Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI MASA PRA-OPERASIONAL

Zain Ahmad Syamil Nur (212071900021)

Fungsi kognitif merupakan kemampuan berpikir manusia yang meliputi perhatian, daya ingat,
penalaran, kreativitas, dan bahasa. Fungsi kognitif berkaitan erat dengan kualitas hidup seseorang serta
merupakan salah satu aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat saat usia 24-72 bulan.
Perkembangan fungsi kognitif dapat mempengaruhi perkembangan mental dan emosional, kemampuan
berbahasa, sikap dan tindakan karena berkaitan dengan kemampuan berfikir. Selain itu Fungsi kognitif
anak memainkan peran penting sebagai penentu awal kesehatan di masa yang akan datang, yaitu ketika
anak memasuki usia tujuh tahun dimana peningkatan fungsi kognitif secara signifikan terkait dengan dua
pertiga dari kemungkinan penyakit umum di masa dewasa. Banyak penelitian telah melaporkan bahwa
fungsi kognitif yang buruk pada anak berkaitan dengan peningkatan risiko semua penyakit
kardiovaskular, beberapa jenis kanker, penyakit mental seperti depresi dan kematian di kemudian hari
dalam kehidupan.1

Jean Piaget (1896-1980) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahap yang masing- masing
memiliki karakteristik tersendiri, yaitu tahap sensori-motorik (0-2 tahun), tahap pra-operasional (2-7
tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun keatas).
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, maka anak usia 2-5 tahun berada pada tahap pra-
operasional (2-7 tahun).2

Pada usia balita ini otak manusia mengalami perkembangan yang sangat pesat dan bahkan tidak ada
lagi perkembangan setelahnya yang lebih pesat dari masa ini. Pada masa ini, anak telah menunjukkan
aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai
sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan
tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten,
dan tidak logis. 3

Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya
bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka
percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Tahap pra operasional ini dapat

1
Amelia Dinah Ariani et al., “Stunting Dan Asupan Protein Berhubungan Dengan Fungsi Kognitif Balita,” Journal of
Nutrition College 10, no. 4 (2021): 273–284.
2
Nuryati Nuryati and Darsinah Darsinah, “Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dalam
Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 3, no. 2 (2021):
153–162.
3
F. Ibda, “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget,” Intelektualita 3, no. 1 (2015): 242904.
dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2- 4 tahun), dimana representasi suatu objek
dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap
ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.

Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang
ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak
tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain; 2) Anak belum memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran
mereka masih bersifat irreversible; 3) Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi
sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif; 4) Anak bernalar secara
transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi.
Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian
sebenarnya dengan imajinasi mereka; 5) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas,
berat dan isi); 6) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka
percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat
tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit. 4

Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun faktor internal di antaranya yaitu, faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah Ibu
yang mengalami anemia pada saat hamil, faktor genetik dari orangtua, riwayat bayi baru lahir rendah
(BBLR) , riwayat kelahiran prematur, pemberian ASI yang tidak terpenuhi, perkembangan otak yang
tidak optimal, kurangnya asupan nutrisi, asupan makanan yang diterima setiap harinya tidak sesuai
dengan kebutuhan untuk beraktivitas, dan adanya penyakit infeksi. Faktor eksternal di antaranya yaitu,
faktor lingkungan yang kurang memadai, rendahnya pengetahuan orangtua tentang status gizi anak, pola
asuh pada anak yang kurang tepat oleh orangtua, perilaku konsumsi makan merupakan refleksi dan
interaksi dari faktor sosial budaya, tingkat pendapatan orangtua, dan tingkat ekonomi orangtua yang
rendah. Dari beberapa faktor di atas yang merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif anak adalah pengetahuan orangtua tentang status gizi anak karena orangtua
sebagai tombak dalam menyediakan makanan untuk keluarga. Selain pengetahuan orangtua tentang gizi,
tingkat asupan makan balita juga dapat secara langsung mempengaruhi status gizi balita tersebut.5

Ada beberapa jenis strategi pembelajaran yang sesuai dengan anak usia pra-operasional, antara lain:

4
andi alim. fitriyany. Abdi, Nyoman. syahri, “Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dan Implikasi Dalam
Pembelajaran Matematika,” Sigma (Suara Intelektual Gaya Matematika) 3, no. 1 (2011): 40–47.
5
A N Sari, “Pengetahuan Orangtua Tentang Status Gizi Dan Perkembangan Kognitif Usia Balita” (2021),
http://repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/1193/.
1. Strategi pembelajaran langsung, Yaitu materi pembelajaran disajikan langsung pada anak
didik dan anak didik langsung mengolahnya, misalnya bermain balok, puzzle, melukis dan
lain-lain. Diharapkan anak didik bekerja secara menyeluruh dan peran guru hanya sebagai
fasilitator.
2. Strategi belajar individual, Dilakukan oleh anak didik secara mandiri. Kecepatan, kelambatan
dan keberhasilan pembelajaran anak didik sangat ditentukan oleh masing-masing individu
anak yang bersangkutan.
3. Strategi belajar kelompok, Secara beregu. Bentuk belajar kelompok bisa dalam pembelajaran
kelompok besar, dan kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan
belajar individual karena setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu belajar kelompok
dapat terjadi pada anak didik yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh anak
didik yang kemampuannya biasa-biasa saja. Strategi pembelajaran kelompok dapat dikatakan
strategi pembelajaran deduktif dan induktif.
4. Strategi pembelajaran deduktif Adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep, kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi dari yang abstrak
menuju ke hal yang kongkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke
khusus.
5. Strategi induktif, Bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret kemudian secara
perlahan anak didik dihadapkan pada materi yang cukup rumit, strategi ini dinamakan strategi
pembelajaran dari khusus ke umum.6

Secara umum, setidaknya ada lima teknis mengajar dan metode pembelajaran untuk anak di masa pra-
operasional, yaitu metode bermain, metode bercerita, metode menyanyi atau musik, metode karyawisata,
dan metode demonstrasi.

1. Metode bermain
Dunia anak usia dini berpusat pada bermain. Sesuai dengan namanya, metode bermain
menerapkan permainan sebagai pembelajaran siswa. Berdasarkan penelusuran literatur
maupun pengamatan sepintas di lapangan, metode ini terbukti efektif.
Setidaknya ada 5 manfaat nyata dari metode bermain ini, di antaranya yaitu, manfaat motorik
yang berhubungan dengan fisik jasmani anak, manfaat afeksi yang berhubungan dengan
perkembangan psikologis anak, manfaat kognitif untuk mengembangkan kecerdasan anak,
biasanya ini berhubungan dengan kamampuan imajinasi pada anak, manfaat spiritual yang

6
Nuraeni Nuraeni, “Strategi Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini,” Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram 2, no. 2 (2014): 143.
menjadi dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak manusia, dan
manfaat keseimbangan yang berfungsi untuk melatih dan mengembangkan perpaduan nilai-
nilai positif dan negatif dari bermain.
2. Metode bercerita
Metode bercerita adalah metode pembelajaran anak usia dini yang menggunakan teknik guru
bercerita tentang suatu legenda, dongeng, mitos, atau suatu kisah yang di dalamnya disisipkan
pesan-pesan moral tertentu. Hal ini akan berguna bagi anak ketika suatu saat ia menemukan
masalah yang hampir mirip dengan kisah atau dongeng yang pernah diceritakan gurunya. Dari
kisah-kisah tersebut, alam bawah sadar anak akan memicu nalar konstruktif pemecahan
masalah yang dihadapi sesuai pesan-pesan moral atau intelektual yang diajarkan.
3. Metode menyanyi atau musik
Metode menyanyi adalah metode pembelajaran anak usia dini yang menggunakan media
nyanyian sebagai wahana belajar anak.  Grace Soedargo, seorang musisi dan pendidik,
berpendapat bahwa dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi
manusia sehingga musik mampu berperan besar dalam perkembangan otak serta pembentukan
jiwa, karakter, dan raga manusia.
4. Metode karyawisata
Karyawisata sebagai metode pembelajaran peserta didik di bawah bimbingan guru
mengunjungi tempat – tempat tertentu dengan maksud belajar.  Karyawisata juga bisa
dikatakan sebagai cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak peserta didik ke suatu
objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki secara langsung seperti
bengkel, pabrik, kebun binatang, alam sekitar dan sebagainya. Kendati pun karya wisata
banyak memiliki nilai nonakademis, tetapi tujuan umum pendidikan dapat dicapai, terutama
mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti kunjungan ketempat – tempat
situs bersejarah, museum, peternakan yang sistematis, dan sebagainya
5. Metode demonstrasi
Demonstrasi berarti menunjukkan dan menjelaskan. Jadi, dalam demonstrasi kita
menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi, anak
diharapkan dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan. Demonstrasi mempunyai makna
penting bagi anak, yaitu; dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan, membantu
mengembangkan kemampuan mengamati kemampuan mengamati secara cermat dan teliti,
membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti,
cermat, dan tepat, membantu mengembangkan peniruan dan pengenalan secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Nyoman. syahri, andi alim. fitriyany. “Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dan Implikasi Dalam
Pembelajaran Matematika.” Sigma (Suara Intelektual Gaya Matematika) 3, no. 1 (2011): 40–47.

Ariani, Amelia Dinah, Aryu Candra Kusumastuti, Nuryanto Nuryanto, and Rachma Purwanti. “Stunting
Dan Asupan Protein Berhubungan Dengan Fungsi Kognitif Balita.” Journal of Nutrition College 10,
no. 4 (2021): 273–284.

Ibda, F. “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.” Intelektualita 3, no. 1 (2015): 242904.

Nuraeni, Nuraeni. “Strategi Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini.” Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu
dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram 2, no. 2 (2014): 143.

Nuryati, Nuryati, and Darsinah Darsinah. “Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar.” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan
Dasar 3, no. 2 (2021): 153–162.

Sari, A N. “Pengetahuan Orangtua Tentang Status Gizi Dan Perkembangan Kognitif Usia Balita” (2021).
http://repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id/1193/.

Anda mungkin juga menyukai