Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia di bawah lima tahun (balita) adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan

dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan

intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah lima tahun. Kalau seseorang sudah

terlanjur menjadi pencuri atau penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh

dikatakan tidak berarti apa-apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah

dibengkokkan.

Anak-anak pada usia di bawah lima tahun memiliki intelegensi laten (potential intelegence) yang

luar biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan guru hanya bisa mengajarkan sedikit hal

pada anak-anak. Sesungguhnya anak-anak usia muda tidak “complicated” (ruwet) dalam belajar,

tetapi orangtua atau guru yang bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak

apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak disebabkan

karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga

kita sering memperlakukannya dengan tidak/kurang tepat.

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap

informasi sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan 'magic'

yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat",

tetapi mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan

dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada setiap anak

sebagian besar tersia-siakan.


Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi

motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

B. Rumusan Masalah

1. Teori-teori aja saja yang terdapat didalam pendidikan anak usia dini?

2. Apa saja konsep perkembangan yang terdapat didalam pendidikan anak usia dini?

3. Apa itu teori enviromental?

4. Apa itu teori romantic naturalism?

5. Apa itu metode pendidikan anak? 

  C.Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui teori-teori apa saja yang terdapat didalam pendidikan anak unisa
dini
2. Dan mengetahui apa saja konsep yang terdapat didalam perkembangan anak atau

pendidikan anak uisa dini

3. Dapat mengetahui apa saja teori enviromental

4. Dapat mengetahui apa saja teori romantic naturalism

5. Dapat mengetahui apa saja metode pendidikan anak


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Anak Usia Dini

Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan

sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari,

tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan

masyarakat pada umummnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat

perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai

kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap

perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi,

bahkan cenderung ekstrim.

Ada tahap pada perkembangan pada anak salah satunya yaitu

     1)      Metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun

metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar

memperhatikan tingkat perkembangan mereka.

Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut: 

 Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah

mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. 

 Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat

tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap). 

 Masa usia 2 - 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk

berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-

benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). 
 Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin

memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan

pada usia 4 - 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca. .

 Sedangkan Menurut mereka psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang

mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan

individu dari masa konsepsi sampai mati,Objek Psikologi Perkembangan dan objek setiap

ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. objek

material adalah objek yang bersifat umum, dilihat dari wujud bendanya.

 Sedangkan objek formal adalah objek yang bersifat khusus, dari segi apa objek material

ditinjau. objek material psikologi perkembangan adalah perilaku,

 Metoda Psikologi Perkembangan Metoda, tepatnya metoda ilmiah merupakan suatu prosedur

untuk mencapai suatu tujuan, yaitu diperolehnya kebenaran ilmiah tentang objek yang

dipelajari oleh ilmu. Untuk mempelajari gejala kejiwaan, metoda yang dipakai dalam

psikologi perkembangan adalah longitudinal method dan cross-sectional method.

Longitudinal method merupakan metoda yang dilakukan dengan waktu yang relative

lama, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan dari tahun ketahun. Kelebihan metoda ini

adalah bahwa suatu proses perkembangan dapat dipelajari secara teliti. Adapun

kelemahan metoda longitudinal adalah lamanya waktu yang diperlukan sehingga

berdampak juga pada biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan. Cross-sectional method

atau sering juga disebut transversal method merupakan metoda penelitian yang dilakukan

dengan mempelajari perilaku individu-individu dari tingkatan usia yang berbeda namun

secara berurutan. Dengan mengambil sekelompok individu yang usianya berurutan


diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai proses perkembangan yang terjadi pada

setiap fase. Bisa saja apa yang diperoleh melalui metoda ini kurang.

B. Konsep-konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan

 Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah proses perubahan progresif yang bersifat kuantitatif dan yang

terjadi pada aspek fisik. Contoh: munculnya gigi baru, semakin bertambahnya jumlah

gigi, semakin bertambahnya tinggi badan, dst.

Ada beberapa persamaan dan perbedaan pertumbuhan dengan perkembangan

Persamaan pertumbuhan dengan perkembangan ialah bahwa keduanya merupakan proses

perubahan progresif.

Sedangkan perbedaannya yaitu :

Sifat perubahan, pada pertumbuhan perubahan bersifat kuantitatif sedangkan pada

perkembangan, perubahan bersifat kualitatif fungsional;

Aspek yang berubah, pada pertumbuhan yang berubah adalah aspek fisik, sedangkan

pada perkembangan aspek fisik dan psikis.

Hubungan Pertumbuhan dengan Perkembangan Perkembangan tidak terpisahkan dengan

pertumbuhan. Perkembangan individu dapat terjadi secara normal bila yang bersangkutan

mengalami pertumbuhan yang normal. Dapat pula dinyatakan bahwa pertumbuhan

merupakan prasyarat perkembangan. Perkembangan terjadi bersamaan atau setelah

terjadinya proses pertumbuhan. Contoh: dalam waktu kurang lebih 12 bulan semenjak

kelahirannya, ukuran kaki anak semakin bertambah besar dan panjang (pertumbuhan),

kemudian kaki tersebut mulai difungsikan untuk berdiri dan berjalan (perkembangan).
Menurut Kuntjojo Pertumbuhan merupakan proses untuk menyiapkan perkembangan.

Perkembangan akan berlangsung normal jika pertumbuhan juga berlangsung normal.

Perkembangan bermasalah jika pertumbuhan bermasalah. Meskipun pertumbuhan

berbeda dengan perkembangan tapi karena keduanya tidak terpisahkan selain itu juga

karena proses pertumbuhan lebih dahulu berhenti [2]maka pembahasan mengenai

pertumbuhan dan perkembangan seringkali hanya dinyatakan dengan satu istilah saja,

yaitu perkembangan.

  C.  Ada Beberapa Teori Mengenai Perkembangan

A. Teori Perkembangan

Memunculkan prinsip teoritis dalam naskah akademik ini sangat penting untuk

membangun kesepaham sebagai usaha memberikan pelayanan pendidikan yang baik

terhadap pendidikan anak usia dini. Berbagai teori klasik yang ada hingga teori-teori

kekinian yang ada merupakan sebuah perjalanan panjang bagaimana dunia pendidikan

selalu berubah memberikan solusi terbaik dalam rangka membangun manusia yang mulia

cerdas dan baik (good and smart).

Ada beberapa teori yang akan diungkapkan antara lain : 

Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget,diteori ini terdapat beberapa tahan yaitu

  Tahap Sensomotoris ( usia 0 hingga 18 bulan )  

  Tahap Praoperasional ( usia 1 bulan hingga 6 atau 7 tahun )

  Tahap Konkrit Operasional ( usia 8 tahun hingga 12 tahun )  

  Tahap Formal Operasional ( usia 12 tahun hingga usia dewasa )

Anak usia dini yang berusia 4 hingga 6 tahun berada pada tahapan ini. Di mana

anak mampu berfikir tentang obyek benda, kejadian, atau orang lain. Anak sudah mulai
mengenal symbol berupa kata-kata, angka, gambar dan gerak tubuh. Namun cara berfikir

ini masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, sserta tempat di

mana ia berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga symbol-simbol yang

konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka. Misalnya dalam mengenalkan

angka mesti diiringi dengan obyek nyata berupa gambar atau benda-benda lainnya yang

jumlahnya sesuai dengan angka tersebut. Selain itu anak juga belum mampu mengaitkan

waktu sekarang dengan waktu lampau. 

Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson 

Erikson (1902-1994) membagi tahapan perkembangan psikososial ini ke dalam delapan

rentang perkembangan, yang dalam rentang usia 3 hingga 6 tahunan tengah berada dalam

tahapan Inisiatif. Menurut Erikson rentang inisiatif ini berada dalam perkembangan

emosi. Peran guru sebagai penidik mesti mampu menghadirkan emosi positif dalam

mengringi proses pendidikan. Hal ini akan membantu anak dalam mengelola konflik-

konflik yang terjadi akibat benturan emosi positif dan emosi negative dalam pergaulan

sehari-hari mereka yang berhubungan antarmanusia dan lingkungannya. Seorang anak

dengan perkembangan emosi yang baik pada tahap sebelumnya akan berpotensi

berkembang kea rah yang positif. Mereka kreatif, antisius melakukan sesuatu, suka

bereksperimen, berimajinasi, berani mengambil risiko dan senang bergaul dengan sesame

teman. Namun semua ini tergantung pada kondisi yang disiapkan pendidik kepada

mereka. Jika anak-anak suka dipuji dan hasil karyanya dihargai tentu saja akan

menumbuhkan eosi positif yang berguna menguatkan perkembangan kepribadiannya.

Sebaliknya jika ia suka dikritik, dilabel sebagai anak nakal tentu saja akan muncul emosi

negative yang akan menumbuhkan rasa bersalah pada diri mereka sebagai anak. Pada saat
tertentu rasa bersalah mesti dihadirkan yang membantu membangun rasa tanggung jawab

yang dalam kepatutan akan mendukung tumbuhnya karakter baik pada diri anak.

Semakin rasa tanggung jawab tumbuh dalam diri anak maka rasa inisiatif akan semakin

berkembang dalam diri mereka.

 Teori Sosio-Kultural oleh Vygotsky

Vygotsky (1896-1934) sangat setuju dengan adanya pesan budaya dalam proses

pembelajaran di sekolah. Ia mengatakan bahwa kontribusi budaya, interaksi social, dan sejarah

dalam pengembangan mental individual sangat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan

bahasa, membaca dan menulis pada anak. Pembelajaran yang berbasis pada budaya dan interaksi

sosial mengacu pada perkembangan fungsi mental tinggi, yang terkait dengan aspek sosio-

[3]historis-kultural. Ketiga hal ini akan sangat berdampak terhadap persepsi, memori dan

berpikir anak. Ia menganjurkan pentingnya melakukan interaksi sosiokultural yang menjadi

sarana atau tools di dalam proses pembelajaran di sekolah. Pengalaman-pengalaman anak yang

mempertemukannya dengan budaya dibutuhkannya untuk dapat meraih “Zone of Proximal

Development.” Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengaitkan

berbagai aspek pembelajaran yang ada dalam kurikulum dengan pengalaman nyata yang dijalani

anak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Metodologi yang efektif terkait dengan pengajaran

dalam kelompok besar yang utuh, pengajaran melalui objek nyata, beragam gaya belajar,

pengajaran adaptif dan individual, pembelajaran tuntas, pembelajaran kooperatif, pengajaran

langsung, penemuan, konstruktif, melalui tutor sebaya sangat dibutuhkan anak agar ia dapat

mengarahkan dirinya sendiri untuk belajar.

Didalam teori konstruktivisme modern oleh Vygotksy dibagi dalam tiga tahap yaitu:

a.    Tahap Zona Perkembangan (Zone of Proximal Development (ZPD))


Suatu ide bahwa anak usia dini belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona

perkembangan terdekat mereka. Artinya, suatu jarak antara keterampilan yang sudah dimiliki

oleh anak dengan keterampilan baru yang diperoleh dengan bantuan dari orang dewasa

(adult/caregiver/orang tua/guru) atau orang yang terlebih dahulu menguasai keterampilan

tersebut (knowledgeable person/peer/siblings). Zone of Proximal Development dihadirkan di

tengah lingkungan dengan fitur yang sekaya mungkin sehingga memberikan kesempatan

melimpah bagi anak untuk membangun konsep dan internalisasi pemahaman dalam dirinya

tentang berbagai hal sehingga anak memperoleh rangsangan yang kuat untuk mempelajari suatu

konsep bagi pemahamannya dengan cara terbaik.

b.    Tahap Pemagangan Kognitif atau cognitive apprenticeship.

Adalah suatu istilah untuk proses pembelajaran di mana guru menyediakan dukungan kepada

anak usia dini dalam bentuk scaffold hingga anak usia dini berhasil membentuk pemahaman

kognitifnya. Pemagangan kognitif atau cognitive apprenticeship juga merupakan suatu budaya

belajar dari dan di antara teman sebaya melalui interaksi satu sama lain sehingga membentuk

suatu konsep tentang sesuatu pengalaman umum dan kemudian membagikan pengalaman

membentuk konsep tersebut di antara teman sebayanya (Collins, Brown, and Newman1989).

Wilson and Cole (1994) mendeskripsikan ciri khas pemagangan kognitif yaitu “ heuristic

content, situated learning, pemodelan, coaching, articulation, refleksi, eksplorasi, dan ”order in

increasing complexity”.

c.    Scaffolding atau mediated learning,

Yaitu dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah sebagai suatu hal yang

penting dalam pemikiran konstruktivis memodern. Scaffolding is adjusting the support offered

during a teaching session to fit the child’s current level of performance ” .Scaffolding sebagian
besar ditemukan dilakukan oleh orang dewasa (adult/care giver/parent/teacher) atau orangyang

lebih dahulu tahu (knowledgeable person/siblings/peer) tentang suatu keterampilan yang

seharusnya dicapai oleh anak usia dini.

 Teori Perkembangan Moral oleh Kohlberg dan Thomas Lickona.

Kohlberg sebagai pakar perkembangan moral, bertumpu pada teori Piaget yang menyatakan

bahwa perkembangan afektif (affective development) terjadi pada anak usia 1 hingga 5 tahun.

Saat itu anak berada pada ”self oriented Morality”. Sebagai tahapan awal dari perkembangan

moral kondisi ini merupakan “the Golden Rule” karena pada tahapan ini mulai tumbuh “mutual

respect” pada diri anak. Kepada mereka mulai dapat dikenalkan sopan santun, dan perbuatan

baik lainnya, walau terkadang mendapat pertentangan karena mereka sulit diatur dan berada pada

masa egosentris. Berbenturannya antara berfikir egosentris dengan mutual respek merupakan

arena yang mengasyikkan bagi tumbuhnya transformasi nilai-nilai pada diri anak. Kebajikan

akan tumbuh melalui serangkaian proses panjang yang melibatkan dan mengasah logika serta

emosi saling berbenturan. Namun dari kondisi inilah akan muncul kecerdasan emosi yang akan

menjaga pertumbuhan moral anak dapat berjalan semestinya. Thomas Lickona, bapak karakter

dari Cortland University menyatakan bahwa pada usia 4 hingga 6 tahun anak tengah berada pada

tahap ”PATUH TANPA SYARAT” (Authority Oriented Morality). Pada fase ini anak

meperlihatkan sikap penurut, mudah diajak kerjasama, dan mau mengerjakan perintah orang tua

dan guru. Namun terkadang juga muncul sifat egosentrisnya sebagai bentuk bahwa

perkembangan moral pada diri mereka tengah mencari bentuk. Ada beberapa karakteristik

perkembangan moral pada fase ini, yakni:

 Menganggap orang dewasa sebagai makhluk serba tahu

 Dapat menerima pandangan orang lain


 Mudah terpengaruh dengan kenakalan sebayanya

 Suka mengadu jika dinakali teman

 Terkadang cenderung melanggar aturan

 Menghormati kehadiran guru dan orang tua

 Teori Ekologi dan Kontekstual oleh Bronfenbrenner 

Bronfenbrenner mengembangkan teori perkembangan anak yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang mencakup kehidupan manusia. Ringkasnya teori ini mengatakan bahwa

perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks mikrosistem (keluarga, sekolah dan teman

sebaya), konteks mesosistem (hubungan keluarga dan sekolah, sekolah dengan sebaya, dan

sebaya dengan individu), konteks ekosistem (latar sosial orang tua dan kebijakan pemerintah),

dan konteks makrosistem (pengaruh lingkungan budaya, norma, agama, dan lingkungan sosial di

mana anak dibesarkan.

Teori Bronfenbrenner ini membantu memberikan penjelasan kepada para pendidik untuk

memahami berbagai risiko yang dapat mempengaruhi proses perkembangan anak secara negatif

misalnya masalah kemiskinan, kekerasan pada anak, dan konflik dalam keluarga. Seorang guru

akan menjalin hubungan dengan anak yang memiliki latar negatif dengan memberikan perhatian

khusus yang tidak didapatkan anak dari lingkungannya.

   D. Karakteristik Perkembangan


Terjadinya perkembangan pada individu dapat diketahui berdasarkan karakteristik tertentu yang

dialaminya. Karakteristik-karakteristik dimaksud mudah dikenali, yaitu sebagai berikut.

Terjadinya perubahan semua aspek baik aspek fisik maupun aspek psikis.

Perubahan-perubahan yang dimaksud merupakan perubahan progresif, kearah kemajuan.


Perubahan dalam proporsi fisik dan juga psikis. Perubahan pada proporsi fisik, tepatnya tubuh

jelas sekali terlihat. Semakin bertambah usia perbandingan dalam ukuran tubuh individu semakin

berubah dan pada masa remaja tubuh individu telah memiliki proporsi tubuh seperti yang

dimiliki orang dewasa. Perubahan proporsi psikis dapat dikenali misalnya dalam kemampuan

berimajinasi dan berpikir. Pada mulanya daya imajinasi individu lebih menonjol dari pada daya

pikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, proporsi daya imajinasi menjadi semakin berkurang

sedangkan proporsi daya pikir semakin bertambah.

Lenyapnya tanda-tanda yang lama, baik secara fisik maupun kejiwaan. Tanda-tanda fisik yang

hilang misalnya : kelenjar thymus (kelenjar anak- anak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar

pineal pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu. Tanda-tanda kejiwaan yang

hilang antara lain hilangnya kebiasaan meraban dan perilaku impulsive (dorongan untuk

bertindak yang tidak disertai dengan berpikir terlebih dahulu).

Diperolehnya tanda-tanda yang baru. Tanda-tanda baru pada aspek fisik diantaranya adalah :

pergantian gigi, munculnya ciri-ciri seks primer dan juga seks sekunder. Tanda-tanda baru pada

aspek psikis yang muncul diantaranya : rasa ingin tahu akan sesuatu, kemampuan mengendalikan

emosi, dll.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Beberapa individu yang usianya sama ternyata

perkembngan mereka baik secara vertical maupun horizontal tidak selalu sama. Bahkan beberapa

individu berasal dari orang tua yang sama dalam perkembannya.

Ada beberapa teori-teori tentang Proses Perkembangan yaitu :

1. Teori Asosiasi (tokoh : John Locke) Menurut teori asosiasi perkembangan merupakan proses

asosiasi, yaitu proses penyatuan dari bagian-bagian menjadi keseluruhan. Dalam proses ini
bagian bersifat primer sedangkan keseluruhan bersifat sekunder. Contoh : pengetahuan yang

dimiliki oleh individu diperoleh sedikit demi sedikit sehingga terbentuk sebagai suatu kesatuan.

2. Teori Gestalt (tokoh :Wertheimer) Menurut teori Gestalt, perkembangan adalah proses

diferensiasi, yaitu proses penguraian dari keseluruhan menjadi bagian-bagian. Ini berarti bahwa

keseluruhan bersifat primer, sedangkan bagian-bagian bersifat sekunder. Contoh : pertumbuhan

pada masa pranatal dan perkembangan individu sebelum dan sesudah masa pubertas.

3. Teori Neo Gestalt (tokoh : Kurt Lewin) Lewin menyatakan bahwa perkembangan merupakan

proses diferensiasi dan stratifikasi. Yang dimaksud dengan proses stratifikasi adalah proses

pembentukan lapisan-lapisan kepribadian. Pada awal perkembangan, lapisan kepribadian anak

sangat terbatas, apa yang terwujud dalam gerak-gerik dan ucapannya sama dengan apa yang ada

dalam isi jiwanya. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula jumlah lapisan kepribadian,

sehingga semakin sulit untuk mengetahui isi jiwa seseorang, karena apa yang terlihat sebagai

tingkah laku belum tentu sama dengan isi jiwanya.

4. Teori Sosiologis (tokoh : J.M. Baldwin dan Sigmund Freud ) Menurut Baldwin,

perkembangan merupakan proses sosialisasi yang berlangsung secara imitasi, yaitu proses

peniruan terhadap sikap maupun tingkah laku orang lain. Sedangkan menurut Sigmund Freud,

perkembangan adalah proses sosialisasi yang berlangsung melalui identifikasi, yaitu proses

menyamai orang lain.

5. Teori Bio Sosial (tokoh : Havighurst) Menurut teori ini, perkembangan adalah proses belajar.

Havighurst menyatakan living is learning and growing is learning, artinya hidup itu adalah

belajar, dan berkembang juga belajar. Maksudnya adalah bahwa manusia itu untuk

mempertahankan hidupnya harus belajar, dan karena


Ada Teori Empirisme Teori empirisme disebut juga teori tabularasa dan environmentalism.

1.Teori ini dipelopori oleh John Locke (1632 – 1704). Menurut teori empirisme, perkembangan

individu ditentukan oleh lingkungannya. Teori ini beranggapan bahwa pembawaan itu tidak ada.

John Locke menyatakan bahwa pada saat dilahirkan, jiwa individu dalam keadaan kosong (ibarat

tabularasa yang belum tertulisi), dan lingkunganlah yang akan mengisi kekosongan tersebut.

2.Teori Nativisme Teori nativisme dengan tokohnya Arthur Schopenhauer (1788 – 1880),

beranggapan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang

dibawa sejak lahir (pembawaan). Bila individu dilahirkan dengan pembawaan yang baik dengan

sendirinya perkembangannya akan baik, dan sebaliknya.

3.Teori Konvergensi Teori konvergensi disebut juga teori interaksionisme. Teori ini

dikemukakan oleh William Stern (1871 – 1939). Menurut Stern, perkembangan individu

merupakan hasil perpaduan atau interaksi antara faktor pembawaan dengan faktor ling-kungan.

Pembawaan sudah ada pada masing-masing individu sejak kelahirannya. Dan pembawaan ini

tidak dapat berkembang menjadi kecakapan nyata bila tidak mendapat pengaruh dari lingkungan.

Dari ketiga teori tersebut yang dapat diterima kebenarannya adalah teori kon-vergensi. Namun

perlu ditambahkan bahwa masih ada satu faktor lagi yaitu usaha atau motivasi dari diri sendiri

untuk berkembang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perkembangan individu

merupakan hasil perpaduan antara faktor internal (pembawaan dan motivasi dari diri sendiri) dan

faktor eksternal

    A.    Teori Enviromentalisme dan Tokoh Pencetusnya

1.      Biografi tokoh
john locke lahir di sebuah desa kecil Somerset, Inggris pada tanggal 26 Agustus 1632

dari seorang ibu yang sangat sholeh dan penyayang dan seorang ayah yang keras. Locke terkenal

sebagai bapak empirisme di bidang filsafat dan bapak teori belajar di bidang psikologi.

2.      Teori Enviromentalisme

Titik awal teori Locke adalah penolaknya terhadap doktrin ide bawaan yang masih

meyakini kalau ide-ide tertentu merupakan ide bawaan, sudah ada di jiwa mendahului

pengalaman. Locke beranggapan bahwa jiwa anak-anak merupakan tabularasa seperti kertas

kosong sehingga apapun pikiran yang mucul darinya hampir-hampir sepenuhnya muncul dari

pembelajaran dan pengalaman mereka. Teori Locke sangat cocok dengan pemikiran liberal dan

demokratis pencerahan. Jika anak-anak pada dasarnya adalah organisme kosong, maka itu berarti

mereka lahir dalam kondisi setara. Locke mengakui kalau individu memiliki tempramen yang

berbeda-beda, namun secara keseluruhan lingkunganlah yang membentuk jiwa (Locke, 1693,

bagian 1, h.32) jadi yang penting disini adalah pembelajaran pada masa bayi. Bagaimana

lingkungan dapat membentuk jiwa anak berdasarkan dua konsep yaitu : sebagian besar pikiran

dan perasaan kita berkembang lewat proses asosiasi dan kebanyakan tingkah laku kita

berkembang lewat proses.

Filsafat pendidikan Locke:

1.      Pengendalian diri, yaitu untuk menanamkan disiplin diri, pertama-tama kita harus menjaga

kesehatan fisik anak. Saat tubuh menjadi sakit dan lemah, kemampuan untuk mengendalikan

keinginan-keinginanya jadi melemah pula.

2.      Penghargaan dan penghukuman terbaik, tidak semua bentuk penghargaan menghasilkan sesuatu

yang kita inginkan. Locle menentang penggunaan uang atau manisan sebagai hadiah karena

hanya akan merusak tujuan utama pendidikan yaitu mengendalikan keinginan dan tunduk kepada
rasio. Penghargaan terbaik adalah pujian dan sanjungan dan penghukuman terburuk adalah

ketidak setujuan. Ketika anak-anak bertindak dengan baik kita mesti memuji mereka merasa

bangga, sebaliknya, waktu mereka bertindak buruk kita hanya boleh memberinya tatapan dingin

dan membuat mereka merasa malu.

3.      Aturan-aturan, pada dasarnya praktik memberikan aturan yang keras lalu menghukum jika tidak

menaatinya sebenarnya tidak bermanfaat, sebagai pengganti aturan-aturan semacam itu, Locke

menawarkan dua prosedur berikut :

            Mengajarkan dengan memprlihatkan kepada mereka model-model tindakan yang baik

karena anak-anak lebih banyak belajar dari contoh atau teladan dari pada pemahaman. Sambil

tetap memberikan perintah dan aturan, kita harus mendorong anak-anak mempraktiakan tingkah

perilaku yang baik.

B.     Teori Naturalisme dan Tokoh Pencetusnya

a.       Biografi Tokoh

Jean Jacques Rousseau (1712-1778) lahir di Jenewa Swiss pada tanggal 28 Juni 1712,

putra dari seorang ayah pembuat jam dan seorang ibu yang cantik dan sentimentil, namun

meninggal dunia waktu melahirkan dia. Karena itu selama 8 tahun pertama hidupnya Rousseau

di besarkan ayah dan bibinya. Menurut Rousseau, si ayah sangat menyayanginya namun ayahnya

tidak pernah lupa bahwa dia adalah penyebab ibunya meninggal. Dia adalah seorang tokoh

filosofi besar penulis dan komposer pada abad pencerhan. Pemikiran filosofinya mempengaruhi

revolusi Perancis, perkembangan politikabmodern dan dasar pemikiran edukasi. Rousseau

percaya kalau sangat vital bagi kita untuk memberikan kepada alam kesempatan menuntun

pertumbuhan anak.
b. Teori Naturalisme

Rousseau setuju dengan Locke bahwa anak-anak berbeda dengan  orang dewasa, namun dia

menyorot hal ini secara lebih positif. Anak-anak bukan wadah kosong ataupun kertas kosong

melainkan sudah memiliki mode perasaan dan pemikirannya sendiri. Ini terjadi demikian

lantaran mereka berkembang menurut rencana alam, yang mendesak mereka untuk

mengembangkan kemampuan perasaan yang berbeda di tingkatan berbeda-beda pula. Sambil

mengajar anak-anak berpikir dengan cara-cara yang benar kita juga harus membiarkan mereka

menyempurnakan sendiri kemampuan mereka dan belajar dengan cara-cara mereka sendiri

seperti yang diinginkan alam. Alam seperti guru tersembunyi yang mendorong anak

mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda.

Produknya mungkin bisa menyesuaikan diri dengan suatu lingkungan sosial, namun tetap saja

dia sebuah pribadi yang kuat dan utuh. Untuk membantu alam di salam proses ini, kita harus

mempelajari semua hal tentang tahap perkembangan manusia. Menurut Rousseau, tahap utama

perkembangan manusia terbagi menjadi 4 bagian :

         Masa Bayi ( dari usia 0-2 tahun)

Bayi mengenali dunia langsung lewat indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran

apapun, mereka hanya sekedar mengalami rasa enak dan rasa sakit

         Masa Kanak-kanak ( dari usia 2-12 tahun)

Tahap ini dimulai ketika anak-anak mendapatkan sebuah indepedensi baru, mereka sekarang bisa

berjalan, berbicara,makan sendiri,  dan berlari kesana kemari. Yang pasti mereka

mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dengan cara mereka sendiri juga.

         Masa anak-anak akhir (dari usia  12-15 tahun)


Tahap ketiga adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Selama periode ini,

anak-anak memperoleh sejumlah besar kekuatan fisik, mereka bisa memotong kayu, mendorong

gerobak, mencangkul dan melakukan pekerjaan orang-orang dewasa.

         Masa Dewasa

Seseorang menjadi makhluk yang sosial sepenuhnya hanya di tahap ke-4, di mulai di masa

pubertas. Rousseau menyatakan bahwa peburtas di mulai pada usia 15 tahun. Tubuh mengalami

perubahan dan hasrat mulai naik dalam dirinya. Perubahan tempramen yang seringkali

mengkristal dalam kemarahan dan sebuah pengendakian terus menerus terhadap pikiran,

membuat seorang anak hampir tidak bisa di atur lagi.

    C.     Teori Preformotionism

            Berkembang di abad pertengahan dan pandangan ini terhadap anak-anak sebagai

‘’MINIATURE ADULTS’’ tetapi pada abad ke-16, performotionism adalah teori yang dulunya

populer bahwa organisme berkembang dari diri mereka sendiri.alih-alih berkumpul dari bagian-

bagian, kaum performotionism meyakini bahwa bentuk makhluk hidup ada, secara nyata,

sebelum perkembangannya ,munculah kepentingan mengenai anak-anak diwajibkan sekolah 12

tahun sehingga muncul harapan orang dewasa mengenai pola tingkah laku anak kecil. Dan

merujuk pada aspek-aspek generasi bentuk selama ontogeni yang tidak sepenuhnya genetik atau

dengan kata lain epigenetik.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perspektif enviromentalisme adalah teori yang dicetuskan oleh Locke yang menaganggap

bahwa anak-anak merupakan kertas kosong, dan yang akan membentuk kepribadian mereka

sepenuhnya adalah pengalaman dan lingkunagan.

Perspektif naturalisme adalah teori yang dicetuskan Rousseau yang berpandangan bahwa

anak-anak tidaklah sekosong kertas putih melainkan mereka sudah memiliki mode perasaan dan

pemikirannya sendiri, maka kewajiban orang tua adalah selain memberikan pengajaran terhadap

anak juga harus membiarkan mereka menyempurnakan sendiri kemampuan mereka dan belajar

dengan cara-cara mereka sendiri.

Perspektif performotionism adalah teori yang dulunya populer bahwa organisme

berkembang dari diri mereka sendiri.alih-alih berkumpul dari bagian-bagian, kaum

performotionism meyakini bahwa bentuk makhluk hidup ada, secara nyata, sebelum

perkembangannya.

Metode pendidikan anak yang mempelajari psikologi perubahan tingkah laku dan

kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari masa konsepsi sampai maati.

B. Saran

Setelah mengetahui teori perkembangan dari ketiga perspektif ini, hendaknya para orang

tua lebih memberikan perhatian khusus kepada anak mereka masing-masing, dan memberikan

pengajaran serta memberikan kepada mereka role model yang baik dengan cara memberikan

contoh perilaku yang baik untuk dicontoh oleh mereka, dan menghindari metode pengasuhan

dengan cara kekerasan yang akan merusak kepribadian dan mental anak.
DAFTAR PUSTAKA

 Sujiono Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks

Zulkifli.1992.Psikologi Perkembangan.Bandung:PT Remaja Rosdarya.Wikipedia Free

Encyclopedia.2005

Crain. William, 2014. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Terjemah. Yudi Santoso,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jean-Jacques_Rousseau

http://jv.m.wikipedia.org/wiki/John_Locke

Anda mungkin juga menyukai