan pendengaran untuk menerima
informasi, dan ada juga anak yang gaya belajarnya kinestetik atau belajar
melalui gerakan tubuh.
4. Nutrisi
Nutrisi ternyata memiliki peran penting dalam perkembangan otak anak.
Hal itu menyebabkan betapa pentingnya untuk makanan dan minuman
yang mengandung nutrisi kepada anak. Anak-anak atau siswa sangat
membutuhkan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak dan
zat gizi mikro yang terdiri dari berbagai vitamin dan mineral untuk
tumbuh kembangnya.
D. JENIS AKTIVITAS JASMANI YANG DIREKOMENDASIKAN

Cara Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Pada Anak Melansir


Public School Review, anak-anak dengan kecerdasan kinestetik cenderung
menggambarkan bahwa pikiran mereka bekerja lebih efektif ketika mereka
terlibat dalam aktivitas fisik. Menurut para ahli, setiap anak cenderung
menunjukkan bentuk bentuk gaya belajar tertentu. Misalnya, beberapa siswa
adalah pembelajar auditori, dimana jenis anak anak ini belajar paling baik dari
instruksi lisan dan perintah verbal, sementara itu siswa lain adalah pembelajar
visual, yang menemukan manfaat terbesar dari gambar, bagan, atau bentuk lain
dari struktur berbasis penglihatan. Menurut Center for Kinesthetic Education
(CKE), anak yang menunjukkan tanda-tanda kebutuhan kinestetik yang kuat
sering mendapat manfaat dari kegiatan belajar yang dinamis. Selain itu, para
orang tua dan sekolahnya bisa mendukung anak dengan kecerdasan kinestetik
melalui beberapa hal berikut.

a. Aktivitas fisik
Jika orang tua memiliki anak dengan kecerdasan kinestetik maka jangan
ragu mengikutkan mereka pada aktivitas fisik yang menyenangkan.
Dibandingkan anak lain yang masih ragu mencoba sesuatu yang baru, anak
kinestetik akan dengan senang hati mencoba apapun, bahkan yang
menantang sekalipun. Jadi, orang tua bisa memanfaatkan banyaknya
organisasi atau kegiatan yang berbau fisik seperti camping, hiking,
bersepeda, berenang, dan banyak lagi.
b. Ajak eksperimen
Menurut para ahli, selain aktivitas fisik anak dengan kecerdasan kinestetik
juga sangat menikmati eksperimen membuat hal baru. Mereka bisa betah
melakukan eksperimen selama berjam-jam tanpa kekurangan
antusiasmenya. Perkenalkan ilmu baru kepada mereka lewat eksperimen
yang menarik.
c. Cari sekolah yang mendukung
Kalau bisa cari sekolah yang mendukung aktivitas anak dengan kecerdasan
kinestetik. Contohnya sekolah alam yang mengakomodasi aktivitas fisik
anak dengan rangkaian pelajaran yang tidak membosankan.
d. Membuat permainan
Jangan kehabisan ide untuk membuat permainan kreatif untuk anak anak
dengan kecerdasan kinestetik. Perbanyak permainan yang melibatkan
karpet, sandpaper, balok, cubes atau tanah liat yang mengharuskan anak
menyentuh langsung permainan yang digunakan.
e. Ajak membuat skala prioritas
Saat anak kesal, sisihkan pekerjaan rumahnya. Beraktivitaslah bersama
anak, habiskan waktu bersama untuk beristirahat dan melakukan relaksasi.
Orang tua bisa membantu untuk mengatur aktivitas anak.
Atur pekerjaan rumahnya berdasarkan skala prioritas dan bantu dia untuk
fokus pada satu pekerjaan di satu waktu. Sementara saat di sekolah, ajari
anak untuk menggunakan teknik relaksasi serta penarikan napas panjang
untuk membantu agar tetap fokus saat ia mengerjakan tugas.
• Tips Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak :
Ketika orang tua sudah tahu apa tipe kecerdasan anak mereka,
penting untuk memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan preferensi
mereka. Lakukan hal-hal ini di keseharian anak, agar kecerdasan
kinestetiknya bisa tersalurkan dan berkembang dengan tepat.
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
Cara mengembangkan kecerdasan kinestetik yang dapat orang
tua lakukan adalah mengikutsertakan anak dalam aktivitas fisik.
Ketimbang anak lain yang masih ragu mencoba sesuatu yang baru, anak
kinestetik akan dengan senang hati mencoba apapun, bahkan yang
menantang sekalipun.
Sekolah juga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan
kinestetik karena berperan mendukung aktivitas fisiknya. Contohnya
sekolah alam yang mengakomodasi aktivitas fisik anak dengan
rangkaian pelajaran yang tidak membosankan. Sebisa mungkin, anak
juga perlu pelajaran dengan jeda sehingga ia tidak merasa jenuh.
Ajarkan konsep yang konkret dengan contoh yang bisa mereka lihat
atau sentuh langsung sehingga anak bisa memahaminya dengan cepat.
Hanya dengan sedikit dukungan atau bantuan dari orang sekitar, anak
dengan kecerdasan kinestetik bisa menemukan ritme mereka sendiri
dalam mengikuti sistem yang belum tentu seirama dengan gaya mereka,
seperti sistem sekolah yang mengharuskan duduk di kelas berjam jam.
Pekerjaan yang cocok untuk anak dengan kecerdasan kinestetik.
Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik cenderung lebih tertarik
terhadap karier yang melibatkan interaksi fisik. Dalam dunia medis,
karier yang cocok untuk jenis kecerdasan kinestetik meliputi ilmu
bedah, terapi fisik, terapi okupasi, keperawatan, teknisi medis darurat,
hingga terapi rekreasi. Dalam dunia seni, anak dengan kecerdasan
kinestetik dapat menjadi aktor, penari, seniman (pelukis dan pemahat),
atau desainer. Tidak hanya itu, anak dengan kecerdasan kinestetik juga
bisa menjadi pelatih olahraga, instruktur aerobik, guru pendidikan
jasmani, atau bahkan atlet profesional.
2. Saat anak tidak bisa diam biarkan anak bergerak sesuka hati.
Beberapa anak bisa lebih baik dalam belajar jika ia lakukan
sambil berjalan-jalan atau menggerakkan kaki. Ajak ia bermain engklek
untuk melatih gerakannya. Sedangkan di sekolah, orang tua bisa
memberi pengertian kepada guru agar memperbolehkan si anak
menggoyangkan kaki, berdiri sesekali atau ditugaskan untuk
menghapus papan tulis misalnya, selama kegiatannya tidak
mengganggu murid lain.
3. Berikan istirahat saat anak mudah kehilangan minat dengan cepat
Jika anak sedang mengerjakan pekerjaan rumah, bagi-bagilah
waktunya dalam rentang waktu yang singkat, selipkan waktu istirahat
di antaranya. Misalnya, saat mengerjakan PR matematika, beri ia
istirahat untuk berjalan-jalan di halaman atau bermain lompat-lompatan
di dalam rumah atau aktivitas fisik apapun yang menjadi pilihannya.
Untuk memaksimalkannya di sekolah jika memungkinkan, pilihlah
sekolah yang membiarkan muridnya belajar dengan berganti-ganti
tempat selain di kelas, seperti halaman atau duduk di lantai atau yang
membiarkan muridnya menggambar dalam memahami apa yang
dipelajari.
4. Mengatasi kesulitan mempelajari tahapan dan prosedur
Beritahu anak, apa tujuan akhir dari yang ia kerjakan. Lalu
tunjukkan langkah-langkah yang disarankan dan biarkan anak anak
membayangkan melakukan hal tersebut. Tanyakan apakah menurutnya
langkah langkah tersebut bisa ia lakukan. Dengarkanlah dan
diskusikanlah jika ia memiliki pendapat berbeda dengan hasil yang
sama.
5. Jauhkan dari distraksi ketika perhatian mereka mudah teralihkan
Ciptakan tempat yang nyaman dan terpencil di dalam rumah
sebagai tempatnya membuat pekerjaan rumah. Batasi pandangannya
agar tidak terdistraksi kepada hal-hal yang ada di dalam ruangan. Cara
terbaik adalah memberi sekat di sekeliling mejanya.
Semetara itu, beri pengertian pada guru agar si anak bisa bebas
menggambar diagram atau sketsa terkait pelajaran yang diberikan saat
guru menerangkan. Beri pula pengertian bahwa ia membutuhkan
tempat duduk yang membuat pandangannya tak mudah terdistraksi,
misalnya jauh dari jendela.
6. Saat mereka bisa jadi mudah kesal, ajarkan relaksasi
Saat anak kesal, sisihkan pekerjaan rumahnya. Putuskan
bersama anak, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk beristirahat dan
melakukan relaksasi. Bantu dia untuk mengatur pekerjaan rumahnya
berdasarkan skala prioritas dan bantu dia untuk fokus pada satu
pekerjaan di satu waktu. Sementara saat di sekolah, ajari anak untuk
menggunakan teknik relaksasi serta penarikan napas panjang untuk
membantu agar tetap fokus saat ia mengerjakannya tugasnya.
7. Pahami kecenderungan belajar dari pendengara
Informasi yang anak pelajari berdasarkan gerakan tubuh akan
tertanam di otak mereka, membantu untuk fokus dan mengingat apa
yang telah dipelajari. Ingatan anak tidak terkait dengan seberapa sering
orang tua menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
Mereka akan belajar dengan cara melakukan hal tersebut. Bantu mereka
untuk mengingat kata fakta dengan cara gerakan berulang atau sinyal
visual seperti papan tulis berisikan daftar dan gambar dengan cara yang
menyenangkan.
8. Bantu sediakan alat untuk belajar
Gunakan Lego, kotak karton, kaleng atau bentuk bangun ruang
lainnya untuk membantu mereka memvisualisasikan soal matematika.
Gunakan benda benda yang tersedia di rumah untuk membantu mereka
menyusun kalimat.
9. Pahami tentang pikiran mereka sering kemana-mana
Pekerjaan rumah bisa jadi sulit dilakukan bahkan di tempat yang
terlalu sepi atau terlalu ramai. Cobalah untuk berganti suasana. Beritahu
anak bahwa ia memiliki hal yang harus dilakukan dan perlu
mengusahakan untuk fokus.

KESIMPULAN

Kecerdasan Kinestetik merupakan salah satu jenis kecerdasan majemuk.


Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan seluruh
tubuh atau fisiknya untuk mengekspresikan ide dan perasaan, serta keterampilan
menggunakan tangan untuk mengubah atau menciptakan sesuatu.

Dalam tim olahraga terdapat beberapa taktik yang harus dimiliki oleh
anggota tim yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap situasi dan
kondisi yang mungkin terjadi saat pertandingan. Kecerdasan kinestetik dapat
diamati sejak awal dengan beberapa ciri ciri yaitu mampu menggunakan fisik untuk
mengekspresikan dirinya, terampil bekerja dengan objek, mampu berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa nonverbal atau gerakan tubuh, mampu mengontrol
gerakan tubuhnya menjadi gerakan yang gesit, mampu menirukan gerakan orang
lain dengan baik, mampu mempelajari segala hal yang berkaitan dengan
kemampuan gerak secara cepat dan mampu mengkoordinasikan keselarasan
gerakan anggota tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nita Oktifa. ( 2022 ). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Siswa.


https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kecerdasan-siswa

Siti B. ( 2022 ). Mengenal Kecerdasan Kinestetik pada Anak & Cara Mengembangkannya.
https://www.gramedia.com/best-seller/kecerdasan-kinestetik/

Nur Eva. ( 2016 ). Jurnal Sains Psikologi, Karakteristik Kecerdasan Anak erdas Istimewa.
Vol 5, No 2 (2016) (um.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai